• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PROS. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PROS. docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHNYA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

Siti Fatimah

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Angkinang Kab. HSS E-mail: sitifatimah.kdg@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model ASSURE dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) Menghasilkan produk perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan menurut model ASSURE, 2) Menganalisis kelayakan perangkat pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ditinjau dari aspek; kelayakan silabus, RPP, bahan ajar, validitas lembar penilaian (LP), dan keterbacaan LKPD yang dikembangkan, 3) Mendeskripsikan keterlaksanaan rencana pembelajaran selama proses pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, 4) Mendeskripsikan aktivitas guru dan kendala-kendala yang dihadapi beserta solusinya selama proses pembelajaran IPA, 5) Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik setelah melakukan pembelajaran IPA ditinjau dari aspek; aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran, pengukuran ketuntasan hasil belajar, keterampilan berpikir kritis, dan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran; 1) produk perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan dengan model ASSURE, 2) kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari komponen silabus, keterlaksanaan RPP, komponen Bahan Ajar, keterbacaan LKPD dan validitas LP pada konsep Proses Fisiologis Tumbuhan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik secara umum layak dan baik digunakan untuk pembelajaran, 3) keterlaksanaan rencana pembelajaran pada proses pembelajaran IPA selama kegiatan belajar mengajar terhadap perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berkategori “baik”, 4) aktivitas guru

(2)

berkategori baik, 5) hasil pembelajaran IPA menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek; aktivitas peserta didik berkategori baik, ketuntasan hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kritis meningkat, dan respon peserta didik “sangat setuju” terhadap penggunaan bahan ajar, LKPD dan proses pembelajaran.

Kata kunci: pengembangan perangkat, model ASSURE, inkuiri terbimbing, berpikir kritis, fisiologis tumbuhan.

A. PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Kemendikbud (2013) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran aktif-mencari. Pembelajaran peserta didik aktif-mencari didukung dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan sains. Pembelajaran pendekatan sains terintegrasi pada pendekatan metode ilmiah. Model pembelajaran pendekatan ilmiah sudah banyak dikembangkan, variasi dan contohnya cukup banyak seperti; model pembelajaran berdasarkan masalah, pemecahan masalah dan inkuiri (Rustaman, 2011).

(3)

menyelesaikan masalah. Adapun aspek afektif (sikap) peserta didik juga belum sepenuhnya berkembang dalam pembelajaran karena guru terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga kemampuan peserta didik untuk menyampaikan pendapat juga kurang terlatih. Hal tersebut sesuai dengan hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMMS) yang menyatakan siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains (Kompas, 14 Desember 2012).

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPA di sekolah merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik. Oleh sebab itu seorang guru harus mampu mengembangkan perangkat pembelajaran. Perangkat Pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan guru dan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mengajar meliputi; silabus, RPP, Buku Peserta didik, LKS dilengkapi kit, Lembar Penilaian yang sudah dianggap valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien (Sutrisno, 2011).

Menurut Trianto (2007) perangkat pembelajaran yang didesain dengan baik dan benar akan mampu membawa peserta didik pada pengalaman belajar yang berlangsung efektif dan efisien. Artinya, dalam setiap perangkat yang dikembangkan harus memuat kegiatan-kegiatan yang mencerminkan proses bagaimana peserta didik memahami atau memperoleh produk ilmiah. Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2013) yang menyatakan untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), maka perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).

(4)

guru secara intensif. Model ini membiasakan peserta didik untuk produktif, analitis, dan kritis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bilgin (2009) bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing efektif berpengaruh positif terhadap keberhasilan akademik peserta didik dan mengembangkan keterampilan proses ilmiah serta sikap ilmiah mereka. Didukung Praptiwi, Sarwi, dan Handayani (2012) yang menyatakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan unjuk kerja peserta didik.

