• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR SOSIAL PEREKONOMIAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNG BALAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR SOSIAL PEREKONOMIAN IKAN ASIN DI KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN TELUK NIBUNG KOTA TANJUNG BALAI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR SOSIAL PEREKONOMIAN IKAN ASIN DI

KELURAHAN PEMATANG PASIR KECAMATAN

TELUK NIBUNG KOTA TANJUNG BALAI

DISUSUN OLEH:

ALVIAN J SINAGA (A EKSTENSI)

DINA MARINTAN SINURAT (A EKSTENSI) MAULIDA SARI MUNTHE (A EKSTENSI)

ROFELLI EKAWATI TAMBUNAN (A EKSTENSI) WAHYU WARDANI NASUTION (A EKSTENSI)

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

(2)

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi nikmat dan kasih sayangNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini.

Seperti kata pepatah Tak ada gading yang tak retak, kami pun menyadari bahwa penulisan hasil penelitian yang telah kami susun ini masih banyak kekurangan baik secara sistematika penulisan, bahasa, dan penyusunannya

. Oleh karena itu, kami memohon saran serta pendapat yang dapat membuat kami menjadi lebih baik lagi dalam melaksanakan tugas di lain waktu. Mudah-mudahan karya tulis yang kami buat ini menjadi bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Medan, Mei 2017 Penulis

(3)

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Tanjung Balai merupakan daerah yang berada di kawasan pesisir pantai Timur Sumatera Utara. Kegiatan ekonomi yang menonjol di Kecamatan Tanjung Balai adalah perdagangan perikanan. Di Desa Bagan Asahan, Kecamatan Tanjung Balai umumnya masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan pengolah ikan asin. Pengolahan ikan segar menjadi ikan asin ini dapat memberikan nilai tambah bukan hanya pada produknya tetapi juga pada pendapatan nelayan pengolah. Jika kita ke kota Tanjung Balai tidak heran jika banyak grosir ikan asin yang kita jumpai terutama di jalan Asahan kota Tanjung Balai. Mereka menjual berbagai jenis ikan asin dan ikan kering lainnya yang sudah di olah pengolah terlebih dahulu. Jarak antara laut dengan permukiman warga yang cukup dekat dan kota Tanjung Balai yang tidak begitu luas membuat kita dengan mudah melihat setiap aktifitas warga di darat dengan dilaut. Grosir ikan asin yang berada di Jalan Asahan menjadi tempat pendistribusian ikan asin ke luar maupun dalam kota.

Kota Tanjung Balai yang sudah terkenal dengan salah satu kota penghasil ikan asin yang ada di sumatera utara, tentunya menjadi suatu keuntungan bagi setiap masyarakat yang pandai mengolah dan memanfaatkan kekayaan yang ada. Banyak masyarakat yang tidak menyianyiakan kekayaan yang ada sehingga mendorong warga untuk mengasah kemampuannya, semua itu di lakukan agar perekonomian stabil dan masyarakat bisa melanjutkan kehidupannya. ada sekitar 50 lebih gudang ikan yang ada di kota Tanjung Balai semua yang siap menampung hasil tangkapan yang di dapatkan para nelayan dari hasil melautnya. Ikan yang didapatkan oleh para nelayan diharapkan tidak sampai digudang saja, maka dari itu banyak juga kita jumpai pengolah ikan asin yang bertujan agar ikan tersebut bertahan lama. Dalam sistem pengolahan ikan asin ini ada berbagai pihak yang terlibat. Pihak-pihak yang terlibat tersebut memiliki fungsi masing-masing yang saling berhubungan dan berkaitan yang pada akhirnya membentuk sebuah kelompok jaringan sosial yang saling membutuhkan. Namun dalam penelitian ini yang akan dikaji bukanlah kelompok jaringan sosialnya, akan tetapi lebih terfokus pada kajian struktur fungsional yang terjadi dalam sistem pengolahan ikan asin tersebut. Sehingga dalam hasil penelitian ini akan berusaha menggambarkan fungsi ataupun peran masing-masing pihak yang terlibat yaitu antara pemilik kapal, grosir penjual ikan asin, nelayan dan juga pengolah ikan asin.

(4)

Adapun yang menjadi identifikasi dalam masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur sosial perekonomian ikan asin yang dilakukan masyarakat di Kota

Tanjung balai?

