Infeksi
Infeksi
TORCH
TORCH
pada
pada
Kehamilan
Kehamilan
Almira Fathin Nabila
Almira Fathin Nabila
07700148
07700148
Pengertian
Pengertian
•
• Infeksi TORCH : infeksi intrauterin atau yang Infeksi TORCH : infeksi intrauterin atau yang didapat pada masadidapat pada masa
perinatal perinatal
•
• misalnya sifilis,misalnya sifilis,
HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat ( Acquired HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat ( Acquired ImmuneDeficiency Syndrome/AIDS),dan sebagainya ;
ImmuneDeficiency Syndrome/AIDS),dan sebagainya ; = Rubela= Rubela (campak Jerman);
(campak Jerman); = Cytomegalovirus;= Cytomegalovirus;
•
• . Keempat jenis, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi. Keempat jenis, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil. diderita oleh ibu hamil.
= Toksoplasmosis
= Toksoplasmosis = other yaitu penyakit lain = other yaitu penyakit lain
= Herpes simpleks. = Herpes simpleks.
Pengertian
Pengertian
•
• Infeksi TORCH : infeksi intrauterin atau yang Infeksi TORCH : infeksi intrauterin atau yang didapat pada masadidapat pada masa
perinatal perinatal
•
• misalnya sifilis,misalnya sifilis,
HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat ( Acquired HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat ( Acquired ImmuneDeficiency Syndrome/AIDS),dan sebagainya ;
ImmuneDeficiency Syndrome/AIDS),dan sebagainya ; = Rubela= Rubela (campak Jerman);
(campak Jerman); = Cytomegalovirus;= Cytomegalovirus;
•
• . Keempat jenis, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi. Keempat jenis, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil. diderita oleh ibu hamil.
= Toksoplasmosis
= Toksoplasmosis = other yaitu penyakit lain = other yaitu penyakit lain
= Herpes simpleks. = Herpes simpleks.
Gejala klinis
fatigue, nyeri otot dan kadang kadang limfadenopati, tetapi seringkali infeksi terjadi subklinis.
Secara keseluruhan, < ¼ bayi yang mengalami toksoplasmosis
kongenital menampakkan gejala klinis pada saat lahir. Sebagian besar baru akan memperlihatkan gejala kemudian hari. Gejala yang nampak adalah berat lahir rendah, hepatosplenomegali,
ikterus dan anemia. Gejala defisit neurologis seperti kejang-kejang, kalsifikasi intrakranial, retardasi mental dan hidrosefalus atau
• Infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala
influenza :
rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
• Pada Toxoplasmosis bawaan => setelah dewasa, misalnya kelainan
Transmisi
• Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita hamil
• masa inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan (daging
yang dimasak kurang matang) dan 5-20 hari bila penularannya melalui kucing
Diagnosis
• Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena
gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik)
• Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan
IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
• Diagnosa toksoplasma kongenital : hasil pemeriksaan yang menunjukkan
adanya IgM janin spesifik (antitoksoplasma) darah dari janin.
Ditemukan parasit pada kultur ataupun inokulasi tikus dan DNA dari T.Gondii dengan P.C.R darah janin ataupun cairan ketuban.
Gejala Klinis
• Infeksi Rubella :
demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.
• virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa.
• sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa
transmisi
• Infeksi pada fetus : secara hematogen dan tingkat dari transmisi
berbeda-beda sesuai dengan usia kehamilan pada saat terinfeksi.
• Setelah menginfeksi plasenta, rubella sistem pembuluh darah
fetus yang sedang berkembang kerusakan cytopathic pada pembuluh darah iskemi pada organ-organ yang sedang berkembang.
diagnosis
• Diagnosis rubela kadangkala sulit ditegakkan.
• diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan
bantuan pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan Anti-Rubella IgG dan IgM.
• Pemeriksaan Anti-rubella IgG : mendeteksi adanya kekebalan
pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan divaksinasi.
• Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM : diagnosis infeksi akut
Gejala klinis
• secara umum pada populasi dewasa normal, CMV bersifat tidak
aktif dalam tubuh. CMV hanya bermanifestasi jika kekebalan dalam tubuh orang yang bersangkutan merosot
• Ibu Hamil : Umumnya >90% infeksi CMV pada ibu hamil
asimpomatik, Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu, sakit kepala,sakit otot dan nyeri tenggorok.
• Wanita hamil terinfeksi CMV bayi yang dikandungnya,
kelainan kongenital. Selain itu wanita yang hamil dapat keguguran infeksi CMV
• Gejala infeksi pada bayi baru lahir bermacam-macam, dari yang
tanpa gejala apa pun sampai berupa demam, kuning (jaundice) , gangguan paru, pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar hati dan limpa, bintik merah di sekujur tubuh, serta hambatan perkembangan otak (microcephaly).