Berdasarkan kondisi di lapangan yang dijelaskan di atas, maka permasalahan yang timbul antara lain; 1) Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ditinjau dari aspek kelayakan silabus, RPP, bahan ajar, validitas lembar penilaian (LP), dan keterbacaan LKPD yang dikembangkan? 2) Bagaimana keterlaksanaan rencana pembelajaran selama pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing? 3) Bagaimana aktivitas guru dan kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran IPA? 4) Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah melakukan pembelajaran IPA ditinjau dari aspek; aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran, pengukuran ketuntasan hasil belajar, keterampilan berpikir kritis, dan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran.

(5)

keterampilan berpikir kritis, dan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran.

B. LANDASAN TEORI

1. Model Inkuiri Terbimbing

Istilah inkuiri terbimbing (guide inquiry) digunakan karena pada pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada peserta didik, atau dengan kata lain sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru termasuk kegiatan perumusan masalah. Model pembelajaran inkuiri terbimbing diartikan sebagai model mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, model ini menempatkan peserta didik lebih banyak belajar sendiri atau dalam bentuk kelompok guna memecahkan permasalahan yang diberikan guru.

Mulyasa (2006) menyatakan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini menuntut guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta didik dalam kegiatan-kegiatannya. Selain itu, guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada peserta didik. Permasalahan untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai “pertanyaan” atau “pernyataan”. Konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan, harus ditulis dengan jelas dan tepat. Alat dan bahan harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk melakukan kegiatan.

(6)

adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, 3) Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas, 4) Tiap-tiap peserta didik berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, 5) Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, 6) Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari peserta didik. 7) Guru memotivasi semua peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh peserta didik dalam kelas.

Kuhlthau & Todd (2007) memaknai guided inquiry sebagai sebuah cara guru dalam membimbing peserta didik membangun pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, melalui inkuiri, yang direncanakan dengan hati-hati dan diawasi dengan seksama, namun gradual, juga membekali dan mengarahkan peserta didik menuju pembelajaran yang bebas.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma pembelajaran konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar peserta didik. Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan keterampilan proses dengan merumuskan pertanyaan yang mengarah pada kegiatan investigasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan mengolah data, mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil temuannya dalam masyarakat belajar. Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung peserta didik dalam proses pembelajaran.

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryobroto (2009), antara lain:

1) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.

(7)

3) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan.

4) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

5) Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. 6) Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada mereka

dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui.

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis menurut Sutrisno (2010) adalah satu dari bagian penting dalam segala aspek kehidupan seseorang. Berpikir kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Oleh karena itu menjadi penting pula seseorang untuk belajar tentang bagaimana berpikir kritis, karena seseorang tidak serta merta mampu berpikir kritis tanpa melalui proses belajar. Berpikir kritis adalah sebuah keterampilan yang didapatkan melalui proses, bukan merupakan sifat yang diturunkan orang tua kepada anaknya. Untuk itu perlu adanya upaya mengajarkan bagaimana berpikir kritis kepada peserta didik di sekolah.

Pengembangan keterampilan berpikir kritis peserta didik dapat dilakukan dengan mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh langsung pengalaman-pengalaman dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis (Lipman, 2003).

Adapun keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini adalah langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu; 1) merumuskan masalah, 2) merumuskan hipotesis, 3) mengumpulkan data melalui percobaan, 4) perumusan dan pengolahan data, 5) menyimpulkan.

3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model ASSURE

(8)

merupakan model desain perencanaan pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini lebih berorientasi pada pengembangan perencanaan pembelajaran dalam ruang lingkup kelas dan lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Sebab model desain pembelajaran ASSURE akan memberikan dampak yang lebih positif apabila diaplikasikan dalam skala mikro seperti program pembelajaran yang berlangsung di kelas dan program pelatihan (Pribadi, 2011).

Keunggulan dari model ASSURE menurut Prawiladilaga (2009) adalah: 1) sederhana, relatif mudah untuk diterapkan, 2) karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar, 3) komponen kegiatan belajar mengajar lengkap, 4) peserta didikdapat dilibatkan dalam persiapan untuk kegiatan belajar mengajar.

