• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Bubur Mentimun dengan Bubur Brokoli dan Persentase Gum Arab Terhadap Mutu Vegetable Leather Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Bubur Mentimun dengan Bubur Brokoli dan Persentase Gum Arab Terhadap Mutu Vegetable Leather Chapter III V"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017 di

Laboratorium Teknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah mentimun dan brokoli yang masih keadaan segar yang diperoleh dari pasar tradisional di Medan.

Dan bahan-bahan lain yang digunakan adalah gum arab, asam sitrat, gula pasir dan air mineral.

Reagensia Penelitian

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, H2SO4 0,225 N, K2SO4 10%, alkohol 95%, dan NaOH 0,313 N.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk pembuatan vegetable leather yaitu panci stainless steel, pisau stainless steel, piring, baskom, sendok, blender, loyang ukuran 30 x 30 x 2 cm, plastik kaca, plastik polypropylene, plastik

klip dan kemasan aluminium foil. Peralatan yang digunakan untuk mengetahui mutu vegetable leather meliputi alat gelas yaitu beaker glass, erlenmeyer, gelas

ukur, labu tera, kertas whatman nomor 1, tabung reaksi, dan desikator. Alat uji analisis yaitu timbangan analitik, timbangan digital dan handrefractometer. Alat

(2)

18

pompa hisap, cawan aluminium, cawan porselen, kertas saring, pingset dan tisu

rol.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor (Bangun, 1991), yaitu :

Faktor I : Perbandingan bubur mentimun : bubur brokoli (R) yang terdiri dari 4

taraf, yaitu :

R1 = 60% : 40% R2 = 50% : 50% R3 = 40% : 60% R4 = 30% : 70%

Faktor II : Jumlah gum arab (S) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : S1 = 0,5%

S2 = 1,0% S3 = 1,5% S4 = 2,0%

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4x4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut :

Tc (n –1) ≥ 15 16 (n –1) ≥ 15

16 n - 16 ≥ 15

16 n ≥ 15 + 16

16 n ≥ 31

(3)

Jadi, untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 2 kali.

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL)

faktor dengan model:

ijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

ijk : Hasil pengamatan dari faktor R pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j dengan ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek dari faktor R pada taraf ke-i

βj : Efek dari faktor S pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor R pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor R pada taraf ke-i dan faktor S pada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji LSR (Least Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan bubur mentimun

Mentimun dibersihkan dari kulitnya dan dicuci hingga bersih. Kemudian

dipotong ukuran kecil-kecil. Selanjutnya dikukus selama 5 menit dan dihancurkan menggunakan blender hingga halus. Kemudian diperoleh bubur mentimun.

Pembuatan bubur brokoli

(4)

20

dihancurkan menggunakan blender dengan perbandingan sayur dan air 2:1 hingga

halus. Kemudian diperoleh bubur brokoli.

Pembuatan vegetable leather

Masing-masing bubur sayur yang sudah dihancurkan dibagi dengan berat pencampuran bubur sayur 200 g untuk satu perlakuan, yaitu perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli masing-masing 60%:40%, 50%:50%, 40%:60%,

dan 30%:70%. Selanjutnya campuran bubur sayur ditambahkan gula dengan jumlah 20%, persentase gum arab masing-masing 0,5%, 1,0%, 1,5%, dan 2,0%

serta asam sitrat 0,2% dari berat bubur sayur.

Selanjutnya campuran bahan diaduk di dalam suatu wadah sampai homogen, kemudian dipanaskan selama 2 menit sampai suhu 70-75 °C.

