• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL INTEGRATIF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS DAN BERCERITA RANGKUM BUKU NONFIKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL INTEGRATIF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS DAN BERCERITA RANGKUM BUKU NONFIKSI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

48

PENERAPAN MODEL INTEGRATIF LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENULIS DAN BERCERITA

RANGKUM BUKU NONFIKSI

The Application of an Integrative Learning Model to Improve Learning Results Writing and Telling the Summery of Nonficial Books

Murakip

SMP Negeri 3 Pamekasan

Jalan Bahagia 6, Pamekasan, Jawa Timur 69317

murakip_1964@yahoo.com

Diajukan: 8 Februari 2019, direvisi: 2 Mei 2019

Abstract

The purpose of this study is to describe the application of the Integrative Learning Model to improve learning outcomes of writing a summary, and to tell the results of a nonfiction book summary. The research method developed was Classroom Action Research, Kemmis and Taggart models. The results showed that the results of writing a summary in the form of a series of main ideas in the content of non-fiction books, 21 students completed (65.63%) cycle I, 28 students completed (87.50%) cycle II, and told the results of the summary in the form of a series main ideas of the contents of the nonfiction book made, 20 students completed (62.50%) cycle I, 29 students completed (90.63%) cycle II. The results of the study prove that the application of the Integrative Learning Model can improve the assessment of learning outcomes of writing a summary and retelling the results of a nonfiction book summary for students of class VII-B of SMP Negeri 3 Pamekasan.

Keywords: Integrative Learning Model, Writing Summary, Retelling, Nonfiction Books, Learning Outcomes

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan Model Integratif Learning untuk meningkatkan hasil belajar menulis rangkuman, dan bercerita hasil rangkuman buku nonfiksi. Metode penelitian yang dikembangkan adalahPenelitian Tindakan Kelas, model Kemmis dan Taggart.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, 21 peserta didik tuntas (65,63%) siklus I, 28 Peserta didik tuntas (87,50%) siklus II, dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat, 20 peserta didik tuntas (62,50%) siklus I, 29 Peserta didik tuntas (90,63%) siklus II. Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan Model Integratif Learning dapat meningkatkan penilaian hasilbelajar menulis rangkuman dan menceritakan kembali hasil rangkuman buku nonfiksipada peserta didik kelas VII-B SMP Negeri 3 Pamekasan.

Kata Kunci: Model Integratif Learning, Menulis Rangkuman, Menceritakan Kembali, Buku Nonfiksi, Hasil Belajar

(2)

49 1. Pendahuluan

Language arts, language skills yang dikenal dengan keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah termasuk kurikulum 13 mencakup listening skills (keterampilan

menyimak/mendengarkan),

speaking skills (keterampilan berbicara), reading skills (keterampilan membaca), dan writing skills (keterampilan menulis) (Tarigan,2008: 1).

Empat keterampilan tersebut diperoleh secara bertahap dan berurutan mulai dari menyimak, berbicara, membaca, lalu menulis. Menyimak dan berbicara termasuk dalam keterampilan reseptif, sedangkan membaca dan menulis termasuk dalam keterampilan produktif. Keempat keterampilan berbahasa itu saling terkait saat dipelajari.

Ketika mempelajari keterampilan berbicara, seseorang tidak dapat terlepas dari keterampilan menyimak. Begitu pun seseorang yang mempelajari keterampilan menulis dapat diawali dengan keterampilan menyimak atau membaca. Untuk mengasah keterampilan bercerita, seseorang dapat mengawalinya dengan keterampilan menulis. Bahkan, ada tiga keterampilan yang dapat dipelajari secara bersamaan, seperti keterampilan menulis yang dapat diawali dengan keterampilan membaca kemudian dilanjutkan dengan keterampilan bercerita.

Hasil pengamatan peneliti terhadap hasil studi ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas VII-B SMP Negeri 3 Pamekasan terungkap hal-hal sebagai berikut (1) model pembelajaran waktu itu tidak jelas

(2) peneliti cepat melaksanakan proses pembelajaran, (3) peserta didik banyak yang tidak berkonsentrasi ketika mengikuti pembelajaran, (4) peserta didik banyak yang tidak bersemangat ketika mengikuti proses pembelajaran, (5) peserta didik lambat membaca buku nonfiksi, sehingga melebihi batas waktu yang telah disepakati, (6) peserta didik lambat menulis rangkuman isi buku nonfiksi yang dibaca, (7) peserta didik kurang jelas dalam memberi komentar pada rangkuman yang dibuat, (8) peserta didik tidak bersemangat untuk menceritakan kembali hasil merangkum isi buku nonfiksi yang dibuat, (9) peserta didik banyak yang tidak menyimak ketika temannya sedang menceritakan hasil menulis rangkuman yang dibuat.

Selain permasalahan terhadap temuan dari studi pendahuluan di atas, hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, hanya 9 tuntas dari 32 peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Hasil tagihan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat, hanya 14 tuntas dari 32 peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran.