2. Bagaimana sistem kerjasama antara struktur perekonomian ikan asin ? 3. Mengapa mereka melakukan hubungan kerjasama?

4. Apa akibatnya jika mereka tidak melakukan hubungan kerjasama?

5. Apakah kerja sama antara struktur sosial perekonomian ikan asin saling menguntuntungkan?

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah agar lebih terfokus dan tidak terlalu luas didalam melakukan kajian penelitian, yaitu sebagai berikut: Bagaimana Struktur Sosial Perekonomian Ikan Asin Masyarakat Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai ?

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana Struktur Sosial Perekonomian Ikan Asin Masyarakat Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai ?

1.5 TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur sosial perekonomian ikan asin masyarakat diKelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat Teoritis

(5)

Manfaat Praktis

Bagi Penulis

Sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus dapat menambah wawasan si peneliti tentang struktur sosial perekonomian ikan asin yang terjadi di Kota Tanjung Balai.

Bagi Masyarakat

Sebagai sarana untuk menambah pemahaman masyarakat tentang bagaimana struktur sosial perekonomian ikan asin di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai.

BAB II

(6)

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Metode Kualitatif dengan pendekatan Etnografi. Secara harafiah, etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian dianggap sebagai asal-usul ilmu antropologi. Menurut Spradley, (2007:3) pengertian Metode Etnografi merupakan pekerjaan yang mendeskripsikan suatu kebudayaan yang tujuan utamanya adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandangan penduduk asli. Penelitian etnografi ini melibatkan aktivitas belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari masyarakat akan tetapi belajar dari masyarakat.

Metode etnografi memiliki ciri unik yang membedakannya dengan metode penelitian kualitatif lainnya, yakni: observatory participant—sebagai teknik pengumpulan data, jangka waktu penelitian yang relatif lama, berada dalam setting tertentu, wawancara yang mendalam dan tak terstruktur serta mengikutsertakan interpretasi penelitinya. Sebagai sebuah model, tentu saja etnografi memiliki karakteristik dan langkah-langkah tersendiri. Langkah yang dimaksud adalah seperti dikemukakan Spradley (1997) dalam buku Metode Etnografi, sebagai berikut:

Pertama, menetapkan informan. Ada lima syarat minimal untuk memilih informan, yaitu: (a) enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (b) keterlibatan langsung, artinya (c) suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basabasi, (d) memiliki waktu yang cukup, (e) non-analitis. Tentu saja, lima syarat ini merupakan idealisme, sehingga kalau peneliti kebetulan hanya mampu memenuhi dua sampai tiga syarat pun juga sah-sah saja. Apalagi, ketika memasuki lapangan, peneliti juga masih mendugaduga siapa yang pantas menjadi informan yang tepat sesuai penelitiannya.

(7)

Ketiga, membuat catatan etnografis. Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang

diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini Kedua, melakukan wawancara kepada informan. Sebaiknya dilakukan dengan wawancara yang penuh persahabatan. Pada saat awal wawancara perlu menginformasikan tujuan, penjelasan etnografis (meliputi perekaman, model wawancara, waktu dan dalam suasana bahasa asli), penjelasan pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras). Wawancara hendaknya jangan sampai menimbulkan kecurigaan yang berarti pada informan.

Keempat, mengajukan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan ini digunakan untuk merefleksikan setempat. Pada saat mengajukan pertanyaan, bisa dimulai dari keprihatinan, penjajagan, kerja sama, dan partispasi. Penjajagan bisa dilakukan dengan prinsip: membuat penjelasan berulang, menegaskan kembali yang dikatakan informan, dan jangan mencari makna melainkan kegunaannya.

Kelima, melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna yang disampaikan informan. Tugas peneliti adalah memberi sandi simbol-simbol budaya serta mengidentifikasikan aturan-aturan penyandian dan mendasari.

Keenam, membuat analisis domain. Peneliti membuat istilah pencakup dari apa yang dinyatakan informan. Istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas. Contoh domain, cara-cara untuk melakukan

pendekatan yang berasal dari pertanyaan: “apa saja cara untuk melakukan pendekatan”. Ketujuh, mengajukan pertanyaan struktural. Yakni, pertanyaan untuk melengkapi

pertanyaan deskriptif. Misalkan, orang tuli menggunakan beberapa cara berkomunikasi, apa saja itu?

(8)

Kesembilan, mengajukan pertanyaan kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda, seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, simpanan, dan sebagainya.

