• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Karakteristik Fisik Tanah Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kebun Adolina PTPN IV Pada Beberapa Generasi Tanam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Tjitrosoepomo (2005), sistematika tanaman kakao adalah sebagai

berikut : Kingdom: Plantae ; Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae;

Kelas : Dicotyledoneae ; Ordo : Malvales ; Famili : Sterculiaceae; Genus :

Theobroma ; Spesies : Theobroma cacaoL.

Tanaman kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk

pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam

pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m, tetapi dengan tajuk

menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang

produktif (Muljana, 2001).Tanaman kakao tumbuh di daerah tropika basah,

memiliki akar tunggang dan berbatang lurus. Menurut Susanto (1994) Perakaran

kakao dewasa pada tanah yang dalam dan drainasenya baik mencapai 1-1,5 m.

Tanaman kakao bersifat Cauliflorous yaitu bunga tumbuh langsung dari

batang ataupun cabang-cabang (Muljana, 2001).Batang utama yang tumbuh lurus

sampai ketinggian 1-2 m bersifat orthotophic.PTPN IV (1996) menyebutkan

bahwa secara umum percabangan pada tanaman kakao dibedakan cabang yang

tumbuh vertikal disebut Orthotoph dan cabang yang tumbuh horizontal disebut

Plagiothroph.

Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal,

namun nampak terangkai karena muncul dari satu titik tunas.Bunga berwarna

putih kemerah-merahan dan tidak berbau.Kakao secara umum adalah tumbuhan

menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas sendiri.Walaupun

(2)

tumbuh dari bunga yang diserbuki.Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya,

dan berbentuk bulat hingga memanjang.Buah terdiri dari 5 daun buah dan

memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji (Muljana, 2001).

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua

macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika

sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda

berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye).Kulit buah memiliki 10

alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling (Karmawati et al., 2010).

Gambar 1. Tanaman Kakao (Konam et al., 2009)

Syarat tumbuh Iklim

Kakao mempunyai persyaratan tumbuh sebagai berikut : curah hujan

1.600-3.000 mm/tahun atau rata-rata optimalnya 1.500 mm yang terbagi merata

sepanjang tahun (tidak ada bulan kering), garis lintang 20° LS sampai 20° LU,

tinggi tempat 0-600 m dpl, suhu yang terbaik 24-28°C dan angin yang kuat (lebih

dari 10 m/detik) berpengaruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin

yang baik bagi tanaman kakao adalah 2-5 m detik karena dapat membantu

(3)

Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar

matahari dan kelembaban.Faktor - faktor tersebut dapat dikelola melalui

pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi.Suhu sangat berpengaruh

terhadap pembentukan buah, pembungaan, serta kerusakan daun.Menurut hasil

penelitian, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30-32° C (maksimum) dan

18-21° C (minimum).Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada suhu minimum

15° C per bulan. Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,6° C masih baik

untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang

(Karmawati et al., 2010).

Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun

rendah.Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk

sebesar 20% dari pencahayaan penuh.Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis

setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30% cahaya

matahari atau pada 15% cahaya matahari penuh.Hal ini berkaitan pula dengan

pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih

banyak (Karmawati et al., 2010).Sebagai tanaman C3, kakao memiliki laju

fotorespirasi tinggi, yaitu 20-50% dari hasil total fotosintesis.Menurut

Wahyudi et al. (2008) fotorespirasi meningkat seiring dengan naiknya suhu

udara.Di daerah tropis idealnya laju fotorespirasi mencapai 40%.Tidak seperti

fotosintesis, fotorespirasi tidak menghsilkan energi energi yang bermanfaat bagi

tanaman sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.Oleh karena itu, upaya

menekan laju fotorespirasi identik dengan upaya meningkatkan produktivitas,

(4)

Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang di

dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan

penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang

kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari

semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan

pencapaian indeks luas daun optimum (Firdausil et al., 2008).

Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH

6-7,5 atau tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak

pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan harapada

pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah

(Karmawati et al., 2010).Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah

lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan

10-20% debu. Firdausil et al. (2008) meyatakan bahwa susunan yang demikian akan

mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang

remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam

tanah sehingga menguntungkan bagi akar.

Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu

di atas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah,

biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara, dan daya simpan lengas

tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menandakan bahwa daya pegang tanah

terhadap unsur – unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk

(5)

Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol

yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah

hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur,

kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang

tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai kakao tua (Widya, 2008).

