• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH Persea americana Mill. TERHADAP KADAR ALBUMIN PADA TIKUS

TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

VIVO PUSPITASARI ANA MARIA NIM : 118114030

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”

1 Petrus 5:7

Dengan rasa syukur dan kasih sayang, Kupersembahkan karya kecil ini Kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria atas penyertaan-Nya, Bapak, Ibu, Stanis, serta keluarga, atas perhatian serta doa yang selalu diberikan Sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat dan perhatian

(5)
(6)
(7)

vii PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Ekstrak Etanol Kulit Persea americana Mill. Terhadap Kadar Albumin Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Kepada para pihak yang memberikan bantuan, bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini, perkenankanlah menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan tuntunan, pertolongan serta kekuatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan rencana-Nya.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk dan dorongan selama menjalani studi dan dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt dan Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt selaku Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan koreksi serta saran kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.

(8)

viii

5. Ibu Agustina Setiawati,M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Biofarmasetika-Farmakokinetika, Farmakognosi-Fitokimia, Farmasi Fisika, Imunologi, dan Kimia Organik demi kepentingan penelitian ini.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., atas bantuannya dalam determinasi tanaman Persea americana Mill.

7. Pak Parjiman selaku laboran Imunologi, Pak Heru selaku laboran Laboratorium Farmakolog-Toksikologi dan Laboratorium Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayat selaku laboran Laboratorium Biokimia, Pak Wagiran selaku laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Pak Agung selaku laboran Laboratorium Farmasi Fisika, Pak Parlan selaku laboran Laboratorium Kimia Organik, atas segala kerjasama serta bantuannya di laboratorium.

8. Bapak, Ibu, adik serta keluarga yang telah memberi dukungan dari awal sampai akhir penelitian ini, terima kasih atas doa dan perhatiannya selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman penelitian tim kulit alpukat Angeline Syahputri, Gemah Restuti, Maria Desita, Lusia Drikti, Brigita Wina, Jolina, M.M Risa, Bernadet Birgita, Fransiska Andriani, Ester Rina, Theresia Eviani, Margareta Tri Nova,

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xviii ABSTRACT ... xix BAB I ... 1 PENGANTAR ... 1 A. Latar Belakang ... 1 1. Perumusan masalah ... 4 2. Keaslian penelitian ... 5 3. Manfaat penelitian ... 5

(11)

xi

B. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II ... 8

PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Kulit buah P. americana ... 8

1. Taksonomi ... 8

2. Sinonim ... 9

3. Nama Lain ... 9

4. Morfologi ... 9

5. Kandungan kimia dan kegunaan ... 10

B. Albumin ... 11

C. Hati ... 12

1. Anatomi dan fisiologi hati ... 12

2. Hepatotoksisitas ... 15 D. Karbon tetraklorida ... 17 E. Etanol ... 20 F. Metode Ekstraksi ... 21 G. Landasan Teori ... 21 H. Hipotesis ... 23 BAB III ... 24 METODE PENELITIAN ... 24

(12)

xii

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24

1. Variabel utama ... 24 2. Variabel pengacau ... 24 3. Definisi Operasional ... 25 C. Bahan Penelitian ... 26 1. Bahan utama ... 26 2. Bahan kimia ... 26 D. Alat Penelitian ... 27 1. Alat ektraksi ... 27

2. Alat uji hepatoprotektif ... 27

E. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Determinasi tanaman P. americana ... 28

2. Pengumpulan bahan uji ... 28

3. Pembuatan serbuk P. americana ... 28

4. Penetapan kadar air dalam serbuk kering kulit buah P. americana ... 29

5. Pembuatan sediaan etanol kulit buah P. americana ... 29

6. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1% ... 30

7. Penetapan konsentrasi ekstrak ... 30

8. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit buah P. amerciana ... 31

9. Pembuatan suspensi karbon tetraklorida 50% ... 31

(13)

xiii

11. Pengelompokkan hewan uji ... 33

12. Pengambilan darah ... 34

13. Pengukuran kadar albumin ... 34

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 34

BAB IV ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Determinasi Tanaman ... 35

B. Hasil Penimbangan Bobot Ekstrak Etanol Kulit Buah P. americana ... 35

C. Penetapan Kadar Air Serbuk Kulit Buah P. americana ... 36

D. Uji Pendahuluan ... 37

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ... 37

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji ... 37

3. Penentuan dosis ekstrak etanol kulit buah P. americana ... 39

E. Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Ekstrak Etanol Kulit Buah P. americana Terhadap Kadar Albumin Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 40

1. Kontrol olive oil ... 43

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dengan dosis 2mL/kg BB ... 43

3. Kontrol ekstrak etanol kulit buah P. americana... 44

4. Perlakuan jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana ... 45

F. Rangkuman Pembahasan ... 48

(14)

xiv

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida

dosis 2 mL/kg BB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam ……….. 38 Tabel II. Hasil uji statistik aktivitas ALT setelah pemberian kabron

tetraklorida dosis 2mL/kg BB pada waktu pencuplikan darah

jam ke 0, 24, serta 48 jam ... 38 Tabel III. Pengaruh perlakuan jangka pendek ekstrak etanol kulit

P. americana berdasarkan kadar albumin pada tikus yang

terinduksi kabron tetraklorida dosis 2mL/kg BB ... 40 Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar albumin tikus setelah pemberian kabron

tetraklorida dosis 2mL/kg BB pada kelompok perlakuan ... 41 Tabel V. Hasil rendemen ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. ... 73 Tabel VI. Bobot pengeringan ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. ... 74

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur dasar hati ... 14 Gambar 2. Anatomi hati dilihat dari atas ... 14 Gambar 3. Struktur kimia karbon tetraklorida ... 17 Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi

karbon tetraklorida ... 18 Gambar 5. Mekanisme peroksidasi lipid ... 19 Gambar 6. Indeks polaritas etanol ... 20 Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas SGPT/ALT sel hati tikus

setelah pemberian kabron tetraklorida dosis 2mL/kg BB pada

selang waktu 0,24 dan 48 jam ... 39 Gambar 8. Diagram batang rata-rata pengaruh perlakuan jangka pendek

pemberian ekstrak etanol kulit P. americana terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto kulit dan biji Persea americana Mill. ... 61

Lampiran 2. Foto serbuk kulit Persea americana Mill ... 61

Lampiran 3. Foto ekstrak kental kulit Persea americana Mill ... 62

Lampiran 4. Foto larutan ekstrak etanol kulit Persea americana Mill ... 62

Lampiran 5. Surat pengesahan determinasi kulit Persea americana Mill ... 63

Lampiran 6. Surat pengesahan Medical and Health Research Ethics Committee ... 64

Lampiran 7. Hasil pengujian kadar air serbuk simplisia kulit Persea americana Mill. ... 65

Lampiran 8. Analisis statistik aktivitas serum ALT pada uji pendahuluan Penentuan waktu pencuplikan darah ... 66

Lampiran 9. Analisis statistik kadar serum albumin perlakuan ekstrak etanol kulit P. americana Mill. setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2mL/kg BB ... 69

Lampiran 10. Hasil rendemen ekstrak etanol kulit P. americana ... 73

Lampiran 11. Bobot pengeringan ekstrak etanol kulit P. americana sampai Terbentuk ekstrak kental ... 74

(18)

xviii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida dan untuk mengetahui dosis pemberian ekstrak etanol yang paling efektif serta mendapatkan informasi ada tidaknya kekerabatan antara dosis pemberian ekstrak etanol dengan peningkatan kadar albumin tikus.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, dan berat ± 150-250 gram dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) dengan dosis 2 mL/kg BB secara i.p, kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 mL/kg BB secara i.p, kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. dengan dosis 1,4 g/kg BB, kelompok IV-VI (perlakuan) masing-masing kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. dengan tiga peringkat dosis, yaitu 0,35; 0,7; 1,4 g/kgBB secara oral enam jam sebelum pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB secara oral. Pada jam ke-24 sesudah pemberian karbon tetraklorida, darah tikus diambil dari sinus orbitalis mata untuk penetapan kadar albumin dan data dihitung menggunakan metode ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% kemudian dilanjutkan uji Scheffe.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah P. americana Mill. dosis 0,35 dan 1,4 g/kg BB memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi hepatotoksin karbon tetraklorida. Dosis 0,35 g/kg BB merupakan dosis efektif yang mampu memberikan peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan kadar albumin yang diperoleh tidak ada kekerabatan antara dosis ekstrak etanol dengan respon kadar albumin, karena semakin besar dosis ekstrak etanol yang diberikan tidak diikuti dengan respon kadar albumin yang besar pula.