Kesepuluh, membuat analisis komponen. Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Hal ini untuk menghindari manakala ada hal-hal yang masih perlu ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada informan.

Kesebelas, menemukan tema-tema budaya. Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi. Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.

Keduabelas, menulis etnografi. Menulis etnografi sebaiknya dilakukansecara deskriftif, dengan bahasa yang cair dan lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu fenomena, sebailrnya dilukiskan yang enak dan tidak membosankan pembaca. Penentuan informan kunci juga penting dalam penelitian etnografi. Informan kunci dapat ditentukan menurut konsep Benard (1994:166) yaitu orang yang dapat berceritera secara mudah, paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan informasi kepada peneliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diobservasi oleh penulis berada di Kelurahan Pematang Pasir, Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan dengan teknik snowboling yaitu bertanya dari informan yang satu, lalu diarahkan ke informan yang lain yang pada akhirnya kami menemukan informan yang benar-benar merupakan informan kunci atau utama.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi

(9)

yang berlangsung yang menjadi objek kajian dalam penelitiannya, dan Observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai Struktur sosial perekonomian ikan asin.

3.4.2 Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2009, halaman 186), wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada informan agar mendapatkan data secara langsung dan data yang lebih akurat. Tipe Wawancara ini disebut juga wawancara terkendali, yang

dimaksudkan adalah bahwa seluruh wawancara didasarkan pada suatu sistem atau daftar

pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara terstruktur ini mengacu pada situasi ketika seorang peneliti melontarkan sederet pertanyaan kepada responden berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentu atau terbatas.

3.4.3 Dokumentasi

Menurut KBBI ,dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan

penyimpanan informasi pengetahuan: pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, kutipan, kliping, dan bahan referensi lainnya. Sebagai bukti dari hasil penelitian

mengenai Struktur Sosial Perekonomian Ikan Asin Masyarakat Di Kelurahan Pematang Pasir Kecamatan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai, alat yang akan di gunakan untuk mengumpulan data adalah rekaman handphone, kamera, dan alat tulis berupa catatan.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode etnografi, dengan analisis hasil wawancara.

3.6 Penarikan Kesimpulan

(10)

BAB III

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

3.1 KAJIAN PUSTAKA

Dalam penulisan ini, peneliti memahami dan mempelajari kajian-kajian penelitian yang telah ada sebelumnya untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, tentunya yang berkaitan dengan struktural sosial. Peneliti membuat dua skripsi sebagai bahan acuan dalam penyusunan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut :

Kajian pertama karya dari Edi Susilo (April 2010) Dosen Jurusan Sosial Ekonomi, FPIK UB yang jurnalnya berjudul “ Kajian Struktur Sosial Masyarakat Nelayan Di Ekosistem Pesisir“. Masyarakat Karanggongso pada awalnya merupakan sebuah komunitas kecil, sebagaimana yang digambarkan oleh Redfield (1963). Perkembangan struktur masyarakat dapat ditelaah

ber-dasarkan perkembangan organisasi sosial primitif sebagaimana yang dilakukan oleh Servis

(1971) maupun pada unsur-unsur organisasi sosial sebagaimana yang dila-kukan oleh Firth

(1971).

Kajian terhadap struktur sosial memberikan makna bahwa struktur memiliki daya tampung yang dinamis, dapat berkembang sesuai dengan perjalanan sejarah sosial masyarakat bersangkutan. Interaksi antara masyarakat lokal dengan masyarakat dari lingkungan sosial luar akan direspon sesuai dengan daya tampung atau kapasitas ruang struktur sosial. Jika elemen baru yang masuk ke dalam kehidupan masyarakat dapat ber-integrasi dengan struktur, atau struktur berada dalam kapasitas yang longgar untuk menerima elemen baru, maka elemen baru dapat diterima dan menjadi bagian struktur. Sebaliknya, elemen baru yang tidak mampu berintegrasi dengan struktur akan menguras kapasitas ruang struktur, yang akan menyebabkan daya tampung struktur sosial semakin sempit.

(11)

pada kapasitas ruang struktur sosial, karena telah membebaskan mereka dari kehidupan yang mendekati titik kritis. Di sisi lain diakui bahwa pada masa itu tingkat kepatuhan masyarakat kepada pemerintah cukup tinggi.