Masalah yang harus segera dipecahkan adalah rendahnya hasil penilaian menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi. Berdasarkan hasil pengamatan, penyebab permasalahan rendahnya hasil penilaian peserta didik diduga

(3)

50

karena peneliti kurang tepat dalam pemilihan model pembelajaran. Peneliti menggunakan model integratif learning dalam proses pembelajaran guna mengatasi rendahnya hasil penilaian.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model integratif learning untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan membaca, menulis merangkum dan menceritakan isi buku nonfiksi. Materi pembelajaran berupa merangkum buku berdasarkan gagasan pokok. Kompetensi dasar pembelajaran 4.15 membuat peta pikiran/rangkuman alur tentang isi buku nonfiksi/buku fiksi yang dibaca. Indikator pencapaian kompetensi meliputi (1) membaca buku nonfiksi, (2) menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, (3) menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah setelah proses pembelajaran berlangsung peserta didik dapat (1) membaca buku nonfiksi, (2) menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, (3) menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat.

Penelitian menggunakan model integratif learning pernah dilakukan oleh Sugiyanti (2007), dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Integratif Eksporatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP”. Peneliti menemukan hal-hal yang menarik dari salah satu aspek kompetensi dasar berupa dongeng yang diperdengarkan. Selain itu,

ditemukan pula kompetensi-kompetensi dasar yang lain, yakni kompetensi dasar menceritakan kembali cerita anak yang dibaca, bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat, menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi isi dan bahasa, serta menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dengan bahasa yang baik dan benar. Dengan menerapkan konsep pembelajaran ini, suasana pembelajaran menjadi kondusif, inovatif, aktif, kreatif, menarik, dan menyenangkan yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian mengenai model integratif learning pernah pula dilakukan oleh Windiatmoko (2015) dengan judul “Penelitian Bahasa Indonesia dalam Model Pembelajaran Integratif dan Media Pembelajaran Inovatif serta Kaitannya dengan Kecakapan Hidup (Life Skills)”. Aspek yang diteliti membahas keterpaduan antara tiap-tiap keterampilan berbahasa, selektif penggunaan media pembelajaran, dan memiliki kecakapan hidup yang ideal. Hasil penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran integratif dan media inovatif dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik secara proses maupun hasil belajar, serta dapat mengembangkan kecakapan hidup yang berguna untuk menghadapi kehidupan. Herawati (2018) pun melakukan penelitian dengan model tersebut. Penelitian dengan judul “Penerapan Model Integratif Learning untuk Meningkatkan

(4)

51 Keterampilan Membaca

Pemahaman Siswa Sekolah Dasar” meneliti aspek pemahaman bacaan. Hasil yang didapat dari aspek pemahaman bacaan adalah penguasaan pre-action yang hanya mencapai 44,74% atau hanya terdapat 17 siswa yang tuntas. Pada siklus I, terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas, yakni sebanyak 23 orang atau kelengkapan mencapai 60,53%. Pada siklus II, terdapat 33 siswa yang tuntas atau mencapai persentase sebesar 86,84%.

Sardiman (dalam Wibowo, 2018: 71) menjelaskan bahwa model integratif merupakan model pembelajaran yang bersifat induktif secara konseptual berdasar pada aliran konstruktivis dalam hal belajar. Konstruktivisme memandang belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksikan makna dengan cara mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, pengertiannya menjadi berkembang.

Wibowo (2018: 71) menyatakan bahwa pembelajaran integratif merupakan pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak yang berinteraksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya. Pada jenjang SMP, pembelajaran aspek-aspek keterampilan berbahasa diberikan secara terpadu (integratif).

Penerapan model pembelajaran integratif learning menurut Wibowo ada tiga langkah, yaitu (1) mengidentifikasi topik, adalah topik yang mengorganisasi atau menyusun struktur pengetahuan yang mengombinasikan fakta-fakta,

konsep, generalisasi, dan relasi satu sama lain, (2) menetapkan tujuan, yaitu tujuan isi materi pelajaran berfokus hasil belajar, tujuan pembentuk siswa berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi dengan berfokus pada proses penemuan pola, generalisasi sesuai dengan fakta dengan bukti, (3) mempersiapkan bahan dan membuat akurasi data.

Wibowo (2018: 78-80) menjelaskan bahwa pembelajaran keterampilan berbahasa yang dapat diterapkan dengan model integratif adalah menyimak dan berbicara, menyimak dan menulis, membaca dan menyimak, membaca dan menulis, menulis dan bercerita, bahkan dapat pula memadukan tiga keterampilan membaca, menulis, dan bercerita.