Status Serangga Pada Pertanaman Kakao

Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem.Semakin banyak tempat

dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga

yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua

serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga

penyerbuk, pemakan bangkai, predator dan parasitoid.Setiap serangga mempunyai

sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan

populasi (Putra, 1994).

Hama utama atau hama kunci merupakan spesies hama pada kurun waktu

yang lama selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang

berat, sehingga memerlukan usaha pengendalian yang seringkali dalam daerah

yang luas. Tanpa usaha pengendalian, maka hama ini akan mendatangkan

kerugian ekonomi bagi petani (Untung, 2001).

Tanaman Kakao merupakan tanaman yang disukai oleh banyak jenis

serangga hama. Hama utama penting pada pertanaman kakao di Indonesia yaitu

Penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella Snell(Lepidoptera:

Gracillariidae), kepik pengisap buah Helopeltis antonii Sign (Hemiptera:

Miridae), Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae, dan Penggerek

(6)

Gambar 2. Ngengat PBK (Departemen Pertanian, 2002)

Hama penggerek buah kakao sangat merugikan.Serangannya dapat

merusak hampir semua hasil. Departemen Pertanian (2002) menyebutkan

penggerek buah kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih

menyukai yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek

buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang

akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi.

Biasanya lebih berat daripada yang sehat.Biji-bijinya saling melekat, berwarna

kehitaman serta ukuran biji lebih kecil.Telur berwarna jingga, diletakkan satu per

satu pada permukaan kulit buah.Ulat berwarna putih kekuningan atau hijau

muda.Setelah ulat keluar dari dalam buah dia berkepompong pada permukaan

buah, daun, serasah, karung atau keranjang tempat buah.Kepompong berwarna

putih. Menurut Lim dan Pan (1986) ngengat PBK aktif pada malam hari, yaitu

sejak matahari terbenam sampai dengan pukul 20.30. Aktivitas ngengat untuk

kawin dan bertelur terjadi pada pukul 18.00 - 07.00 dengan puncaknya pada pukul

04.00 - 05.00).Setelah kawin ngengat akan meletakkan telur pada buah

kakao.Pada siang hari mereka berlindung di tempat yang teduh dan panjang 7

mm. Seekor ngengat betina mampu bertelur 50-100 butir.

Kepik Helopeltis spp. termasuk hamapenting yang menyerang buah kakao

(7)

tetapisebaliknya pada buah muda.Buah muda yang terserang mengering

lalurontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi

perubahan bentuk.Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung

berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak.Serangan pada pucuk

atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati, ranting mengering dan meranggas

(Departemen Pertanian, 2002).Telur berwarna putih berbentuk lonjong.Diletakkan

pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai daun muda, atau ranting. Dewasa

mampu bertelur hingga 200 butir.Waktu makannya pagi dan sore.Kehidupannya

juga terpengaruh cahaya, sehingga bila terlalu panas, nimfa muda akan pergi ke

pupus dan dewasanya ke sela-sela daun yang berada di sebelah dalam ( Disbun

Jatim, 2013).

Gambar 3. Kepik penghisap Buah Kakao (Departemen Pertanian, 2002)

Ulat hama Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae menyerang tanaman

muda. Departemen Pertanian (2002) menyatakan bahwa ulat inimerusak bagian

batang/cabang dengan cara menggerek menuju empelur (xylem) batang/cabang.

Selanjutnya gerekan membelok ke arah atas.Pada permukaan lubang yang baru

digerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan. Akibat

gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana, layu, kering

dan mati. Telur hamaZeuzera coffeae berwarna kuning kemerahan / kuning ungu

(8)

diletakkan dicelah kulit kayu.Ulat berwarna merah cerah sampai ungu, sawo

matang, panjangnya 3-5 cm. Kepompong dibuat dalam liang gerekan. Sayap

depan ngengat berbintik hitam dengan dasar putih tembus pandang. Seekor

betina dapat meletakkan telur 340-970 butir.

Gambar 4.Ulat hama Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae

(Puslitkoka, 1998)

Hama penggerek batang/cabang Glenea larva nya menggerek batang

pokok, terutama pangkal batang pada jaringan kambium dengan arah gerekan

menyamping (horizontal).Juga terjadiserangan pada pangkal cabang utama.Pada

kulit batang nampak kerusakan yang berbentuk cincin.Pada sekitar lobang

dijumpai sisa-sisa gerekan yang strukturnya berserat dan berbuih.Telur diletakkan

satu per satu dalam sayatan/goresan kecil pada kulit pohon kakao yang dibuat oleh

betina.Larva berwarna kekuning–kuningan atau kuning terang, dan membuat

terowongan yang bentuknya tidak teratur. Dia membuat ruangan pada bagian kayu

pohon kakao, kemudian berkepompong di sana. Dewasa memakan kulit pucuk

atau kulit muda pada berbagai jenis tanaman.Dewasa aktif terbang di siang hari

(Departemen Pertanian, 2002).