(9)

Evaluate and Revise

Analyze Learners

States Standard

and Objectives Require

Learnes Participatio

n

Utilize Media & Materials

Select Methods,

Media, Materials

Gambar 1. Langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran model ASSURE (Smaldino, 2012)

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (Research and Development). Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model ASSURE dan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik SMP. Penelitian dilakukan di SMPN 2 Angkinang. Subjeknya adalah peserta didik kelas VIII Tahun Pelajaran 2013/2014.

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran sebagai berikut; Menyusun perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang terdiri dari silabus, RPP, LKPD, LP dan materi pembelajaran.

(10)

peserta didik kelas VIII sebanyak 12 orang. Proses uji coba ini diamati menggunakan lembar keterlaksaan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah dikembangkan, aktivitas guru, aktivitas peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung. Akhir proses uji coba dilakukan respon peserta didik terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. 3) Uji coba lapangan; Uji coba lapangan dilakukan di kelas VIII B dan VIII C sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol adalah kelas VIII A.

Uji coba lapangan dilakukan menggunakan desain eksperimen pretest-postest control group design seperti ditunjuk pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Pretest-postest Non-Equivalent Control Group Design (Nana Sudjana, 1993)

Keterangan :

A: kelas perlakuan 01: tes awal

B: kelas kontrol 02: tes akhir

X: pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

Sebelum menggunakan perangkat pembelajaran hasil pengembangan di kelas eksperimen terlebih dahulu dilakukan tes hasil belajar (tes awal) begitu juga dengan kelas kontrol. Setelah pemberian perlakuan selesai pada KE dan KK, dilaksanakan tes akhir. Ujicoba produk ini untuk melihat kemampuan produk dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dari data laporan LKPD yang sudah dilaksanakan peserta didik dengan menggunakan rubrik penilaian LKPD. Skor reratanya dianalisis dengan kategori: baik (76-100%), sedang (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (<40%) (Arikunto, 2010), Uji statistik yang digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif produk dan proses secara signifikansi peningkatannya dilakukan dengan

teknik analisis kovarian (ANACOVA), sedangkan keterlaksanaan RPP, aktivitas guru, aktivitas peserta didik dianalisis secara deskriptif.

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing disajikan pada diagram dibawah ini.

A 01 X A 02

(11)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman kepada peserta didik SMP, terdiri dari; silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar (BA), Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD), dan Lembar Penilaian (LP).

1. Keterlaksanaan RPP, Aktifitas Guru, dan Aktifitas Peserta Didik

(12)

langkah-langkah pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan disajikan pada Gambar 3.

72 74 76 78 80 82 84 86 88 90

Keterlaksanaan RPP Aktivitas guru

Aktivitas peserta didik

Gambar 3 Diagram data hasil pengamatan ujicoba kelompok kecil dan ujicoba lapangan.

Aktivitas peserta didik saat ujicoba lapangan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol digambarkan dengan diagram pada Gambar 4.

Kelas eksperimen Kelas kontrol 0

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Aktivitas peserta didik

(13)

inkuiri terbimbing. Melalui pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan cara menyediakan ruang untuk memberikan kepada peserta didik untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan melalui penyelidikan dengan bimbingan guru.

2. Hasil Belajar Kognitif Produk dan Proses (Keterampilan Berpikir Kritis) Ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen (KE) dan kelas control (KK) ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Hasil Belajar Produk KE dan KK.

No. Ni-lai (x)

Kelas eksperimen (KE) Kelas Kontrol (KK) Tes awal Tes akhir Tes awal Tes akhir

F fx % f fx % f fx % f fx %

1. 100 - - - 2 200 4,2 - - -

-2. 95 - - - 2 190 4,2 - - -

-3. 90 - - - 4 360 8,3 - - -

-4. 85 - - - 8 680 16,7 - - -

-5. 80 - - - 1

4 1120 29,2 - - - -6. 75 - - - 6 450 12,5 - - - 3 225 13,0 7. 70 2 140 4,2 8 560 16,7 - - - 5 350 21,7 8. 65 2 130 4,2 - - - 4 260 17,4 9. 60 5 300 10,