Merangkum merupakan bentuk keterampilan menulis ringkasan yang hanya memaparkan pokok-pokok pikiran utama atau bagian-bagian yang penting dari sebuah naskah asli dan membuang pokok-pokok yang minor atau kecil, contoh-contoh, dan ilustrasi yang penting diikuti perimbangan dan penekanan yang diberikan penulis naskah. Panjang rangkuman tidak lebih dari sepertiga naskah asli (Asih, 2009).

bercerita dapat diartikan sebagai kegiatan menuturkan atau memberitahukan cerita kepada seseorang. Kegiatan menceritakan kembali secara lisan, identik dengan kegiatan bercerita, sedangkan menceritakan kembali dalam bentuk tulisan dapat diartikan sebagai kegiatan menuliskan kembali. Dalam pembahasan ini lebih menekankan pada menceritakan kembali secara tertulis (Ariani, 2013).

(5)

52

Buku nonfiksi adalah karangan yang dibuat berdasarkan hal yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau bisa juga kita sebut dengan fakta. Nonfiksi adalah sebuah hasil karangan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan setiap hari yang dituliskan menjadi sebuah cerita. Hal ini menjelaskan bahwa nonfiksi merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi atau karya yang bersifat faktual. Biasanya, cerita-cerita nonfiksi melihat sebuah momentum atau kejadian yang penting dan menarik, kemudian diangkat kembali dengan menonjolkan nilai-nilai penting di dalamnya. Cerita nonfiksi yang dibukukan terdiri dari berbagai jenis, yaitu buku biografi, buku literatur, buku motivasi, dan buku pendamping (Abdillah, 2017).

Tiga keterampilan digunakan dalam kegiatan penelitian ini, yakni keterampilan membaca, menulis, dan bercerita. Guru memberi tugas kepada peserta didik untuk membaca buku nonfiksi di luar kelas, yakni di perpustakaan. Guru memberi tugas kepada peserta didik untuk menuliskan rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku yang dibaca kemudian mereka diminta untuk menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku yang dibuat sebelum mengumpulkan tugas masing-masing. Ketercapaian membaca, menulis, dan bercerita terlihat pada hasil belajar setelah selesai proses belajar-mengajar.

Belajar-mengajar memiliki tiga unsur, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil belajar. Ketiga unsur itu sangat erat hubungannya. Untuk melihat

sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dapat dikuasai peserta didik dalam bentuk hasil belajar. Untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran dapat dilakukan penilaian dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam penilaian hasil belajar ada perubahan tingkah laku yang diukur melalui proses belajar. Jadi, dengan demikian, penilaian tidak hanya mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran, tetapi juga sebagai unpan balik sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Sudjana (2011: 22) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar disebut juga proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran.

Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2011: 22) membagi tiga ranah hasil belajar, yaitu ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, serta ranah afektif berkenaan dengan sikap.

Dari beberapa pengertian penilaian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah penilai penguasaan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran yang akan dicapai karena tujuan pembelajaran merupakan gambaran hasil belajar yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berakhir.

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi

(6)

53 buku nonfiksi dan menceritakan

hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran, berkaitan dengan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Sistem penilaian hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penilaian acuan patokan (PAP). PAP adalah penilaian yang diacukan bagi tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Tingkat keberhasilan peserta didik dibandingkan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, bukan berdasarkan rata-rata kelompoknya. Keberhasilan peserta didik ditentukan berdasarkan kriteria, yaitu kriteria ketuntasan minimal (KKM). Peserta didik dinyatakan berhasil apabila telah mencapai nilai minimal sama atau lebih dengan KKM. Peserta didik mencapai nilai kurang dari KKM dinyatakan belum berhasil atau belum tuntas. Makin tinggi kriteria yang digunakan maka makin tinggi pula derajat penguasaan belajar yang dituntut dari para peserta didik sehingga makin tinggi kualitas hasil belajar yang diperoleh.

Indikator keberhasilan 85% adalah jika peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu 70,00. Rentang nilai 70-79 tuntas termasuk dalam predikat cukup, 80-89 tuntas dalam predikat baik, dan 90-100 tuntas dalam predikat amat baik, sedangkan nilai kurang dari 70 dinyatakan belum tuntas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa penelitian tindakan kelas. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang berupaya memperoleh data verbal dan nonverbal secara potensial yang dapat memberikan makna dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Arikunto, (2014: 3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja diadakan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Kunandar (dalam Iskandar, 2009: 21) menjelaskan bahwa PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas. Lewin (dalam Lusi dan Nggili, 2013: 56) menjelaskan bahwa penelitian tindakan sebagai sebuah penelitian yang bersifat komparatif mengenai kondisi dan dampak dari berbagai bentuk tindakan sosial serta menghasilkan tindakan sosial yang menggunakan langkah-langkah dalam bentuk spiral. Setiap spiral terdiri dari sebuah siklus perencanaan, tindakan, dan pencarian fakta mengenai hasil tindakan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII-B SMP Negeri 3 Pamekasan, pada semester dua, bulan Januari sampai dengan Februari tahun pelajaran 2017/2018.