Kata kunci : kulit buah Persea americana Mill. , albumin, esktrak etanol, karbon tetraklorida

(19)

xix ABSTRACT

This research aims to determine the effect of short-term ethanol extract of the Persea americana Mill peels albumin levels in male Wistar rats induced by carbon tetrachloride and to determine the dose of ethanol extract of the most effective and get the information whether there is a kinship between the dose of ethanol extract with increased rat albumin levels.

This research was an experimental research with direct sampling design. 30 Wistar strain male rats, aged 2-3 months, and 150-250 gram weight were randomly divided into six treatment groups. group 1 (control hepatotoxins) in ip doses of 5, group 2 (negative control) was given olive oil by ip doses of 5, group 3 (control extract) was given Persea bark ethanol extract at a dose of 5, 4-6 group (treatment) each treatment group was given ethanol extract of Persea skin with three doses are ranked 1, 2, 3 orally six hours prior to administration of five doses of hepatotoxins carbon tetrachloride orally. Twenty-four hours letter after administration of carbon tetrachloride, mouse blood was taken from the orbital sinus for determination of albumin eyes and the data are calculated using one-way ANOVA with confidence level 95% and continue Scheffe test.

Results showed that the ethanol extract of Persea americana peels fruit dose of 0,35 and 1,4 g/kg BB to give effect to an increase in albumin levels in male Wistar rats induced by hepatotoxins carbon tetrachloride. 0,35 g/kg BB effective dose is the dose that is capable of providing increased levels of albumin in male Wistar rats induced by carbon tetrachloride. The results indicate that elevated levels of albumin obtained no kinship between the ethanol extract dose response albumin levels, because the larger dose of ethanol extract given is not followed by a response with the greater albumin

Keywords : Persea americana Mill peels fruit, albumin, ethanolic extract, carbon tetrachloride

(20)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kerusakan pada hati akibat bahan kimia, obat, dan virus telah diketahui dengan baik sebagai problem toksikologi (Day, 2007; Abajo, Montero, Madurga, Rodriguez., 2004; Kanto, 2005). Beberapa penyakit hati seperti peradangan (hepatitis) hingga cedera hati (sirosis) disebabkan karena berbagai faktor, yaitu virus, obat-obatan, dan alkohol (Ganong dan McPhee, 2011). Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Cadman (2000) juga menyatakan bahwa 15-40% kasus penyakit hati akut diperantarai oleh obat-obatan.

Hati merupakan organ vital yang berperan dalam fungsi memetabolisme serta detoksifikasi dari perubahan eksogenus dan endogenus seperti xenobiotik, obat serta infeksi virus (Soni, Mohanty, Jaliwala, 2011). Hati mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai pembentukan dan ekskresi empedu, fungsi metabolik, fungsi vaskular, serta pertahanan tubuh (Ganong, 2002). Selain itu hati merupakan sumber utama protein serum albumin, fibrinogen, dan faktor-faktor koagulasi, plasminogen, transferin dan globulin beta semua disintesis dalam sel-sel parenkim hati. Perubahan fraksi protein yang paling banyak terjadi pada penyakit hati adalah penurunan kadar albumin dan kenaikan kadar globulin. Kadar albumin serum secara teratur menurun apabila penyakit hati berlangsung lebih dari 3 minggu (Noer, 1996; Sacher dan McPherson 2004). Apabila terjadi kerusakan hati, maka sirukulasi dari bilirubin akan

(21)

terganggu. Kerusakan pada sel-sel hati yang mengakibatkan ekskresi melalui saluran empedu terhambat akan menyebabkan bilirubin direct dalam serum meningkat. Namun, apabila terjadi kegagalan dalam tahap konjugasi bilirubin di hati, maka

bilirubin indirect yang akan meningkat (Pradana, 2007). Maka dikatakan bahwa salah

satu indikator kerusakan sel hati adalah kenaikan kadar bilirubin total dan penurunan kadar albumin (Wijayanti, 2011).

Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model yang dapat menyebabkan kerusakan hati adalah karbon tetraklorida (CCl4). Karbon

tetraklorida merupakan senyawa hepatotoksin kuat yang dapat menimbulkan ketoksikan terhadap hati dan ginjal, karsinogen serta berpengaruh terhadap penipisan lapisan ozon di atmosfer (Bruckner dan Warren, 2001). Karbon tetraklorida digunakan sebagai sumber radikal bebas. Karbon tetraklorida di dalam tubuh akan terurai menjadi senyawa yang memiliki elektron yang tak berpasangan, bersifat reaktif dan merusak senyawa lain disekitarnya (Handoko , 2005).

Obat-obatan untuk mengatasi adanya kerusakan hati masih jarang ditemukan di Indonesia. Selain itu, telah dinyatakan oleh WHO (2008) bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping. Hal ini mendorong penggunaan sumber daya alam seperti tanaman menjadi salah satu alterrnatif yang bisa digunakan. Peran tanaman pada jaman ini mendominasi dalam menjaga kesehatan manusia serta meningkatkan kualitas hidup.

Tanaman alpukat (Persea americana Mill.) merupakan salah satu tanaman yang menarik untuk diteliti berkaitan dengan hepatoprotektor (Lu, Arteaga, Zhang,

(22)

Huerta, Go, dan Heber, 2005). Penelitian terhadap P. americana menunjukkan ekstrak kulit buah memiliki kandungan senyawa fenolik yang lebih tinggi dan aktivitas antioksidan yang lebih baik bila dibandingkan dengan ekstrak bijinya (Kosińka, Karamać, Estrella, Hernández, Bartolomé, Dykes, 2012).

Adanya aktivitas antioksidan diharapkan akan mengurangi radikal bebas (Soong dan Barlow, 2004). Antioksidan merupakan senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Kumalaningsih, 2006). Penelitian terhadap P. americana pernah dilakukan sebelumnya (Djunarko dan Hendra, 2013) pada pemberian jangka pendek ektrak etanol dengan menggunakan biji P. americana terhadap efek hepatoprotektifnya, penelitian saat ini menggunakan bagian tanaman lainnya yaitu kulit buah P. americana. Adanya kandungan antioksidan tersebut diharapkan akan memberikan pengaruh terhadap kadar albumin pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida pada jangka pendek. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dosis efektif pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P.

americana terhadap peningkatan kadar albumin serta melihat ada tidaknya

kekerabatan antara dosis dengan peningkatan kadar albumin.

Pada penelitian ini menggunakan bentuk sediaan ekstrak. Penelitian dari Agnieszka, Magdalena, Isabel, Teresa, Begon, dan Gary (2012) memaparkan bahwa potensi aktivitas antioksidan yang kuat diperoleh dari ekstrak metanol 80% biji P.

(23)

proses ekstraksi yang diinginkan berdasarkan pada polaritasnya. Polaritas etanol (0,68) sedangkan polaritas dari metanol adalah (0,73), sehingga antara metanol dan etanol memiliki selisih 0,05 memungkinkan adanya kesamaan kandungan antara ekstrak metanol-air dengan ekstrak etanol-air (Moyler, 1991). Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol bukan metanol karena ekstrak metanol lebih bersifat toksik bila dibandingkan dengan ekstrak etanol, walaupun dengan kepolaran yang berbeda diharapkan kandungan senyawa antioksidan di dalamnya masih ada. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat adanya pengaruh pemberian jangka pendek dari ekstrak etanol kulit buah P. americana terhadap kadar albumin dengan hepatotoksin CCl4.

