• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility), saat ini menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility), saat ini menjadi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, atau yang lebih dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responsibility), saat ini menjadi sebuah perhatian yang besar bagi dunia. CSR menjadi perhatian yang besar karena CSR mempengaruhi peran perusahaan terhadap masalah-masalah umum aktivitas perusahaan, seperti lingkungan dan etika sosial. Berbagai masalah umum aktivitas perusahaan seperti kerusakan lingkungan, perlakuan yang tidak layak terhadap tenaga kerja, cacat produksi yang membahayakan konsumen, telah menjadi rahasia umum bagi masyarakat dunia.Oleh karena itu, banyak negara di dunia membuat serta menerapkan aturan-aturan yang ketat, baik dalam hal regulasi maupun standar (McWilliams dan Siegel, 2001). Hal ini merupakan wujud perhatian mereka terhadap masalah lingkungan-sosial dunia, yang seharusnya menjadi kesadaran pribadi masyarakat dunia.

Istilah CSR telah menjadi populer dan kontroversional bagi para pakar dan kritikus di dunia sejak tahun 1960-an. De George (2011) menyatakan bahwa istilah CSR memotivasi banyak orang untuk menggunakannya sebagai istilah yang mampu menutupi penafsiransempit tentang tanggung jawab moral maupun hukum pada kalangan bisnis. Hal ini mengakibatkan banyak orang menggunakan istilah CSR tanpa memandang konteks yang sebenarnya. Para pihak yang pro terhadap pendapat ini juga menjelaskan bahwa perspektif CSR mampu

(2)

meningkatkan profit perusahaan secara jangka panjang. Sedangkan beberapa pihak yang kontra dengan pendapat tersebut memiliki pendapat yang bertolak belakang dengan pakar sebelumnya. Sebuah studi tahun 2000, yang melakukan penelitian antara kinerja sosial dan keuangan, menyimpulkan serta mengklaim bahwa hubungan CSR dengan dampak keuangan perusahaan bersifat netral (McWilliams dan Siegel, 2000).

CSR tidak lagi menjadi sebuah gagasan yang berpedoman kepada single bottom line, yang mana nilai perusahaan (corporate value) hanya direfleksikan dalam kondisi keuangannya (Wijaya, 2012). Elkington (1997) menyatakan bahwa istilah CSR tidak lepas dari konsep Tri Bottom Line (TBL). Hal ini disebabkan oleh bentuk CSR yang merupakan implementasi dari konsep TBL. Elkington (1997) memperkenalkan konsep ini dengan 3 pilar utama, yang terdiri dari 3P, yaitu people, planet, dan profit. Ketiga pilar utama ini merupakan ukuran wajib yang digunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan suatu perusahaan dengan tiga kualifikasi, yakni ekonomi, lingkungan, dan sosial. Noviana (2010) menjelaskan bahwa perusahaan tidak lagi sekedar memikirkan profit, melainkan perusahaan wajib mewujudnyatakan implikasi dari konsep TBL. Profit yang dimaksud tidak hanya keuntungan berupa dana, tetapi juga sebuah keuntungan yang menciptakan fair trade maupun ethical trade. Konsep TBL juga harus menguntungkan kedua pihak yang berkaitan. Pertama, pihak stakeholders, yaitu semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari aktivitas perusahaan. Pihak yang kedua adalah pihak shareholders, yaitu pihak pemegang saham.

(3)

Konsep TBL membuat CSR sangat berkaitan erat dengan suatu aktivitas pembangunan berkelanjutan. Aktivitas pembangunan berkelanjutan dalam CSR menekankan pentingnya suatu aktivitas yang dasar pengambilan keputusannya tidak hanya sekadar melihat sudut pandang dampak ekonomi, tetapi juga harus melihat dari sudut pandang sosial dan lingkungan. Keputusan yang dipertimbangkan juga harus berdampak dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan karena CSR adalah kontribusi yang diberikan perusahaan, serta langkah suatu manajemen untuk meminimalisasi dampak negatif dan memaksimalisasi dampak positif kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk tujuan yang berkelanjutan.