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Pamekasan. Subjek penelitian berjumlah 32 siswayang terdiri dari 16 laki-laki dan 16 perempuan. Objek dalam penelitian ini berupa

(7)

54

model integratif learning yang meliputi keterampilan membaca, menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi di kelas.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas observasi dan kinerja. Observasi dilakukan untuk mengamati secara detail proses pembelajaran yang terjadi dalam penerapan model integratif learning yang meliputi keterampilan membaca, menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi di kelas. Kinerja diberikan untuk merepresentasikan ketercapaian hasil proses pembelajaran model integratif

learning yang meliputi

keterampilan membaca, menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi di kelas.

Data dikumpulkan dengan menggunakan instumen yang terdiri atas instrumen utama, yakni peneliti sendiri dan instrumen penunjang berupa format observasi, pedoman analisis dokumen, dan rubrik penilaian.

Format observasi digunakan untuk menjaring dan berkenaan dengan keadaan kelas selama kegiatan pembelajaran dengan pendekatan model integratif learning. Pedoman analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan data sehubungan dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri atas komponen identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, PPK dan literasi, materi pembelajaran, kegiatan Pembelajaran, penilaian, media/alat, bahan, dan sumber belajar. Rubrik penilaian digunakan untuk menjaring skor yang diperoleh peserta didik setelah selesai menyusun teks laporan hasil observasi. Rubrik penilaian berupa tabel penilaian yang terdiri atas komponen, (1) menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku non fiksi, yang terdiri atas ejaan (tanda baca), diksi (kosa kata), struktur kalimat, sistematika (urutan), kelengkapan isi, komentar, (2) menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat, yang terdiri atas vokal, interpretasi, ekspresi, kelancaran.

Teknik analisis data digunakan untuk mereduksi data mentah oleh peneliti sehingga data disusun, diatur, sehingga mudah dipahami. Data yang ada dikumpulkan, disederhanakan, dicocokkan, sampai data siap disajikan. Teknik analisis data berupa analisis data observasi dan analisis data prestasi peserta didik.

Analisis data observasi berupa instrumen pengamatan dikaitkan dengan dokumentasi yang dikumpulkan peneliti. Analisis data prestasi peserta didik diperoleh dari instrumen hasil kinerja. Hasil kinerja dibandingkan dengan KKM yang telah ditentukan, sehingga peserta didik memperoleh

(8)

55 data ketuntasan nilai dalam

mengikuti proses pembelajaran. Model atau desain yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah model Kemnis dan Taggart (dalam Lusi & Nggili, 2013: 60). Dalam model ini, satu siklus terdapat empat tahapan. Setelah satu siklus selesai, yaitu tahap refleksi selesai, dilanjutkan dengan tahap perencanaan ulang dalan siklus baru, sehingga membentuk siklus spiral baru sampai menemukan jawaban dari tujuan penelitian.

Perencanaan (planning), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dilakukan peneliti dengan menggunakan model rancangan Kemnis dan Taggart untuk mengevaluasi terhadap pelaksanaan sebagai tindakan (acting) pembelajaran. Siklus tidak akan berhenti pada satu kali, tetapi akan terus bersiklus sampai mencapai tujuan dari penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus, sedangkan tiap siklus akan dilaksanakan dua kali pembelajaran.

Langkah-langkah model integratif learning dalam Penelitian

Studi Pendahuluan

a. Identifikasi masalah b. Analisis masalah c. Merumuskan masalah Planning/Perencanaan Tindakan

a. Peneliti bersama pengamat melakukan analisis kurikulum untuk menentukan kompetensi dasar yang dapat dibelajarkan dengan model integratif learning;

b. Menyusun perangkat pembelajaran;

c. Merancang sintaks penerapan pembelajaran dengan modelintegratif learning; d. Membuat lembar kerja

peserta didik;

e. Membuat instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam siklus PTK; f.Menetapkan indikator

ketercapaian kompetensi; dan g. Menyusun alat evaluasi. Acting/Pelaksanaan Tindakan

A. Tahap 1. Menggambarkan, membandingkan, dan menyelidiki pola

1)Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik;

2)Mengorganisasi peserta didik dalam kelompok belajar; 3)Mebagikan lembar kerja; 4)Meminta peserta didik

mencari buku nonfiksi di perpustakaan.

B. Tahap 2. Menjelaskan kesamaan dan perbedaan 1) Meminta peserta didik

mencermati, membaca, dan menganalisis buku nonfiksi; 2) Meminta peserta didik

mencari persamaan dan perbedaan buku nonfiksi dan buku fiksi.

C. Tahap 3. Menghasilkan hipotesis

1) Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemikiran dalam menganalisis;

2) Meminta peserta didik untuk menyusun rangkuman buku nonfiksi; 3) Meminta peserta didik

untuk memberikan komentar;

4)Meminta peserta didik untuk menceritakan hasil rangkuman buku nonfiksi;

(9)

56

5)Meminta peserta didik lain untuk memberikan tanggapan.

