• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

(4)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 iii iii

(5)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 ii ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

BAB IPENDAHULUAN I-1

I.1. Latar Belakang I-1

I.2. Dasar Hukum Penyusunan I-5

I.3. Maksud Dan Tujuan I-8

I.4. Sistematika Penulisan I-8

B

BAABBIII I GGAAMMBBAARRAANNUUMMUUMMPPEELLAAYYAANNAANNDDIINNAASS K

KEEHHUUTTAANNAANNPPRROOVVIINNSSIIJJAAWWAABBAARRAAT T II-11

II.1. Struktur Organisasi II-11

II.2. Tugas Pokok dan Fungsi II-12

II.3. Fungsi Pelayanan Umum Dinas Kehutanan II-14

II.4. Sumber Daya Hutan II-20

II.5. Produk Kayu dan Industri Pengolahan Hasil Hutan II-23

II.6. Produk Jasa dan Non Kayu II-31

II.7. Sumber Daya Manusia, IPTEK dan Kelembagaan II-34

II.8. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan II-36

II.9. Peluang dan Tantangan Pengembangan Pelayanan

Dinas Kehutanan. II-40

II.9.1. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal II-40 II.9.2. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal II-44

II.10. Analisis Pilihan Asumsi Strategi II-50

BAB III ISU-ISU STRATEGIS III-53

III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan

Fungsi Pelayanan III-53

III.2. Telaahan Visi, Misi Dan Program Kepala Daerah Dan

Wakil Kepala Daerah Terpilih III-54

III.3. Telaahan Renstra Kementerian Kehutanan III-55

III.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian

(6)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 iii iii

III.5. Penentuan Isu-isu Strategis III-58

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN

KEBIJAKAN DINAS KEHUTANAN IV-59

IV.1. VISI IV-59

IV.2. MISI IV-60

IV.3. TUJUAN DAN SASARAN IV-62

IV.4. STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV-64

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PAGU

INDIKATIF V-67

V.1. PROGRAM V-67

V.2. KEGIATAN POKOK V-68

V.3. INDIKATOR KINERJA V-71

(7)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 iv iv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. ... II-11 Tabel II.2 Perkembangan produksi Hasil hutan bukan kayu di Jawa

Barat tahun 2008 sampai dengan 2012. ... II-27 Tabel II.3 Produksi aneka usaha kehutanan di Jawa Barat 2012 ...II-28 Tabel II.4 Potensi dan Luas Wilayah Sungai Menurut Kewenangan ... II-33 Tabel II.5 Jumlah Pegawai Dinas Kehutanan Berdasarkan

Golongan pada Tahun 2012. ... II-35 Tabel II.6 Perkembangan Jumlah Desa Sekitar Hutan di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2008 s/d 2012 ... II-37 Tabel II.7 Matrik Rekapitulasi Faktor Lingkungan Strategis ... II-49 Tabel II.8 Matriks Analisis SWOT untuk Melihat Pilihan Asumsi

(8)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 v v

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Grafik Komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan

Fungsional ... II-12 Gambar II.2 Bagan Struktur Organisasi ... II-13 Gambar II.3 Grafik produksi kayu bulat jenis jati dan rimba

campuran per KPH di Jawa Barat tahun 2012 (Sumber:

Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012). ... II-24 Gambar II.4 Perkembangan Produksi Kayu Bulat di Jawa Barat per

Jenis Kayu Tahun 2009-2012 (Sumber: Statistik

Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012). ... II-25 Gambar II.5 Grafik Produksi kayu bulat pertukangan per KPH di

Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012). ... II-25 Gambar II.6 Grafik perkembangan luas dan produksi hutan rakyat

di Jawa Barat tahun 2008-2012 (Sumber: Statistik

Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012). ...II-26 Gambar II.7 Persentase Jumlah Desa di Luar dan Sekitar Kawasan

Hutan per Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat

(9)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-1 I-1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara dengan luas daratan sekitar 3.709.528,44 Ha (Bappeda Prov. Jabar, 2010) memiliki kawasan hutan seluas 816.603 ha (Kemenhut,2003) atau sekitar 22.01 % dari luas daratan. Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan terbagi dalam beberapa fungsi yaitu hutan produksi seluas 393.117 Ha, hutan lindung seluas 291.306 Ha, dan hutan konservasi seluas 132.180 Ha. Ditinjau dari komposisi luasannya, dapat dilihat bahwa ± 53 % kawasan hutan di Jawa Barat lebih dititik beratkan untuk fungsi perlindungan dan konservasi. Kondisi ini sesuai dengan kondisi alam Jawa Barat yang memiliki topografi berat dengan curah hujan rata-rata tahunan yang cukup tinggi serta jenis tanah yang peka terhadap erosi. Dari sisi geografis, Jawa Barat juga memiliki fungsi strategis karena letaknya yang langsung berbatasan dengan Ibukota Negara, demikian pula dari sisi pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dimana hulu sungai besar yang bermuara di provinsi lain berada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Dengan melihat kondisi tersebut, keberadaan kawasan hutan di Provinsi Jawa Barat dan kelestarian fungsinya mutlak perlu dipertahankan. Di samping kawasan hutan, juga terdapat sumber daya hutan berupa hutan rakyat seluas ± 271.802 ha yang tersebar di seluruh Kabupaten/ Kota. Hutan rakyat tersebut berfungsi pula dalam menjaga keseimbangan fungsi hidroorologi di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS).

Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan Jawa Barat telah memberikan andil yang cukup besar dalam keseimbangan ekologi regional, khususnya dalam penyediaan jasa lingkungan seperti fungsi regulasi tata air yang menunjang penyediaan energi di Jawa

(10)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-2 I-2 dan air bersih untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta melalui tiga waduk

besar yaitu Jatiluhur, Saguling dan Cirata.

Peranan dan fungsi hutan yang sangat strategis tersebut, mulai terganggu sejak krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1998. Penebangan hutan secara liar terjadi di semua kawasan hutan sehingga dalam waktu yang relatif singkat hutan Jawa Barat mengalami degradasi fungsi yang serius dan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan regional secara keseluruhan.

Pembangunan kehutanan ke depan merupakan era rehabilitasi dan konservasi yang difokuskan untuk mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan hidup yang berimplikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Menyadari akan kondisi tersebut, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Jawa Barat telah dan akan terus melakukan berbagai upaya strategis dan sistematis untuk menangani permasalahan di bidang kehutanan, seperti rehabilitasi hutan dan lahan, pengaturan kembali tata ruang wilayah provinsi, pengamanan kawasan hutan dari kegiatan perambahan dan okupasi kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat serta melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan kehutanan secara berkelanjutan.

Kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai peraturan seperti Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Keputusan Gubernur tentang Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rencana yang lebih operasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat yang akan memberikan arah pembangunan kehutanan dalam periode 2013-2018.