Dalam Business Dictionary dijelaskan bahwa CSR telah menjadi sebuah kesadaran dan tanggung jawab perusahaan yang terhadap masyarakat dan lingkungan, di mana ia beroperasi. Rahmatullah (2013) menjelaskan bahwa ada tujuh regulasi pemerintah yang berkaitan dengan CSR, baik dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri. Regulasi pertama adalah peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Regulasi kedua adalah peraturan yang mengikat Perseroan Terbatas (PT) yang terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA), yakni Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Regulasi ketiga adalah Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Keempat, Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007. Kelima, peraturan CSR untuk perusahaan

(4)

pengelola minyak dan gas, yang di atur pada Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001. Peraturan yang keenam adalah Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin. Sedangkan peraturan yang ketujuh adalah Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 Tahun 2012 tentang forum tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan kesehateraan sosial. Selain ketujuh regulasi di atas, masih ada lebih dari 50 kabupaten per kota di Indonesia yang juga menerbitkan peraturan daerah mengenai CSR.

Salah satu dari sekian standar pelaporan yang dijadikan kerangka kerja untuk akuntansi sosial, audit, dan pelaporan adalah Global Reporting Initiative’s (GRI)Sustainability Reporting Guidelines. GRI adalah salah satu organisasi di dunia yang menghasilkan standar pelaporan paling banyak yang digunakan untuk sustainability reporting atau pelaporan berkelanjutan.GRI telah menerbitkan pedoman-pedoman sustainability reporting sejak tahun 2000. Pedoman versi pertama diterbitkan pada tahun 2000. Pedoman generasi kedua, yang disebut G2, diresmikan pada tahun 2002 di World Summit on Sustainable Development, Johannesburg. Penyerapan bimbingan GRI mendorong munculnya pedoman generasi ketiga, yang disebut G3. Hingga akhirnya, pembaharuan dan revisi pedoman GRI ini terjadi hingga generasi keempat, yaitu G4 yang diterbitkan pada bulan Mei 2013. Pedoman ini dibuat dengan tujuan agar organisasi pelaporan dapat mengungkapkan dampak yang paling penting, baik positif maupun negatif, pada lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Tujuan yang lain adalah organisasi pelapor mampu menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, dan dapat

(5)

digunakan untuk menilai setiap peluang maupun risiko, dan mengungkapkan lebih banyak informasi guna pengambilan keputusan yang tepat.

Dalam pedomannya, GRI menjelaskan bahwa banyak perusahaan serta organisasi lain yang mengetahui betapa pentingnya memikirkan keberlanjutan usahanya. Di sisi lain, stakeholders meminta agar perusahaan secara transparan mengungkapkan mengenai tujuan, kinerja, dan dampak keberlanjutan perusahaan atau organisasi lainnya. Oleh sebab itu, GRI meluncurkan pedoman pelaporan keberlanjutan GRI sebagai standar pelaporan keberlanjutan yang komprehensif, yang diterima oleh kangan internasional, salah satunya adalah pedoman terbaru GRI generasi keempat atau G4. Secara sederhana, G4 dibuat dengan tujuan untuk membantu pelapor menyusun laporan keberlanjutan yang bermakna, serta membuat pelaporan keberlanjutan yang mantap dan terarah. G4 dirancang untuk menyesuaikan perusahaan untuk memberikan gambaran yang transparan, seperti tantangan apa saja yang dihadapi perusahaan, dan langkah apa saja yang harus dilakukan sebagai bentuk solusi dari tantangan tersebut. Hal tersebut memperkuat alasan bahwa perusahaan perlu mengungkapkan keberlanjutan perusahaannya sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan dengan stakeholders, yang menginginkan adanya keberlanjutan yang jelas dan transparan. Sehingga, perusahaan mampu menyusun laporan perusahaan, baik dalam proses maupun hasil informasi yang diharapkan untuk perusahaan dan stakeholder. Proses yang dimaksud adalah bagaimana perusahaan mampu menggunakan pedoman G4 dalam menyusun laporan berkelanjutan. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah perusahaan mampu menghasilkan informasi yang andal, relevan, dan

(6)

terstandarisasi mengenai dampak dan kinerja keberlanjutan suatu perusahaan atau organisasi.