Transmisi
• Risiko mendapatkan sitomegalovirus (CMV) melalui kontak biasa
sangat kecil.
• biasanya ditularkan dari orang yang terinfeksi kepada orang lain
melalui kontak langsung dari cairan tubuh seperti urin, air liur, dan ASI.
• secara seksual dan dapat menyebar melalui organ-organ
Diagnosis
• Infeksi primer : metode serologik maupun virologik.
• Dengan metode serologik, diagnosis infeksi maternal primer :
adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV) sebagai hasil pemeriksaan serial dengan interval kira-kira 3 minggu.
• Dalam metode serologik infeksi primer : low IgG Avidity, yaitu
antibodi kelas IgG menunjukkan fungsional aviditasnya yang rendah serta berlangsung selama kurang lebih 20 minggu setelah infeksi primer.
Gejala klinis
• Gambaran klinis : terjadi infeksi primer sebelumnya
• Infeksi primer seringkali simtomatik. Beberapa adalah ringan atau
asimtomatik, kemungkinan disebabkan oleh reaksi silang antibodi yang berasal dari infeksi tipe-1 saat kanak kanak.
• Gejala-gejala menyerupai influenza seringkali terjadi
• Retensio urin nyeri pada saat miksi dan karena beberapa saraf
sakral terinfeksi. Dalam 2- 4 minggu, semua gejala dan tanda akan menghilang.
• Lesi-lesi yang timbul lebih sedikit, lebih tidak nyeri dan
melepaskan virus dalam periode yang lebih pendek (2-5 hari)
daripada infeksi primer. Infeksi rekurens secara khas terjadi pada tempat yang sama dari infeksi primer
Transmisi
• Transmisi HSV pada individu yang belum terinfeksi sebelumnya
virus mengalami multiplikasi di dalam tubuh host (viral shedding).
• Lama waktu viral shedding pada tiap episode serangan HSV
berbeda-beda.
• Pada infeksi primer dimana dalam tubuh host belum terdapat
antibodi terhadap HSV, maka viral shedding cenderung lebih lama yaitu sekitar 12 hari dengan puncaknya ketika muncul gejala
prodormal (demam,lemah,penurunan nafsu makan, dan nyeri sendi) dan pada saat separuh serangan awal infeksi primer
• Seorang individu bisa terinfeksi HSV karena adanya transmisi dari
seorang individu yang seropositif, dimana transmisi tersebut dapat berlangsung secara horisontal dan vertikal
Horisontal
• ketika seorang individu yang seronegatif berkontak dengan
individu yang seropositif melalui vesikel yang berisi virus aktif
• ulkus atau lesi HSV yang telah mengering
• Vertikal
terjadi pada neonatus baik itu pada periode antenatal, intrapartum dan postnatal.
terutama terjadi pada saat ibu mengalami infeksi primer dan virus berada dalam fase viremia (virus berada dalam darah)
hematogen virus tersebut dalam masuk ke dalam plasenta
Diagnosis
• Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm :
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
• Toksoplasma : mengakibatkan keguguran dan cacat
• 3 serangkai klasik : korioretinitis, hidrosefalus, kalsifikasi
intrakranial
• Gangguan : cairan tulang belakang tidak normal, anemia, kejang,
tuli, demam, growth retardation, gangguan penglihatan dll.
• Bayi prematur : mengembangkan gangguan SSP & penyakit
• Rubella : katarak pada lensa mata bayi, tuli, gangguan jantung,
kerusakan otak
Berisiko besar diabetes melitus, gangguan tiroid, pencernaan, saraf.
• CMV : jika ibu terinfeksi risiko tertular
pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, tuli, retardasi mental. CID (Cytomegalic Inclusion Disease) bentuk paling parah
dari infeksi CMV kongenital.
• Toksoplasma : self limiting disease, terapi : spiramycin,
pyrimethamine dan sulfadiazine, asam folinat
• Rubella : jika tidak terjadi komplikasi bakteri simptomatis
(amantadin)
Interferon dan isoprinosin telah digunakan hasil terbatas
• Cytomegalovirus : tidak ada terapi yang memuaskan dapat
diterapkan, khususnya : infeksi kongenital.
Obat saat ini : Ganciclovir, Foscamet, Cidofivir, Vaksiclovir
• Herpes simpleks : tidak ada terapi efektif
Acyclovir : mengurangi gejala Sediaan oral,parenteral