D. Tahap 4. Generalisasi/simpulan 1) Membimbing peserta didik

untuk menyusun simpulan; 2) Memberi penghargaan

kepada kelompok yang mengerjakan tugas.

Observing/Pengamatan Tindakan a. Pengamatan terhadap situasi

proses pembelajaran;

b. Pengamatan terhadap keaktifan peserta didik;

c. Pengamatan terhadap peserta didik ketika menceritakan hasil rangkuman;

d. Pengamatan terhadap peserta didik ketika memberi tanggapan.

Reflecting/Refleksi Terhadap Tindakan

a. Menganalisis dan menilai hasil planning, acting, danobserving yang telah dilakukan.

b. Hasil analisis dan penilaian akan dilakukan pengkajian ulang melalui planning, acting, observing, dan reflecting siklus berikutnya.

3. Hasil dan Pembahasan

Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran membaca, menulis rangkuman isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil menulis rangkuman isi buku nonfiksi, pada hari Senin, 8 Januari 2018 di kelas VII-B diperoleh hasil pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1: Hasil Menulis dan Menceritakan Rangkuman Isi Buku Nonfiksi Studi Pendahuluan

No. Aspek Keberhasilan Menulis Rangku

man

Persen

tase eritakMenc an

Persen tase 1. Peserta didik tuntas 9 28,13 14 43,75

a. Tuntas predikat amat baik 0 00.00 0 00.00 b. Tuntas predikat baik 1 3,13 7 21,88 c. Tuntas predikat cukup 8 25,00 7 21,88 2. Peserta didik tidak tuntas/

predikat kurang 23 71,88 18 56,25 3. Nilai rata-rata 61,07 70,31

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, yakni menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, hanya 9 peserta didik yang tuntas dengan persentase 28,13%. Peserta didik yang tuntas dengan predikat baik hanya ada 1 dengan persentase 3,13%, dan 8 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan persentase sebesar 25,00%. Terdapat 23 peserta didik yang

belum tuntas dengan persentase sebesar 71,88%, nilai rata-rata 61,07. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik.

Hasil tagihan studi pendahuluan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat. Berdasarkan hasil yang didapat, hanya 14 peserta didik yang tuntas dengan persentase 43,75%, 7 peserta didik

(10)

57 tuntas dengan predikat baik atau

21,88%, dan 7 peserta didik tuntas dengan predikat cukup atau 21,88%, sedangkan 18 peserta didik belum tuntas dengan persentase sebesar 56,25%, nilai rata-rata 70,31. Tidak ada peserta didik yang tuntas dengan predikat amat baik

Peneliti dan pengamat menyepakati untuk memperbaiki agar hasilnya meningkat. Rencana yang dilakukan dalam bentuk tindakan perbaikan melalui dua siklus, dan tiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dalam proses pembelajaran.

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, tanggal 15 Januari 2018 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, tanggal 18 Januari 2018.

Paparan data pertemuan pertama dan kedua siklus I meliputi hasil kinerja peserta didik menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat. Hasil tagihan kinerja terlihat pada tabel berikut. Tabel 2:Hasil Menulis dan Menceritakan Rangkuman Isi Buku Nonfiksi Siklus I

No. Aspek Keberhasilan Menulis Rangku

man

Persen

tase eritakMenc an

Persen tase 1. Peserta didik tuntas 21 65,63 20 62,50

a. Tuntas predikat amat baik 0 00.00 0 00.00 b. Tuntas predikat baik 1 3,13 7 21,88 c. Tuntas predikat cukup 20 62,50 13 40,63 2. Peserta didik tidak tuntas/

predikat kurang 11 34,38 12 37,50 3. Nilai rata-rata 69,53 72,85

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 21 peserta didik yang tuntas dengan persentase 65,63%, 1 peserta didik yang tuntas dengan predikat baik dengan persentase sebesar 3,13%, dan 20 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan persentase 62,50%, sedangkan 11 peserta didik belum tuntas atau 34,38%, nilai rata-rata 69,53. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik.

Hasil tagihan yang menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat

terdapat 20 peserta didik tuntas dengan persentase 62,50%, 7 peserta didik tuntas berpredikat baik dengan persentase 21,88%, dan 13 peserta didik tuntas berpredikat cukup dengan persentase 40,63%, sedangkan 12 peserta didik belum tuntas dengan persentase 37,50%, nilai rata-rata 72,85. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, yang mencapai ketuntasan sebesar 65,63% didapat dari menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku

(11)

58

nonfiksi dan 62,50% didapat dari menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi. Data ini menunjukkan bahwa ketercapaian masih di bawah indikator keberhasilan, yakni sebesar 85,00%, sehingga perlu diadakan perbaikan pada pertemuan pertama dan kedua siklus II.

