• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERKEMBANGAN ANAK BALITA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERKEMBANGAN ANAK BALITA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KOTA PADANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERKEMBANGAN ANAK BALITA DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA DI KOTA PADANG

Tisnawati, Oksa Sherly Rustika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ABSTRACT

The purpose of research was to describe the level of knowledge of mothers about the stimulation of the development of preschool children (3-6 years) in early childhood education As-Shidiq at Pegambiran in 2015. This type of research was descriptive. The data collection was done in early childhood school As-shidiq. The study population was mothers with preschoolers, the population was 27 people. All the population became the subject of research. The analysis used univariate and bivariate data. The result showed more than half of the mothers (70.4%) are less knowledgeable about the meaning and purpose of stimulating development. Less than half of the mothers (48.1%) had solid knowledge of the principles of developmental stimulation. More than half of the mothers (81.5%) were less knowledgeable about the forms of stimulation. More than half of the mothers (74.1%) were less knowledgeable about the implementation of the stimulation of the development. It was expected to educators there to increase the awareness of parents in stimulating development of the child by means of a special meeting for parents to discuss their children's growth stages so that children can develop well in accordance with their age level. Keywords: Nutritional Status, Health Status, Stimulation, Development

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di PAUD Permata As-Shidiq Kelurahan Pegambiran Tahun 2015. Jenis penelitian adalah deskriptif. Pengumpulan data dilakukan di PAUD Permata As-Shidiq tahun. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai anak usia prasekolah. Besar populasi adalah 27 orang. Semua populasi di jadikan subjek penelitian. Analisa data secara univariat dan bivariat

Hasil penelitian didapatkan lebih dari separoh ibu (70,4%) berpengetahuan kurang tentang pengertian dan tujuan stimulasi perkembangan. Kurang dari separoh ibu (48,1%) berpengetahuan cukup tentang prinsip stimulasi perkembangan. Lebih dari separoh ibu (81,5%) berpengetahuan kurang tentang bentuk stimulasi. Lebih dari separoh ibu (74,1%) berpengetahuan kurang tentang pelaksanaan stimulasi perkembangan..

Diharapkan kepada Ibu pendidik di PAUD Permata As-Shidiq agar meningkatkan kesadaran orang tua dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang anak dengan cara mengadakan pertemuan khusus bagi orangtua untuk membicarakan tahapan tumbuh kembang anaknya agar anak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tingkat usianya.

(2)

PENDAHULUAN

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. (Dompas, 2010)

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti genetik, faktor lingkungan (lingkungan prenatalatau lingkungan postnatal). Faktor postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum di golongkan menjadi 4 (empat), pertama lingkungan biologis, seperti : ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon ; kedua, faktor fisik : cuaca, sanitasi, keadaan rumah, radiasi ; ketiga, faktor psikososial : stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak – orangtua, dan keempat, faktor keluarga meliputi : pekerjaan/ pendapatan keluarga,

pendidikan, jumlah saudara. (Ngastiyah,2005)

Ditinjau dari faktor balita yaitu faktor lingkungan biologis, status gizi balita merupakan poin penting yang mempengaruhi perkembangannya. Menurut Soedjatmiko, pada masa balita otak seorang anak akan berkembang dengan sangat pesat yang nantinya akan mempengaruhi kecerdasan anak tersebut. Perkembangan kecerdasan, kreativitas dan perilaku akan tergantung dari kualitas fungsi otak, sementara kualitas fungsi otak sendiri tergantung oleh banyaknya sel otak, banyaknya percabangan sel otak, kualitas dan kuantitas sinaps dan kualitas mielinisasi. Perkembangan otak anak agar dapat berjalan secara optimal diperlukan asupan nutrisi yang berkualitas. (Susanti, 2009)

Status kesehatan anak juga dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan. (Hidayat, 2009)

Mengingat jumlah balita di Indonesia sekitar sepuluh persen dari seluruh populasi. Maka sebagian calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi

(3)

yang memadai sesuai tumbuh kembangnya serta intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.