Dibukanya akses jalan di kawasan barat wilayah Karang-gongso telah memberikan tambahan kapasitas ruang struktur sosial. Kehidupan masyarakat Karanggongso bergerak menjauhi titik kritisnya. Sumber-sumber ekonomi yang diakses oleh masyarakat adalah memanfaatkan sumberdaya perikanan di kawasan teluk, dan sumberdaya hutan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang semula hanya diakses oleh nelayan pancing, kemudian di akhir masa isolasi dapat mengakses dengan alat tangkap jaring tarik. Perhutani pada masa tersebut memiliki kemampuan tinggi di dalam mengendalikan pemanfaatan sumberdaya hutan secara ilegal.

Persamaan dari penelitian ini adalah subyeknya dimana memliki sistem struktur sosial. Adapun perbedaan dari kedua penelitian ini adalah objek yang berbeda dengan penelitian pertama merupakan informan dari masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya perikanan hanya bisa diakses oleh nelayan pemancing. Sedangkan penelitian yang kami lakukan strukural sosial, dimana para nelayan akan pergi menggambil ikan setelah itu ikan tersebut dibawa pada penggolahan ikan asin, dan sesudah ikan asin itu jadi maka akan di salurkan ke toko ikan asin.

Kajian kedua adalah karya dari Siswoyo Hari Santosa ( Januari 2013 ) Staf pengajar pada jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang jurnalnya berjudul “ Kemiskinan Nelayan Dalam Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember.“ Masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang hidup di wilayah pantai dan mempertahankan kehidupannya dari usaha mengelola sumber daya laut (perikanan) yang tersedia di lingkungannya. Masyarakat nelayan merupakan salah satu komponen dalam masyarakat pesisir.

(12)

besar, yaitu nelayan pemilik alat-alat produksi dan nelayan buruh. Di luar kelompok tersebut terdapat kelompok pedagang (ikan) yang memiliki akses ekonomi yang

cukup besar dan mempengaruhi kegiatan perekonomian lokal. Hubungan kerja antara nelayan pemilik alat tangkap dengan nelayan buruh atau hubungan antara nelayan dengan pedagang diikat oleh jaringan utang-piutang yang kompleks.

3.2 LANDASAN TEORI

3.2.1 TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

Kata Radcliffe-Brown, peneliti sosial tidak pernah melihat hubungan sosial norma masyarakat dan budaya. Yang nyata terlihat dalam mata peneliti sosial adalah perilaku manusia. Melalui proses pengelompokan, pengklasifikasian, penggolongan, dan generalisasi (abstraksi), kenyataan-kenyataan mengenai perilaku manusia tersebut terbentuk menjadi konsep. Jadi

hubungan sosial, masyarakat, norma, dan budaya adalah konsep-konsep yang lahir dari abstraksi terhadap kenyataan perilaku manusia. Persoalan muncul ketika peneliti sosial mencoba

menghubungkan jurang antara kenyataan dan konsep. Dalam konsep struktural-fungsionalisme model yang dapat digunakan adalah model organisme tubuh manusia.

Dalam model ini, Radcliffe-Brown mengumpamakan sebuah masyarakat sebagai sebuah organisme lubuh manusia, dan kehidupan sosial adalah seperti kehidupan organisme tubuh tersebut. Satu organisme tubuh terdiri dari sekumpulan sel dan cairan yang tersusun dalam suatu jaringan hubungan, sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah keseluruhan kehidupan yang terintegrasi. Susunan hubungan antara unit-unit dalam organisme tersebut, atau sistem hubungan yang mengikat keseluruhan unit, disebut struktur dari organisme tersebut. Sepanjang hidupnya organisme tubuh ini menjaga kesinambungan strukturnya. Meskipun selama perjalanan hidup organisme ini terjadi pergantian sel, bagian, dan cairan tertentu, namun susunan hubungan antar unit tetap sama. Jadi struktur dari organisme tubuh tersebut relatif tidak berubah. Proses

pembinaan kesinambungan struktur ini disebut proses kehidupan, yaitu kegiatan dan interaksi antara unit -unit dalam organisme, sedemikian rupa, sehingga unit-unit tersebut tetap bersatu.

(13)

adalah untuk mengolah makanan menjadi zat-zat kimia tertentu yang kemudian dialirkan oleh darah ke seluruh tubuh sehingga menjamin kehidupan tubuh tersebut. Sekarang mari kita terapkan model organisme tubuh ini terhadap masyarakat. Ambil contoh sebuah masyarakat dusun di Jawa.