4 4 240 8,3 2 120 8,7 5 300 21,7 10. 55 2 110 4,2 - - - 4 220 17,4 3 165 13,0 11. 50 18 900 75,

0 - - - 5 250 21,7 1 50 4,3 12. 45 11 495 22,

9 - - - 7 315 30,4 2 90 8,7 13 40 6 240 12,

5 - - - 4 160 17,4 - -

-14. 35 2 70 4,2 - - -

-15. 30 - - - 1 30 4,3 - -

-Jumlah 48 2395 100 4

8 3800 100 23 1095 100 23 1440 100

Rata-rata 49,9 79,17 47,6 62,6

Ketuntasan Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas

(14)

pada kelas kontrol hanya ada 12 peserta didik yang tuntas atau 52,17% dari 23 peserta didik dan secara klasikal tidak tuntas.

Analisis kovarian ketuntasan hasil belajar kognitif produk menunjukkan nilai F lebih besar dari probabilitas (F = 48,64: P = 0,0001), yang berarti hasil belajar produk kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif produk kelas eksperimen.

Analisis kovarian hasil belajar kognitif proses pada pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan nilai F lebih besar dari probabilitas (F = 62,37: P = 0,0001), yang berarti hasil belajar kognitif proses kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif proses kelas eksperimen.

Hasil analisis penilaian keterampilan proses (keterampilan berpikir kritis) peserta didik pada Tabel 2 menunjukkan penilaian keterampilan proses (keterampilan berpikir kritis) peserta didik rata-rata berkategori baik.

Tabel 2 Data Hasil Penilaian Keterampilan Proses (Keterampilan Berpikir Kritis) pada Ujicoba Lapangan (Kelas Eksperimen)

Nama

Aspek yang dinilai

Nilai Kate-gori

Meru-muskan masalah

Meru-muskan hipotesis

Mengum-pulkan

data percobaan

Meng-analisis Menyim-pulkan

Agus. S 100 58 92 83 78 82 Baik

Aulina 64 97 83 81 75 80 Baik

Dewi. L 67 97 75 78 72 78 Baik

Elpa. M 75 97 78 78 75 81 Baik

Elsa . F 100 64 75 78 72 78 Baik

Ernawati 86 94 72 81 78 82 Baik

Febry. A 100 75 75 83 67 80 Baik

Fikri 100 58 81 72 69 76 Baik

Gina 100 94 81 81 78 87 Baik

(15)