Penelitian yang di lakukan di negara Jepang pada tahun 2004 menjelaskan bahwa masalah terbesar yang dihadapi anak adalah keterlambatan dalam kemampuan berkomunikasi pada saat anak tersebut berumur 3-4 tahun.(Tri, 2010( Penelitian yang dilakukan di Equador pada anak 48-61 bulan tahun 2003-2004 tercatat 28,1% anak mengalami keterlambatan motorik halus. Dan dari Jurnal Penelitian Indonesia yang diambil dari dua rumah sakit di Jakarta menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus. (Ayu, 2013)

Hasil penelitian tahun 2007 sekitar 35,4% anak balita di Indonesia menderita penyimpangan perkembangan seperti penyimpangan dalam motorik kasar, motorik halus, serta penyimpangan mental emosional. Pada tahun 2008 berdasarkan pemantauan status tumbuh kembang balita, prevalensi tumbuh kembang turun menjadi 23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia mengalami kemajuan dalam program edukasi. (Tri, 2010)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susan Dewi (2007) di TPA dan Play Group Permata Bunda dan PAUD Cahaya Baru Kota Padang menunjukkan bahwa 53% ibu mempunyai balita yang perkembangan normal, 47% ibu mempunyai balita dengan perkembangan abnormal. Jumlah balita yang ada di Kota Padang adalah sebanyak 69.054 balita. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita di Kota Padang yang

terendah adalah di Puskesmas Bungus, yaitu sebanyak 150 balita ( 7,9%) dari 1900 balita. Sedangkan terendah kedua adalah Puskesmas Pegambiran, yaitu 1142 (28,8%) dari 3961 balita dan terendah ketiga adalah Puskesmas Padang Pasir, yaitu 1364 balita (37,9%) dari 3601 jumlah balita. (DKK Padang, 2012)

Di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus tahun 2013 jumlah balita yang ada adalah sebanyak 1.966 balita. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita di sana sebanyak 1.126 balita (57%) dari 1.966 balita. Puskesmas Bungus memiliki wilayah kerja 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Bungus Barat, Bungus Timur, Bungus Selatan, Teluk Kabung Utara, Teluk Kabung Timur, dan Teluk Kabung Selatan. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita yang terdeteksi di Kelurahan Teluk Kabung Utara , yaitu sebanyak 184 balita (9%) sedangkan dilihat dari standar nasional pada target dan indikator cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita adalah sebesar 90%. (Puskesmas Bungus)8. capaian yang jauh dari target, hasil wawancara dengan petugas Puskesmas Bungus, hal yang telah dilakukan oleh petugas terhadap tumbuh kembang anak adalah memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang, tentang gizi bayi dan balita, penyuluhan tentang berbagai penyakit pada anak.

Guna menjawab fenomena tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang Analisis Perkembangan Anak Balita serta Faktor Faktor yang Mempengaruhinya dielurahan Teluk Kabung Utara Kecamatan

(4)

Bungus Teluk Kabung Kota Padang Tahun 2014,

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian deskriptif Analitik dengan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kelurahan Teluk Kabung Utara Kecamatan Bungus Kota Padang tahun 2014 dengan jumlah responden 65 orang. Semua populasi dijadikan sebagai sauyek penelitian. Pengumpulan data primer untuk masing masing variabel diperoleh melalui wawancara,

sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan yang ada di Dinas Kesehatan Kota Parosdang dan Puskesmas Bungus Padang. Pengolahan data dengan system komputerisasi melalui tahap-tahap berikut : Editing, coding, Entry dan Cleaning. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Chi squere dengan batas kemaknaan

α

≤ 0,05 dan derajat kepercayaan 95%.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perkembangan Anak Balita dan Faktor yang Mempengaruhinya di Puskesmas Bungus Kota Padang Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi Persentase