Gambar 5.Penggerek batang/cabang Glenea novemguttata

(9)

Selain hama, pada pertanaman kakao juga terdapat musuh alami dan

serangga berguna lainnya. Serangga musuh alami terdiri dari pemangsa dan

parasitoid dan serangga berguna yaitu penyerbuk dan pengurai.Pemangsa adalah

binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain

yang menyebabkan kematian sekaligus. Kadang-kadang disebut predator.Predator

berguna karena memakan hama tanaman. Serangga yang merupakan pemangsa

pada pertanaman kakao menurut Departemen Pertanian (2002) yaitu semut hitam,

kumbang kubah, kumbang tanah, kumbang kalajengking, capung besar, capung

jarum, kepik leher, belalang sembah, cecopet, lalat apung, lalat perampok, dan

tawon kertas.

Gambar 6. Semut hitam, predator penghisap buah Helopelthis

(Departemen Pertanian, 2002)

Parasitoid adalah serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga

lain dan membunuhnya secara pelan-pelan dari dalam. Parasitoid berguna karena

membunuh hama, sedangkan parasit tidak membunuh inangnya, hanya

melemahkan. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoidhama di

kebun kakao.Menurut Departemen Pertanian (2002) yang termasuk serangga

parasitoid pada pertanaman kakao yaitu tawon pinggang pendek, tawon pinggang

ramping, tawon goryphus, tawon trichogramma, tawon mymarid, dan lalat

(10)

Gambar 7. Tawon pinggang ramping, parasitoid hama PBK (Departemen Pertanian, 2002)

Serangga penyerbuk berperan penting dalam penyerbukan tanaman

berbunga.Aktivitas kunjungan serangga penyerbuk pada bunga dimulai pada pagi

hari, meningkat hingga siang hari dan menurun pada sore hari (Pattel dan Sattagi,

2007).Tanaman memerlukan bantuan penyerbuk untuk pembentukan

buah.Menurut Freitas dan Paxton (2002) ada beberapa jenis serangga yang

diketahui sebagai penyerbuk yaitu semut, lebah, kupu-kupu, dan tabuhan.

Serangga juga mempunyai peranan yang besar dalam menguraikan

sampah organik menjadi bahan anorganik.Menurut Suheriyanto (2008) beberapa

contoh serangga pengurai adalah collembolan, rayap, semut, kumbang penggerek

kayu, kumbang tinja, lalat hijau dan kumbang bangkai. Dengan adanya serangga

tersebut, sampah akan cepat terurai dan kembali menjadi materi di alam.

Pengendalian Hama Terpadu

Sebagai usaha untuk menyelamatkan hasil komoditas perkebunan dari

serangan hama penyakit, para petani secara intensif atau bahkan cenderung

berlebihan menggunakan pestisida untuk penyemprotan lahan usaha tani nya.

Menurut Agustian dan Rahman (2009) penggunaan pestisida yang berlebihan ini

berimplikasi pada meningkatnya biaya usaha tani dan menimbulkan masalah baru

(11)

Menyadari akankelemahan pengendalian hama penyakit menggunakan

pestisida, maka perlu upaya pengendalian yang efektif dan efisien. Sehubungan

dengan hal itu, sejak tahun 1997/1998 pemerintah mengintroduksikan program

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman perkebunan

rakyat.Pengembangan PHT telah dilakukan pada beberapa komoditas perkebunan

rakyat seperti kakao, lada, teh, kapas, jambu, dan kopi (Agustian dan Rahman,

2009).

Pengendalian Hama Terpadu adalah teknologi pengendalian hama yang

didasarkan prinsip ekologis dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian

yang kompatibel antara satu sama lain sehingga populasi hama dapat

dipertahankan di bawah jumlah yang secara ekonomik tidak merugikan serta

mempertahankan kesehatan lingkungan dan menguntungkan bagi pihak petani

(Oka, 1994).

