• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ch'an: Gerbang Tanpa-Gerbang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ch'an: Gerbang Tanpa-Gerbang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ch'an: Gerbang Tanpa-Gerbang

Ch'an sering disebut sebagai "gerbang tanpa-gerbang". "Gerbang"-nya adalah ebuah metode praktek sekaligus sebuah jalan menuju pembebasan (Liberation), akan tetapi, gerbang ini "tanpa-gerbang", maksudnya - Ch'an tidak mengandalkan pada suatu metode spesifik dalam membantu seorang praktisi mencapai pembebasan. Metode tanpa-metode adalah metode yang tertinggi. Selama sang praktisi dapat melepas pikiran yang berpusat-diri, pintu gerbang memasuki Ch'an akan terbuka secara alamiah.

Rintangan utama untuk mencapai kebijaksanaan (wisdom) adalah kemelekatan pada 'diri'. Ketika anda menjumpai orang, benda, atau situasi, maka konsep-rasa "Aku" segera muncul. Karena anda melekat pada rasa "Aku" ini, anda akan menggolong-golongkan dan menilai segala sesuatu secara demikian: "Ini milikku itu bukan. Ini baik bagiku itu tidak. Aku suka ini -aku benci itu". Kemelekatan pada konsep diri membuat kejernihan sejati mustahil dicapai.

Tetapi bagaimana kita mendefinisikan ketidak-melekatan (non-attachment)? Menurut Ch'an, ketidak-melekatan berarti bahwa ketika anda menjumpai beragam situasi, berurusan dengan orang lain - disana tak ada rasa "Aku" sehubungan dengan apapun yang muncul di hadapan anda. Segala sesuatu hadir sebagaimana adanya, gamblang dan jernih. Anda bisa

menanggapi dengan semestinya dan memberi apa saja yang sekiranya diperlukan. Kesadaran yang jernih tentang segala sesuatu sebagaimana adanya, dalam keadaan tiada-diri inilah yang disebut Ch'an sebagai kebijaksanaan atau

wisdom atau prajna

. Memberikan apa yang mungkin dibutuhkan orang lain tanpa pemikiran tentang diri - inilah yang disebut Ch'an sebagai belas-kasih. Kebijaksanaan dan belas-kasih menggambarkan kesadaran dan fungsi dari pikiran yang telah tercerahkan. Dalam Ch'an, kedua hal ini tak terpisahkan, dan keduanya bergantung pada lepasnya kemelekatan pada diri.

Sejalan dengan mekamya aliran Ch'an, berkembang pula dua bentuk praktek, yang

kurang-lebih berhubungan dengan dua entri Bodhidharma, yang satu lewat prinsip dan yang lainnya adalah lewat praktek. Metode lluminasi Sunyi ( Silent Illumination) adalah spesialisasi tradisi Caodong, sementara tradisi Linji mendukung metode

gong'an dan huatou

(2)

Istilah lluminasi Sunyi, atau Mozhao, terkait dengan Master Hongzhi Zhenjue (1091-1157) dari dinasti Song; walaupun latihan itu sendiri dapat ditelusuri setidaknya sampai ke Bodhidharma dengan konsepnya entri lewat prinsip. Lima generasi kemudian, guru besar Yongjia (665-713) menulis tentang "kejernihan dan tiada-gerak" dalam Senandung Pencerahan. Tiada-gerak mengacu pada prak-tek mengheningkan pikiran; kejernihan mengacu pada 'melihat' dengan penuh perhatian tanpa putus (

kontemplasi ) - menerangi ( illuminating

) pikiran dengan cahaya kesadaran.

Hongzhi sendiri mendeskripsikan "duduk sunyi" sebagai berikut:

"Tubuh duduk dengan hening; pikiran anda diam, tak bergeming. Inl adalah suatu usaha praktek yang sungguh-sungguh. Tubuh dan pikiran istirahat sepenuhnya. Mulut sedemikian diamnya sehingga seolah sampai lumut tumbuh di sekelilingnya. Dan rumput bertunas dari lidah. Lakukanlah ini torus tanpa henti, membersihkan pikiran, sampai mencapai kejernihan sebuah telaga musim-gugur, terang bagaikan bulan menyinari langit malam".

Di bagian lain, Hongzhi mengatakan,

"Dalam duduksunyi, pelbagai bayangbayang alam (realm) mungkin saja muncul -pikiran tetap sangatjernih sampai sedetil-detilnya; segala sesuatu tetap berada di tempat asli-nya, di tempatnya sendiri masing-masing. Pikiran tetap pada satu pemikiran untuk selama sepuluh ribu tahun - namun tidaklah tinggal pada wujud apapun, di dalam ataupun di luar".