Pemanasan dihentikan, lalu dituang ke dalam loyang aluminium yang telah dilapisi plastik kaca. Loyang beserta isi dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50

°C selama ± 24 jam. Setelah kering dan mengeras vegetable leather lalu dipotong-potong sesuai dengan ukuran 5x3 cm. Produk dikemas dalam kemasan plastik polypropylene dan disimpan pada suhu ruang selama 3 hari. Setelah itu dilakukan

pengujian terhadap kadar air, total padatan terlarut (TSS), kadar serat kasar, kadar abu, indeks warna, organoleptik warna, organoleptik aroma, organoleptik rasa,

(5)

Gambar 2. Skema pembuatan vegetable leather campuran bubur mentimun dengan bubur brokoli

Dibersihkan dari kulit dan dicuci hingga bersih

Dipotong ukuran kecil-kecil kemudian dikukus selama 5 menit

Dibersihkan dan dicuci hingga bersih

(6)

22

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data yang dilakukan pada bahan-bahan yang digunakan bubur mentimun dengan bubur brokoli pada produk vegetable leather

yaitu analisis terhadap kadar air, total padatan terlarut (TSS), kadar serat kasar, kadar abu, indeks warna, organoleptik warna, organoleptik aroma, organoleptik rasa, dan organoleptik tekstur. Analisis yang digunakan pada bahan mentah

campuran bubur mentimun dengan bubur brokoli ialah pengujian kadar air, total padatan terlarut (TSS), kadar serat kasar, dan kadar abu.

Kadar air

Sampel yang telah dipotong-potong kemudian ditimbang sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan alumunium (dikeringkan di oven selama 24 jam)

yang diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu awal 70°C selama 1 jam. Kemudian suhu dinaikkan menjadi

105°C selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan desikator selama 15

menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh berat yang konstan (AOAC, 1995).

Berat awal sampel (g) - Berat akhir sampel (g)

Kadar air (bb%) = x 100% Berat awal sampel (g)

Total padatan terlarut (TSS)

(7)

Selanjutnya satu tetes larutan diletakkan dalam handrefractometer lalu dilihat

angka di titik terang dan gelapnya (AOAC, 1995).

Total padatan terlarut (̊Brix) = angka handrefractometer x FP

FP = faktor pengenceran

Kadar serat kasar

Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer ukuran 500

ml kemudian ditambahkan 200 ml H2SO4 0,225 N mendidih dan ditutup dengan pendingin balik, dididihkan selama 30 menit dan kadang digoyang-goyangkan.

Suspensi disaring melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam erlenmeyer dicuci dengan akuades mendidih. Residu dalam kertas saring dicuci

sampai air cucian tidak bersifat asam lagi. Secara kuantitatif residu dipindahkan dari kertas saring ke dalam larutan NaOH 0,313 N mendidih (1,25 g NaOH/100 ml) sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.

Erlenmeyer dididihkan dengan pendingin balik dan kadang digoyang-goyangkan selama 30 menit. Residu disaring melalui kertas saring kering (dimasukkan ke dalam oven 110 °C ± 1 jam) yang diketahui beratnya, sambil dicuci dengan

larutan K2SO4 10%. Residu dicuci kembali dengan akuades mendidih dan kemudian dengan lebih kurang 15 ml alkohol 95%. Kertas saring atau krus

dikeringkan dengan isinya pada 110 °C sampai konstan (1-2 jam), didinginkan dalam desikator dan ditimbang (Sudarmadji, dkk., 1989).

Residu (g)

(8)

24

Kadar abu

Cawan porselen dibersihkan dan dipanaskan dalam oven selama 24 jam, lalu dimasukkan desikator sampai dingin, kemudian sampel sebanyak 5 g

ditimbang dan dimasukkan dalam cawan porselen. Selanjutnya sampel diangkat menggunakan pingset. Kemudian dimasukkan ke dalam muffle furnace lalu dibakar dengan suhu 100 °C selama 1 jam. Dilanjutkan dengan suhu 300 °C

selama 2 jam dan dilanjutkan dengan suhu 500 °C selama 2 jam. Abu yang diperoleh kemudian didinginkan dan ditimbang (Sudarmadji, dkk., 1989). Kadar

abu diperoleh dengan rumus : Berat abu (g)

Kadar abu (%) = x 100% Berat sampel (g)

Indeks warna (Metode Hunter)