(11)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-3 I-3

Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat merupakan penjabaran visi, misi, sasaran dan program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Derah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 ke dalam strategi pembangunan sesuai tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan. Visi Pemerintah Provinsi Jawa BaratTahun 2013-2018 yaitu “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua” dan dijabarkan dalam 5 Misi yaitu :

Misi 1 : Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing.

Misi 2 : Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan.

Misi 3 : Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui profesionalisme tata kelola dan perluasan partisipasi. Misi 4 : Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan

pembangunan Infrastruktur strategis yang

berkelanjutan.

Misi 5 : Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui peningkatan peran pemuda, olahraga, seni dan budaya dalam bingkai kearifan lokal.

Dalam kerangka pembangunan daerah, Renstra Dinas Kehutanan merupakan dokumen perencanaan strategis dalam rangka pencapaian visi dan misi RPJM Derah Provinsi Jawa Barat yang memiliki keterkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan terutama misi 2: “ Membangun perekonomian yang kokoh, misi 3 : “Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui profesionalisme tata

(12)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-4 I-4 kelola dan perluasan partisipasi”, dan berkeadilan“ dan misi 4:

“Mewujudkan jawa Barat yang nyaman dan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan”.

Dalam kerangka pembangunan nasional, Renstra Dinas Kehutanan juga memiliki keterkaitan dengan Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014 yang dalam penyelenggaraan pembangunan kehutanan memiliki visi : “Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan” dengan misi-misi :

1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas informasi kehutanan.

2. Meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan serta daya saing industri primer kehutanan.

3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi ekologi dan sosial pengelolaan DAS.

5. Meningkatkan ketersediaan produk teknologi dasar dan

terapan serta kompetensi SDM dalam rangka

penyelenggaraan pengurusan kehutanan secara optimal. 6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola

kehutanan Kementerian Kehutanan.

Renstra Dinas kehutanan tahun 2013-2018 selanjutnya akan menjadi rujukan bagi penyusunan Renstra OPD kehutanan di Kabupaten/Kota dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.

(13)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-5 I-5

I.2. Dasar Hukum Penyusunan

Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 disusun berdasarkan landasan sebagai berikut :

1) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat;

2) Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

3) Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

4) Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 5) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 6) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

7) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

(14)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-6 I-6 8) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

9) Peraturan Pemeritah RI Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;

10) Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;

11) Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota;

12) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

13) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);

14) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

(15)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-7 I-7

16) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816); 17) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);

18) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 11);

19) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

20) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46); 21) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55);

22) Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029;

23) Peraturan Daerah Provinsi Provinsi Jawa Barat Nomor Tahun Nomor 25 Tahun 2013 tentang tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018;

(16)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-8 I-8 24) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah

(SISRENBANGDA) Provinsi Jawa Barat Tambahan Lemba Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Nomor 64);

25) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 37 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 110 Seri D)

26) Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 78 Seri E).

27) Peraturan Gubernur Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pedoman Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 21 Seri E).

I.3. Maksud Dan Tujuan

Maksud disusunnya Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 adalah sebagai arahan strategis pembangunan kehutanan di Jawa Barat tahun 2013-2018. Tujuannya : tercapainya pembangunan kehutanan lestari yang mendukung kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat.

I.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018 sesuai Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008, terdiri dari :

(17)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-9 I-9

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Tujuan, Landasan Hukum dan Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KEHUTANAN

Mengambarkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta kondisi organisasi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Menjelaskan isu-isu strategis yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan dalam periode 2013-2018

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Berisikan Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran serta Strategi dan Kebijakan Dinas Kehutanan yang berpedoman pada tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan RPJM Daerah Provinsi Jawa Barat.

Bab V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Berisi rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan program yang ada dalam rencana pembangunan Daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, termasuk indikatif kegiatan, indikator kinerja, maupun indikatif pendanaannya.

(18)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 I-10 I-10

Bab VI INDIKATOR KINERJA DINAS KEHUTANAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD,

Berisi uraian indikator kinerja Dinas Kehutanan yang secara langsung menunjukan kinerja yang akan dicapai dalam 5 tahun untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

Bab VII PENUTUP

Berisi ringkasan Renstra serta langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam mengimplementasikan Renstra Dinas Kehutanan Tahun 2013 – 2018.

(19)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-11 II-11

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

G

G

A

A

M

M

B

B

A

A

R

R

A

A

N

N

U

U

M

M

U

U

M

M

P

P

E

E

L

L

A

A

Y

Y

A

A

N

N

A

A

N

N

D

D

I

I

N

N

A

A

S

S

K

K

E

E

H

H

U

U

T

T

A

A

N

N

A

A

N

N

P

P

R

R

O

O

V

V

I

I

N

N

S

S

I

I

J

J

A

A

W

W

A

A

B

B

A

A

R

R

A

A

T

T

II.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, dengan struktur organisasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar II.2., sedangkan komposisi Jabatan Struktural dan Fungsional dapat dilihat pada Tabel II.1.

Tabel II.1 Komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.

NO. Jabatan Struktural/

Fungsional

Jumlah

(orang) Keterangan

1. Eselon II 1 Kepala Dinas

2. Esselon III 8 Sekretaris, Kepala Bidang dan

Kepala Balai/UPTD

3. Esselon IV 24 Kepala Sub Bagian dan

Kepala Seksi

4. Fungsional 4 Fungsional Perencana dan

Arsiparis

5. Non Struktural 157 Pelaksana/ Fungsional Umum

(20)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-12 II-12

Gambar II.1 Grafik Komposisi Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional

II.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat serta Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 37 Tahun 2009 tentangTugas Pokok , Fungsi dan Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah bidang kehutanan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 0% 4% 12% 3% 81% Eselon II Eselon III Eselon IV Fungsional Non Struktural

(21)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-13

Gambar II.2 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat

(22)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-14 Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Kehutanan mempunyai fungsi :

a. penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan koordinasi serta pelaksanaan kebijakan teknis planologi, konservasi, rehabilitasi hutan dan lahan, produksi dan usaha kehutanan;

b. penyelenggaraan fasilitasi dan pengendalian pelaksanaan tugas planologi, konservasi, rehabilitasi hutan dan lahan, produksi dan usaha kehutanan;

c. penyelenggaraan kesekretariatan Dinas;

d. penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD.

II.3. Fungsi Pelayanan Umum Dinas Kehutanan

Pelayanan publik yang diemban oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat adalah sesuai dengan tupoksi SOPD yang meliputi pelayanan bidang keplanologian, pelayanan bina rehabilitasi hutan dan lahan, pelayanan bina konservasi kawasan dan jenis, pelayanan bina produksi dan usaha kehutanan, pelayanan peredaran hasil hutan, pelayanan obyek wisata tahura dan jasa lingkungan serta pelayan umum dan pelayanan lainnya yang dibebankan pada Dinas Kehutanan yang didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, ada 58 (lima puluh delapan) urusan yang menjadi dasar pelayanan publik yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan. Beberapa urusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bidang kehutanan antara lain:

(23)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-15 1) Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi, hutan lindung dan

taman hutan raya dan skala DAS lintas Kabupaten/Kota.