Penerapan PHT pada tanaman kakao memungkinkan petani memilih

strategi pengelolaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Penggunaan

sistem pengelolaan terpadu mengurangi tingkat serangan hama dan penyakit pada

tanaman kakao, mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak perlu,

menyediakan alternatif pengelolaan hama dan penyakit dan memperbaiki hasil

serta kualitas kakao, oleh karena itu dapat meningkatkan pendapatan petani

(Konam, et al., 2009).

(12)

Pelaksanaan prinsip PHT antara lain mencakup sejauh mana petani mau

melaksanakan pengamatan hama/penyakit tanaman secara teratur, bagaimana tata

cara melakukan pengamatan hama/penyakit dan bagaimana tanggapan petani atas

hasil usaha pengamatan yang telah dilakukan, pengambilan keputusan dalam

kegiatan pengendalian hama/penyakit dan bagaimana kinerja petani dalam

menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya tentang PHT ke petani

lainnnya (Darwis, 2006).

Hasil produksi yang diperoleh akan lebih tinggi dengan menggunakan

sistem PHT. MenurutKonam, et al. (2009) hal ini dikarenakan sistem PHT

meliputi perbaikan bahan tanam dengan potensi hasil lebih tinggi, tahan penyakit,

dan mempunyai karakteristik unggul, rehabilitasi yang efektif pada tanaman yang

sudah ada akan memperbaiki tanaman kakao, pemangkasan tanaman kakao dan

tanaman penaung tepat waktu untuk memperbaiki banyaknya sinar yang masuk

dan aliran udara serta merangsang pertumbuhan, penerapan sanitasi untuk

mengurangi inokulum hama dan penyakit, penghambatan daur hama dan penyakit

serta gerakan vector, dan pengendalian gulmapenggunaan pupuk kandang atau

pupuk anorganik untuk memperbaiki nutrisi kakao.

Keanekaragaman Serangga

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat

keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya(Krebs, 1978). Untuk

memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemampuan mengenal dan

membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama

(13)

Dalam ekosistem alami semua mahluk hidup berada dalam keadaan

seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama. Di ekosistem

alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang

terdapat flora dan fauna yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman

mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem pertanaman yang beraneka

ragam berpengaruh kepada populasi spesies hama (Oka, 1994).

Kehidupan suatu spesies serangga dipengaruhi oleh dua faktor. Menurut

Little (1971) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT dalam garis

besarnya yaitu:

1. Faktor dalam adalah faktor yang berada dalam tubuh orgnisme seperti organ

tubuh dan keadaan fisiologisnya

2. Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang

mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik dan

makanan.

Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu

kewaktu lainnya, tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari

populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertumbuh sepanjang

waktu (Untung, 2001).

Menurut Krebs (1978)ada 6 faktor yang saling berkaitan menentukan

derajat naik turunnya keragaman jenis, yaitu :

1. Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas tua

yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme daripada

komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam ekologi

(14)

2. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin

kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebut dan semakin

tinggi keragaman jenisnya.

3. Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang

sama yang ketersediaanya kurang, atau walaupun ketersediaannya cukup,

namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu.

4. Pemangsaan, memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain

atau sebaliknya.

5. Pemangsaan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing

yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar

kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila

intensitas dari pemangsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan

keragaman jenis.

6. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam

suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan tersebut.

Lingkungan yang stabil, lenih memungkinkan keberlangsungan evolusi.

7. Produktivitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang

tinggi.

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme

selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam

komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian

yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies

(persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies (persaingan, teritorial)

Gambar

Gambar 1. Tanaman Kakao
Gambar 2. Ngengat PBK
Gambar 3. Kepik penghisap Buah Kakao
Gambar 4.Ulat hama Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae
+4

Referensi

Dokumen terkait

Character Building : Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu Karakter Bangsa.. Kamus

[r]

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pengawasan Oleh Kepala UPT Ciawi Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor telah dilaksanakan dengan baik,

Selamat pagi/ siang/ malam Bapak/ Ibu/ Saudara/ Teman sejawat, perkenalkan saya Lismawati Pertiwi Waruwu, mahasiswa dari Program Studi Magister/ S2 Keperawatan

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya.Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan

Lee and Choi [12] divided the organisational mechanism in the context of knowledge enabler into six factors: collaboration level, trust level, learning level,

After a brief introduction to the factors associated with the incidence of cacao diseases, the irst part of this publication focuses on the two main diseases that affect cacao fruits:

Indonesia memiliki kekayaan jenis burung terutama pada burung paruh bengkok seperti yang kita ketahui bahwa yang masuk dalam jenis ini adalah burung yang pintar