Menurut Hutchings, (1999), analisis indeks warna dilakukan dengan

menggunakan alat chromameter Minolta (tipe CR 400, Jepang). Sampel diletakkan pada wadah yang telah tersedia, kemudian ditekan tombol “start” dan

akan diperoleh nilai L, a, dan b dari sampel dengan kisaran 0 (hitam) sampai ±100

(putih). Notasi “a “ menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dengan

nilai “+a” (positif) dari 0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai “–a “ (negatif)

dari 0 sampai –80 untuk warna hijau. Notasi “b” menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai nilai “+b” (positif) dari 0 sampai +70 untuk

warna kuning dan nilai “–b “ (negatif) dari 0 sampai –80 untuk warna biru.

(9)

o

Hue = tan-1ܾ

ܽ. Jika hasil yang diperoleh: 18o– 54o maka produk berwarna red (R)

54o– 90o maka produk berwarna yellow red (YR) 90o– 126o maka produk berwarna yellow (Y)

126o– 162o maka produk berwarna yellow green (YG) 162o– 198o maka produk berwarna green (G)

198o– 234o maka produk berwarna blue green (BG) 234o– 270o maka produk berwarna blue (B)

270o– 306o maka produk berwarna blue purple (BP) 306o– 342o maka produk berwarna purple (P) 342o– 18o maka produk berwarna red purple (RP)

Organoleptik warna

Organoleptik terhadap warna ditentukan dengan uji hedonik warna. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis.

Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik (Soekarto, 1985). Untuk skala hedonik warna adalah seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Skala hedonik warna (numerik)

Skala hedonik Skala numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Biasa 3

Tidak suka 2

(10)

26

Organoleptik aroma

Organoleptik terhadap aroma dilakukan dengan uji hedonik aroma. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis.

Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik (Soekarto, 1985). Untuk skala hedonik aroma seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Skala hedonik aroma (numerik)

Skala hedonik Skala numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Biasa 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

Organoleptik rasa

Organoleptik terhadap rasa dilakukan dengan uji hedonik rasa. Caranya

contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala

numerik (Soekarto, 1985). Untuk skala hedonik rasa seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Skala hedonik rasa (numerik)

Skala hedonik Skala numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Biasa 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

Organoleptik tekstur

Organoleptik yang dilakukan terhadap tekstur yaitu dengan uji hedonik tekstur. Caranya contoh yang telah diberi kode diuji secara acak oleh 30 panelis.

(11)

Tabel 9. Skala skor tekstur (numerik)

Skala skor Skala numerik

Tidak keras 5

Kurang keras 4

Agak keras 3

Keras 2

(12)

28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perbandingan Bubur Mentimun dengan Bubur Brokoli Terhadap Parameter yang Diamati

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa bubur mentimun dengan bubur brokoli memberikan pengaruh terhadap kadar air (%),

total padatan terlarut (ºBrix), kadar serat kasar (%), kadar abu (%), indeks warna

(Hue), nilai organoleptik hedonik warna, aroma, dan rasa, nilai skor tekstur, dan

penerimaan konsumen terhadap vegetable leather yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap mutu vegetable leather Total padatan terlarut (°Brix ) 76,8721 76,8107 76,8024 76,8068 Kadar serat kasar (%) 1,8153 1,8410 1,9437 2,2522

Kadar abu (%) 1,8189 1,9240 2,1841 2,0896

Indeks warna (°Hue) 86,5165 86,7448 86,1855 87,3951 Nilai hedonik warna (Numerik) 3,5375 3,2833 3,3458 3,2875 Nilai hedonik aroma (Numerik) 3,2667 3,1833 3,2750 3,1625 Nilai hedonik rasa (Numerik) 3,3792 3,3250 3,3292 3,2667 Nilai skor tekstur (Numerik) 3,2458 3,2292 3,2750 3,2583 Keterangan : R1 = perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli 60% : 40%