Banyak pakar yang terus melakukan penelitian untuk mengetahui tentang seberapa penting kepatuhan dan pengungkapan CSR, yang dikatakan penting, bagi perusahaan dan stakeholders. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Jenkins dan Yakovleva (2006), yang mengadakan penelitian pada 10 perusahaan industri pertambangan terbesar di dunia, dari tahun 1999-2003. Jenkins dan Yakovleva (2006) menemukan fakta bahwa pengungkapan CSR dari 10 perusahaan pertambangan yang diteliti, memiliki perkembangan yang baik dari tahun 1999 hingga 2003. Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Everaert et al (2009),yang menemukan bahwa 69% dari 108 perusahaan di Belgia mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan mereka. Secara spesifik, presentase pengungkapan CSR berdasarkan indikator GRI untuk lingkungan adalah 68%, hak asasi manusia 11%, praktik tenaga kerja dan pekerjaan yang layak 84%, tanggung jawab produk 41%, dan sosial 49%. Khan et al (2010) juga melakukan penelitian tersebut pada bank-bank komersial yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange (DSE), Banglades. Khan et al (2010) menemukan bahwa tingkat kepatuhan bank di Banglades pada tahun 2008-2009 cukup tinggi, yaitu 83% untuk indikator lingkungan, 92% untuk indikator praktik tenaga kerja dan pekerjaan layak, 29% untuk indikator tanggung jawab produk, dan 100% untuk indikator sosial. Kemudian, Bonilla-Priego et al (2014) meneliti perusahaan-perusahaan pelayaran di dunia dengan membagi perusahaan-perusahaan tersebut menjadi 3 kategori, yaitu perusahaan yang menerbitkan laporan CSR, perusahaan yang

(7)

mengungkapkan informasi CSR pada website, dan perusahaan yang tidak melaporkan aspek keberlanjutan apapun. Bonilla-Priego et al (2014) menemukan bahwa kepatuhan CSR pada perusahaan pelayaran belum banyak diungkapkan dari masing-masing kategori. Penelitian berikutnya dikembangkan oleh Kawahara dan Irie (2015), yang menemukan bahwa kepatuhan pengungkapan CSR dari 15 emiten Jepang, dengan menggunakan indeks GRI G3.1 masih sangat rendah.

Penelitian mengenai kepatuhan dan pengungkapan CSR tidak hanya berkembang di dunia internasional saja, tetapi juga berkembang di Indonesia. Fitria dan Hartanti (2010) melakukan penelitian pada 3 bank konvensional dan 3 bank syariah di Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan indeks GRI dan indeks Islamic Social Reporting (ISR) guna melihat tingkat kepatuhan CSR dari masing-masing bank yang diteliti. Fitria dan Hartanti (2010) menemukan bahwa bank konvensional memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada bank syariah yang terkemuka. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sofyani dan Setiawan (2012) yang melakukan penelitian pada 3 bank syariah yang ada di Malaysia dan 3 bank syariah yang ada di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan ISR, pengungkapan CSR pada bank syariah di Malaysia lebih tinggi (65,89%) dibandingkan bank syariah yang ada di Indonesia (61,24%). Sedangkan pengungkapan yang diukur dengan GRI tidak lebih baik dibandingkan ISR. Selain itu, Abdullah (2013) juga melakukan penelitian yang serupa pada 7 bank terbesar yang ada di Indonesia dengan menggunakan indeks GRI. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat persentase tertinggi pengungkapan CSR dimiliki oleh Bank Mandiri (18,73%),