Tindakan Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, tanggal

22 Januari 2018 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, tanggal 25 Januari 2018.

Paparan data pertemuan pertama dan kedua siklus II meliputi hasil kinerja peserta didik menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat. Hasil tagihan kinerja Siklus II telihat pada table berikut.

Tabel 3:Hasil Menulis dan Menceritakan Rangkuman Isi Buku Nonfiksi Siklus II

No. Aspek Keberhasilan

Menulis Rangku man Persen tase Menc eritak an Persen tase 1. Peserta didik tuntas 28 87,50 29 90,63

a. Tuntas predikat amat baik 4 12,50 9 28,13 b. Tuntas predikat baik 14 43,75 17 53,13 c. Tuntas predikat cukup 10 31,25 3 09,38 2. Peserta didik tidak tuntas/

predikat kurang 4 12,50 3 09,38 3. Nilai rata-rata 81,51 84,96

Hasil tagihan siklus II, pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 28 peserta didik yang tuntas dengan persentase 87,50% berdasarkan menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi. Dari 28 peserta didik tuntas, terdapat 4 peserta didik tuntas dengan predikat amat baik dengan persentase 12,50%, 14 peserta didik yang tuntas dengan predikat baik dengan persentase 43,75%, dan 10 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan persentase 31,25%, sedangkan hanya 4 peserta didik yang belum tuntas dengan persentase 12,50%, nilai rata-rata kelas 81,51%.

Hasil tagihan, menceritakan hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat, terdapat 29 peserta didik tuntas dengan persentase 90,63%. Dari 29 peserta didik tuntas, terdapat 9 peserta didik tuntas dengan predikat amat baik dengan persentase 28,13%, 17 peserta didik tuntas dengan predikat baik dengan persentase 53,13%, dan 3 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan persentase 09,38%. Masih terdapat 3 peserta didik belum tuntas dengan persentase 09,38%, nilai rata-rata 84,96.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data hasil menulis rangkuman dalam bentuk

(12)

59 rangkaian gagasan pokok isi buku

nonfiksi mencapai ketuntasan 87,50%, sedangkan hasil menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi mencapai ketuntasan 90,63%. Kedua tagihan tersebut telah melampaui indikator keberhasilan yaitu 85,00%, kemudian tindakan diakhiri.

Data peningkatan tagihan hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi yang dibuat, terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4:PeningkatanHasil Menulis Rangkuman dan Bercerita Isi Buku Nonfiksi Studi Pendahuluan ke Siklus I

N

o. Keberhasilan Aspek Pendahuluan Studi Siklus I Peningkatan

Studi Pendahuluan ke

Siklus I Menulis Bercerita Menulis Bercerita Menulis Bercerita 1 Peserta Tuntas 9 14 21 20 12 6

Tuntas/ amat baik 0 0 0 0 0 0 Tuntas/baik 1 7 1 7 0 0 Tuntas/cukup 8 7 20 13 12 6 2 Tidak Tuntas 23 18 11 12 12 6 3 Persentase Tuntas 28.13% 43.75% 65.63% 62.50% 37.50% 18.75% 4 Rata-rata Nilai 61.07 70.31 69.53 72.85 8.46 2.54

Hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, pada studi pendahuluan, terdapat 9 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 28.13%. Dari 9 peserta didik tuntas, terdapat 1 peserta didik tuntas dengan predikat baik dan 8 peserta didik tuntas dengan predikat cukup, rata-rata nilai 61.07%. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik. Pada siklus I terdapat peningkatan, yakni terdapat 21 peserta didik tuntas dengan persentase

ketuntasan 65,63%. Dari 21 peserta didik tuntas, terdapat 1 peserta didik tuntas dengan predikat baik dan 20 peserta didik tuntas dengan predikat cukup, rata-rata nilai 68.53. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik.

Hasil ketuntasan menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi mengalami peningkatan, yakni terdapat 12 peserta didik dengan persentase 37,50% dengan peningkatan rata-rata kelas sebesar 8.46%.

(13)

60

Hasil menceritakan rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, pada studi pendahuluan, terdapat 14 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 43.75%. Dari 14 peserta didik tuntas, terdapat 7 peserta didik tuntas dengan predikat baik dan 7 peserta didik tuntas dengan predikat cukup, rata-rata nilai 70.31%. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik. Pada siklus I terjadi peningkatan, yakni 20 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 62.50%. Berdasarkan jumlah

tersebut terbagi menjadi 7 peserta didik tuntas dengan predikat baik dan 13 peserta didik tuntas dengan predikat cukup, rata-rata nilai 72.86%. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik.

Hasil ketuntasan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi mengalami peningkatan, yakni terdapat 6 peserta didik dengan persentase 18.75% dengan peningkatan rata-rata kelas sebesar 2.54 atau persentase peningkatan rata-rata kelas 02,54%.