Untuk memahami Ch'an lluminasi Sunyi, penting untuk dimengerti bahwa meskipun tidak ada pemikiran apapun, pikiran tetap sangat jernih, sangat sadar ( aware). Kesunyian dan iluminasi - keduanya harus hadir. Pada praktek ini, menurut Hongzhi, ke-tika tiada apapun yang sedang berlangsung dalam pikiran seseorang, orang tersebut sepenuhnya sadar bahwa: tak ada sesuatu yang sedang terjadi. Jika ia tidak sadar, maka ini hanyalah penyakit Ch'an, bukanlah keadaan Ch'an. Pada keadaan Ch'an, pikiran menjadi transparan. Dalam beberapa hal, tidaklah sepenuhnya akurat jika mengatakan bahwa tidak ada apapun juga, karena

sebenarnya yaitu - pikiran-transparan tersebutlah yang ada di sana. Tetapi cukup tepat untuk mengatakan bahwa tiada apapun yang dapat menjadi kemelekatan atau halangan. Dalam keadaan ini, pikiran tidak memiliki wujud atau ciri. Powernya ada, tetapi fungsinya adalah untuk

(3)

menerangi.

Gong'an adalah cerita tentang suatu insiden pribadi antara seorang guru dengan muridnya yang berkaitan dengan sebuah pemahaman atau pengalaman pencerahan. Insiden tersebut biasanya, walau tidak selalu, melibatkan suatu dialog. Manakala insi-den tersebut diingat dan dicatat, ia menjadi milik umum atau se-buah "kasus publik" - inilah makna harafiah dari istilah gong-an

. Seringkali yang menjadikan insiden tersebut layak dicatat adalah bahwa, sebagai hasil dari suatu dialog tersebut: seorang murid mengalami ketersadaran - suatu pengalaman

pencerahan.

Master Zhaozhou ditanya oleh seorang rahib, "Apakah seekor anjing mempunyai

sifat-Kebuddhaan?". Sang master menjawab, "Wu", yang berarti tiada apapun. Ini adalah sebuah gong'an dasar, yang paling terkenal dari yang tercatat. Berikut adalah sebuah gong'an lain, yang juga melibatkan Zhaozhou. Seorang murid Zhaozhou bertemu seorang perempuan tua dan bertanya kepada perempuan tersebut, "Bagaimana saya bisa mencapai Gunung Tai?" Perempuan tersebut menjawab, "Terus saja!" Ketika rahib tersebut meneruskan perjalanan, ia rnendengar si perempuan tua berkomentar, "la benar-benar pergi!". Sesudahnya, sang murid menceritakan ini kepada Zaozhou, yang lalu berkata, "Kupikir aku akan ke sana dan melihat sendiri". Ketika bertemu, Zhaozhou mengajukan pertanyaan yang sama dan perempuan tua itu mem-berikan jawaban yang sama pula: "Terus saja!". Ketika Zhaozou meneruskan perjalanan, ia rnendengar si perempuan tua berkata seperti yang terakhir diucapkannya, "la benar-benar pergi!". Ketika Zhaozou kembali, ia menyampaikan kepada kumpulan murid-nya, "Aku telah memahami perempuan tua itu!". Apa yang diketahui Zhaozou tentang perempuan tua itu? Apa makna dari

gong'an

yang panjang dan kabur ini?

Sekitar jaman dinasti Song (960-1276), para master Ch'an mulai menggunakan catatan gong'an sebagai subyek meditasi untuk murid-murid mereka. Sang praktisi diminta untuk menginvestigasi makna dari gong'an yang bersejarah tersebut. Untuk menembus makna dari gong'an, sang murid harus menanggalkan semua pengetahuan, pengalaman, dan penalaran -karena jawabannya tak bisa dijangkau dengan cara-cara ini. Sang murid harus menemukan jawabannya dengan can gong'an, atau "menginvestigasi gong'an". Periu untuk menyapu habis semua hal dari ruang kesadaran (consciousness), sehingga tinggallah gong'an itu sendiri; yang pada akhirnya akan dihasilkan "sensasi kesangsian"14 - yakni suatu rasa heran-ingintahu yang sangat kuat, suatu hasrat yang mendesak-desak mau membongkar makna dari gong'an tersebut.

(4)

"sensasi-kesangsian' (doubt-sensation) adalah istilah khusus dalam Ch'an; terjemahan

harafiah dari kata i ch'ing yang artinya beda sekali dari

pengertian kesangsian biasa.

Berkaitan erat, tetapi tidak identik dengan gong'an adalah huatou. Huatou -secara

harafiahnya berarti "kepala (bagian depan) dari sebuah kata yang terucap" - adalah pertanyaan yang diaju-kan seorang praktisi kepada dirinya sendiri. "Apakah Wu?", atau "Siapakah Aku?" adalah huatou yang umum digunakan, Dalam praktek huatou, seseorang mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mengulang-ulang pertanyaan tersebut tanpa putus. Metode gong'an mirip dengan huatou, dalam hal sang praktisi berusaha membangkitkan suatu

"sensasi kesangsian besar" (great doubt sen-sation) untuk pada akhirnya menghancurkannya dan terbangun menuju pencerahan.