2) Pemberian pertimbangan teknis penunjukan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru.

3) Pengusulan dan pertimbangan teknis pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus untuk masyarakat hukum adat, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan kehutanan, lembaga sosial dan keagamaan untuk skala provinsi.

4) Pertimbangan teknis perubahan status dan fungsi hutan, perubahan status dari lahan milik menjadi kawasan hutan, dan penggunaan serta tukar menukar kawasan hutan.

5) Pelaksanaan penyusunan rancang bangun, pembentukan dan pengusulan penetapan wilayah pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi serta pertimbangan teknis institusi wilayah pengelolaan hutan.

6) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang unit kesatuan pengelolaan hutan produksi KPHP.

7) Pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek unit KPHP. 8) Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja usaha dua puluh

tahunan unit usaha pemanfaatan hutan produksi.

9) Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja lima tahunan unit pemanfaatan hutan produksi.

10) Penilaian dan pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan produksi.

(24)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-16 11) Pertimbangan teknis untuk pengesahan, koordinasi dan

pengawasan pelaksanaan penataan batas luar areal kerja unit pemanfaatan hutan produksi lintas kabupaten/kota.

12) Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan batas luar areal kerja unit pemanfaatan hutan produksi dalam kabupaten/kota. 13) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan dua puluh

tahunan (jangka panjang) unit KPHL.

14) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit KPHL.

15) Pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit KPHL

16) Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja usaha (dua puluh tahunan) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

17) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

18) Penilaian dan pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

19) Pertimbangan teknis pengesahan penataan areal kerja unit usaha pemanfaatan hutan lindung kepada pemerintah.

20) Pertimbangan teknis rencana pengelolaan dua puluh tahunan (jangka panjang) unit KPHK.

21) Pertimbangan teknis rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit KPHK.

22) Pertimbangan teknis rencana pengelolaan jangka pendek (tahunan) unit KPHK.

(25)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-17 23) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka

panjang (dua puluh tahunan) untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala provinsi.

24) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka menengah untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala provinsi.

25) Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala provinsi.

26) Pengelolaan taman hutan raya, penyusunan rencana pengelolaan (jangka menengah dan jangka panjang) dan pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek serta penataan blok (zonasi) dan pemberian perizinan usaha pemanfaatan serta rehabilitasi di taman hutan raya skala provinsi.

27) Penyusunan rencana-rencana kehutanan tingkat provinsi.

28) Penyusunan sistem informasi kehutanan (numerik dan spasial) tingkat provinsi.

29) Pertimbangan teknis kepada menteri untuk pemberian dan perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi kecualipada kawasan hutan negara pada wilayah kerja Perum perhutani.

30) Pemberian perizinan pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi skala provinsi kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja Perum perhutani.

(26)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-18 31) Pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dan jasa

lingkungan skala provinsi kecuali pada kawasan hutan negara pada wialyah kerja Perum Perhutani.

32) Pemberian izin industri primer hasil hutan kayu dengan kapasitas produksi ≤ 6.000 m3 serta pertimbangan teknis izin industri primer dengan kapasitas > 6.000 m3 .

33) Pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan skala provinsi.

34) Pemberian perizinan pemanfaatan kawasan hutan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu yang tidak dilindungi dan tidak termasuk ke dalam lampiran (Appendix) CITES dan pemanfaatan jasa lingkungan skala provinsi kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja Perum Perhutani.

35) Penetapan lahan kritis skala provinsi.

36) Pertimbangan teknis rencana rehabilitasi hutan dan lahan DAS/Sub DAS.

37) Penetapan rencana pengelolaan rehabilitasi hutan, rencana tahunan dan rancangan rehabilitasi hutan pada taman hutan raya skala provinsi.

38) Penetapan rencana pengelolaan, rencana tahunan dan rancangan rehabilitasi hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani izin pemanfaatan/pengelolaan hutan dan lahan di luar kawasan hutan skala provinsi.

39) Pertimbangan teknis penyusunan rencana pengelolaan DAS skala provinsi.

40) Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada taman hutan raya skala provinsi.

(27)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-19 41) Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi

hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani izin pemanfaatan/pengelolaan hutan dan lahan di luar kawasan hutan skala provinsi.

42) Pengesahan rencana reklamasi hutan.

43) Penyusunan rencana dan pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bencana alam skala provinsi.

44) Pemantauan, evaluasi dan fasilitasi pemebredayaan masyarakat setempat di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

45) Pemantauan, evaluasi dan fasilitasi hutan hak dan aneka usaha kehutanan.

46) Pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan, perlindungan dan pengamanan hutan kota (khusus DKI), fasilitasi, pemantauan dan evaluasi hutan kota.

47) Pertimbangan teknis calon areal sumber daya genetik, pelaksanaan sertifikasi sumber benih dan mutu benih/bibit tanaman hutan.

48) Pertimbangan teknis pengusahaan pariwisata alam dan taman buru serta pemberian perizinan pengusahaan kebun buru skala provinsi.

49) Pengawasan pemberian izin pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi dan tidak termasuk dalam lampiran (Appendix) CITES.

50) Pertimbangan teknis izin kegiatan lembaga konservasi (antara lain kebun binatang, taman safari) skala provinsi.

(28)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-20 51) Pelaksanaan perlindungan hutan pada hutan produksi, hutan

lindung yang tidak dibebani hak dan hutan adat serta taman hutan raya skala provinsi.

52) Pemberian fasilitas, bimbingan dan pengawasan dalam kegiatan perlindungan hutan pada hutan yang dibebani hak dan hutan adat skala provinsi.

53) Koordinasi dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kehutanan di tingkat provinsi dan/atau yang memilki dampak antar kabupaten/kota dan pemberian perizinan penelitian pada hutan produksi dan hutan lindung yang tidak ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus skala provinsi.

54) Pelaksanaan diklat teknis dan fungsional kehutanan skala provinsi.

55) Penguatan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan kehutanan skala provinsi

56) Koordinasi, bimbingan, supervisi, konsultasi pemantauan dan evaluasi bidang kehutanan skala provinsi

57) Pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan oleh kabupaten/kota dan kinerja penyelenggara provinsi serta penyelenggaraan oleh kabupaten/kota di bidang kehutanan.