(8)

sedangkan yang terendah dimiliki oleh BNI (26,17%). Selain itu, fokus terbesar yang diungkapan oleh ketujuh bank adalah bidang pendidikan. Arifiyanto (2013)melakukan penelitian pengungkapan CSR pada 5 bank syariah di Indonesia, dengan menggunakan indeks GRI. Arifiyanto (2013) menemukan bahwa tingkat presentase rata-rata pada 5 bank syariah di Indonesia cenderung fluktuatif. Tingkat persentase rata-rata tertinggi dicapai oleh Bank Syariah Mandiri (35,96%), sedangkan yang terendah dicapai oleh BRI Syariah (23,22%). Muqodim (2015), yang melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang listing di BEI tahun 2010 dan 2011, menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan pengungkapan kinerja sosialnya dalam laporan tahunannya, baik secara kuantitas paupun kualitas sebesar 72% (2010), dan 78% (2011). Terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggarani (2016). Anggarani (2016) melakukan penelitian untuk melihat kepatuhan pengungkapan CSR pada laporan berkelanjutan dari beberapa sektor perusahaan, seperti industri semen, pertambangan, dan perbankan periode 2013 hingga 2014, dengan menggunakan pedoman pelaporan GRI G4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan sektor industri semen adalah sektor yang pengungkapan CSR-nya paling tinggi, yaitu 77,77%, yang kedua adalah perbankan (62,39%), dan pertambangan (62,13%).

Penelitian yang terus berkembang baik di kancah internasional maupun di Indonesia menjadikan daya tarik dan alasan yang kuat untuk terus mengembangkan penelitian mengenai pengungkapan CSR. Standar pengungkapan CSR baru, yaitu GRI G4 yang belum lama ini telah diterbitkan, juga menjadi

(9)

perhatian menarik bagi peneliti. Berbagai penyuluhan, pelatihan, dan keinginan stakeholders agar perusahaan berlomba-lomba mengungkapkan keberlanjutan yang transparan, menjadikan pengungkapan CSR penting dan patut untuk diteliti. Dasar-dasar tersebut membuat peneliti memiliki motif yang kuat untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini didasarkan pada penelitian Bonilla-Priego et al (2014)dan Anggarani (2016), dengan beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaan pertama adalah penelitian Bonilla-Priego (2014) menggunakan pengungkapan standar GRI G3.1 sebagai dasar pengukurannya. Sedangkan penelitian ini akan menggunakan pengungkapan standar GRI G4 sebagai dasar pengukurannya, sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Anggarani (2016). Perbedaan kedua, objek sampel yang digunakan pada penelitian Bonilla-Priego (2014) adalah perusahaan-perusahaan pelayaran besar di dunia yang mengungkapkan CSR-nya, baik melalui laporan tahunan ataupun website, dan yang terdaftar di CLIA (Cruise Lines International Association), FCCA (Florida-Caribbean Cruise Association), ECC (European Cruise Council), ICCA (International Cruise Council Australasia), dan JOPSA (Japan Oceangoing Passenger Ship Association). Sedangkan penelitian Anggarani (2016) menggunakan laporan berkelanjutan yang diterbitkan oleh perusahaan sektor indutri semen, pertambangan, dan perbankan. Penelitian ini akan menganalisis laporan tahunan dan laporan berkelanjutan dari seluruh perusahaan sektor pertambanganyang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia). Perbedaan ketiga, periode yang digunakan oleh penelitian sebelumnya adalah 2011 untuk penelitian yang dilakukan Bonilla-Priego (2014) dan periode 2013

(10)

hingga 2014 untuk penelitian yang dilakukan Anggarani (2016). Sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2014. Namun, dalam penelitian ini, peneliti akan mengadopsi metode yang sama seperti yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif (content analysis), dengan membagi pengukuran pengungkapan CSR menjadi dua, yaitu secara kuantitas dan kualitas. Pengungkapan CSR secara kuantitas akan diukur dengan menggunakan 2 pengungkapan standar GRI G4, yaitu standar umum dan standar khusus. Sedangkan pengungkapan CSR berdasarkan kualitas akan mengadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Raar (2002), dengan 7 skala kualitas pengungkapan CSR.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang menerbitkan laporan tahunan perusahaan dan laporan berkelanjutan, yang sifatnya adalah opsional, pada periode 2014 dan 2015. Alasan peneliti memilih sampel dengan kualifikasi di atas adalah penerbitan pedoman GRI yang baru yaitu G4pada tahun 2013. Peneliti tidak menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2013, karenaperusahaan belum bisa mengungkapkan keberlanjutan perusahaannya sesuai dengan pedoman GRIG4 dalam satu periode yang utuh. Oleh karena itu, peneliti menggunakan perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2014 dan 2015, karena perusahaan sudah mampu mengungkapkan keberlanjutannya sesuai dengan pedoman GRIG4 dengan satu periode yang utuh. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, judul dalam penelitian ini adalah:

(11)

“ANALISIS KUANTITAS DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERDASARKAN GLOBAL

REPORTING INITIATIVE G4 (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014 dan 2015)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan yang menjadi inti pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kuantitas pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan Global Reporting Initiative G4pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2014 dan 2015?

2. Bagaimana kualitas pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan Global Reporting Initiative G4pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2014 dan 2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan Global Reproting Initiative G4 pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2014 dan 2015, baik secara kuantitas maupun kualitas.

(12)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian hendaknya mampu memberikan wawasan, pengetahuan, serta memberi gambaran tentang pengungkapan CSR baik secara kuantitas maupun kualita spada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 dan 2015.

b. Bagi Akademisi

Hasil dari penelitan ini hendaknya dapat memberikan kontribusi secara praktis tentang pengungkapan CSR baik secara kuantitas dan kualitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014 dan 2015.

c. Bagi Perusahaan

Hasil penelitan ini hendaknya dapat digunakan sebagai acuan dalam mengungkapkan CSR sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yaitu pedoman pelaporan keberlanjutan GRI G4.

2 Secara Teoritis

Hasil penelitian ini hendaknya dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya akuntansi.

(13)

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman mengenai isi skripsi ini, maka penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang terdiri dari:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang merupakan dasar pemikiran tentang penelitian pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan GRI G4 baik secara kuantitas maupun kualitasyang telah dikembangkan sebelumnya, rumusan masalah sebagai sesuatu yang diangkat untuk diteliti, tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini yang sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dibuat, manfaat penelitian yang diharapkan akan didapat dari penelitian ini, dan yang terakhir sistematika penulisan skripsi.

BAB II: KAJIAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang melandasi topik permasalahan penulisan skripsi, landasan pemikiran untuk memperjelas maksud dari penelitian ini, serta pembahasan mengenai literatur terdahulu sebagai acuan dalam penelitian ini. BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi mengenai insturmen penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan sampel data, dan metode analisis data.

(14)

BAB IV: PEMBAHASAN

Bab ini diuraikan deskripsi objek penelitian, analisis data yang digunakan, interpretasi hasil, dan argumentasi terhadap hasil penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Bagian kesimpulan menyajikan secara ringkas apa yang telah diperoleh dari pembahasan. Selain itu, bab ini juga menjelaskan tentang keterbatasan dari penelitian ini, serta saran peneliti bagi pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Sekiranya produk bercampur atau diproses dengan bahan-bahan lain, atau sesuatu pembaikan dilakukan, pernyataan di dalam helaian data keselamatan ini tidak boleh diguna pakai

58 Tahun 2010 Pasal 17 untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu yang mempunyai ketentuan khusus acara pidana, selain ditugaskan kepada penyidik

Variasi capit pada Gambar 3 (b) sama dengan variasi pada Gambar 3 (a) dalam hal tidak menunjukkan adanya gigi (gape) pada dactil maupun pollex; bagian ujung dari

Anda sepertinya menyamakan semua agama-agama dunia dengan mitologi-mitologi buatan manusia. Tapi sains sejati tentang Tuhan berada diluar ciptaan umat manusia dan

Kenaikan konduktivitas pada komposit (Ag 2 S) x (-Al 2 O 3 ) 1-x, seiring dengan kenikan suhu pemanasan dimungkinkan karena perlakuan panas pada bahan komposit

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Pada interaksi antara 99m Tc-siprofloksasin dengan antibiotik yang sedang digunakan, antibiotik diduga akan berkompetisi dengan radiofarmaka dalam mengikat suatu

In the software for the cyberspace invaders game, there must be a method or meth- ods that test to see whether a laser has hit an alien and whether a bomb has hit the defender.