• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Pertambahan Nilai MAKALAH disusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pajak Pertambahan Nilai MAKALAH disusun"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pajak Pertambahan Nilai MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perpajakan II pada Program Studi Akuntansi

dosen pembina

Yati Mulyati, S.E., M.Ak., Ak.,C.A.

Disusun oleh :

Desvia avisina (0115101515) Paurencius Manullang(0115101497)

Eveline Sarah A (0115101541) Ismi Rufaidah (0115101497) Muhasti Mustamin (0115101455) Laelasahara RH (0117121007) Muhammad Berry (0115101 )

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

KELAS E

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pajak Pertambahan Nilai”.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Bandung, 30 November 2017

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Untuk menjalankan roda pemerintahan pemerintah dan untuk pembangunan nasional serta kemandirian bangsa untuk mencapai cita-cita luhur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 tentunya pemerintah membutuhkan pendanaan yang menunjang gerak roda pemerintahan dan pembangunan. pendanaan sendiri bersumber pembiayaan dari dalam negeri dan luar negeri, namun pembiayaan dalam negeri lebih diutamakan ketimbang sumber pembiayaan yang berasal dari luar negeri.

Dalam peningkatan sumber pembiayaan dalam negeri, pajak merupakan solusi untuk alternatif, pajak telah terbukti menjadi sumber utama dalam APBN Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pajak pada dasarnya merupakan peralihan sebagian kekayaan dari masyarakat kepada negara yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak. Peralihan kekayaan tersebut membuat pajak dipandang dari dua sisi yang berbeda. Pandangan masyarakat seringkali pajak dianggap sebagai beban. Di sisi lain bagi pemerintah harus dipungut karena terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan pajak. Dari sekian pajak yang dibebankan kepada masyarakat, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung kareana tidak langsung dibebankan kepda penanggung pajak.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau dalam memberikan jasa.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas penyerahan barang kena pajak maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah dalam pelaksanaannya tidak ada penggolongan dengan tarif yang berbeda. Pengenaan PPN sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari PPN tersebut.

1.2 .Rumusan Masalah

(4)

2. Apa saja subyek dan obyek PPN? 3. Bagaimana perhitungan PPN?

1.3. Tujuan Masalah

1. Menambah pengetahuan di bidang perpajakan khususnya yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PPN atau Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak tidak langsung untuk disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan merupakan penanggung pajak (konsumen akhir). Prinsip dasarnya adalah suatu pajak yang harus dikenakan pada setiap proses produksi dan distribusi, tetapi jumlah pajak yang terutang dibebankan kepada konsumen akhir yang memakai produk tersebut.

2.2. KARAKTERISTIK, TIPE, DAN MODEL PERHITUNGAN PPN A. Karakteristik

1. Pajak Tidak Langsung (indirect tax)

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikelompokkan sebagai Pajak Tidak Langsung yang secara ekonomis dapat dialihkan (tax shifting) kepada pihak lain yang terkait. Tanggung jawab pembayaran pajak terutang berada pada pihak penjual atau pengusaha yang menyerahkan jasa, disebut sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh hukum objektif, yaitu adanya keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak.

3. Pajak Atas Beraneka Tahapan (Multi Stage Tax)

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi yang menghasilkan nilai tambah.

4. Non Kumulatif atau Tidak Menyebabkan Pajak Ganda

(6)

5. Menganut Tarif Tunggal (Single Rate)

Indonesia menganut tarif yang sama untuk semua jenis objek pajak, terkecuali barang mewah yang akan dikenakan pajak tambahan yakni PPnBM.

6. Menggunakan Indirect Substraction Method dalam Penghitungan PPN Terutang

Indirect Substraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa.

7. Pajak atas Konsumsi dalam Negeri

Berdasarkan destination principle, maka pengenaan PPN didasarkan pada penggunaan barang atau jasa dalam daerah pabean Republik Indonesia.

8. PPN yang diterapkan adalah Tipe Konsumsi

Artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangkan dari DPP.

9. Keuntungan PPN

a. Mencegah terjadinya pajak ganda b. Netral

c. PPN atas perolehan barang modal dapat diperoleh kembali pada bulan perolehan d. PPN dianggap sebagai “money maker”

10. Kerugian PPN

a. Biaya administrasi relatif lebih tinggi

b. Bersifat proporsional dan berdampak regresif c. Rawan penyelundupan

B. TIPE

(7)

PPN atas pengeluaran yang diinvestasikan dalam barang modal terkait dengan proses produksinya dapat diperhitungkan sebagai biaya.

Consumption=Wages+Profit

2. National Income Type / Net National Product Type (Konsep Orthodox)

PPN yang dipungut atas barang modal dapat diamortisasikan dalam beberapa tahun yang lebih kurang sama dengan penyusutan.

Income=C+ID=W+P

3. Gross National Product Type (Thomas S.Adams – Sudenski)

PPN ini dikenalkan pada semua barang konsumsi dan barang produksi tanpa adanya penyusutan.