Tabel 5: PeningkatanHasil Menulis Rangkuman dan Bercerita Isi Buku Nonfiksi Siklus I ke Siklus II

N

o. Keberhasilan Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan Siklus I ke Siklus II Menulis Bercerita Menulis Bercerita Menulis Bercerita 1 Tuntas 21 20 28 29 7 9

Tuntas/ amat baik 0 0 4 9 4 9 Tuntas/baik 1 7 14 17 13 10 Tuntas/cukup 20 13 10 3 10 10 2 Tidak Tuntas 11 12 4 3 7 9 3 Persentase Tuntas 65.63% 62.50% 87,50% 90,63% 21,87% 28,13% 4 Rata-rata Nilai 69.53 72.85 81,51 84,96 11,98 12,11

Hasil menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, pada siklus I terdapat 21 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 65.63%. Dari 21 peserta didik tuntas terdapat 1 peserta didik tuntas dengan predikat baik dan 20 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan rata-rata

nilai 69.53. Tidak ada peserta didik tuntas dengan predikat amat baik. Terdapat peningkatan jumlah peserta didik tuntas pada siklus II, yakni 28 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 87,50%. Dari 28 peserta didik tuntas terdapat 4 peserta didik tuntas dengan predikat amat baik, 14 peserta didik tuntas dengan

(14)

61 predikat baik, dan 10 peserta didik

tuntas dengan predikat cukup, rata-rata nilai 81.51.

Terdapat peningkatan ketuntasan menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, yakni 7 peserta didik atau meningkat 21,87%. Hal ini menggambarkan bahawa terdapat peningkatan rata-rata kelas sebesar 11.98 atau persentase peningkatan rata-rata kelas 11.98%.

Menceritakan rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, pada siklus I menghasilkan 20 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 62.50%. Dari 20 peserta didik tuntas terdapat 7 peserta didik tuntas dengan predikat baik dan 13 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan rata-rata nilai 72.85. Tidak ada peserta didik tuntas denganpredikat amat baik. Terdapat peningkatan pada siklus II, yakni 29 peserta didik tuntas dengan persentase ketuntasan 90.63%. Dari 29 peserta didik tuntas terdapat 9 peserta didik tuntas dengan predikat amat baik, 17 peserta didik tuntas dengan predikat baik, dan 3 peserta didik tuntas dengan predikat cukup dengan rata-rata nilai 84.96.

Terdapat peningkatan ketuntasan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, yakni terdapat 9 peserta didik dengan persentase 28.13%. Peningkatan rata-rata kelas 12.11 atau persentase peningkatan rata-rata kelas 12.11%.

Hasil belajar peserta didik menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk

rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi bisa meningkat karena peserta didik aktif melaksanakan tugas yang diberikan peneliti dan kunjungan peneliti merata pada semua kelompok diskusi untuk memberikan bimbingan.

Penerapan model integratif

learning dalam proses

pembelajaran menyebabkan peserta didik lebih aktif, suasana belajar lebih menyenangkan, dan kemampuan menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi sehingga lebih banyak peserta didik yang mencapai ketuntasan.

Temuan pengamat selama tindakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, adalah siklus I: (1) peserta didik kurang serius dalam membaca buku nonfiksi, (2) suasana kelas kurang kondusif, (3) bahan ajar berupa lembar kerja diterima satu lembar untuk berdua, (4) kehadiran peneliti tidak merata di setiap kelompok diskusi, (5) buku nonfiksi yang dibaca peserta didik satu buku untuk dua peserta didik, (6) hasil rangkuman hampir sama dua peserta didik dengan satu buku untuk berdua, (7) memberi komentar kesulitan dan kurang sesuai dengan rangkuman gagasan pokok, (8) menceritakan kembali kurang menarik, banyak peserta didik yang kurang siap, (9) memberi tanggapan pada peserta didik menceritakan kembali banyak tidak sesuai dengan isi yang

(15)

62

diceritakan, (10) hasil belajar belum mencapai indikator ketuntasan 85% dari peserta didik yang dinyatakan tuntas dalam menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi. Dari beberapa temuan di atas, perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

Tindakan penelitian pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi siklus II, tampak adanya peningkatan. Temuan pengamat selama tindakan adalah (1) peserta didik lebih serius dalam membaca buku nonfiksi, (2) suasana kelas menyenangkan, (3) bahan ajar berupa lembar kerja diterima oleh seluruh peserta didik, (4) kehadiran peneliti merata di setiap kelompok diskusi, (5) buku nonfiksi yang dibaca peserta didik beragam, setiap peserta didik memegang satu buku nonfiksi untuk dibaca, (6) hasil rangkuman beragam, berbeda antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain, (7) memberi komentar sesuai dengan rangkuman gagasan pokok, (8) menceritakan kembali berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain sehingga menarik, (9)memberi tanggapan pada peserta didik menceritakan kembali sesuai dengan isi yang diceritakan, (10) hasil belajar berupa menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk

rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dinyatakan tuntas, telah melampaui indikator ketuntasan 85% yang ditetapkan.