1. Perumusan masalah

a. Apakah pemberian ekstrak etanol kulit buah P. americana dalam penggunaan jangka pendek memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida?

b. Berapa dosis efektif ekstrak etanol kulit buah P. americana pada penggunaan jangka pendek yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi kabron tetraklorida?

c. Apakah ada kekerabatan antara dosis pemberian ekstrak etanol kulit buah P.

americana dengan peningkatan kadar albumin dalam penggunaan jangka

(24)

2. Keaslian penelitian

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan P. americana meliputi :

1. Kate dan Lucky (2009) melaporkan bahwa ekstrak biji P. americana Mill. dapat digunakan sebagai antihipertensi, hipoglikemik, dan kolesterol.

2. Djunarko dan Hendra (2013) melaporkan bahwa pemberian akut ekstrak etanol biji alpukat mempunyai pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

3. Kosińka et al., (2012) menyatakan bahwa ekstrak kulit buah P. americana mempunyai kandungan senyawa fenolik yang lebih tinggi serta aktivitas antioksidan yang lebih baik bila dibanding dengan ekstrak biji P. americana.

Penelitian mengenai kulit buah P. americana berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Sejauh ini belum ada publikasi resmi mengenai pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida yang dilihat dari parameter kadar albuminnya.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam bidang ilmu kesehatan mengenai penggunaan tanaman obat terhadap peningkatan kadar albumin dalam pemberian jangka pendek dan dosis efektif ekstrak etanol kulit buah P. americana

(25)

yang dapat memberikan peningkatan kadar albumin serta kekerabatan antara dosis pemberian dengan respon kadar albumin yang dihasilkan. b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat terkait pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana terhadap peningkatan kadar albumin terhadap terjadinya penyakit hati .

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat adanya pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2. Tujuan khusus

a. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui adanya peningkatan kadar albumin akibat pemberian ekstrak etanol jangka pendek kulit buah P. americana pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

b. Mengetahui besar dosis efektif ekstrak etanol kulit buah P. americana yang dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

(26)

c. Mengetahui kekerabatan antara dosis pemberian ekstrak etanol kulit buah P.

americana dengan peningkatan kadar albumin dalam penggunaan jangka

(27)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kulit buah P. americana

P. americana berasal dari Amerika Tengah dan tumbuh menyebar di daerah

subtropis serta tropis (Kate and Lucky, 2009). Bagian dari tanaman P. americana yang banyak dimanfaatkan adalah daging buahnya (untuk obat tradisional, bahan pangan, bahan dasar kosmetik) (BAPPENAS,2000).

1. Taksonomi

Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) Subkerajaan : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliopsida Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Magnoliidae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill.

(28)

2. Sinonim

Laurus persea L, Persea drymifolia Schlecht. and cham, Persea gratissima C.F. Gaertn. Persea edulis Raf., Persea nubignenan (L.O.Williams)

L.E. Kopp., Persea gigantean L.O. Williams., Persea gratissima var. macrophylla

Meisn., Persea gratissima var. oblonga Meisn., Persea gratissima var. praecox Nees, Persea gratissima var. vulgaris Meisn., Persea pleiogyna Blake, Persea nubigena L.

O. Williams, Persea paucitriplinervia Lundell, Persea persea (L.) Cockerell (Lim, 2012).

3. Nama Lain

Malaysia : apukado, avokado, buah mentega Jerman : Alligatorbirne, Avocadobirne Amerika : avocado

Inggris : alligator pear, avocado, avocado-pear, butter fruit Indonesia : adpukat, avokad

(World Agroforestry Centre,2002).

4. Morfologi

Tanaman alpukat merupakan tanaman dengan ukuran medium hingga besar, yang mempunyai ketinggian antara 9-20 m, Alpukat memiliki daun yang hijau sepanjang tahun, meskipun beberapa varietas kehilangan daunnya dalam waktu singkat sebelum berbunga. Daunnya mempunyai panjang 7-41 cm serta mempunyai berbagai macam bentuk (oval, lonjong) (Orwa, Kindt, Jamnadass, Simons, 2009). Daun tumbuh tunggal dengan bentuk bulat panjang dengan tepi rata atau berombak,

(29)

letak daun agak tegak, dan permukaannya licin sampai agak kasar. Batang berlekuk-lekuk dan bercabang banyak, daun berimbun. Bunga tersusun dalam tandan yang tumbuh dari ujung-ujung ranting. Struktur bunga berkelamin dua (hermaphrodite) dan pesariannya dibantu oleh lebah madu karena bunganya mempunyai nektar dan staminod yang berfungsi sebagai alat pemikat serangga. Buah alpukat berbentuk bulat (pir) sampai lonjong (oblong), kulitnya licin berbintik kuning dengan ketebalan 1mm-1,5mm, dan pangkal buah tumpul atau meruncing, tergantung jenis atau varietas. Setiap buah alpukat mengandung satu kulit yang berbentuk jorong dengan ukuran kecil sampai besar. Kulit dapat digunakan sebagai bahan perbanyak generatif (Rukmana, 1997)

5. Kandungan kimia dan kegunaan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arukwe, Amadi, Duru, Agomuo, Adindu, Odika,et al., (2012) menyatakan kandungan kimia dari buah serta kulit buah serta daun P. americana antara lain fenol, saponin, flavonoids. Penelitian Vinha, Moreira, Sergio dan Barreira (2013) menyatakan bahwa kandungan senyawa pada kulit buah P. americana meliputi alkaloid, triterpenoid, tannin, flavonoid, fenolik, dan karotenoid. Penelitian Hutapea (2001), menyatakan buah dan daun P. americana mengandung saponin, alkaloid dan flavonoid. Buah mengandung tanin dan daun mengandung polifenol, kuersetin. Flavonoid dapat mencegah kerusakan oksidatif sel, mempunyai aktifitas perlindungan dan anti kanker yang kuat melawan tahap dalam karsinogenesis (Salah, Miller, Pangauga, Bolwell, Rice, Evans, 1995). Daging buah tanaman P. americana biasanya digunakan untuk mengobati sariawan (Hutapea,

(30)

2001). Alhassan, Sule, Atiku, Wudil, Abubakar, Mohammed (2012) melaporkan bahwa ekstrak air dari biji P. americana mempunyai peran sebagai efek antidiabetik.

B. Albumin

Albumin merupakan faktor penting dalam menentukan tekanan onkotik darah ; juga terlibat dalam transportasi berbagai zat endogen seperti bilirubin tak terkonjugasi, hormon dan zat eksegon termasuk obat; efek antioksidan dan antiinflamasi (Evans, 2002; Quinlan,Martin,Evans 2005; Lee, 2012). Albumin didistribusikan ke intravaskular sebanyak 40% sedangkan 60% nya didistribusikan ke bagian ekstravaskular (Belfort, Soade Foley, Phelan and Dildy, 2010). Albumin diproduksi oleh hati kira-kira 12 g albumin per hari yang merupakan kira-kira 25% dari total sintesa protein hati (Supriyanta, 2012).

Apabila disfungsi hepatoselular berlangsung lama maka akan menyebabkan kadar protein plasma akan menurun. Dalam hal ini maka penurunan kadar albumin dan kenaikan kadar globulin merupakan perubahan fraksi protein yang paling banyak terjadi pada penyakit hati. Secara teratur kadar albumin serum menurun bila penyakit hati berlangsung lebih dari 3 minggu (Lopa, Rusli, Arif, Hardjoeno, 2007). Sirosis merupakan penyakit hati yang menimbulkan berbagai gangguan fungsi hati, salah satunya yaitu gangguan sintesis albumin yang akan menyebabkan penurunan albumin (Hasan dan Indra, 2008).