Dalam sebuah masyarakat dusun kita mengenal adanya struktur sosial. Unitnya adalah individu-individu warga dusun tersebut. Mereka berhubungan satu sama lain dalam satu pola hubungan yang diatur oleh norma-norma hubungan sosial, sedemikian rupa, sehingga

masyarakat dusun tersebut membentuk sebuah keseluruhan yang terintegrasi. Susunan hubungan sosial yang sudah mapan antara warga dusun itu disebut struktur sosial masyarakat dusun

tersebut. Kesinambungan struktur masyarakat dusun tidak rusak oleh adanya warga yang meninggal, lahir, atau pindah. Karena kesinambungan tersebut dijaga oleh proses kehidupan sosial atau kegiatan dan interaksi antarwarga dusun.

Jadi kehidupan sosial adalah struktur sosial yang berfungsi atau bekerja. Fungsi dari setiap kegiatan warga desa yang berulang-ulang adalah peranan yang dimainkannya dalam kehidupan masyarakat dusun secara keseluruhan, atau kontribusi yang diberikannya untuk pembinaan kesinambungan struktur masyarakat dusun tersebut. Di sinilah kita melihat bahwa konsep “fungsi” tidak dapat dipisahkan dari konsep “struktur”.

a. Struktural

Teori-teori Struktural dalam ilmu antropologi ada beberapa macam, tetapi konsepnya untuk pertama kali diajukan oleh A. R. Radcliff-Brown (1881-1955) (Koentjacaraningrat, 1980 : 172). Karya substansil Radcliff-Brown hanya ada dua, yaitu, mengenai konsep fungsi (1935) dan mengenai struktur sosial (1940) (Kuper, 1996 :58). Sasaran pengkajian Radcliffe-Brown adalah sistem sosial atau proses sosial. Sistem yang dimaksud Radcliffe-Radcliffe-Brown adalah mengenai “hubungan nyata di antara individu”, atau lebih tepatnya antara individu yang menduduki peranan sosial, yakni “antara persons”. Jalinan hubungan ini menjadi “struktur sosial” yang bukan abstraksi. Struktur sosial “terdiri dari” penjumlahan semua hubungan sosial dan individu pada saat tertentu. (Kuper, 1996 : 59).

(14)

misalnya, seorang ayah atau seorang ibu memiliki peranan dan kedudukannya masing-masing. Begitu pula halnya dengan anak laki-laki dan perempuan di dalam suatu keluarga masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda pula. Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, struktur sosial yang terdiri dari jaringan hubungan antara individu dan kelompok individu. Semua hubungan ini melibatkan hak dan kewajiban tertentu, dan

didefinisikan menurut cara tertentu.

b. Fungsionalisme

Fungsionalisme Brown ini merupakan perkembangan dari teori Fungsional Durkheim. Fungsi dari setiap kegiatan selalu berulang, seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yangdimainkannya dalam kehidupan social sebagai keseluruhan dan, karena itu, merupakan sumbangan yang diberikan bagi pemelihara

(15)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Fungsi Struktur Nelayan Dan Pemilik Gudang

Nelayan merupakan salah satu mata pencarian yang ada di kota Tanjung Balai, banyak masyarakat menggantungkan diri pada pekerjaan ini. Hasil tangkapan para nelayan tentunya memberi nilai tambah ekonomi bagi para nelayan itu sendiri dan juga hasil tangkapan ikan asin yang didapatkan para nelayan diolah lagi salah satu nya di olah menjadi ikan asin, Pengolahan ikan asin di kota Tanjung Balai tidak akan berjalan tanpa adanya nelayan juga pihak yang terlibat lainnya agar usaha pengolahan ikan asin ini tetap berjalan dengan baik. Maka dari itu penulis mengadakan wawancara dengan pihak nelayan. Nelayan yang kami wawancarai merupakan nelayan yang ada di kecamatan Teluk Nibung. Dibawah teriknya matahari kami berusaha mencari informan yang bersedia kami wawancarai sekitar jam 12.00 kami menjumpai para nelayan yang akan berangkat melaut, tidak seperti yang kami duga ternyata nelayan berangkat dari gudang tempat penyimpanan ikan dan pendistribusian ikan hasil tangkapan para nelayan. Untuk itu sebelum melakukan wawancara dengan para nelayan, kami meminta izin sama pemilik gudang agar kami di kasih masuk ke dalam gudang nya. Beruntung pemilik gudang ikan memberikan izin. Kenapa kami harus meminta izin dahulu untuk masuk ke dalam gudang ikan padahal yang akan kami wawancarai adalah para nelayan, gudang ikan yang posisinya berada diatas pinggir laut dan sebelum berangkat melaut para nelayan sudah siap-siap di dalam gudang.