Perkembangan Tidak sesuai 38 58,5 Sesuai 27 41,5 Status gizi Gizi Kurang 11 16.9 Gizi Baik 54 83.1 Status Kesehatan Sakit 2 3,1 Sehat 63 96,9 Pemberian stimulasi Kurang baik 35 53.8 Baik 30 46.2

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa lebih dari separo (58,5%) balita memiliki perkembangan yang tidak sesuai, sebagian besar (83,1%) balita memiliki status gizi baik,

(96,9%) balita memiliki status kesehatan sehat, lebih dari separo (53,8%) ibu memberikan stimulasi yang kurang baik terhadap perkembangan anak balitanya. Analisis Bivariat

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Balita di Puskesmas Bungus Kota Padang Tahun 2014

Status gizi

Perkembangan

Jumlah

(5)

Gizi kurang 10 90,9 1 9,1 11 100 0,020 Gizi baik 28 51,9 26 48,1 54 100 Status kesehatan Sakit 1 50,0 1 50,0 2 100 1,000 Sehat 37 58,7 26 41,3 63 100 Pemberian stimulasi Kurang baik 26 74,3 9 25,7 35 100 0,011 Baik 12 40,0 18 60,0 30 100

Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan anak yang tidak sesuai lebih tinggi dengan status gizi anak yang kurang (90,9%) di bandingkan dengan perkembangan anak dengan status gizi yang baik (51,9%), hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak balitanya. P = 0,020 (P < 0,05). Dan perkembangan anak yang tidak sesuai lebih tinggi dengan status kesehatan anak yang sehat (58,7%) di bandingkan dengan status kesehatan anak yang sakit (50,0%), hasil uji

statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status kesehatan dengan perkembangan anak balita. P = 1,000 (P > 0,05), serta perkembangan anak yang tidak sesuai lebih tinggi dengan pemberian stimulasi ibu yang kurang baik (74,3%) di bandingkan dengan pemberian stimulasi ibu dengan yang baik (40,0%), Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian stimulasi ibu dengan perkembangan anak balitanya. P = 0,011(P < 0,05).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (58,5%) responden di RW 02 Kelurahan Teluk Kabung Utara Kecamatan Bungus Padang memiliki perkembangan yang tidak sesuai, sedangkan (41,5%) responden memiliki perkembangan yang sesuai. Berbeda dengan penelitian Susan Dwi (2007) bahwa (53%) ibu yang mempunyai balita yang perkembangannya normal, sedangkan (47%) ibu yang mempunyai balita dengan perkembangannya abnormal.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti genetik, faktor lingkungan baik lingkungan prenatal maupun lingkungan postnatal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari keterlambatan perkembangan personal sosial seorang anak adalah anak akan terlambat dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya sehingga anak juga bermasalah dalam hubungan sosial awal karena tidak diterima oleh teman sebayanya yang akan menyebabkan anak merasa kesepian dan tidak mempunyai kesempatan untuk berperilaku sesuai dengan harapan teman sebaya. (Darsana, 2007)

Kurangnya pencegahan gangguan perkembangan motorik halus pada anak akan menyebabkan perkembangannya tidak sesuai dengan umur. Misalnya, pada usia balita

(6)

seharusnya sudah mampu dalam hal motorik halus yang menggambar, melukis, bernyanyi tetapi jika ada penyimpangan anak hanya mampu melaksanakan tahap perkembangan motorik halus dibawah usia perkembangannya. Herlina, 2015 Tingkat perkembangan pada anak sangat penting diketahui oleh orangtua, karena setiap anak akan berbeda tahap perkembangan yang dilaluinya karena tergantung dari umur anak. Apabila perkembangan anak terganggu anak bisa mengalami gangguan pada bicara dan bahasa, cerebral palsy, sindrom down, perawakan pendek, gangguan autisme, retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. (Depkes, 2008)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dengan status gizi kurang memiliki perkembangan yang tidak sesuai (90,9%) di bandingkan dengan status gizi anak yang baik (51,9%). Hasil uji statistik ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak balitanya. (p = 0,020).