Sintesa albumin dimulai di dalam nukleus, gen ditranskripsikan ke dalam

(31)

dimana albumin berikatan dengan ribosom, membentuk polysome yang mensintesa preproalbumin. Preproalbumin merupakan molekul albumin dengan asam amino yang disambung pada terminal N yang mana sambungan asam amino ini akan memberi isyarat penempatan preproalbumin ke dalam membran retikulum endoplasma (RE). Ketika berada di dalam lumen retikulum endoplasma, asam amino akan memecah, menyisakan albumin (albumin dengan asam amino yang tersisa). Proalbumin merupakan bentuk intraseluler yang utama dari albumin. Proalbumin kemudian dikirim ke aparatus golgi, dimana 6 sambungan asam amino dipindahkan sebelum albumin disekresi oleh hepatosit (Bangun, 2008).

C. Hati 1. Anatomi dan fisiologi hati

Hati adalah kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia dengan berat 1500 gram atau 1,5 kg. Bagian superior dari hati cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma (Baradero, Siswadi, dan Ester, 2008).

Hati merupakan organ yang memainkan peranan penting selama proses metabolis (Stine dan Brown, 1996). Hati memiliki peran, diantaranya yaitu sebagai fungsi sintesis/ pembentukan lemak, protein, faktor pembekuan, glukosa, dan garam empedu; fungsi ekskresi/ pengeluaran garam empedu dan bilirubin; fungsi penyimpanan protein, lemak, dan glukosa, vitamin serta mineral; fungsi detoksifikasi (Cahyono, 2009). Dalam hal sekresi, hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak. Hati mempertahankan homeostatik gula darah, akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi

(32)

glukosa jika diperlukan tubuh. Organ ini juga akan menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah serta bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu. Pada proses detoksifikasi, hati melakukan inaktivasi hormone dan detoksifikasi toksin dan obat (Slonane, 2003).

Hati seluruhnya diliputi oleh capsula fibrosa namun ada juga yang tidak diliputi oleh peritoneum visceral, yakni suatu daerah pada facies posterior yang melekat langsung pada diafragma; disebut area kanan omentum minus membungkus bersama vena porta hepatis, arteria hepatica dan ductus choledochus (Gambar 1) (Widjaja, 2009).

Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrient dari vena portal hepatika (Sloane,2003) . Arteri hepatika yang keluar dari aorta dan memberikan seperlima darahnya pada hati, yang mana darah tersebut memiliki kejenuhan oksigen 95-100 persen. Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena mesenterika superior memberikan empat perlima darahnya ke hati, yang mempunyai kejenuhan oksigen 70 persen. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior (Pearce, 2009). Hati dibagi menjadi dua bagian yaitu lobus kanan dan lobus kiri (Sloanane, 2003). Ukuran lobus kanan hati biasanya lebih besar dari lobus kirinya (Gambar 2), dan memiliki tiga bagian yakni lobus kanan atas, lobus kaudatus, lobus kuadratus. Ligamen falsiform (Gambar 2) memisahkan lobus kanan dan lobus kiri (Sloanane, 2003).

(33)

Gambar 1. Struktur dasar hati (Tortora dan Derrickson, 2008)

Gambar 2. Anatomi hati dilihat dari atas (Pearce,2009)

Hati tersusun dari sel-sel yang mempunyai bentuk atau pola heksagonal yang khas atau yang disebut dengan lobulus. Sel epitel yang dikenal dengan nama hepatosit akan berhubungan dengan vena central (Stine dan Brown, 1996). Dari

(34)

beberapa deretan sel-sel hati yang berbentuk seperti sinar, ada sinusoid yang membawa darah dari cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika ke vena hepatika. Di dinding sinusoid terdapat sel fagosit (sel Kupffer) yang akan menelan eritrosit dan leukosit yang mati, mikroorganisme, dan benda asing. Sel hati kemudian menghasilkan empedu yang kemudian dialirkan melalui kanalikuli (Baradero dkk., 2008).

2. Hepatotoksisitas

Jenis-jenis kerusakan hati meliputi; antara lain : a. Nekrosis.

Nekrosis atau yang dikenal dengan istilah kematian sel hati merupakan akibat dari adanya kerusakan sel akut secara tidak terkontrol yang biasanya ditandai dengan hancurnya inti, adanya kebocoran serta pembengkakan sel yang kemudian ditambah dengan masuknya sel-sel radang (Sudiana, 2008).

b. Steatosis

Steatosis merupakan respon umum akibat paparan akut hepatotoksin kecuali parasetamol. Pada umumnya steatosis yang diinduksi oleh zat beracun bersifat reversibel dan tidak menyebabkan kematian (Treinen dan Moslem, 2001). Selain itu, perlemakan hati dapat berasal dari peningkatan sintesis atau esterifikasi lemak, penurunan asam oksdiasi lemak, sekresi lipoprotein, kelebihan pasokan asam lemak bebas ke hati, gangguan pada siklus trigliserida (Gregus dan Klaaseen, 2001). Steatosis sebagai akibat dari terakumulasinya butir lemak trigliserida di dalam hepatosit (Robbins & Cotran, 2005).

(35)

c. Sirosis

Sirosis adalah penyakit kronis difus yang disertai nekrosis hepatosit, fibrosis hati, dan regenerasi nodul hati disertai kekacauan arsitektur hati. Penyebab dari penyakit ini antara lain pajanan obat, hepatitis virus, kongessti, alkohol (Sacher dan Mc Pherson, 2004). Penyakit ini menimbulkan berbagai gangguan fungsi hati, salah satunya yaitu gangguan sintesis albumin (Hasan dan Indra, 2008). Pada sirosis, area hati yang rusak dapat menjadi permanen dan menjadi sikatriks. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak dan hati mulai menciut, serta menjadi keras. Sirosis tidak dapat disembuhkan, sehingga pengobatan dilakukan untuk mengatasi kompliasi yang terjadi seperti mata kuning, keluar darah pada feses serta muntah dan koma hepatikum. Untuk mendeteksi adanya sirosis hati ini dapat dilakukan pemeriksaan enzim SGOT-ALT, waktu protombin dan protein (Albumin-Globulin) elektroforesis (rasio Albumin-Globulin terbalik) (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007).

d. Kolestasis dan Jaundice.

Kolestasis adalah kegagalan hati untuk mengekskresikan bilirubin, yang menyebabkan ikterus bila kadar bilirubin serum melebihi 2 mg/100mL (Sabiston, 1995). Kolestasis yang merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau pengeluaran empedu. Kolestasis yang telah lama diderita dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A,D,E,K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu bilirubin dan kolesterol di hati. Jaundice yaitu keadaan adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu

(36)

pada kulit, membrane mukosa dan bola mata. Gejala ini timbul ketika kadar bilirubin total dalam darah melebihi 3 mg/dL (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007).

Berdasarkan penjelasan mengenai ketiga macam kerusakan hati di atas, maka yang kerusakan hati (sirosis) adalah yang berpengaruh terhadap terjadinya penurunan kadar albumin.

D. Karbon tetraklorida

Gambar 3. Struktur kimia karbon tetraklorida (Pubchem, 2014)

Karbon tetraklorida (Gambar 3) yang merupakan golongan halogen,alifatik mempunyai bau khas, berbentuk cair serta tidak berwarna (Badan Pengawas Obat dan Makanan,2014). Dahulunya karbon tetraklorida digunakan sebagai cairan pembersih baik itu dalam skala rumah tangga ataupun dalam skala industry, karena sifatnya yang tidak mudah terbakar juga maka karbon tetraklorida digunakan untuk pemadam kebakaran (U.S Departement of Health and Human Services, 2005). Karbon tetraklorida (CCl4) lazim dipakai sebagai penginduksi kerusakan hati sehingga sering

digunakan ketika pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat (Panjaitan, Handharyani, Chairul, Masriani, Zakiah, Manalu, 2007).