GNP=C+I=W+P+D

C. METODE PENGHITUNGAN PPN 1. The Substractive – Direct Method

Dikenal dengan account method atau business transfer tax.

Sales = xxx

Dedcutible Purchase = yyy Tax Bases = zzz VAT = 10% × zzz = aaa

2. The Substractive – Indirect (The Invoice or Credit)

Sales = a

Output Tax = 10% × a

Purchase = b

Input Tax = 10% × b

VAT Liabilities = VAT Output – VAT Input

2.3. SUBJEK DAN OBJEK PPN A. SUBJEK PPN

Subjek PPN dibagi 2 yaitu : 1. PKP

PPN akan terutang (dipungut oleh PKP) dalam hal: a. PKP melakukan penyerahan BKP

b. PKP melakukan penyerahan JKP

(8)

2. Non PKP

PPN akan tetap terutang walaupun yang melakukan kegiatan yang merupakan objek PPN adalah bukan PKP, yaitu dalam hal:

a. impor BKP

b. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

c. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean d. Melakukan kegiatan membangun sendiri (Pasal 16C UU PPN).

B. OBJEK PPN

Pada dasarnya semua barang dan jasa adalah objek PPN. Tetapi oleh karena adanya pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya, maka diatur sendiri oleh Undang-undang PPN bahwa ada barang dan jasa tertentu yang tidak dipungut serta dikecualikan dari pengenaan PPN dan dibebaskan dari pungutan PPN.

Objek PPN dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Barang Kena Pajak yaitu barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

2. Kena Pajak yaitu setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 telah menjelaskan apa saja yang menjadi objek PPN dalam pasal:

1. Pasal 4 ayat (1):

Dalam 4 ayat (1) Undang-undang PPN disebutkan PPN dikenakan atas:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b. Impor Barang Kena Pajak;

(9)

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

2. Pasal 16 C

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.”

3. Pasal 16 D

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.”

2.4 PENGUSAHA KENA PAJAK

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah yang pajak dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang dan atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.

Adapun subjek dari PPN ini ada 2 (dua) yaitu : 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Dan PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang.

(10)

Bukan PKP adalah orang atau badan yang mengimpor BKP, memanfaatkan jasa atau BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean, dan yang melakukan kegiatan membangun sendiri.

Yang termasuk Pengusaha Kena Pajak a. Pabrikan atau produsen.

b. Importir dan indentor.

c. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau importer. d. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importer.

e. Pemegang hak paten atau merk dagang BKP.

f. Pedagang besar, pengusaha yang melakukan penyerahan JKP. g. Pedagang eceran.

2.5 PENYERAHAN BARANG DAN JASA KENA PAJAK

Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, dan/ atau ekspor Barang kena

Pajak tidak berwujud diwajibkan:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha kena Pjak. b. Memungut pajak yang terutang.

c. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang teruang

d. Melaporkan perhitungan pajak.

Kecuali pengusaha kecil yang batasannya diterapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang.

Berdasarkan pasal 3A ayat (1) Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai, Pengusaha yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak atau mengekspor Barang Kena Pajak (PKP), wajib:

(11)

b. Memungut Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang terurang.

c. Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, serta menyetorkan PPnBM yang terutang..

d. Melaporkan perhitungan PPN dan PPnBM yang terutang 2.6 FAKTUR PAJAK

Satu satu kelebihan dalam sistem pemungutan pajak pertambahan nilai di bidang fiskal adalah menggunakan sistem invoice (Faktur Pajak), sehingga lebih mudah untuk mengawasi pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak serta mendeteksi adanya penyalahgunaan hak pengkreditan Pajak Masukan.

Pengertian faktur pajak menurut Willian dalam Thuronyi adalah: a VAT invoice is an invoice, chit, till roll print, or other documents that is issued by a taxable person who makes a taxable supply and that records the supply and the amount of VAT payable on it.

Kewajiban membuat faktur pajak merupakan salah satu mata rantai rangkaian kewajiban PKP yang diawali dengan kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Kewajiban membuat faktur pajak merupakan reflexi dari kewajiban memungut pajak yang terutang.

Pada saat PKP melakukan penyerahan BKP atau JKP, maka saat itu timbut utang pajak. Konsekuensi dari timbulnya utang pajak, maka pajak yang terutang wajib dipungut oleh PKP. Ketika melakukan kewajiban ini PKP menggunakan faktur pajak sebagai bukti pungutan.

Terkait dengan metode yang digunakan di Indonesia (invoice method) hal yang paling utama adalah faktur Pajak yang merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, atau bukti pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Bea dan Cukai.

Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kenal Pajak dan atau Jasa Kena Pajak maka Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebeut wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang dan memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak.

Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap: 1. Penyerahan Barang Kena Pajak

2. Penyerahan Jasa Kena Pajak

(12)

4. Ekspor Jasa Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender yang disebut dengan Faktur Pajak gabungan. Faktur Pajak dapat berupa:

Faktur Pajak Standar

a. Faktur Pajak Gabungan b. Faktur Pajak Sederhana

c. Dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktorat Jendral Pajak

Selain faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengkreditan pajak Masukan. Oleh karena itu faktur pajak:

a. Harus benar, baik secara formal, maupun secara materil b. Harus diisi secara lengkap, jelas dan benar

c. Ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menandatanganinya

Surat Pembuatan Faktur Pajak

Dalam rangka meringankan beban administrasi Wajib Pajak maka saat pembuatan Faktur Pajak adalah pada saat terutangnya pajak, yaitu pada saat penyerahan, atau dalam hal pembayaran mendahului penyerahan maka Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran. Dengan pengaturan ini, Wajib Pajak tidak perlu lagi membuat faktur penjualan (invoice) yang berbeda dengan Faktur Pajak.

Untuk membantu likuiditas Wajib Pajak, saat penyetoran PPN dan pelaporan SPT Masa PPN yang semula paling lambat tanggal 15 dan tanggal 20 setelah Masa Pajak berakhir sebagaimana diatur dalam Undang-Undang KUP, diperlonggar menjadi paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Mengingat ketentuan ini tidak diatur dalam Undang-undang KUP, maka ketentuan tersebut diatur dalam UU PPN.

Faktur Pajak harus dibuat pada: \

(13)

2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak

3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

4. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri. Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

Ketentuan Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP atau

penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:

a. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP; b. Nama, alamt, dan NPWP pembeli BKP atau JKP;

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. PPN yang dipungut; e. PPn BM yang dipungut;

f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

g. Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

2. Setiap Faktur Pajak harus menggunakan Kode dan Seri Faktur Pajak yang telah ditentukan di dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:

a. Kode Faktur Pajak terdiri dari:

 2 digit Kode Transaksi;

 1 digit Kode Status; dan

 3 digit Kode Cabang.

b. Nomor seri Faktur Pajak terdiri dari:

 2 digit Tahun Penerbitan; dan

 8 digit Nomor Urut.

3. Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan Pengusaha Kena Pajak dan dalam hal diperlukan dapat ditambahkan keterangan lain selain keterangan sebagaimana dimaksud dalam butir a diatas. Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

(14)

a. Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan

b. Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai bukti Pajak Keluaran

c. Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari rangkap dua, maka harus dinyatakan secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. 5. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak

ditandatangani termasuk kesalahan dalam pengisian kode dan nomor seri merupakan Faktur Pajak cacat.

6. Dalam hal rincian BKP atau JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu Faktur Pajak, maka PKP dapat membuat Faktur Pajak dengan cara:

a. Dibuat lebih dari satu Faktur Pajak yang masing-masing menggunakan kode dan nomor seri Faktur Pajak yang sama, ditandatangani setiap lembarnya, dan khusus untuk pengisian baris Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin, Potongan Harga, Uang Muka yang telah diterima, Dasar Pengenaan Pajak, dan PPN cukup diisi pada lembar Faktur Pajak terakhir; atau

b. Dibuat satu Faktur Pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal Faktur Penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan.

7. PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat (dapat lebih dari 1 orang termasuk yang diberikan kuasa) yang berhak menandatangani Faktur Pajak disertai contoh tandatangannya kepada Kepala KPP di tempat PKP dikukuhkan paling lambat pada saat pejabat yang berhak menandatangani mulai menandatangani Faktur Pajak.

8. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan pada huruf a di atas dapat dipersamakan sebagai Faktur Pajak.

(15)

BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN

Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak tidak Langsung yang dikenakan pada setiap pertambahaan nilai atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak dalam pendistribusiannya dari produsen dan konsumen.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau dalam memberikan jasa. Mekanisme Cara menghitung pajak pertambahan nilai adalah pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas penyerahan barang kena pajak maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah dalam pelaksanaannya tidak ada

(16)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dapat dipertegas bahwa pemerintah telah menjalankan perannya sesuai dengan kapasitasnya sebagai regulator untuk melakukan intervensi dalam pasar dan dunia

Dapat diinterpretasikan bah- wa, kinerja-kinerja yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pengguna merupakan hal yang menjadi ekspektasi tinggi tingkat kualitas

Hasil penentuan pengaruh massa adsorben terhadap adsorpsi ion Fe 2+ dikembangkan dari metode yang dilakukan oleh Dede (2010), dilakukan pada konsentrasi adsorbat

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB hingga triwulan III-2016, Pembentukan Modal Tetap Bruto menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,38 poin, diikuti

Rasio ROA perusahaan manufaktur dan jasa yang melakukan merger dan akuisisi memiliki nilai t sebesar -1,415 dengan signifikan t sebesar 0,168 > yang menunjukkan bahwa

Anda akan melihat bahwa Anda harus menggunakan literatur untuk menjelaskan penelitian Anda - setelah semua, Anda tidak menulis tinjauan literatur  hanya untuk memberitahu pembaca

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para informan penulis, yakni Juanico Soares, Yustina Soares, Aniceto Benigno Soares, dan Constantino Soares yang telah dengan

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar iodium dari sampel urin sesaat pada semua rentang waktu pengambilan sampel urin dalam sehari dengan kadar