(16)

Kami pun tidak ingin mengganggu aktifitas nelayan yang akan melaut sehingga kami pun mewawancarai pemilik gudang yang bernama Acong usia 45 tahun beliau bersedia kami wawancarai dengan sangat terbuka. Sesuasai berkenalan dengan beliau kami menanyakan apa yang perlu kami tanyakan. Gudang yang sudah lama berdiri sekitar 8 tahun terakhir ini dimiliki dan di kelola bapak Acong sendiri beserta rekan-rekan kerjanya. Terlihat gudang ikan Bapak Acong ini tidak sedang melakukan jual beli ikan dengan pelanggan dikarenakan sudah 2 minggu terakhir hasil melaut yang didapatkan para nelayan berkurang, bukan hanya itu banyak juga nelayan yang tidak di bolehkan pergi melaut karena tidak mempunyai surat izin yang resmi sebagai nelayan. Sesuai dengan peraturan yang baru dari Menteri Maritim bahwa nelayan harus mempunyai surat izin yang resmi baru di bolehkan melaut. Jika tidak ada ikan yang didapatkan para nelayan apalagi nelayan yang pergi melaut sedikit jumlah nya, maka proses jual-beli ikan di gudang pun akan tersendat. Itu artinya akan menurunkan penghasilan juga bagi pihak gudang. Hasil tangkapan ikan yang didapatkan para nelayan juga harus dibayarkan kepada pemilik kapal. Nelayan tidak harus memberikan upah kepada pemilik gudang ataupun sebaliknya, akan tetapi nelayan yang berangkat dari gudang ikan tersebut akan menurunkan ikan ataupun menjual ikan di gudang tersebut. Dalam hal ini pemilik gudang dan nelayan tidaklah memiliki perjanjian ataupun sistem kontrak melainkan hanya sistem kerja sama saja yang ada diantara mereka agar saling menguntungkan kedua belah pihak.

4.2 Pemilik Grosir

(17)

melalui via online dan ikan asin siap untuk melakukan pengirimannya keluar daerah. Nelayan berangkat mencari ikan dilaut selama 10 hari, atau bahkan lebih dari 10 hari. Mereka membawa banyak persediaan makanan seperti kue, indomie berkotak-kotak, aqua galon, kerupuk-kerupuk.

Nelayan tanjung Balai disebut sebagai nelayan Apung, dalam penangkapan ikannya mengunakan pukat kantong dan hasil tangkapannya dilaut tergantung pada situasi arus air dan pasang laut. Dan pukat apung ini sangat besar, yang haya diletakan ditengah kapal, yang menampung jenis-jenis ikan untuk diasinkan dan ikan-ikan tersebut masuk kedalam pukat apung melalui arus air laut. Setiap nelayan yang pergi mencari ikan sampai berhari-hari atau bahkan berminggu atau bahkan berbulan-bulan seperti kapal Bot mereka langsung

melakukan pengasinan juga ditengha-tengah laut dan ketika kembali ke darat, ikan yang diolah menjadi pengasinan siap untuk dijual. Inilah yang dilakukan oleh Nelayan Bot Tanjung Balai.

Semua ditentukan oleh air pasang laut, ketika air pasang banyaknya ikan yang akan dibawa, namun ketika laut mengalami air pasang surut, dan bahkan nelayan pulang tidak membawa ikan, atau ikan hanya sedikit, kemungkinan ikan dipasaran akan mahal terjual, karena akibat surutnya air laut yang menyebabkan ikan tidak ada. Semua jenis kapal yang ada ditanjung Balai khusunya dijalan asahan memiliki jenis Bot yang sama. Dan rata-rata kapalnya berwarna merah besar dan neniliki jaring yang sangat besar didalam kapalnya. Ikan asin prosesnya ada yang lansung di Bot selama berlayar pergi mencari ikan, ikan asin tergantung hasil laut, jadi naik lah harga ikan asin ketika tidak ada hasil laut yang didapatkan mengambil ikan untuk diolah menjadi ikan asin.

a. Fungsi pemilik Grosir dengan pemilik kapal

(18)

dengan pemilik kapal memiliki persenan terhadap toke grosir dengan pemilik kapal.tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak.

b. Fungsi pemilik Grosir dengan nelayan.