Master Ch'an Dahui Zonggao (1089-1163), salah seorang pendukung terbesar praktek huatou, berpendapat bahwa sebelum se-orang siswa dapat secara efektif menggunakan sebuah gong'an atau huatou, maka meditasi duduk diperlukan guna menenangkan pikiran yang mengembara. Suatu pikiran yang terpencar tidak memiliki fokus atau energi yang diperlukan untuk menciptakan kesangsian besar tersebut. Sehingga dalam melatih murid, penulis mula-mula membermya sebuah metode untuk menyatukan pikir-an yang terpencar. Setelah pikiran sang murid stabil dan terkonsentrasi, penerapan gong'an atau huatou dapat menyebabkan munculnya sensasi kesangsian besar. Kesangsian ini bukanlah sekedar keraguan biasa yang bermaksud mempertanyakan kebenaran dari suatu hal. Kesangsian ini adalah suatu ketidakpastian yang amat fundamental, dilema eksistensial, yang menggoncang kemapanan semua hal dan semua pengalaman-pengalaman yang telah kita ketahui - yakni pertanyaan tentang: siapakah sesungguhnya kita ini serta makna dari kghidupan dan

kematian. Karena pertanyaan yang inheren dalam gong'an atau huatou tidak mungkin dapat dipecahkan dengan logika, sang praktisi harus terus-menerus kembali ke pertanyaan tersebut, yang kemudian akan semakin memperbesar "gumpalan kesangsian" tersebut sampai menjadi bagaikan sebuah "bola besi panas yang tersangkut di kerongkongan". Jika sang praktisi mampu mempertahankan energi ini, menjaganya agar tidak buyar, maka massa kesangsian tersebut pada akhirnya akan lenyap dalam suatu ledakan yang dapat menyapu total semua keraguan dari pikiran tak menyisakan apapun juga selain sifat asli dari pikiran, atau -pencerahan.

Tetapi ada pula kemungkinan, ini yang sering terjadi, bahwa ledakan tersebut tidak memiliki jumlah energi yang cukup untuk membersihkan sepenuhnya pikiran dari kemelekatan. Bahkan seorang master sebesar Dahui-pun tidak tembus secara memadai pada pengalaman ledakan pertamanya. Gurunya, Yuanwu (1063-1135) memberitahu: "Karnu sudah mati, tetapi kamu

(5)

Maka, sangatlah penting untuk mempunyai seorang shifu, atau guru, yang handal, yang dapat membimbing seseorang melalui semua tahapan latihan. Pada permulaan, berusaha

menghasilkan kesangsian besarsebelum pikiran cukup stabil, paling-paling hanya akan sia-sia dan, yang terburuk, justru membangkitkan banyak kegelisahan. Dan yang terakhir,

pengalaman apapun yang didapat seseorang sebagai hasil dari latihan - harus

dikonfirmasikan oleh seorang master yang cakap. Hanya seorang master sejati yang dapat mengetahui perbedaan antara suatu pencerahan yang sejati dengan yang palsu.

Praktek gong'an atau huatou adalah sebuah pendekatan yang agresif dan eksplosif menuju pencerahan; praktek lluminasi Sunyi merupakan jalan yang lebih tenang. Akan tetapi,

keduanya memerlukan pondasi yang sama: sebuah pikiran yang stabil serta menyatu. Dan keduanya mempunyai tujuan yang sama; realisasi atau tercapainya pemahaman akan hakekat sifat dasar dari pikiran, yang merupakan hakekat dari kekosongan (

shunyata

), yakni sifat-Buddha - kebijaksanaan serta pencerahan.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai tahap awal dari perancangan sistem kendali autoclave ini, maka akan dilakukan identifikasi sistem guna mendapatkan model sistem alat autoclave secara eksperimen

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran permukaan karena adanya pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan

PenggerakManual GL Pro Neotech 160 Cc Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Berdasarkan sifat Biologi yang mempelajari tentang konsep-konsep yang  berhubungan dengan lingkungan, maka perlu adanya suatu pendekatan dalam membelajarkan biologi yang

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecernaan yaitu suhu, laju perjalanan melalui pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, dan pengaruh terhadap

persekusi, diskriminasi, dan rasisme terhadap masyarakat, malah menjadi salah satu aktor pelaku tindakan tersebut. Dan catatan penting pula, meskipun penindakan

Terminal Bus juga merupakan suatu area dan fasilitas yang di dalamnya terdapat interaksi berbagai elemen seperti manusia (penumpang, pedagang dan kru bus), fasilitas