II.4. Sumber Daya Hutan

Provinsi Jawa Barat memiliki kawasan hutan seluas 816.603 Ha atau sekitar 22,97 % dari luas daratan Jawa Barat, terdiri dari hutan produksi 202.965 ha, hutan produksi terbatas 190.152 Ha, hutan lindung 291.306 Ha, dan kawasan konservasi seluas 132.180 Ha. Secara ideal guna menunjang keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan, luas

(29)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-21 kawasan hutan yang harus dipertahankan minimum sebesar 30 % dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

Dilihat dari aspek pengelolaan, kawasan hutan seluas 684.423 Ha atau sekitar 83,81 % dari luas kawasan hutan Jawa Barat dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, yaitu hutan produksi 393.117 ha dan hutan lindung 291.306 Ha, sedangkan sisanya berupa kawasan konservasi seluas 132.180 ha atau sekitar 16,19 % dari luas kawasan hutan Jawa Barat yang terdiri dari luas kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru yang dikelola oleh unit pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun dan Gunung Ciremai, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, serta Taman Hutan Raya yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Sumedang dan Badan Lingkungan Hidup Kota Depok. Selain kawasan hutan, terdapat pula hutan milik/hutan rakyat yang lokasinya tesebar di seluruh Kabupaten/ Kota seluas ± 271.802 ha (Dishut,2013).

Akibat dari krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan yang dimulai pada tahun 1997, kondisi sumber daya hutan Jawa Barat tersebut diatas mengalami tekanan yang sangat berat sehingga secara umum telah dan sedang mengalami proses degradasi fungsi secara serius, baik disebabkan oleh penjarahan, perambahan, pencurian kayu, okupasi lahan, pertambangan tanpa ijin, penggunaan kawasan non prosedural maupun kebakaran hutan. Sementara itu pada tahun 2012 kawasan hutan yang rusak akibat gangguan hutan dan perambahan kawasan hutan yaitu 77.344,10 hektar atau 9,47 % dari luas kawasan hutan di Jawa Barat.

Meningkatnya gangguan hutan diakibatkan oleh serangkaian faktor yang sampai saat ini masih belum dapat teratasi dengan tuntas.

(30)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-22 Sistem pengelolaan hutan dimasa lalu yang kurang melibatkan komponen masyarakat dan terlalu sentralistik merupakan faktor penyebab utama yang perlu segera dilakukan reorientasi sebagai solusinya. Dari sisi pemantapan kawasan hutan masih sering terjadinya gangguan hutan berupa konflik kepemilikan lahan pada kawasan hutan.

Pengukuhan kawasan hutan sebagai langkah bentuk memperoleh kejelasan status hukum kawasan hutan belum selesai dilaksanakan pada seluruh bagian/kelompok hutan di Jawa Barat, kondisi ini berakibat pada belum definitifnya status dan fungsi kawasan hutan sehingga mendorong masyarakat untuk menduduki kawasan hutan dan memicu timbulnya konflik sosial.

Tumbuh kembangnya hutan rakyat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa program rehabilitasi lahan cukup berhasil, baik dari sisi konservasi tanah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2012 luas hutan rakyat tercatat seluas 271.802,83 Ha dengan produksi kayu rakyat 2.642.497,70 m3, hal ini dapat dipahami bahwa minat masyarakat semakin besar untuk menanam hutan rakyat dan keberhasilan program gerakan rehabilitasi lahan kritis di Jawa Barat.

Dengan melihat potensi hutan rakyat yang makin penting dalam mencukupi kebutuhan kayu lokal, diperlukan adanya upaya pembinaan yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan dengan fokus pada peningkatan nilai tambah kayu seperti : teknik pengolahan, pengawetan serta diversifikasi pemanfaatan serta penerapan zero waste dalam pemanenan kayu.

Luas hutan mangrove di Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2012 seluas 20.717,05 Ha dengan kondisi

(31)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-23 kerusakan hutan mangrove pada tingkat yang mengkhawatirkan yaitu sudah mencapai 16.985,15 Ha.

II.5. Produk Kayu dan Industri Pengolahan Hasil Hutan

Produksi kayu yang berasal dari kawasan hutan produksi di Jawa Barat setiap tahunnya rata-rata 200.000 m3 berupa kayu bulat jati dan kayu bulat rimba, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan kayu di Jawa Barat yang setiap tahun mencapai 5,3 juta m3. Untuk menutupi kekurangan tersebut, dipasok oleh kayu-kayu yang berasal dari luar kawasan hutan atau hutan milik/hutan rakyat termasuk didalamnya pekarangan/tegalan dan perkebunan sebesar ± 2,5 juta m3 dan sisanya berasal dari kayu-kayu yang didatangkan dari luar Jawa.

Industri pengolahan hasil hutan (sektor hilir) di Jawa Barat tersebar di beberapa sentra produksi, yaitu di Purwakarta, Bogor, Bekasi dan Cirebon dengan orientasi pemasaran ekspor. Tercatat tidak kurang dari 110 industri pengolahan hasil hutan dengan berbagai bentuk produk seperti moulding, plywood, wood working dan sejenisnya yang sebagian besar menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari luar Jawa. Industri pengolahan hasil hutan kayu milik Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sejak tahun 1999 tidak lagi melakukan operasi, sehingga produksi olahan hasil hutan pada umumnya dilaksanakan oleh pihak swasta melalui Kerja Sama Produksi (KSP).

Pemungutan iuran kehutanan di Jawa Barat yang berasal dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) setiap tahunnya berkisar antara Rp. 12 Milyar – Rp. 18 Milyar. Selama tahun 2010 penerimaan PSDH sebesar Rp. 12.016.288.909,00,- sedangkan pada tahun 2011 penerimaan PSDH dari 14 KPH telah mencapai Rp. 16.286.476.589,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 13.925.211.053,-.

(32)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-24 Nilai ekonomi hutan Jawa Barat selama ini lebih banyak diperoleh dari hasil hutan kayu, sedangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) belum banyak dimanfaatkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai manfaat ekonomi hutan belum optimal dimanfaatkan sehingga kontribusi ekonomi hutan terhadap pembangunan daerah di Jawa Barat relatif rendah. Produksi kayu berasal dari kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, serta kayu yang berasal dari hutan rakyat.

Produksi kayu bulat pada tahun 2012 yang berasal dari kawasan hutan negara umumnya merupakan jenis kayu rimba dan jati sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2. Produksi kayu rimba cenderung lebih banyak dibandingkan dengan kayu jati. Perkembangan produksi kayu bulat di Jawa Barat dari tahun 2009 sampai dengan 2012 disajikan pada Gambar II.3 dan Gambar II.4

Gambar II.3 Grafik produksi kayu bulat jenis jati dan rimba campuran per KPH di Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

(33)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-25

Gambar II.4 Perkembangan Produksi Kayu Bulat di Jawa Barat per Jenis Kayu Tahun 2009-2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

Produksi kayu bulat pertukangan per KPH di Jawa Barat disajikan pada Gambar II.5. Gambar ini menunjukkan bahwa produksi kayu pertukangan tertinggi dicapai oleh KPH Cianjur.