R2 = perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli 50% : 50%

R3 = perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli 40% : 60%

R4 = perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli 30% : 70%

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh pada

(13)

diperoleh pada perlakuan R3 sebesar 2,1841% dan terendah diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 1,8189%. Indeks warna tertinggi diperoleh pada perlakuan R4 sebesar 87,3951°Hue dan terendah diperoleh pada perlakuan R3 sebesar 86,1855°Hue. Nilai hedonik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 3,5375 dan terendah diperoleh pada perlakuan R2 sebesar 3,2833. Nilai hedonik aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 sebesar 3,2750 dan terendah diperoleh pada perlakuan R4 sebesar 3,1625. Nilai hedonik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 3,3792 dan terendah diperoleh pada perlakuan R4 sebesar 3,2667. Nilai skor tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 sebesar 3,2750 dan terendah diperoleh pada perlakuan R2 sebesar 3,2292.

Pengaruh Persentase Gum Arab Terhadap Parameter yang Diamati

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa mentimun dengan brokoli memberikan pengaruh terhadap kadar air (%), total

padatan terlarut (ºBrix), kadar serat kasar (%), kadar abu (%), indeks warna

(Hue), nilai organoleptik hedonik warna, aroma, dan rasa, nilai skor tekstur, dan

(14)

30

Tabel 11. Pengaruh persentase gum arab terhadap mutu vegetable leather Parameter Perbandingan persentase gum arab

S1 S2 S3 S4 Kadar air (%) 8,8989 9,3454 9,8790 10,2581 Total padatan terlarut (°Brix ) 76,8120 76,8416 76,7985 76,8399 Kadar serat kasar (%) 1,8145 1,9084 1,9708 2,1584

Kadar abu (%) 1,8349 1,9094 2,0205 2,2518

Indeks warna (°Hue) 87,7009 87,8028 86,6078 84,7304 Nilai hedonik warna (Numerik) 3,3083 3,3833 3,3458 3,4167 Nilai hedonik aroma (Numerik) 3,1792 3,1917 3,2250 3,2917 Nilai hedonik rasa (Numerik) 3,3958 3,2833 3,2667 3,3542 Nilai skor tekstur (Numerik) 3,2042 3,2208 3,1917 3,3917 Keterangan : S1 = persentase gum arab 0,5%

S2 = persentase gum arab 1,0%

S3 = persentase gum arab 1,5%

S4 = persentase gum arab 2,0%

(15)

Kadar Air

Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar air vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli memberikan pengaruh berbeda sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar air vegetable leather yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap

kadar air vegetable leather (%) dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar air vegetable leather (%)

Jarak LSR Perbandingan bubur mentimun

dengan bubur brokoli Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - R1 = 60% : 40% 8,7885 c B

2 0,4977 0,6858 R2 = 50% : 50% 9,0027 c B 3 0,5220 0,7152 R3 = 40% : 60% 10,0426 b A 4 0,5371 0,7346 R4 = 30% : 70% 10,5477 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5%

(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa peningkatan persentase bubur brokoli

lebih dari 50% dapat meningkatkan kadar air vegetable leather secara nyata. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan R4 sebesar 10,5477% dan terendah diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 8,7885%. Dari Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa kadar air mentimun segar sebesar 96,10% yang merupakan kadar air yang tinggi dari brokoli sebesar 90,69%. Dari (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa kadar air bahan baku vegetable leather yaitu bubur mentimun sebesar 96,18% dan bubur

brokoli sebesar 97,99%. Sehingga peningkatan kadar air vegetable leather ada penambahan air pada brokoli saat proses pengolahan. Hal tersebut sesuai dengan

(16)

32

perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dengan kadar air vegetable

leather (%) dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dengan kadar air vegetable leather (%)

Pengaruh persentase gum arab terhadap kadar air vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa pengaruh persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar air yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh persentase gum arab terhadap kadar air vegetable leather (%) dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji LSR pengaruh persentase gum arab terhadap kadar air vegetable

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa peningkatan persentase gum arab lebih

dari 1,0% akan memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar vegetable leather. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan S4 sebesar 10,2581% dan

Perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli

(17)

terendah diperoleh pada perlakuan S1 sebesar 8,8989%. Hal ini disebabkan gum arab dapat mengikat air yang terdapat pada bahan pangan sehingga dapat mengurangi hilangnya air pada bahan pangan (deMan, 1989). Gum arab memiliki

heteropolimer yang kompak yang mampu menahan lebih kuat molekul air pada bahan (Dickinson, 2003), sehingga air yang berada di luar granula bahan pangan yang bergerak bebas terserap serta terikat oleh butiran-butiran gum arab

(Winarno, 2007). Hubungan persentase gum arab dengan kadar air vegetable leather (%) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan persentase gum arab dengan kadar air vegetable leather (%)

Pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap kadar air vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab

memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air vegetable leather yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

(18)

34

Total Padatan Terlarut

Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap total padatan terlarut vegetable leather (°Brix)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap total padatan terlarut yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh persentase gum arab terhadap total padatan terlarut vegetable leather (°Brix)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan

terlarut yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap total padatan terlarut vegetable leather (°Brix)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan terlarut

vegetable leather yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Serat Kasar

Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar serat kasar vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar serat kasar

(19)

bubur brokoli terhadap kadar serat kasar vegetable leather (%) dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar serat kasar vegetable leather (%)

Jarak

LSR Perbandingan bubur mentimun dengan bubur

brokoli

Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - R1= 60% : 40% 1,8153 c C 2 0,0464 0,0639 R2= 50% : 50% 1,8410 c C 3 0,0487 0,0667 R3= 40% : 60% 1,9437 b B 4 0,0501 0,0685 R4= 30% : 70% 2,2522 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa peningkatan bubur brokoli lebih dari

50% akan memberikan pengaruh berbeda nyata pada kadar serat kasar vegetable leather. Kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan R4 sebesar 2,2522%

dan terendah diperoleh pada perlakuan R1 sebesar 1,8153%. Menurut data dari USDA (2008), brokoli memiliki kadar serat sebesar 2,60 g. Sedangkan mentimun memiliki kadar serat 0,50 g (Depkes RI, 1981), sehingga semakin banyak jumlah brokoli yang ditambahkan, maka kadar serat akan semakin meningkat. Hubungan

(20)

36

Gambar 5. Hubungan perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dengan kadar serat kasar vegetable leather (%)

Pengaruh persentase gum arab terhadap kadar serat kasar vegetable leather

(%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat

kasar vegetable leather yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh persentase gum arab terhadap kadar serat kasar vegetable leather (%) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Uji LSR pengaruh persentase gum arab terhadap kadar serat kasar

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa kadar serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan S4 sebesar 2,1584% dan terendah diperoleh pada perlakuan S1 sebesar 1,8145%. Semakin tinggi persentase gum arab yang ditambahkan, maka

(21)

kadar serat kasar akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan gum arab memiliki

komponen satuan polisakarida termaksud kelompok serat yang tidak dapat dicerna (Tensiska, 2008). Hubungan persentase gum arab dengan kadar serat kasar

vegetable leather (%) dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan persentase gum arab dengan kadar serat kasar vegetable leather (%)

Pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap kadar serat kasar vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi antara

perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar vegetable leather yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh interaksi antara

perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap kadar serat kasar vegetable leather (%) dapat dilihat pada Tabel 16.

(22)

38

Tabel 16. Uji LSR pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap kadar serat

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kadar serat kasar tertinggi diperoleh

pada perlakuan R4S4 sebesar 2,7512% dan terendah diperoleh pada perlakuan R1S1 sebesar 1,7412%. Terjadi peningkatan kadar serat kasar dengan semakin meningkatnya persentase gum arab yang digunakan, hal ini disebabkan gum arab

adalah sejenis penstabil yang tersusun sebagai polisakarida dan pengental. Hal ini sesuai dengan Literatur (Estiasih, dkk., 2009) yang menyatakan bahwa sebagian

besar penstabil dan pengental seperti gum arab, pektin, dan karagenan adalah polisakarida, sehingga semakin tinggi persentase gum arab maka kadar serat kasarnya akan semakin meningkat dan juga pernyataan (Winarno, 2007) yaitu

gum arab merupakan campuran polisakarida dan glikoprotein, dan gum arab dapat mengikat komponen-komponen yang terdapat dalam bahan sehingga kadar serat