Nelayan merupakan pekerja yang melakukan penangkapan ikan dilaut dengan mnegunakan kapal. Nelayan inilah sebagai pekerja di dalam kapal. nelayan Bot yang

memiiki hubungan kerja sama dengan pemilik grosir sebelum berangkat untuk mencari ikan. Disinilah adanya kesepakatan pihak nelayan dengan grosir. Ini terjadi karena adanya

hubungan teman sebelumnya, sehingga membentuk kerja sama yang nyata antara pihak pihak grosir dengan pemilik kapal.Nelayan berlayar selama kurang lebih 10 hari, dan selama itulah pihak grosir menunggu pihak nelayan sampai membawa ikan dari laut. Ketika

Nelayan sudah mendapatkan ikan dilaut, dan khususnya jenis ikan yang akan diolah menjadi ikan asin, nelayan menghantarkan hasil tangkapannya dari laut ke grosir yang telah

disepakati. Proses pengupahan antara pihak grosir dan nelayan, ketika ikan asin itu laku terjual, kemudian bisa nelayan diupah oleh pemilik grosir.

c. Fungsi pemilik Grosir ke Gudang

Gudang merupakan tempat persingahan ikan yang ditangkap dari laut oleh nelayan-nelayan. Pemilik Grosir mengambil ikan dari gudang-gudang yang terdapat dipinggir laut didaerah teluk nibung. Disini pemilik grosir memiliki hubungan sebagai pembeli langanan yang setiap harinya mengambil ikan dari gudang tersebut. Ketika sipemilik grosir

berhalangan mengambil ikan ke gudang, pihak grosir meminta pihak gudang untuk

mengantarkan ikan ke tempat pemilik grosir.disni terlihat adanya kerja sama antara penjual dan pembeli langanan tetap. Selain itu juga ada penjual eceran membeli ikan di gudang-gudang tersebut. Nelayan datang membawa Ikan datang dari laut kegudang-gudang tepat pada pagi hari.Semua jenis ikan disediakan di gudang baik ikan yang mau asinkan atau ikan yang segar untuk dijual atau bahkan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga.

d. Fungsi pemilik Grosir dengan Pengolah ikan asin

(19)

selama 5 tahun. Dengan nama grosirnya yang bernama Grosir BH. Grosir BH merupakan etnis cina yang memiliki hubungan pertemanan yang baik kepada Bapak Andi. Kebetulan Bapak Andi dan Bapak Ahua teman kerabat waktu SMA. Dan hingga sampai saat ini

hubungan mereka sudah menjadi hubungan keluarga yang dekat. Bapak Andi ini merupakan pemilik pengolah ikan asin di Teluk Nibung pematang pasir.yang sudah memiliki usaha pengolah ikan asin selam 5 tahun. Ketika bapak Andi membuka usaha pengolah ikan asin, bapak ahua sebagai pemilik grosir BH, langsung memiliki hubungan kerja sama dalam bisnis ini walaupun sebelumnya sudah memiliki hubungan teman dan bahkan dianggap sebagai keluarga sendiri. Setiap harinya Bapak Ahua menyempatkan waktunya untuk membantu pekerjaan yang ada di tempat pengolah ikan asin, seperti mengambil ikan asin yang sudah dijemur, bahkan sampai pemilihan ikan asin yang akan dimasukan kedalam karton besar untuk dikirim ke grosir tersebut. Disini terlihat bahwa hubungan kerja sama itu terlihat nyata dalam praktek kerjanya sebagai pemilik grosir langsung ikut campur tangan membantu proses pengolah ikan asin. Sangat jarang sekali kita temukan pemilik grosir yang ikut campur dalam proses pengolah ikan tersebut.

(20)

4.3. Pemilik Gudang

a. Fungsi Pemilik Gudang ke Nelayan

Pemilik Gudang merupakan orang yang menyediakan gudang-gudang khusus ikan dari laut yang singgah digudang tersebut. Pemilik gudang memiliki nelayan sebagai pekerja menangkap ikan dilaut. Mereka memiliki nelayan sebagai pekerjanya.

b. Fungsi Pemilik Gudang dengan pemilik kapal

Pemilik gudang memiliki kesepakatan antara pemilik kapal yang akan berlayar. Pihak gudang mengurusi setiap surat perizinan tentang kapal serta perlengkapan kapal mengenai surat-surat bahkan kelengkapan kapal yang akan berlayar untuk menangkap ikan.