Gambar II.5 Grafik Produksi kayu bulat pertukangan per KPH di Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 - 10,000 20,000 30,000 40,000 Bogor Cianjur Bandung Selatan Tasikmalaya Kuningan Sumedang Purwakarta Rimba (m3) Jati (m3)

(34)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-26 Produksi kayu selain berasal dari kawasan hutan negara, juga berasal dari hutan rakyat. Produksi kayu dari hutan rakyat di Jawa Barat pada kurun waktu 2008 sampai dengan 2012 secara umum mengalami fluktuasi (Gambar II.6). Pada tahun 2008 tercatat sebanyak 2.900.628,95 m3 dengan luas sebesar 267.963,11 Ha. Produksi tersebut menurun menjadi sebanyak 320.949,41 m3, sehingga produksi pada tahun 2009 menjadi 2.579.679,54 m3 dengan luas hutan rakyat meningkat menjadi 296.298,56 Ha. Luas hutan rakyat kembali menurun pada tahun 2010 menjadi seluas 285.826,46 Ha dengan produksi kayu sebanyak 1.756.483,71 m3. Seiring bertambahnya luasan hutan rakyat tahun 2011 menjadi 291.741,40 Ha, produksi kayu dari hutan rakyat pada tahun 2011 meningkat sebanyak 2.210.601,28 m3.

Gambar II.6 Grafik perkembangan luas dan produksi hutan rakyat di Jawa Barat tahun 2008-2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).

Selain hasil hutan kayu, hutan juga menghasilkan hasil hutan bukan kayu (Tabel II.2.), Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dihasilkan

267,963.11 296,298.56 285,826.46 291,741.40 271,802.83 2,900,628.95 2,579,679.54 1,756,483.71 2,210,601.28 2,642,497.70 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Luas (Ha) Produksi (m3)

(35)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-27 berupa HHBK nabati dan HHBK hewani yang juga memberikan kontribusi ekonomi terhadap pendapatan masyarakat dan pemerintah. Jenis HHBK tersebut sebenarnya belum memberikan hasil yang maksimal, karena sebagian besar masih diusahakan secara tradisional sehingga apabila dikelola dengan lebih baik, maka nilai kontribusi ekonominya akan meningkat terhadap pendapatan masyarakat dan pemerintah setempat. Produksi aneka usaha kehutanan di Provinsi Jawa Barat yang ditunjukkan pada Tabel 8, menunjukkan bahwa baru sebagian kecil aneka usaha kehutanan yang dikembangkan, yaitu komoditas yang telah memiliki pasar (marketable) sedangkan jenis-jenis komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu lainnya belum memiliki nilai jual (unmarketable). Oleh karena itu pengembangan aneka usaha kehutanan perlu mendapatkan prioritas dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di Jawa Barat.

Tabel II.2 Perkembangan produksi Hasil hutan bukan kayu di Jawa Barat tahun 2008 sampai dengan 2012.

No. Jenis Hasil Hutan Satuan

Jumlah Produksi Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Getah Pinus Ton 8.211 9.342 413.117 15.863 16.150

2. Getah Damar Ton 22.105 17.631 211 32 22

3. Daun Kayu Putih Ton 8.139 9.266 1.027.000 13.190 15.859

4. Arang Ton - - - - - 5. Kopal Ton - - - - 22 6. Rotan Batang 320.022 - 223.582 240.105 180.756 7. Bambu Batang 43.622 - 48.295 66.665 63.189

(36)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-28 No. Jenis Hasil Hutan Satuan

Jumlah Produksi Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

8. Rumput Gajah Ton 5.355.234 - 1.671.758 2.672 8.664

9. Madu Kg - - 340 - 2.610

10. Bunga Kenanga Ton - - - - -

11. Kopi Kg 311 492 395.406 111.000 608.458 12. Kelapa Butir - - 5.000 2.500 23.925 13. Sarang Burung Walet Kg 8 - 98 - 3 14. Melinjo Kg - - - - 9.652 15. Karet Kg - - 6.359 19.000 19.431 16. Cengkeh Kg 1.043 270 6.227 - 926 17. Ylang-Ylang Kg - - - - 18. Padi Ton 267 233.460 397.101 413.000 443.798 19. Lain-lain - Rusa Ekor 77 167 8 72 84 - Buaya Ekor 26 453 10 369 393 - Primata Ekor 10.860 10.813 90 9.964 9.944

Sumber : Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Tabel II.3 Produksi aneka usaha kehutanan di Jawa Barat 2012

No Kabupaten/ Kota Jamur (Kg) Lebah Madu (Liter) Sutera Alam (Kg) Sarang Burung Walet (Kg) Gaharu (Batang) Arang Kayu (Kg) 1 Kab. Bogor 799.500 4.500 120 125 - - 2 Kab. Sukabumi 105.657 7.017 800 - - -

(37)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-29 No Kabupaten/ Kota Jamur (Kg) Lebah Madu (Liter) Sutera Alam (Kg) Sarang Burung Walet (Kg) Gaharu (Batang) Arang Kayu (Kg) 3 Kab. Cianjur 455.000 1.756 645 - - 100 4 Kab. Bandung 43.400,00 9.650 80 - - - 5 Kab. Garut 25.291 600 653 548,8 - - 6 Kab. Tasikmalaya 143.805 820 500 337,1 1.500 73.980 7 Kab. Ciamis 174.730 963 120 - - - 8 Kab. Kuningan 42.100 738 - - - - 9 Kab. Cirebon 55.800 450 - - - 860 10 Kab. Majalengka 86.562 11.564 170 - - - 11 Kab. Sumedang 105.400 618 85 - - - 12 Kab. Indramayu 22.875 40 - - - - 13 Kab. Subang 15.000 450 - - - 2.000 14 Kab. Purwakarta 82.880 387 - 534,6 12.000 15 Kab. Karawang 10.000 435 - - - - 16 Kab. Bekasi - - - - 17 Kab. Bandung Barat 389.475 4.860 185 - - - 18 Kota Bogor - - - - 19 Kota Sukabumi - 10 - 40,0 - - 20 Kota Bandung 7.500 - - - - - 21 Kota Bekasi - - - -

(38)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-30 No Kabupaten/ Kota Jamur (Kg) Lebah Madu (Liter) Sutera Alam (Kg) Sarang Burung Walet (Kg) Gaharu (Batang) Arang Kayu (Kg) 22 Kota Depok - - - - 23 Kota Cimahi 180.000 - - - - - 24 Kota Tasikmalaya 274.500 1.212 - - - - 25 Kota Banjar 40.000 60 - - - - 26 Kota Cirebon - - - 25 - 3.600 Jumlah 3.059.475 46.130 3.358 1.610,5 1.500 92.540

Data yang diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa volume kayu yang dihasilkan dari hutan produksi cenderung menurun dan lebih kecil dari volume yang dihasilkan oleh hutan rakyat, sehingga kebutuhan kayu masyarakat lebih banyak dipenuhi oleh kayu yang berasal dari hutan rakyat (hutan milik). Pengembangan hutan rakyat akan memberikan sejumlah manfaat, antara lain : (a) berkurangnya lahan kritis di luar kawasan hutan yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lindung lahan; (b) peningkatan pendapatan masyarakat petani hutan rakyat; serta (c) berkurangnya gap antara kebutuhan kayu dengan permintaan kayu.