Herry 100 69 86 83 75 83 Baik

Hidayatul 86 92 72 81 67 79 Baik

Idris 100 72 72 83 75 81 Baik

Kartika 100 67 83 78 72 80 Baik

Lisa .E 100 92 78 81 67 83 Baik

Lisda 100 72 78 78 69 79 Baik

Lusi. Y 67 97 75 81 75 79 Baik

M. Alwi 100 75 78 81 78 82 Baik

M. Bastari 100 83 86 83 72 85 Baik

M. Deddy 100 97 92 75 75 88 Baik

M. Doni 89 67 69 78 69 74 Sedang

M. Fikry 78 97 81 94 78 86 Baik

M. Hari 89 78 72 81 72 78 Baik

M. Hendra 67 78 75 75 69 73 Sedang

M. Hifzi 89 75 78 81 72 79 Baik

M. Salman 78 94 75 97 75 84 Baik

M. Vendy 100 67 78 78 75 79 Baik

M. Wahyu 100 58 92 75 75 80 Baik

M. Zidni 58 89 75 78 75 75 Sedang

Majid 67 97 75 81 75 79 Baik

Mini. A 100 69 81 89 75 83 Baik

Mufidatul. 58 94 78 75 75 76 Baik

Mulya. H 67 94 75 78 72 77 Baik

Nelly. A 100 97 75 78 69 84 Baik

Nisa 100 69 78 81 75 81 Baik

Nor Liana 78 78 78 78 75 77 Baik

Norhasana 100 94 81 81 69 85 Baik

Novi. A 78 78 75 78 75 77 Baik

Novita 89 94 86 89 72 86 Baik

Noviyanti 100 92 86 92 69 88 Baik

Rajikul 83 89 75 78 72 79 Baik

Rika.Ni 100 89 83 97 72 88 Baik

Rina. M 100 83 83 94 72 87 Baik

Saiful 83 97 83 75 67 81 Baik

Tri. M 100 97 75 83 67 84 Baik

Trie. F 100 83 86 86 69 85 Baik

Ulfah. N 100 75 78 75 69 79 Baik

Widia 100 75 81 78 72 81 Baik

Rata-rata 89 83 79 81 73 81 Baik

Keterangan: Baik (76-100%); Sedang (56-75%); Kurang (40-55%); Buruk (<40%) (Arikunto, 2010)

(16)

dan merumuskan kesimpulan secara umum berkategori baik. Hal ini tidak lepas dari peran guru dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran inkuiri terbimbing dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Pembelajaran berbasis inkuiri yang dipadukan dengan metode eksperimen merangsang siswa untuk aktif selama proses pembelajaran dan memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan proses sains.

Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Ali & Gigih (2011) menyatakan bahwa implementasi pembelajaran inkuiri dengan pemberian umpan balik terhadap jurnal IPA dapat meningkatkan kemampuan unjuk kerja dan prestasi belajar siswa. Begitu juga menurut Kartikowati (2011) pendekatan pembelajaran penemuan (discovery) dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas, realistik dan menyenangkan, serta meningkatkan meningkatkan rasa percaya diri pada siswa dan melatih mengemukaan pendapatnya. Didukung Sutrisno (2010) yang menyatakan salah satu komponen yang harus ada dalam suatu pembelajaran keterampilan termasuk keterampilan berpikir kritis, adalah latihan terbimbing. Latihan terbimbing memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan keterampilannya dengan bimbingan guru.

Secara ringkas hasil analisis respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran dapat dilihat pada secara ringkas pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Hasil Analisis Respon Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran Saat Ujicoba Kelompok Kecil

NO Uraian Pertanyaan Penilaian Peserta didik (%) 1. Setuju terhadap Komponen: Sangat

setuju Setuju Kurangsetuju setujuTidak

Materi/isi pelajaran 75 20 5

-Bahan Ajar 60 40 -

-LKPD 70 30 -

-2. Model pembelajaran 85 15 -

-3. Proses pembelajaran 85 10 5

-4. Keterampilan berpikir kritis 50 45 5

(17)

“sangat setuju” bahwa model pembelajaran dan proses pembelajaran dapat melatih keterampilan berpikir kritis mereka.

Respon tersebut menunjukkan bahwa komponen perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikembangkan dan cara guru melaksanakan proses pembelajaran untuk melatih keterampilan berpikir kritis tergolong baru bagi peserta didik.

Kendala-kendala yang ditemukan dalam kegiatan proses pembelajaran selama ujicoba lapangan ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kendala-kendala pada Ujicoba Lapangan

Pertemuan Jenis Kendala Solusi Alternatif 1 a. Beberapa peserta didik mengalami kesulitan

dalam memahami dan melakukan kegiatan karena tidak terbiasa dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

b. Dalam menarik kesimpulan hasil percobaan ada beberapa kelompok yang belum mampu menghubungkan dengan konsep.

c. Terdapat beberapa peserta didik yang terkesan pasif dalam diskusi kelompok dan

terlihat main-main.

a. Lebih menekankan pada pemberian perhatian dan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan.

b. Memberikan bimbingan kepada kelompok tersebut.

c. Memberikan motivasi kepada peserta didik agar mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya.

2 -

-3 -

-Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada pembelajaran, maka pelaksanaan pembelajaran pada ujicoba lapangan disesuaikan dengan hasil refleksi pada ujicoba kelompok kecil dengan memperhatikan kendala yang dihadapi dan upaya perbaikan yang dilakukan. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala pada pertemuan pertama.

(18)

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengembangan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing konsep Proses Fisiologis pada Tumbuhan, dapat disimpulkan:

1) Dihasilkan produk perangkat pembelajaran melalui proses pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan menurut model ASSURE.