(23)

Serat makanan terbagi ke dalam dua kelompok yaitu serat makanan tak

larut (unsoluble dietary fiber) dan serat makanan larut (soluble dietary fiber). Serat tidak larut contohnya selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang ditemukan

pada serealia, kacang-kacangan, dan sayuran. Serat makanan larut contohnya gum, pektin, dan mucilage. Hubungan interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab dengan kadar serat

kasar vegetable leather (%) dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab dengan kadar serat kasar vegetable leather (%)

Kadar Abu

Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar abu vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa pengaruh

perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar serat kasar memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar

(24)

40

bubur brokoli terhadap kadar abu vegetable leather (%) dapat dilihat pada Tabel

17.

Tabel 17. Uji LSR pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap kadar abu vegetable leather (%)

Jarak LSR Perbandingan bubur mentimun

dengan bubur brokoli Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - R1 = 60% : 40% 1,8189 c B 2 0,2108 0,2904 R2 = 50% : 50% 1,9240 bc AB 3 0,2210 0,3029 R3 = 40% : 60% 2,1841 a AB 4 0,2274 0,3111 R4 = 30% : 70% 2,0896 ab A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa peningkatan persentase bubur brokoli

lebih dari 50% dapat meningkatkan kadar abu vegetable leather secara nyata. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan R3 sebanyak 2,1841% dan terendah diperoleh pada perlakuan R1 sebanyak 1,8189%. Hal ini disebabkan kandungan mineral yang terkandung pada bahan, di mana pada brokoli lebih tinggi kandungan mineralnya dari pada mentimun. Dari (Tabel 2) diketahui bahwa komposisi kimia brokoli yaitu kadar kalsium 47,00 mg, besi 0,73 mg (USDA,

2008) dan pada (Tabel 1) diketahui bahwa komposisi kimia mentimun yaitu kadar kalsium 19,00 g, besi 0,40 g (Depkes, 1981), sehingga semakin banyak jumlah

bubur brokoli yang ditambahkan maka akan menghasilkan kadar abu vegetable leather yang semakin banyak juga. Hubungan perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dengan kadar abu vegetable leather (%) dapat dilihat pada

(25)

Gambar 8. Hubungan perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dengan kadar abu vegetable leather (%)

Pengaruh persentase gum arab terhadap kadar abu vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa persentase gum

arab memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu vegetable leather yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh persentase gum arab terhadap kadar abu vegetable leather (%) dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Uji LSR pengaruh persentase gum arab terhadap kadar abu vegetable leather (%)

Jarak

LSR

Persentase gum arab Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa peningkatan persentase gum arab lebih

dari 1,0% dapat meningkatkan kadar abu vegetable leather secara nyata. kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan S4 sebesar 2,2518% dan terendah diperoleh pada perlakuan S1 sebesar 1,8349%. Hal ini disebabkan gum arab memiliki sifat mampu mengikat air dengan sangat baik di dalam bahan pangan, dengan

(26)

42

terikatnya air oleh gum arab menyebabkan ikut terikatnya mineral-mineral larut

air. Selain itu, berdasarkan komposisi gizinya gum arab mengandung kalsium sebanyak 1117 mg, magnesium 292 mg, dan besi 2 mg dalam setiap 100 g gum

arab (Rabah dan Abdalla, 2012). Oleh karena itu, semakin tinggi konsentrasi gum arab, maka kadar abu akan semakin meningkat. Hubungan persentase gum arab dengan kadar abu vegetable leather (%) dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan persentase gum arab dengan kadar abu vegetable leather (%)

Pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap kadar abu vegetable leather (%)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa interaksi antara

perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu vegetable leather yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

(27)

Indeks Warna

Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap indeks warna vegetable leather (°Hue)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