Volume kayu dari kawasan hutan produksi yang cenderung menurun menunjukkan produktivitas hutan produksi (HP) masih rendah dan memerlukan redesign pola pengelolaan HP di Jawa Barat. Redesign pengelolaan HP di Jawa Barat difokuskan untuk menjawab permasalahan: (a) kontribusi lahan HP sebagai resapan air dalam peningkatan fungsi tata hidrologis DAS; (b) kontribusi lahan HP dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitarnya; (c) kontribusi

(39)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-31 lahan HP dalam mendukung kedaulatan pangan dan energi di Provinsi Jawa Barat.

II.6. Produk Jasa dan Non Kayu

Produk jasa yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan seperti air, keindahan alam dan kapasitas asimilasi lingkungan mempunyai manfaat yang besar sebagai penunjang kehidupan yang mampu mendukung dan menggerakan sektor ekonomi lainnya. Sebagian besar produk jasa tergolong kedalam manfaat intangible, dimana berdasarkan hasil penelitian dapat memberikan nilai ekonomi jauh lebih besar dari nilai produk kayu.

Berbagai lokasi produk jasa berupa wisata alam di Jawa Barat, meliputi : Taman Nasional (TN) 3 lokasi, Taman Wisata Alam (TWA) 16 lokasi, Taman Hutan Raya (Tahura) 3 lokasi, Taman Buru (TB) 1 lokasi, dan Wana Wisata/ Hutan Wisata 39 lokasi. Pemanfaatan produk jasa tersebut cukup besar sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah pengunjung ke lokasi wana wisata, taman nasional dan taman wisata alam selama tahun 2012 sebanyak 3.647.014 orang dengan penerimaan sebesar Rp. 21.293.584.470,-

Pemanfaatan produk jasa dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti getah pinus, getah damar, kayu putih dan lain sebagainya belum dilakukan secara maksimal. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh terfokusnya pemanfaatan hutan pada produk kayu. Pengelolaan dan pemanfaatan multi fungsi hutan perlu ditingkatkan sebagai alternatif peningkatan sumber penerimaan daerah serta pendapatan masyarakat di sekitar hutan.

Ekosistem hutan, selain memberikan manfaat berupa hasil hutan kayu dan HHBK, juga jasa lingkungan (environmental services). Sedikitnya ada empat jasa lingkungan yang mulai dikenal, yaitu jasa lingkungan air, wisata alam, penyerapan dan penyimpanan karbon, serta

(40)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-32 keanekaragaman hayati. Dari keempat jasa lingkungan tersebut, jasa lingkungan air yang keluar sebagai output hidrologis ekosistem hutan mulai diapresiasi nilainya melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services). Pasal 34 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan wajib menyediakan dana investasi untuk biaya pelestarian hutan. Selain UU Nomor 41 Tahun 1999 tersebut, Pasal 42 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup”. Salah satu mekanisme dalam penerapan instrumen ekonomi lingkungan untuk jasa lingkungan hutan adalah mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan atau payment for environmental services (PES).

Potensi pengembangan jasa lingkungan berupa pemanfaatan air di Jawa Barat sangat tinggi. Jawa Barat memiliki curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 2000-4000 mm/tahun dan memiliki potensi sumber daya air khususnya air permukaan mencapai rata-rata 48 Milyar m3/tahun dalam kondisi normal. Potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 50% atau 24 Milyar m3/tahun sedang sisanya langsung terbuang ke laut. Potensi sumber daya air tersebut mengalir pada 5 (lima) Wilayah Sungai yang terbagi dalam 41 DAS atau sekitar 2.745 buah sungai induk dan anak-anak sungainya. Sekitar 35,9 Milyar m3/tahun (75%) dari jumlah potensi tersebut mengalir pada 2.078 buah sungai yang secara geografis lintas kabupaten/kota, sedangkan sisanya yaitu 12,1 Milyar m3/tahun (25%) berada pada 1.170 buah sungai (Naskah Akademik Raperda RTRW Jawa Barat 2009-2029). Potensi air permukaan dan luas setiap wilayah sungai yang terdapat di Jawa Barat, dapat dilihat pada Tabel 9.

(41)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-33 Selain sumberdaya air alami, Jawa Barat memiliki situ-situ dan waduk-waduk buatan. Tidak kurang dari 20 waduk-waduk mempunyai kapasitas tampung lebih dari 6,8 Milyar m3, diantaranya 3 waduk dibangun pada Sungai Citarum yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Juanda. Ketiga waduk tersebut mempunyai daya tampung total mencapai 5,83 Milyar m3. Dari sisi kebutuhan air, Pusat Litbang Sumber Daya Air (2006) menyebutkan bahwa Indek Ketersediaan Air (IKA) Jawa Barat adalah 500 - 1.600 m3/kapita/tahun. Padahal total kebutuhan dasar air untuk kehidupan berkelanjutan pada kondisi pesimistis adalah 2.000 m3/kapita/tahun, serta kondisi optimistis 5.000 m3/kapita/tahun.

Tabel II.4 Potensi dan Luas Wilayah Sungai Menurut Kewenangan

No Wilayah Sungai Luas

(Km2) Juta m3 / tahun Lintas Prov./ Kab./Kota Lokal Kab./Kota Total 1. Cidanau-Ciujung- Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum 15.810,3 16.367,06 2.095,99 18.463,06 2. Cimanuk-Cisanggarung 6.972,80 7.572,64 305,43 7.878,07 3. Citanduy 8.033,70 7.069,50 3.625,68 10.695,19 Ciwulan-Cilaki 5. Cisadea-Cibareno 8.813,06 4.908,71 6.078,76 10.987,47 Total 39.629,86 35.917,91 12.105,86 48.023,77

Sumber : Dinas PSDA dan Hasil Analisis, 2008

Di dalam rencana tata ruang Jawa Barat disebutkan bahwa Jawa Barat akan mempertahankan sawah seluas 766.219 Ha sampai tahun 2010. Apabila kebutuhan irigasi sawah 1 liter/detik/ha, maka total kebutuhan air mencapai 16 milyar m3/tahun (asumsi 8 bulan diairi), sedangkan ketersediaan air permukaan dalam musim hujan-pun

(42)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-34 hanya 15 milyar m3/tahun (dengan asumsi kondisi kawasan lindung bagus). Dengan demikian, status air Jawa Barat sebenarnya dalam kondisi kritis. Permasalahan air lainnya adalah terkait dengan status air tanah. Pengukuran di beberapa tempat menunjukkan penurunan muka air tanah sejak tahun 1960 sampai tahun 2005 antara 66 – 69 meter. Kerusakan sumber daya air tanah ini akan semakin parah apabila tidak segera dilakukan langkah-langkah pengendalian secara sinergis melalui strategi kebijakan pengelolaan air tanah yang utuh menyeluruh dan dilaksanakan secara terkoordinasi.