2) Penilaian kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari komponen silabus, keterlaksanaan RPP, komponen Bahan Ajar, keterbacaan LKPD dan validitas LP pada konsep Proses Fisiologis Tumbuhan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik secara umum valid dan baik digunakan untuk pembelajaran. 3) Keterlaksanaan rencana pembelajaran pada proses pembelajaran IPA selama

kegiatan belajar mengajar terhadap perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berkategori “baik”.

4) Aktivitas guru pada proses pembelajaran IPA selama kegiatan belajar mengajar terhadap perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berkategori “baik”.

5) Hasil belajar kognitif peserta didik setelah melakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap aktivitas peserta didik, hasil belajar, keterampilan berpikir kritis peserta didik dan respon peserta didik “sangat setuju” terhadap penggunaan bahan ajar, LKPD dan proses pembelajaran.

2. Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, T dan Gigih. P, 2011. Implementasi Pembelajaran Inkuiri dengan Pemberian Umpan Balik Terhadap Jurnal Belajar untuk Meningkatkan Kemampuan Unjuk Kerja dan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 5 Probolinggo. Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan IPA SMP. Program Pascasarjana UNM.

(Online, diakses 15 Juni 2011).

Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas .Jakarta: Prestasi Pustakaraya

(20)

Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs IPA. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kompas.com. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. (http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434, diakses 14 Desember 2012).

Praptiwi, L, Sarwi, dan Handayani, L. 2012. “Efektivitas Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Unjuk Kerja Siswa SMP RSBI”. Unnes Science Education Journal. (2): 87-95. Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Pribadi, Benny A. 2011. Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Rahmad. 2010. Pengukuran keterampilan Berpikir Kritis (Online), (http://guru pembaharu.com/home/?p=3462)diakses 18 Mei 2011.

Rasid, Harun dan Mansur, 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima.

Roestiyah, N.K, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Erlangga

Rustaman, N. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran MIPA. Disampaikan Dalam Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (Online)

Smaldino, Sharon E; Lowther, Deborah L; dan Russel, James D. 2012. Instructional Technology and Media for Learning. Ninth Edition. Jakarta: Prenada Media Group.

Sutrisno, 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada.

Sutrisno, J. 2010. Menggunakan Keterampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu pembelajaran. (Online, diakses 18 Mei 2011).

(21)

Tentang Penulis

Gambar

Gambar 1.  Langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran model ASSURE (Smaldino, 2012)
Gambar 3 Diagram data hasil pengamatan ujicoba kelompok kecil dan ujicoba
Tabel 1.    Hasil Analisis Ketuntasan Individual dan Klasikal Hasil Belajar Produk KE dan KK.
Tabel 2  Data Hasil Penilaian Keterampilan Proses (Keterampilan Berpikir Kritis) pada Ujicoba Lapangan (Kelas Eksperimen)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa upaya administrasi merupakan prosedur yang sangat ideal dalam melakukan pembatalan keputusan tata usaha

Tidak signifikannya variabel pelatihan ini bisa dikarenakan karena yang diamati dalam penelitian ini adalah bengkel perorangan bukan bengkel resmi karena bengkel

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial, modal, marketing mix dan peran pemerintah terhadap kinerja IKM telur asin

UPTD Pelayanan Kesehatan KECAMATAN SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR saat ini telah memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan rasio 1 : 50.000 bila dibandingkan

vaksinasi atau profilaksis yang berlaku sesuai vaksinasi atau profilaksis yang berlaku sesuai dengan lampiran 6 dan bila perlu sesuai dengan dengan lampiran 6 dan bila perlu

Difraktogram XRD pada Gambar 4 terlihat bahwa kristalinitas yang terbentuk pada sintesis kedua dengan suhu kalsinasi 600 ºC, lebih tinggi dari hasil sintesis

BMI yang yang tidak normal merupakan masalah serius yang dapat menjadi salah satu faktor tingkat kebugaran siswa laki-laki kelas XII SMAN 1 Ngoro Mojokerto,

Penelitian Fujianti (2015) menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan komisaris independen, dan komite audit sebagai proksi