Berbeda dengan Dewi (2009) menunjukkan bahwa dari 2 balita dengan status gizi buruk (50%) memiliki perkembangan abnormal, dari 11 balita dengan status gizi kurang (18,2%) memiliki perkembangan abnormal dan dari 27 balita dengan status gizi baik (74,1%) memiliki perkembangan normal. Hasil uji statistik di dapatkan P = 0,621, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak balita.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, Diantaranya faktor lingkungan biologis, seperti : ras, jenis kelamin, umur, status gizi, status kesehatan,

kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormone. (Ngastiyah, 2005

Pada penelitian yang dilakukan, sesuai hasil uji statistik, ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak balita. Artinya status gizi anak balita yang kurang baik, dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan anak balita. Gizi atau nutrisi merupakan salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan balita yang menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. (Hidayat, 2004)

Pentingnya intervensi gizi di usia awal dan hubungannya dengan kemampuan kognitif dalam jangka pendek dan jangka panjang sangat jelas. Oleh sebab itu, dalam rangka perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan makanan, tidak saja dari segi kuantitas (jumlah) makanan yang dimakan, melainkan juga dari segi kualitas (mutu) makanan itu sendiri. Pada balita, pemberian makanan yang bergizi bermanfaat dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya, makanan yang kurang gizi dapat berdampak buruk kepada balita yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhannya pula.

Status kesehatan yang sehat memiliki perkembangan yang tidak sesuai (58,7%) di bandingkan dengan status kesehatan anak yang yang sakit (50,0%). Hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

(7)

status kesehatan dengan perkembangan anak balita. (P > 1,000). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 2 orang balita (3,1%) mempunyai riwayat penyakit asma. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal dengan penyakit sesak napas yang dikarenakan adanya penyempitan pada saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebih. Pada anak yang menderita penyakit asma akan mempunyai dampak terhadap perkembangannya, seperti anak tidak bisa melakukan aktivitas olahraga, bermain, dan sebagainya.

Penelitian Dyah (2012) menunjukkan bahwa pada aspek personal sosial, pada 11 anak (73.3 %) PJB sianotik menunjukkan perkembangan yang normal, dan pada 22 anak (57.9 %) PJB non-sianotik menunjukkan perkembangan yang dicurigai terlambat. Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat perbedaan yang bermakna pada perkembangan personal sosial.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, Diantaranya faktor lingkungan biologis, seperti : ras, jenis kelamin, umur, status gizi, status kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormone. (Ngastiyah, 2005)

Pada penelitian yang dilakukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status kesehatan anak balita dengan perkembangan anak balita. Artinya bahwa anak yang mempunyai status kesehatan yang sehat atau sakit, perkembangan anak balitanya tetap baik. Faktor yang mempengaruhi perkembangan balita tidak hanya status kesehatan anak saja, akan tetapi

terdapat faktor yang lainnya seperti status gizi, stimulasi, stres, imunisasi,dll. Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan. Walaupun demikian status kesehatan anak juga dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. (Hidayat, 2009)

Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orangtua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Jangan sampai penyakitnya sudah menjadi parah, yang bisa membahayakan jiwanya.

Stimulasi kurang baik pada anaknya memiliki perkembangan yang tidak sesuai (74,3%) di bandingkan dengan ibu yang memberikan stimulasi dengan cara yang baik (40,0%). Hasil uji statistik terlihat ada hubungan yang bermakna antara pemberin stimulasi ibu dengan perkembangan anak balitanya. (P = 0,011). Penelitian Susan (2007) menunjukkan sejalan atau hampir sama dengan penelitian ini yaitu perkembangan anak yang abnormal dengan pemberian stimulasi oleh ibu yang kurang baik sangat tinggi (31,3%) dibandingkan dengan perkembangan anak yang abnormal dengan pemberian stimulasi oleh ibu yang baik (8,8%). nilai P value yang di dapat 0,048 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara

(8)

tindakan ibu terhadap tingkat perkembangan anak balitanya.