Berkaitan dengan terjadinya permasalahan air di Provinsi Jawa Barat tersebut, hutan memiliki peranan penting terkait dengan fungsi tata hidroorologisnya. Ekosistem hutan yang didominasi vegetasi pohon berperan penting dalam mengatur sistem hidrologis wilayah terutama meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah tersebut. Perubahan ekosistem hutan mempengaruhi output hidrologis yang keluar dari ekosistem hutan tersebut. Ekosistem hutan berperan penting dalam mengendalikan tata air wilayah. Oleh karena itu peranan sektor kehutanan menjadi sangat penting dalam mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya air yang menjadi kebutuhan pokok dan vital bagi manusia dan makhluk hidup lainnya mengingat bahwa air merupakan barang yang tidak bisa disubstitusi oleh barang lainnya.

II.7. Sumber Daya Manusia, IPTEK dan Kelembagaan

Pengelolaan sumber daya hutan yang demikian luas dengan permasalahan yang kompleks diperlukan dukungan sumber daya manusia yang kuat dan profesional, kelembagaan, serta IPTEK yang memadai.

Sumber daya manusia yang ada di Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 terdapat pada tabel II.5 berikut ini.

(43)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-35 Tabel II.5 Jumlah Pegawai Dinas Kehutanan Berdasarkan Golongan pada Tahun 2012.

No. Satuan Kerja Gol. IV Gol. III Gol.

II Gol.

I Jumlah

1. Dinas Kehutanan 11 86 19 4 120

2. Balai Pengelolaan

TAHURA Ir. H. Djuanda

3 16 11 - 30

3. Balai Pengawasan dan

Pengendalian Hasil Hutan

1 16 6 - 23

4. Balai Rehabilitasi Lahan

dan Konservasi Tanah

3 19 4 - 26

Jumlah 18 137 40 4 199

Secara umum kondisi kelembagaan kehutanan di masa lalu belum mendukung proses partisipatif yang transparan dan cenderung telah menimbulkan usaha yang bersifat monopolistik. Pada era otonomi daerah sekarang ini kelembagaan kehutanan yang ada juga belum mencerminkan suatu sistem kelembagaan yang kompak. Dengan terbentuknya Dinas Kehutanan di Tingkat Provinsi dan adanya Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Kehutanan dan juga adanya dinas-dinas yang menangani pembangunan kehutanan di tingkat Kabupaten menggambarkan besarnya organisasi kelembagaan kehutanan. Namun di sisi lain ada kelemahan struktural yang justru dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan. Belum adanya perangkat tata hubungan kerja sesuai kewenangan yang dimiliki merupakan kendala yang perlu dicari pemecahannya di masa yang akan datang. Pada sisi lain, pemberdayaan potensi dan kelembagaan

(44)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-36 ekonomi masyarakat dalam penyelenggaraan kehutanan belum optimal. Kelembagaan pengelolaan sumber daya hutan belum pula didasari oleh multi fungsi hutan, sehingga pemanfaatan sumber daya hutan menjadi tidak optimal. Dimasa mendatang orientasi pembangunan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan kehutanan berbasis masyarakat.

Beberapa produk hukum sebagai penunjang pembangunan kehutanan antara lain UU nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP nomor 38 tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta berbagai peraturan pendukung lainnya.

II.8. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan

Tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals, MDGs) yang menjadi konsensus bersama menekankan tentang mengurangi tingkat kemiskinan dan kelaparan. Masyarakat sekitar hutan di Jawa Barat umumnya berada dalam kondisi miskin dengan akses terhadap hutan yang masih rendah. Selain itu dengan adanya perubahan lingkungan hidup dan ancaman bencana alam yang terjadi di Jawa Barat menyebabkan hampir semua desa, terutama yang berada di sekitar hutan rentan krisis pangan. Berdasarkan data potensi desa tahun 2008 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah desa/kelurahan yang ada di Provinsi Jawa Barat mencapai 5.871 desa yang terdiri dari 4.886 desa berada di luar kawasan hutan, 28 desa di dalam kawasan hutan, serta 957 desa di sekitar kawasan hutan (Tabel II.6).

(45)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-37 Penduduk yang berada dalam kawasan hutan mencapai 111.148 orang dan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan hutan mencapai 4.395.859 orang. Jumlah penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan mencapai 4.507.007 orang atau 11,34% dari jumlah penduduk total. Pada umumnya tingkat ekonomi penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan tergolong miskin, dimana berdasarkan data Podes tahun 2006 jumlah penduduk pra KS dan KS-1 mencapai 3.149.717 orang atau 71,65% dari total penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan. Masih banyaknya masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan memberikan gambaran bahwa keberadaan hutan yang selama ini dimanfaatkan ternyata belum banyak memberikan manfaat ekonomi secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tabel II.6 Perkembangan Jumlah Desa Sekitar Hutan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 s/d 2012

No Kabupaten/Kota

Jumlah Desa/Lurah Sekitar Hutan Jumlah s/d Tahun 2012 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1 Kab. Bogor 106 106 106 106 106 430 2 Kab. Sukabumi 134 134 134 - 155 386 3 Kab. Cianjur - - 142 142 148 360 4 Kab. Bandung 112 112 112 112 112 276 5 Kab. Garut 187 200 200 212 212 442 6 Kab. Tasikmalaya 123 123 123 123 123 351 7 Kab. Ciamis 79 79 121 121 121 353 8 Kab. Kuningan 134 134 134 134 134 376 9 Kab. Cirebon 15 15 16 16 16 424