(P>0,05) terhadap indeks warna yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh persentase gum arab terhadap indeks warna vegetable leather

(°Hue)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap indeks warna

yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap indeks warna vegetable leather

(°Hue)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap indeks warna

vegetable leather yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Nilai Organoleptik Hedonik Warna, Aroma, Rasa, dan Skor Tekstur

Pengaruh perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli terhadap organoleptik hedonik warna, aroma, rasa, dan skor tekstur vegetable leather

(numerik)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran

(28)

44

hedonik warna, aroma, rasa dan skor tekstur vegetable leather yang dihasilkan,

sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh persentase gum arab terhadap organoleptik hedonik warna, aroma, rasa, dan skor tekstur vegetable leather (numerik)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran 10) dapat dilihat bahwa persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap organoleptik hedonik warna, aroma, rasa, dan skor

tekstur vegetable leather yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Pengaruh interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap organoleptik hedonik warna, aroma, rasa, dan skor tekstur vegetable leather (numerik)

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9, Lampiran

10) dapat dilihat bahwa interaksi antara perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap organoleptik hedonik warna, aroma, rasa, dan skor tekstur

(29)

KESIMPULAN

Kesimpulan

Hasil penelitian pengaruh bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase gum arab terhadap parameter yang diamati dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli memberi pengaruh

berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, kadar serat kasar, kadar abu, dan memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan terlarut, indeks warna, organoleptik hedonik warna, organoleptik hedonik

aroma, organoleptik hedonik rasa, dan organoleptik skor tekstur.

2. Persentase gum arab memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

terhadap kadar air, kadar serat kasar, kadar abu, dan memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan terlarut, indeks warna,

organoleptik hedonik warna, organoleptik hedonik aroma, organoleptik hedonik rasa, dan organoleptik skor tekstur.

3. Interaksi perbandingan bubur mentimun dengan bubur brokoli dan persentase

gum arab memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar dan memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap

kadar air, total padatan terlarut, kadar abu, indeks warna, organoleptik hedonik warna, organoleptik hedonik aroma, organoleptik hedonik rasa, dan organoleptik skor tekstur.

(30)

46

5. Dari hasil penelitian bahwa produk terbaik vegetable leather tertinggi

diperoleh pada hedonik rasa yaitu perlakuan R1S1 yang merupakan bubur mentimun dan brokoli 60% : 40% dan gum arab 0,5%.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap lama penyimpanan vegetable leather pada suhu ruang.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada penambahan gum arab diatas 2,0% untuk mengamati mutu vegetable leather.

Gambar

Gambar 2. Skema pembuatan vegetable leather campuran bubur mentimun dengan bubur brokoli
Tabel 6. Skala hedonik warna (numerik)
Tabel 7. Skala hedonik aroma (numerik)
Tabel 9. Skala skor tekstur (numerik)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Given a 3-D point cloud in a metric space, our methodology will rely on: a starting point, P0 , an ending point, P N , that respec- tively correspond to the closest and farthest

Implementasi relationship marketing tersebut diterapkan pada pendekatan komunitas, program loyalitas, kegiatan brand activation, dan juga customer service online.. Kata

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Hurley dan Hult (1998) dalam rekomendasi penelitian yang akan datang yang menyatakan bahwa pada umumnya penelitian tentang

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Kumbokarno Borneo, menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PENGARUH IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS

Langkah-langkah metode pembelajaran IMPROVE antara lain (1) Menghantarkan konsep-konsep baru (Introducing the new concepts) , guru membimbing siswa menemukan suatu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa terhadap materi operasi aljabar setelah mendapatkan model pembelajaran guided discovery learning menggunakan

Hasil penelitian ini adalah penggunaan program Enkripsi RC4 Stream Cipher dengan jumlah karakter asli (plaintext) berhasil di enkripsi sama dengan jumlah karakter

Setelah mendapat penjelasan dari penelii tentang Penelitian “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kebutuhan Konsumsi Sediaan Suplemen mengandung Zat Besi