Aspek tumbuh kembang pada masa anak merupakan suatu hal yang sangat penting, yang sering di abaikan oleh tenaga kesehatan, khususnya dilapangan. Untuk mengetahui adanya penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita serta untuk

mengoreksi adanya faktor resiko yang meminimalkan dampak anak dapat di cegah, dilakukan deteksi dini terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar balita memiliki status gizi yang baik, status kesehatan yang sehat, lebih dari separo ibu memberikan stimulasi yang kurang baik dan memiliki perkembangan yang tidak sesuai, serta terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan pemberian stimulasi dengan perkembangan anak balita dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status kesehatan dengan perkembangan anak balita.

Melalui Pimpinan Puskesmas Bungus Padang, diharapkan agar pemegang program KIA untuk lebih meningkatkan informasi tentang perkembangan anak dan memberikan penyuluhan serta memberikan contoh kepada orang tua tentang cara-cara yang mudah untuk menstimulasi perkembangan anak, seperti membacakan buku cerita/majalah, mengajak anak pergi berekreasi saat liburan.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Dinda. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang stimulasi Perkembangan dengan Tingkat Perkembangan Motorik Halus Pada Masa Prasekolah (3-6 Tahun). Malang; 2013.

Dinas kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan Kota Padang. 2012.

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Edisi ke-2. Jakarta : EGC; 2005.

Dompas, robin. Buku saku bidan ilmu kesehatan anak. Jakarta : EGC; 2010

Hidayat, A aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta :

Salemba Medika; 2009.

Tri Sunarsih. Hubungan Antara Pemberian Stimulasi Dini Oleh Ibu Dengan Perkembangam Balita Di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Yogyakarta; 2010.

Susan Dewi Parmadiana. Hubungan Perilaku Stimulasi Anak Oleh Ibu Dengan Perkembangan Anak (Balita). Padang : Poltekkes Kemenkes RI. 2007.

Susanti, Dewi. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Perkembangan Anak Balita. Padang : Universitas Andalas; 2009.

(9)

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perkembangan Anak Balita  dan Faktor yang  Mempengaruhinya di Puskesmas Bungus Kota Padang Tahun 2014
Tabel   2   terlihat   bahwa   perkembangan   anak yang   tidak   sesuai   lebih   tinggi   dengan   status gizi anak yang kurang (90,9%) di bandingkan dengan   perkembangan   anak   dengan   status gizi   yang   baik   (51,9%),   hasil   uji   statistik m

Referensi

Dokumen terkait

Berpengaruhnya current ratio, debt to equity ratio, return on equity, dan earning per share secara simultan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang tercermin di dalam

Salah satu kondisi yang dapat mendukung diadakannya pelatihan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif adalah psikoedukasi dalam bimbingan kelompok

• Beberapa efek ini diakibatkan oleh peningkatan stimulasi postsinap reseptor 5-HT akibat peningkatan konsentrasi obat atau akibat stimulasi reseptor yang sama namun regio

Berdasarkan hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel independen dari ketiga persamaan, beban pajak kini tahun t, aset pajak tangguhan dari

Pada peristiwa hukum yang sama (dengan menggunakan pola 2) penjelasannya adalah: Untuk mewujudkan adanya perlindungan terhadap keturunan ( hifdz an-nasl ), maka harus

Menurut Arends (dalam Trianto 2007:61) menyatakan bahwa Think Pair- Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi

Upaya untuk melakukan perbaikan terhadap produktivitas kerja dengan pendekatan ergonomic dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan perancangan fasilitas