(37)

Alasan hati menjadi target utama pada ketoksikan karbon tetraklorida karena ketoksikannya tergantung pada aktivasi metabolism oleh sitokrom P-450 (CYP2EI) (Timbrell, 2008). Pada bagian sentrilobular dan daerah tengah hati terjadi penghancuran sitokrom P-450. Senyawa ini selektif untuk isoenzim tertentu, sedangkan pada tikus selektif untuk CYP2E1, sedangkan untuk isoenzim lain seperti CYP1A1 tidak berpengaruh. Ketersediaan jumlah oksigen akan mempengaruhi penghacuran CYP2E1, ketika jumlah oksigen yang tersedia lebih banyak maka penghancuran akan menjadi lebih besar (Timbrell, 2008).

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell,2000).

Hepatotoksik yang ditimbulkan oleh CCl4 disebabkan oleh senyawa hasil

metabolism yang bersifat radikal bebas. Senyawa radikal bebas tersebut adalah (CCl3●) dan kemudian akan diubah menjadi triklorometilperoksi (CCl3O2●) yang

(38)

bersifat lebih reaktif (Gambar 4) (Hodgson, 2010). Triklorometil (CCl3●) dengan

oksigen akan membentuk radikal triklorometilperoksi nantinya akan menyerang lipid membran retikulum endoplasma dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklorometil menyebabkan peroksidasi lipid yang akan mengganggu homeostatis Ca2+ sampai akhirnya menyebabkan kematian sel (Shanmugasundaram dan Venkataraman, 2006). Peroksidasi lipid rekasi berantai (Gambar 5) yaitu dengan penambahan oksigen radikal yang menyebabkan kerusakan oksidatif dari asam lemak tak jenuh (PUFA) serta menghasilkan reaksi berantai yang akan dihentikan dengan adanya produk pemecah lipid seperti lipid alkohol, aldehid serta malondialdehid (Repetto, Semprine, dan Boveris, 2012 ; Timbrell,2008).

Gambar 5. Mekanisme peroksidasi lipid (Ayala et al., 2014)

Tahap pertama allilik hidrogen peroksidan akan membentuk karbon radikal yang berpusat pada lipid, karbon radikal ini cenderung stabil oleh adanya penataan ulang molekul pada diena terkonjugasi. Tahap propagasi, lipid radikal cepat beraksi

(39)

dengan oksigen untuk membentuk lipid peroksi radikal (langkah kedua), hidrogen dari molekul lipid lain akan menghasilkan lipid hidroperoksida dan radikal lipid (Ayala, Muńoz, Argüelles, 2014)

E. Etanol

Etanol yang juga dikenal sebagai etil alcohol, mempunyai struktur molekul CH3CH2OH. Etanol berupa cairan jernih yang tidak berwarna (United States

Departement of Energy, 2014). Etanol memiliki polaritas sebesar 5,2 (Gambar 6). Dalam bidang farmasi, etanol sering digunakan sebagai pengawet serta pelarut sediaan farmasi serta desinfektan topikal dikarenakan memiliki aktivitas bakterisida (Pubchem, 2014).

Sama seperti metanol, ketika etanol yang berada di dalam tubuh mengalami oksidasi oleh enzim alcohol dehydrogenase di hati. Asetaldehid merupakan produk pertama dari hasil oksidasi selain asam asetat. Produk oksidasi yang dihasilkan kurang toksik bila dibandingkan dengan produk oksidasi dari metanol (Stoker,2012).

(40)

F. Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, cair ataupun kental dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar dari pengaruh cahaya matahari langsung (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010). Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2000). Menurut Darwis (cit., Basuki 2009) maserasi merupakan proses yang sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di luar dan di dalam sel menyebabkan metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik.

G. Landasan Teori

Hati adalah kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia dengan berat 1500 gram atau 1,5 kg (Baradero dkk., 2008). Hati mempunyai empat fungsi utama yaitu sebagai pembentukan dan ekskresi empedu, fungsi metabolik, fungsi vaskular, serta pertahanan tubuh (Ganong, 2002). Selain itu hati merupakan sumber utama protein serum albumin, fibrinogen, dan faktor-faktor koagulasi, plasminogen, transferin dan globulin beta semua disintesis dalam sel-sel parenkim hati (Noer, 1996; Sacher dan McPherson 2004). Albumin merupakan faktor penting dalam menentukan tekanan onkotik darah (Evans, 2002).

(41)

Karbon tetraklorida (CCl4) lazim dipakai sebagai penginduksi kerusakan hati

sehingga sering digunakan ketika pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat (Panjaitan dkk., 2007). Hepatotoksik yang ditimbulkan oleh CCl4 disebabkan oleh

senyawa hasil metabolism yang bersifat radikal bebas. Senyawa radikal bebas tersebut adalah (CCl3●) dan kemudian akan diubah menjadi triklorometilperoksi

(CCl3O2●) yang bersifat lebih reaktif (Hodgson,2010). Radikal triklorometilperoksi

menyebabkan peroksidasi lipid yang akan mengganggu homeostatis Ca2+ sampai akhirnya menyebabkan kematian sel (Shanmugasundaram dan Venkataraman, 2006). Untuk mengurangi adanya peroksidasi lipid tersebut maka diperlukan senyawa antioksidan (berasal dari kulit buah P. americana) yang akan memberikan proteksi tubuh terhadap hepatotoksisitas.

Pelarut organik yang digunakan yaitu pelarut semipolar, digunakan pelarut etanol supaya mampu mengisolasi kandungan senyawa dari kulit buah P.americana. Penelitian terhadap P. americana menunjukkan ekstrak kulit buah memiliki kandungan senyawa fenolik yang lebih tinggi dan aktivitas antioksidan bila dibandingkan dengan ekstrak bijinya (Kosińka et.al., 2012). Adanya kandungan antioksidan diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida pada jangka pendek. Penelitian Djunarko dan Hendra (2013) melaporkan adanya efek hepatoprotekif dari pemberian jangka pendek ekstrak etanol biji P. americana.

(42)

H. Hipotesis

Pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Adanya kekerabatan antara peningkatan dosis ekstrak etanol kulit buah P. americana terhadap respon kadar albumin yang dihasilkan.

(43)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel utama

a. Variabel bebas, yaitu variasi dosis jangka pendek pemberian ekstrak etanol kulit buah P. americana pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

b. Variabel tergantung, yaitu kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali, antaralain kondisi hewan uji, yaitu tikus galur Wistar berjenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan dan mempunyai berat badan 150-250g, frekuensi pemberian ekstrak etanol kulit buah P. americana selama 6 jam, cara pemberian hepatotoksin secara intraperitoneal (i.p), bahan uji yang digunakan berupa kulit buah P. americana.

(44)

3. Definisi Operasional

a. Kulit buah P. americana. Kulit buah P. americana berwarna hijau, segar dan tidak bercacat yang diambil dari buah P. americana.

b. Ekstrak etanol kulit buah P. americana. Ektrak etanol kulit buah P.

americana merupakan ekstrak kental dari serbuk kering kulit P. americana seberat

40,0 g yang dilarutkan dalam 200 mL pelarut etanol secara maserasi selama 5x24 jam dengan sesekali penggojogan, hasil maserasi kemudian disaring menggunakan corong

Buchner yang dilapisi kertas saring, sehingga diperoleh filtrat. Serbuk sisa

perendaman diremaserasi kembali dengan pelarut etanol 70% kemudian dimaserasi selama 2 hari dengan sesekali penggojogan, selanjutnya disaring, dievaporasi, diuapkan di atas waterbath selama 12 jam pada suhu 800C hingga bobot tetap.

c. Bobot tetap. Penimbangan telah mencapai bobot tetap apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah diuapkan di atas waterbath selama 1 jam konstan atau tidak melebihi 0,0005 g pada timbangan.

d. Dosis efektif. Dosis minimum dari ekstrak etanol kulit buah P. americana yang dapat meningkatkan kadar albumin dan memberikan hasil berbeda bermakna dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2mL/kg BB.

e. Peningkatan albumin. Kemampuan ekstrak etanol kulit buah P. amercina dalam meningkatkan kadar albumin dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida.