c. Fungsi Pemilik gudang dengan Grosir ikan asin

Disini terlihat bahwa fungsi pemilik gudang terhadap grosir ikan asin adalah kerjasama yang baik. Ketika para nelayan sudah tiba di gudang ikan, pihak grosir mengambil ikan ke gudang tersebut. Setiap paginya pihak grosir mengambil ikan digudang yang sama. Namun sebelumnya sudah ada perjanjian antara pihak grosir dengan pihak gudang. Setelah ikan sudah diambil dari gudang, pihak grosir mengantarkan ikan ke pengolah ikan asin untuk diolah.

d. Fungsi Pemilik Gudang dengan pengolah ikan asin

(21)

4.4 Pengolah Ikan Asin

a. Fungsi Pengolahan Ikan Asin Terhadap Grosir

(22)

BAB V KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka, dapat disimpulkan bahwa dalam sistem perekonomian ikan asin yang telah dijelaskan ada terdapat perilaku manusia yang membentuk relasi yaitu antara berbagai pihak yang terlibat didalam perekonomian tersebut dan itu juga membentuk sebuah kerjasama yang didasarkan atas kesepakatan ataupun perjanjian. Maka kami sebagai peneliti melihat disini bahwa ada sebuah struktur sosial yang terbentuk dalam perekonomian ikan asin yaitu melakukan hubungan yang tidak dapat terpisahkan, karena yang terlibat saling bergantung antara yang satu dengan yang lain yang didasarkan adanya kepentingan pribadi masing-masing.

Dalam perekonomian ikan asin ada berbagai pihak yang terlibat yaitu Nelayan, pemilik kapal, pemilik gudang, pemilik grosir serta dengan pengolah ikan asin. Dan mereka yang terlibat saling melakukan hubungan kerjasama yang dapat mendatangkan sebuah keuntungan bagi mereka. Dan hubungan kerjasama tersebut pada dasarnya karena dilatarbelakangi oleh adanya hubungan teman, misalnya saja ada hubungan antara pengolah ikan asin dengan pemilik grosir hanya karena teman yaitu antara Pak Andi dan Ibu kiki dengan pemilik grosir yang bernama Pak Ahua. Selain itu mereka-mereka yang terlibat mempunyai fungsi masing-masing diantara satu pihak dengan pihak yang lain, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu sebagai berikut:

1. Sebaiknya hubungan yang dilakukan tidak hanya kepada adanya hubungan kerabat ataupun saudara melainkan bisa dilakukan ke berbagai pihak agar pendistribusian pengolah ikan asin dapat dilakukan secara luas.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. https://www.scribd.com/doc/102618533/Makalah-Teori-Fungsional

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35014/Chapter%20II.pdf;jsessionid=14C 4872CE9FEC9D2102E69008240BD68?sequence=4

Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Antropologi I. Jakarta : Universitas Indonesia. http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/176

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/205/Siswoyo%20Hari%20Santosa.pdf?s equence=1

(24)
(25)

Referensi

Dokumen terkait

4+660 – 8+660 Kabupaten Sidoarjo, diketahui bahwa tingkat kondisi fungsional pada ruas jalan tersebut adalah Rusak Ringan dengan nilai SDI ( Surface Distress Index)

Ukuran yang menjadi patokan menentukan sesuatu perkara diperiksa dengan acara ringan, secara umum ditinjau dari ancaman tindak pidana yang didakwakan, paling lama 3

Barang siapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi

3 Pemanfaatan alat peraga satuan waktu dan satuan panjang Yang ditunjuk untuk demonstrasi hanya sebagian siswa 4 Penjelasan materi Menguasai materi dengan baik 5

Abstrak: Teknologi yang semakin berkembang telah masuk kedalam dunia pendidikan sehingga memberikan warna yang positif bagi dunia pendidikan dengan pengembangan teknologi

Responden pada penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan para pekerja yang sedang melakukan pekerjaan beton, baja dan bata dengan jumlah responden adalah

Hasil dari penelitian ini adalah nilai pendugaan parameter genetik untuk nilai (1) heterosis bahwa hibrida yang mempunyai nilai heterosis tertinggi untuk jumlah benih adalah IPBC

Pemerintah daerah memiliki posisi terbaik untuk dapat mengidenti fi kasi kesenjangan terkait akses terhadap energi yang terjangkau bagi kelompok rentan di