4. Simpulan

Penerapan pendekatan model integratif learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII-B SMP Negeri 3 Pamekasan terutama dalam hal menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi, dari segi proses dan segi hasil pembelajaran. Peningkatan terjadi pada jumlah peserta didik yang tuntas sehingga persentase ketuntasan meningkat. Rata-rata kelas juga meningkat baik dari studi pendahuluan ke siklus I maupun siklus I ke siklus II.

Guru Bahasa Indonesia disarankan agar dapat menggunakan integratif learning sebagai alternatif model pembelajaran menulis rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi dan menceritakan hasil rangkuman dalam bentuk rangkaian gagasan pokok isi buku nonfiksi.

Daftar Acuan

Abdillah, Fahri. 2017. Memahami Jenis-Jenis Buku Nonfiksi. Diakses 19 Agustus 2019, pukul 11.57 WIB). Ariani, Adrianita Widiastuti. 2013.

Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak Melalui Teknik Demonstrasi dengan Media Boneka Upin dan Ipin Siswa Kelas VII-B SMP Futuhiyyah Mranggen Kabupaten Demak, Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

(16)

63 Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang, diakses 15 Agustus 2019, pukul 09.19 WIB). Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asih, Retno. 2009. Peningkatan

Keterampilan Menulis Rangkuman dengan Pendekatan Kontesktual Komponen Inkuiri melalui Media Surat Kabar pada Siswa Kelas VIII-C SMP Islam Ungaran. Skripsi

Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

(https://lib.unnes.ac.id/4011/1/57

01.pdf, diakses 15 Agustus 2019,

pukul 09.32 WIB).

Herawati, Lia. 2018. Penerapan metode Integratif Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar, diakses 18 Agustus 2019, pukul 22.00 WIB).

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada Press.

Lusi, Samuel S. & Nggili. Ricky Arnold. 2013. Asyiknya Penelitian Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas. Panduan Praktis dengan Pendekatan Ilmiah untuk Melakukan Transformasi

Pembelajaran, untuk Guru SD/SMP/SMA. Yogyakarta: Andi. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyanti, Indah. 2007. Implementasi

Model Pembelajaran Integratif Eksporatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/ bitstream/handle/11617/3488/10 _Implementasi_Model_Pembelaja ran_Integratif_Eksploratif_Dalam_ Pembelajaran_Bahasa_Indonesia. pdf?sequence=1&isAllowed=y,

diakses 18 Agustus 2019, pukul 22.09 WIB).

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis. Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wibowo, Hari. 2018. Model dan Teknik

Pembelajaran Bahasa Indonesia. Sesuai Kurikulum 2013 (Revisi) dan Kecakapan Abad XXI. Depok: Puri Cipta Media.

Windiatmoko, Doni Uji. 2015. Penelitian Bahasa Indonesia dalam Model Pembelajaran Integratif dan Media Pembelajaran Inovatif serta Kaitannyadengan Kecakapan Hidup (Life Skills), diakses 15 Agustus 2019, pukul 08.03 WIB).

Gambar

Tabel 1: Hasil Menulis dan Menceritakan Rangkuman Isi Buku Nonfiksi Studi  Pendahuluan
Tabel 2:Hasil Menulis dan Menceritakan Rangkuman Isi Buku Nonfiksi Siklus  I
Tabel 3:Hasil Menulis dan Menceritakan Rangkuman Isi Buku Nonfiksi Siklus  II
Tabel 5: PeningkatanHasil Menulis Rangkuman dan Bercerita Isi Buku  Nonfiksi Siklus I ke Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan fungsional atau pengaruh positif dan signifikan serta berpola linier dari kebijakan perbaikan penghasilan terhadap semangat kerja aparatur, maka

Sosialisasi ke warga : mekanisme penanganan aduan, pilihan penyam- paian aduan, no kontak (hot line), alamat yang bisa didatangi warga... Jumlah pengaduan yang diterima 2. Jumlah

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB, pada akhir masa studi penulis menyusun skripsi dari hasil penelitian yang berjudul Penentuan Luas Hutan

Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

Perkembangan teknologi saat ini terhadap informasi sangat penting sehingga informasi harus dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Salah satu media yang sudah semakin akrab

Tan- pa adanya direksi dan komisaris, suatu PT tidak dapat men- jalankan fungsinya sebagai sebuah institusi atau badan yang melakukan aktivitas usaha untuk mencari keuntungan

Adapun upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin akan muncul sesuai dengan penjelasan di atas adalah dengan cara membuat kebijakan

Ezt csak úgy lehet elérni, ha a tanárképzés akkreditációja során ellenőrizhető szempont az, hogy a kép- zésbe bevont oktatók átlagos tudományos felkészültsége,