(45)

f. Pemberian jangka pendek. Pemberian ekstrak etanol kulit buah P.

americana kepada hewan uji dengan waktu 6 jam sebelum pemberian karbon

tetraklorida.

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250g yang diperoleh dari Laboratorium Imunologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah serbuk kering kulit buah P. americana yang diperoleh dari daerah depot es Teller 77 di Yogyakarta pada bulan Juni 2014.

2. Bahan kimia

a. Karbon tetraklorida yang digunakan sebagai hepatotoksin diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Etanol teknis (pelarut ekstrak) diperoleh dari toko bahan kimia Genera Labora Yogyakarta.

c. Olive oil (Bertolli®)

d. Bahan pelarut aquadest diperoleh dari Laboratorium Kimia Organik Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

(46)

e. Natrium-Carboxymethyl Cellulosa (CMC-Na) sebagai pelarut ekstrak kental kulit buah P. americana yang diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

f. Blanko pada pengukuran aktivitas ALT-AST serum menggunakan aquabidestilata yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

g. Reagen DyaSyss untuk mengukur aktivitas serum ALT dan AST. h. Reagen serum albumin

D. Alat Penelitian 1. Alat ektraksi

Alat-alat gelas yang meliputi gelas ukur, labu ukur, cawan porselen, Erlenmeyer, Bekker glass, corong Buchner, batang pengaduk, pipet tetes, ayakan No. 40 Electric Sieve Shaker, timbangan analitik Mettler Toledo ® , rotary vacuum

evaporator IKAVAC ®,

2. Alat uji hepatoprotektif

Alat-alat gelas yang meliputi Bekker glass, tabung reaksi, batang pengaduk, gelas ukur, pipet tetes. Timbangan elektrik, spuit per oral, syringe 3 cc Terumo® dan, pipa kapiler, tabung Eppendorf.

(47)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman P. americana

Determinasi dilakukan dengan mencocokkan tanaman P. americana yang diperoleh dari depot es Teller 77 di Yogyakarta dengan tanaman P. americana yangterdapat dalam buku acuan Agrilink. Tujuan dilakukannya determinasi yaitu untuk memastikan bahwa serbuk yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanaman P. americana. Determinasi ini dilakukan di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah P. americana yang masih segar dan tidak busuk yang diperoleh dari depot es Teller 77 di Yogyakarta pada Juni 2014.

3. Pembuatan serbuk P. americana

Serbuk kulit buah P. americana diambil dari depot es Teller 77 pada bulan Juni 2014, kemudian dibersihkan kulitnya dan dipisahkan dari bijinya sambil dicuci di bawah air mengalir, tujuannya untuk membersihkan kulit dari kotoran. Kulit yang masih bagus dan segar yang akan digunakan, dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil serta diangin-anginkan. Jika sudah tidak terlalu basah maka kemudian dikeringkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 500C. Kulit yang sudah kering lalu dihaluskan dengan mesin penyerbuk sehingga diperoleh serbuk kulit P.

americana. Untuk memperoleh ukuran yang homogen maka serbuk yang sudah

diperoleh diayak dengan ayakan no.40 supaya mendapatkan luas permukaan yang lebih besar sehingga lebih mudah larut.

(48)

4. Penetapan kadar air dalam serbuk kering kulit buah P. americana

Penetapan kadar air serbuk kulit buah P. americana bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk dan untuk memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Penetapan kadar air serbuk kulit buah P. americana dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gajah Mada dengan metode gravimetri.

5. Pembuatan sediaan etanol kulit buah P. americana

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 40 g serbuk kulit buah

P. americana direndam dalam 200 mL pelarut etanol 70% dimaserasi pada suhu

kamar selama 5 x 24 jam sesekali dilakukan penggojogan. Setelah dilakukan perendaman, hasil maserasi kemudian disaring menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring sehingga diperoleh filtrat. Serbuk sisa perendaman dimaserasi kembali dengan 200 mL etanol 70 % selama 2 x 24 jam sesekali dilakukan penggojogan. Filtrat hasil saringan dipindahan ke labu alas bulat untuk dievaporasi untuk menguapkan cairan penyari pada proses maserasi. Hasil evaporasi dituangkan dalam cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya agar mempermudah perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan porselen yang berisi larutan hasil evaporasi digunakan di atas waterbath dengan suhu 800C untuk mendapatkan ekstrak etanol kulit buah P. amerciana dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap, yang bertujuan untuk menghitung sisa zat setelah dilakukan

(49)

pengeringan. Ekstrak yang diperoleh ditimbang setiap satu jam sampai memperoleh bobot yang konstan. Berat tetap digunakan sebagai batasan akan seberapa banyak senyawa yang hilang selama proses pengeringan yang nantinya akan berpengaruh pada konsentrasi serta dosis ekstrak. Ekstrak kemudian disimpan di dalam desikator, dan dilakukan perhitungan rata-rata rendemen enam replikasi ekstrak etanol kulit buah P. americana kental yang telah dibuat.

Rata-rata rendemen = 𝑟𝑒𝑝 1+𝑟𝑒𝑝 2+𝑟𝑒𝑝 3+⋯+𝑟𝑒𝑝 8+𝑟𝑒𝑝 9+𝑟𝑒𝑝 10

10

Rendemen ektrak = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%

6. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1%

Pembuatan CMC-Na 1% dilakukan dengan ditimbang saksama sebanyak 1 gram CMC-Na ke dalam air sampai volume 100,0 mL kemudian didiamkan selama 24 jam.

7. Penetapan konsentrasi ekstrak

Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu konsentrasi pekat, yang mana pada konsentrasi tersebut tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari spuit oral yang digunakan. Mengacu pada penelitian Nopitasari (2013), konsentrasi ekstrak di dapat dengan melarutkan sebanyak 3,5 g dalam labu ukur 50 mL dengan pelarut yang sesuai yaitu CMC-Na 1% sehingga konsentrasi ekstrak dapat ditetapkan sebesar 7% b/v atau 0,07 gram/mL atau 70 mg/mL.

(50)

8. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit buah P. amerciana

Tikus dengan bobot tertinggi (250 mg) digunakan untuk perhitungan penetapan peringkat dosis, konsentrasi dan pemberian setengah volume cairan peroral yaitu 5 mL serta konsentrasi ektrak kulit buah P. americana yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan melalui spuit oral yaitu 7% atau 70 mg/mL, berdasarkan penelitian Nopitasari (2013) maka penetapan dosis tertinggi ekstrak diperoleh sebagai berikut :

BB x D = C x V

0,250 kg x D = 70 mg/mL x 5 mL  D= 1400 mg/kg BB

Dosis tengah dan dosis rendah ditentukan dengan menurunkan dua dan empat kalinya dari dosis tertinggi, sehingga diperoleh dosis 700 dan 350 mg/Kg BB. Dosis yang digunakan 350, 700, dan 1400 mg/kg BB.

9. Pembuatan suspensi karbon tetraklorida 50%

Suspensi karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50% dengan perbandingan 1:1 yaitu melarutkan 50mL karbon tetraklorida ke dalam olive oil sebanyak 50 mL (Janakat dan Merrie, 2002).

10. Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida. Penetapan dosis hepatoksin ini dilakukan dengan melakukan studi literatur terlebih dahulu. Dosis hepatoksin yang digunakan dalam penelitian ini mengacu berdasar penelitian Janakat dan Merie (2002), yang membuktikan bahwa dosis karbon tetraklorida yang menyebabkan hepatotoksik yaitu dosis 2 mL/kg BB secara intraperitoneal (i.p). Dosis hepatotoksin di atas ditentukan berdasarkan parameter ALT. Penelitian

(51)

Mahmud, Bachar serta Qais (2012)melaporkan bahwa pada tikus yang telah terinduksi karbon tetraklorida secara intraperitoneal (i.p), menunjukkan adanya peningkatan ALT yang diikuti dengan penurunan kadar albumin. Pada tikus terinduksi karbon tetraklorida maka aktivitas ALT dan AST akan meningkat, dan juga kadar albumin pada tikus tersebut akan menurun (Ahmed, Alam, Varshney, Khan, 2002). Penelitian Sivakrishnan, Kottaimuthu (2014) juga menunjukkan bahwa aktivitas ALT dan AST meningkat dan juga kadar albumin akan menurun namun dalam hal ini tikus terinduksi hepatotoksin parasetamol. Tujuan dilakukannya penetapan dosis dari karbon tetraklorida ini yakni mengetahui pada dosis berapa hepatotoksin karbon tetraklorida dapat menimbulkan kerusakan hati ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar albumin tetapi tidak menimbulkan kematian pada hewan uji..

b. Penetapan waktu cuplikan darah. Untuk menetapkan waktu pencuplikan darah dilakukan orientasi dengan satu kelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 8 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Pada jam ke 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida, setelah itu diukur aktivitas ALT nya, dari pengukuran aktivitas ALT ini bisa menjadi acuan untuk pengukuran albumin. Penelitian Janakat dan Merie (2002) menunjukkan bahwa pada jam ke-24 setelah pemberian hepatoksin karbon tetraklorida mencapai aktivitas ALT serum maksimal kemudian pada jam ke-48 akan mulai menurun aktivitasnya.

(52)

11. Pengelompokkan hewan uji

Tiga puluh ekor tikus dibagi ke dalam enam kelompok perlakuan secara acak dengan masing-masing sebanyak 5 ekor tikus.

a. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) yang diberi larutan karbon tetraklorida : olive oil (1:1) dengan dosis 2 mL/kgBB secara i.p.

b. Kelompok II (kontrol negatif) diberi diberi olive oil dengan dosis 2 mL/kg BB secara i.p.

c. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit buah P.

americana dosis 1,4 g/kg BB secara peroral enam jam sebelum

pengambilan darah

d. Kelompok IV (dosis rendah) diberi ekstrak etanol kulit buah

P.americana dengan dosis 0,35 g/kg BB secara peroral enam jam

sebelum diberi hepatotoksin karbon tetraklorida

e. Kelompok V (dosis tengah) diberi ekstrak etanol kulit buah P.

americana dengan dosis 0,70 g/kg BB secara peroral enam jam

sebelum diberi hepatotoksin karbon tetraklorida

f. Kelompok VI (dosis tinggi) diberi ekstrak etanol kulit buah P.

americana dengan dosis 1,4 g/kg BB secara peroral enam jam sebelum

diberi hepatotoksin karbon tetraklorida

Setelah 6 jam pemberian ekstrak etanol kulit buah P.americana , maka kelompok IV-VI dipejani dengan karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB secara i.p,

(53)

lalu setelah 24 jam diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata, kemudian dilakukan pengukuran kadar serum albumin.

12. Pengambilan darah

Pengambilan darah dilakukan pada bagian sinus orbitalis mata tikus lalu ditampung dalam tabung khusus dan kemudian diserahkan ke Laboratorium Parahita, Yogyakarta.

13. Pengukuran kadar albumin

Pengukuran kadar albumin serum dilakukan di Laboratorium Parahita, Yogyakarta. Kadar albumin dinyatakan dengan satuan mg/dL. Kadar albumin normal pada tikus yaitu 3,0 – 3,5 mg/dL (Trisnarizki, 2007).

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data kadar serum albumin dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data pada masing-masing kelompok perlakuan. Nilai normal suatu data ditunjukkan dengan nilai p>0,05. Apabila hasil analisis statistik

Kolmogorov-Smirnov kadar serum albumin menunjukkan distribusi data normal

(p>0,05), dilanjutkan dengan analisis One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Apabila hasil tersebut menunjukkan nilai signifikansi (p>0,05), berarti data tersebut homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok.

(54)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida dilihat dari kadar albumin yang diperoleh. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan dilakukan serangkaian pengujian.

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi terhadap tanaman P. americana bertujuan untuk membuktikan bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian adalah benar P. americana supaya nantinya tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi antara lain biji dan buahnya. Cara melakukan determinasi ini yaitu dengan mencocokkan kesamaan ciri kulit buah P. americana yang digunakan dalam penelitian dengan kulit buah P. americana dalam buku acuan Agrilink. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa serbuk yang digunakan dalam penelitian adalah benar kulit buah P. americana.

B. Hasil Penimbangan Bobot Ekstrak Etanol Kulit Buah P. americana

Pemilihan pelarut yang akan digunakan didasarkan pada jenis kandungan zat aktif sehingga ada kecocokan antara zat aktif dengan larutan penyari. Pelarut yang digunakan yaitu etanol yang mempunyai kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa non polar sampai pelarut polar, sehingga dikenal bahwa

(55)

etanol mempunyai daya ekstraktif yang tinggi. Pelarut organik selain etanol memiliki potensi toksisitas yang lebih tinggi (Saifudin, Rahayu dan Teruna, 2011; Agoes, 2009). Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak etanol kulit buah P.

americana adalah metode maserasi. Maserasi adalah salah satu metode penyarian

yang dilakukan dengan cara memasukkan serbuk simplisia ke dalam labu Erlenmeyer 500mL kemudian ditambahkan etanol 70% ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 5 hari sambil sesekali digojog setelah itu dilakukan remaserasi selama 2 hari. Metode maserasi bila dibanding dengan metode infudasi dan dekokta yaitu tidak menggunakan pemanasan sehingga kandungan senyawa dalam kulit buah

P. americana lebih stabil dan mencegah kerusakan kandungan senyawa akibat

pemanasan. Selain itu, zat aktif yang terkandung dalam simplisia tersebut mudah larut dalam cairan penyari.

Proses ekstraksi etanol dari serbuk kulit buah P. americana menghasilkan esktrak kental. Hasil yang diperoleh menunjukkan sebanyak 400 g serbuk kering kulit buah P. americana memperoleh persen rendemen sebesar 11,20 %

C. Penetapan Kadar Air Serbuk Kulit Buah P. americana

Penetapan kadar air dari kulit buah P. americana memiliki tujuan mengetahui apakah serbuk yang dihasilkan memenuhi salah satu persyaratan serbuk yang baik yaitu kandungan air dalam serbuk kurang dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI,1995).

Pengujian penetapan kadar air memperoleh hasil kadar air rata-rata dari serbuk kulit P. americana 7,1%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa serbuk

(56)

kulit buah P.americana telah memenuhi syarat serbuk yang baik yang telah ditetapkan.

D. Uji Pendahuluan 1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Senyawa yang digunakan sebagai toksin yang akan merusak hati pada penelitian ini yaitu karbon tetraklorida. Alasan dilakukannya penentuan dosis karbon tetraklorida untuk mengetahui pada dosis berapa hepatotoksin karbon tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati pada tikus, yang ditandai dengan adanya penurunan kadar albumin. Korelasi antara aktivitas ALT dengan kadar albumin yaitu ketika tikus terinduksi hepatotoksin maka aktivitas ALT akan meningkat kemudian diikuti dengan adanya penurunan dari kadar albumin sebanyak 28,57% dari keadaan

vehicle control (Ahmed et al., 2002 ; Sivakrishnan et al., 2014 ; Mahmud et al.,

2012). Penelitian Janakat dan Merie (2002) juga menunjukkan bahwa dosis yang mampu memberikan efek toksik terhadap hati sebesar 2 mL/kg BB.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

Penentuan waktu pencuplikan darah pada hewan uji dilakukan untuk mengetahui kehepatotoksikan dari karbon tetraklorida dengan dosis 2 mL/kg BB mencapai titik maksimal yaitu dengan adanya peningkatan tertinggi aktivitas ALT serum pada rentang waktu 24 jam dan 48 jam. Diambil serum darah tikus pada jam ke-0 lalu diukur aktivitas ALT yang nantinya akan dipakai sebagai pembanding setelah pemberian hepatotoksin. Pencuplikan darah tersebut dilakukan melalui bagian

(57)

sinus orbitalis mata pada tikus. Hasil aktivitas ALT serum setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 mL/kg BB dapat dilihat pada tabel I serta gambar 7.

Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2mL/kg BB pada selang waktu 0,24 dan 48 jam

Selang waktu (jam) Purata aktivitas ALT ± SE(U/L)

0 72,3 ± 5,8

24 217,3 ± 2,7

48 90,3 ± 3,7

Keterangan: SE (Standard Eror)

Setelah dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov diperoleh distribusi data normal. Selanjutnya dianalisis dengan One Way Anova menunjukkan nilai signifikasi 0,000 (<0,05). Dengan diperolehnya hasil tersebut maka dinyatakan bahwa ada perbedaan antara ketiga kelompok (waktu). Dilakukan uji Scheffe dengan tujuan mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok yang tersaji pada tabel II.

Tabel II. Hasil uji statistik aktivitas ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB pada waktu pencuplikan darah jam ke 0, 24 serta 48 Selang waktu (jam ke) 0 24 48 0 BB TB 24 BB BB 48 TB BB

BB = berbeda bermakana (p<0,05) dan TB= berbeda tidak bermakna (p>0,05)

Berdasarkan data tabel I, pada pencuplikan darah jam ke-24 didapatkan hasil, ada peningkatan aktivitas ALT 2-3 kali dari nilai normal (jam ke-0) yaitu 217,3 ± 2,7 U/L. Pada tabel II juga memperlihatkan aktivitas ALT pada jam ke-24 memberikan peningkatan yang signifikan serta berbeda bermakna bila dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48. Terlihat bahwa pada jam ke-48 aktivitas ALT akan mengalami

(58)

penurunan sebesar 90,3 ± 3,7 U/L, yang berarti pada jam ke-48 aktivitas ALT telah kembali normal, dimana peningkatan aktivitas ALT terjadi pada jam ke-24.

Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas SGPT/ALT sel hati tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam

3. Penentuan dosis ekstrak etanol kulit buah P. americana

Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol kulit buah P. americana menggunakan tiga peringkat dosis. Penentuan tiga tingkatan dosis ekstrak etanol kulit buah P. americana mengacu pada penelitian Nopitasari (2013) bahwa konsentrasi tertinggi dari ekstrak etanol biji P. americana yang akan menjadi dosis maksimal dari ekstrak etanol kulit buah P. americana. Konsentrasi tertinggi diperoleh sebesar 70 mg/mL yang merupakan konsentrasi yang dibuat yang mana pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dengan mudah dikeluarkan serta dimasukkan dari dan ke spuit

(59)

kulit P. americana sebesar 1,40 g/kg BB, dan tingkatan dosisnya ditentukan dari setengah serta seperempat dari dosis maksimal yaitu 0,70 dan 0,35 g/kg BB.

E. Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Ekstrak Etanol Kulit Buah P. americana Terhadap Kadar Albumin Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P.americana terhadap kadar albumin pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida. Pemberian jangka pendek dalam hal ini yaitu pemberian ekstrak etanol kulit buah P. americana yang dilakukan 6 jam sebelum pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB.

Tabel III. Pengaruh perlakuan jangka pendek ekstrak etanol kulit buah P. americana berdasarkan kadar albumin pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB

Kelompok perlakuan Purata kadar albumin ± SE (mg/dL)

Kontrol hepatotoksin karbon

tetraklorida 2 mL/kg BB 2,91 ± 0,07 Kontrol olive oil 2 mL/kg BB 3,62 ± 0,06 Kontrol ekstrak etanol kulit P.

americana 3,57 ± 0,03

Ekstrak etanol kulit buah P. americana 0,35g/kg BB + karbon tetraklorida 2

mL/kg BB

3,28 ± 0,05 Ekstrak etanol kulit buah P. americana

0,7 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB

3,04 ± 0,06 Ekstrak etanol kulit buah P. americana

1,4 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB

(60)

Kadar albumin yang didapat lalu dianalisis dengan analisis One Way Anova menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (<0,05) yang menandakan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok sehingga dilakukan uji Scheffe dengan tujuan mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Data tersaji pada tabel III serta gambar 8.

Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar albumin tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB pada kelompok perlakuan

Kelompok perlakuan Kontrol hepatotoksin 2 mL/kg BB Kontrol olive oil 2 mL/kg BB Kontrol ekstrak etanol kulit P. americana EEPA I (0,35 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB) EEPAII (0,7 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB) EEPA III (1,4 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB) Kontrol hepatotoksin 2 mL/kg BB BB BB BB TB BB Kontrol olive oil 2 mL/kg BB BB TB BB BB BB Kontrol ekstrak etanol kulit P. americana BB TB TB BB TB EEPA I (0,35 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB) BB BB TB TB TB EEPA II (0,7 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB) TB BB BB TB TB EEPA III (1,4 g/kg BB + karbon tetraklorida 2 mL/kg BB) BB BB TB TB TB

Keterangan : BB : berbeda bermakna (p<0,05) ; TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) EEPA (Ekstrak etanol kulit buah P. americana)

(61)

Dari analisis statistik yang dilakukan pada kadar albumin memperlihatkan bahwa data yang diperoleh terdistribusi normal. Data yang diperoleh terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisis One Way Anova menghasilkan nilai signifikansi 0,000 (<0,05) yang berarti antar kelompok terdapat perbedaan. Diperlukan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan perbedaan antar kelompok, disajikan pada tabel IV.

Gambar 8. Diagram batang rata-rata pengaruh perlakuan jangka pendek pemberian ekstrak etanol kulit buah P. americana terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida dilihat dari kadar albumin nya

(62)

1. Kontrol olive oil

Kontrol olive oil merupakan kontrol dalam keadaan normal ALT serum hewan uji. Berdasarkan penelitian Kumar, Sivaraj, Elumalai, Kumar (2009) dilaporkan bahwa pemberian olive oil tidak menyebabkan peningkatan aktivitas ALT , yang berarti tidak menyebabkan kerusakan pada hati . Hal ini menandakan bahwa tidak terjadi penurunan kadar albumin pada tikus, sehingga pemberian olive

oil dapat digunakan sebagai patokan keadaan normal tikus. Purata kontrol olive oil

diperoleh 3,62 ± 0,06 mg/dL.

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dengan dosis 2mL/kg BB

Tujuan dilakukannya pengujian kontrol hepatotoksin dengan dosis 2mL/kg BB yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida terhadap hati tikus yang ditandai dengan adanya penurunan kadar albumin serta untuk menganalisis efek hepatoprotektif pada ekstrak etanol kulit buah P. americana.

Pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kg BB didapat bahwa kadar albumin sebesar 2,91 ± 0,07 mg/dL. Kadar albumin pada kontrol olive

oil 2 mL/kg BB diperoleh sebesar 3,62 ± 0,06 mg/dL. Hasil uji Scheffe menunjukkan

penurunan kadar albumin pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida terhadap kontrol olive oil menghasilkan perbedaan yang bermakna antar kelompok dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05). Data uji Scheffe adanya perbedaan antara kelompok hepatotoksin dengan kelompok olive oil tersaji pada tabel IV. Adanya perbedaan bermakna antar kelompok ini memperlihatkan bahwa sudah terjadi kerusakan pada hati tikus.

Gambar

Tabel I.   Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida
Gambar 1.   Struktur dasar hati .....................................................................
Gambar 1. Struktur dasar hati (Tortora dan Derrickson, 2008)
Gambar 3. Struktur kimia karbon tetraklorida (Pubchem, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Organisasi psikologis adalah tujuan akhir pertumbuhan dan perkembangan dari funsi dan dasar biologis.sehingga kemudian timbul usaha untuk menrangkan hubungan antara proses-

The stem structure consist of epidermal (one layer), cortex (7-8 cell layers), extra xilary fiber (I-2 cell layers) and vascular bundles (amphicribral type) in three circum-ference.

yang mengikuti semua standarisasi peralatan listrik seperti cara penggambaran dan kode- kode pengaman dalam pemasangannya, maka menjadi tanggung jawab kita untuk. menggunakan

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]