(46)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-38 No Kabupaten/Kota

Jumlah Desa/Lurah Sekitar Hutan Jumlah s/d Tahun 2012 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 10 Kab. Majalengka 62 62 62 62 62 336 11 Kab. Sumedang 130 130 130 132 132 283 12 Kab. Indramayu 26 26 26 23 26 316 13 Kab. Subang 57 53 53 53 53 253 14 Kab. Purwakarta 85 85 85 85 85 192 15 Kab. Karawang 42 42 42 42 42 309 16 Kab. Bekasi 12 12 12 12 12 187 17 Kab. Bandung Barat 64 64 64 64 72 165 18 Kota Bogor - - - - 68 19 Kota Sukabumi - - - 33 20 Kota Bandung - - - 2 2 151 21 Kota Bekasi 56 56 56 56 56 22 Kota Depok - - - 63 23 Kota Cimahi - - 5 2 2 15 24 Kota Tasikmalaya 2 2 2 2 2 69 25 Kota Banjar 8 8 8 8 8 25 26 Kota Cirebon - - - 22 Jumlah 1.434 1.443 1.633 1.509 1.625 5.941

Sumber : Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Persentase penyebaran desa yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan terhadap total desa per kabupaten disajikan pada Gambar II.7. Kabupaten yang berada di wilayah hulu dan tengah DAS cenderung

(47)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-39 memiliki jumlah desa di sekitar kawasan hutan lebih banyak daripada daerah hilirnya. Hal ini dikarenakan bahwa kawasan hutan di Provinsi Jawa Barat pada umumnya berada wilayah hulu dan tengah DAS. Secara umum kondisi infrastruktur, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lingkungan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan, lebih rendah dari yang berada di luar kawasan hutan, baik kuantitas dan kualitasnya.

Gambar II.7 Persentase Jumlah Desa di Luar dan Sekitar Kawasan Hutan per Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.

Uraian sebelumnya menunjukkan kondisi yang paradoks terjadi, dimana kemiskinan masyarakat (sekitar hutan) terjadi di batas tepi kelimpahan potensi nilai sumberdaya hutan sebagai pengatur tata air, pangan, dan energi. Oleh karena itu upaya pelestarian hutan di Jawa Barat tidak bisa terlepas dari strategi pengentasan kemiskinan masyarakat, dimana penyelamatan hutan harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyrakat yang berada di sekitarnya atau save forest, save people.

50 100 150 200 250 B o go r Suk ab um i C ian jur B an du ng G ar ut Ta si km al ay a C iam is Kuni ng an C ir ebo n M ajal eng ka Sum eda ng Ind ram ay u Sub an g P u rw ak ar ta Kar aw an g B ek as i B an du ng B ar at Ko ta B o go r Kot a Suk ab um i Kot a B an du ng Kot a B e kas i Kot a D epo k Kot a C im ah i Ko ta Tas ik m al ay a Kot a B an jar Kot a C ir ebo n

(48)

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-40

II.9. Peluang dan Tantangan Pengembangan Pelayanan Dinas

Kehutanan.

II.9.1. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal

Identifikasi faktor lingkungan internal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan faktor-faktor kelemahan. Kekuatan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat positif dan yang memungkinkan organisasi memanfaatkan keuntungan strategis dalam upaya mencapai visi melalui pelaksanaan misi yang ditetapkan. Sementara itu kelemahan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat negatif yang dapat menghambat organisasi dalam upaya mencapai visi organisasi dan dapat menghambat pelaksanaan misi organisasi yang telah ditetapkan.

Identifikasi faktor lingkungan internal mencakup empat pengelompokkan sumberdaya, yaitu:

1. Sumberdaya manusia (human resources) 2. Sumberdaya fisik (Physical resources) 3. Sumberdaya dana (Financial resourches)

4. Sumberdaya teknologi (Technological resourches) dengan segala aspeknya.

Beberapa faktor kekuatan yang dimiliki adalah:

1. Komitmen yang kuat untuk mengelola sektor kehutanan Jawa Barat

Komitmen adalah suatu bentuk loyalitas yang lebih konkrit yang dapat dilihat dari sejauh mana karyawan mencurahkan perhatian, gagasan dan tanggung jawabnya dalam upaya

(49)

DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 II-41 perusahaan mencapai tujuan. Faktor komitmen dalam organisasi menjadi satu hal yang dipandang penting karena pegawai kehutanan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memiiki sikap yang profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disepakati dalam sebuah organisasi.

Indikator komitmen yang kuat tampak dari:

1). Adanya visi dan misi yang jelas di Dinas Kehutanan yang akan memudahkan setiap pegawai dalam bekerja pada akhirnya dalam setiap aktivitas kerjanya senantiasa bekerja berdasarkan apa yang menjadi tujuan organisasi

2). Adanya kepercayaan dan penerimaan yang begitu kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi;

3). Adanya kemauan untuk bekerja keras bagi kepentingan organisasi;

Dukungan peraturan perundang-undangan dalam

pengelolaan sumberdaya hutan

Peraturan perundang-undangan merupakan instrumen kebijakan yang sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Adanya peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi dibandingkan jenis sumber hukum lainnya dalam pengelolaan hutan.

2. Dukungan dana APBD dan sumber lainnya

Dukungan dana sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Alokasi anggaran untuk sektor kehutanan yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Gambar

Tabel  II.1  Komposisi  Jabatan  Struktural  dan  Jabatan  Fungsional  Dinas  Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
Gambar II.2 Bagan Struktur Organisasi   Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat
Gambar II.3 Grafik produksi kayu bulat jenis jati dan rimba campuran per KPH di  Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun  2012)
Gambar  II.5  Grafik  Produksi  kayu  bulat  pertukangan  per  KPH  di  Jawa  Barat   tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.3.1 Prosedur Penjualan Ekspor Produk Hasil Hutan Non Kayu KBM Industri Perum Perhutani Cilengkrang Bandung

Waktu proses penolakan atau diluar pelayanan perizinan satu pintu Direktorat Jenderal BPK. 2 hari kerja IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN

Pemeriksaan dilakukan terhadap data hasil produksi selama Januari – September 2015, Auditee merupakan pemegang Izin Usaha Indutri Primer Hasul Hutan Kayu

JUMLAH DAN KAPASITAS IZIN PRODUKSI INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU (IPHHK) DI ATAS 6.000 M3/TAHUN PER PROVINSI SAMPAI DENGAN JUNI 2016. Kayu Lapis Penggergajian

Luas CA Situ Patengan yang hanya 21,18 ha dan letaknya yang berbatasan dengan kawasan perkebunan dan kawasan hutan produksi Perum Perhutani, dapat menjadi ancaman bagi

20.Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan atas nama Bupati yang meliputi Izin Penebangan Kayu Rakyat, Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu dengan

Pengaturan penurunan kapasitas izin industri merupakan bentuk pengaturan terhadap industri primer hasil hutan kayu yang terkait dengan kebijakan penurunan secara bertahap jatah

Rendemen Kayu Olahan Industri Primer Hasil Hutan Kayu bahwa rendemen veneer yang diolah dari kayu bulat hutan tanaman adalah sebesar 56 – 73%. Dengan demikian rendemen