Tinjauan
Hukum
Kesehatan
TERKAIT KONDISI PROBLEMATIKA
COVID-19
Your best quote that reflects your
approach… “It’s one small step
for man, one giant leap for
mankind.”
Ketentuan Hukum
Penetapan Wabah Covid-19
01
Problematika Hukum
Pelayanan Kesehatan
Sanksi Hukum
Kesimpulan
02
03
04
DAFTAR ISI :
KEPPRES No 11/2020
Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat COVID-19
Dasar Hukum
Penetapan Wabah
KEPPRES No. 11 tahun 2020 tentang PENETAPAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19) tertanggal 31 Maret 2020
PERMENKES No 104/2020
Permenkes No. HK.01.07/MENKES/ 104/2020 tentang PENETAPAN INFEKSI NOVEL CORONAVIRUS (INFEKSI
2019-nCoV) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA tertanggal 14 Februari 2020
Regulasi tentang Wabah
COVID-19
UU No 4 Tahun 1984 ttg Wabah Penyakit Menular
Mengatur tentang Wabah Penyakit Menular. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
1984
pemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat dan
ketentuan lain mengenai kesehatan termasuk Penyakit Menular dan Tidak menular.
UU No 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan
Mengatur tentang hak dan kewajiban semua pihak baik
2009
Mengatur tentang tujuan kekarantinaan kesehatan, tanggungjawabag Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah dalam melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktor
berpotensi menimbulkan melalui penyelenggaraan resiko kesehatan masyarakat yang
kedaruratan kesehatan masyarakat kekarantinaan.
UU No 6 Tahun 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan
2018
INPRES No 4 Tahun 2020
Tentang Refocussing Kegiatan, Relokasi Anggaran, serta
Pengadaan Barang dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-29
PERMENDAG No 23 Tahun 2020
Ttg Larangan Sementara Eksport Antiseptik, Bahan Baku Masker, APD, dan Masker
PERMENKUMHAM No 11/2020
Pelarangan Orang Asing Masuk Wilayah NKRI
PERMENKEU No 23/PMK.03/2020
Ttg Insentif Wajib Pajak Terdampak Wabah COVID-19
Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran COVID-19
PER OJK No 11/2020
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penangan Pandemi COVID-29 dan/atau
Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan atau stabilitas Keuangan
PERPU No 1 Tahun 2020
2020
KEPRES No 7 Tahun 2020
Tentang Gugus Tugas Percepatan Penangaan COVID-29
2020
KEPRES No 11 Tahun 2020
Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19
2020
Kesehatan pada Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
KEPMENKES No 612/2010
Pedoman Penyelenggaraan Karantina
KEPMENKES No 169 / 2020
Penetapan Rumah Sakit Infeksi Emerging Tertentu
KEPMENKES No 182 / 2020
Jejaring Laboratorium Pemeriksaan COVID-19
Besar dalam Rangka Pembatasan Sosial Berskala
Percepatan Penangan COVID-19
PP No 21 Tahun 2020
2020
PERMENKES No 9 / 2020
Tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan COVID-19
KEPRES 9 Tahun 2020
Tentang Perubahan Kepres No 7/2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penangaan COVID-29
Keputusan Kepala BNPPB
No 9A / 2020
Penentapan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat COVID-29
Keputusan Kepala BNPB No
13 A/ 2020
Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat bencana Wabah Penyakit Akibat COVID-29
SE MENKES No 375 Tahun 2020
Penggunaan Bilik Disinfeksi dalam Rangka Pencegahan Penularan COVID-29
2020
SE MENPAN-RB No 19 tahun 2020
Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-29 di Lingkungan Instansi Pemerintah
2020
SE MENAKER No 4 Tahun 2020
Perlindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha dlm rangka Pencegahan Penanggulangan COVID-29
2020
SE MENDAGRI No 440/2622/SJ
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penangan COVID-29 Daerah
FATWA MUI No 4 Tahun 2020
Penyelenggaraan Ibadah dalam situasi terjadi Wabah COVID-109
SE Kepala BNPB No 03 Tahun 2020
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-29 tingkat Provcinsi dan Kabupaten/Kota
2020
Pengambilan Sumpah/Janji PNSatau Sumpah/Janji Jabatan Melalui Media Elektronik/Telekonferense pada masa status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona
SE Kepala BKN
Pemerintah Umumkan Stimulus Kedua Untuk Menagani Dampak COVID-19
Siaran Pers Kementrian
Perekonomian No HM.4.6/32/2020
SE MENDIKBUD No 3 Tahun 2020
Pencegahan COVID-19 pada satuan Pendidikan
SE KPK No8 Tahun 2020
Penggunaan Anggaran Pelaksanaan barang/jasa dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 terkait dengan Pencegahan TIPIKOR
Tanggungjawab
Pemerintah Pusat & Daerah
Pemerintah Pusat dan Daerah
Bertanggungjawab terhadap ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan
HAK PELAYANAN KESEHATAN
Setiap orang mempunyai hak
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan medis, kebutahan pangan, dan kebutuhan kehidupan sehari – hari lainnya selama Karantina
HAK PERLAKUAN YANG SAMA
Setiap orang mempunyai hak memperoleh perlakuan yang sama dalam
Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan
Pemerintah Pusat dan Daerah
Bertanggungjawab Melindungi Kesehatan Masyarakat dari Penyakit dan/atau Faktor Resiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui Penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan.
Pemerintah Pusat
Bertanggungjawab menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk dan di Wilayah Secara terpadu
Pasal 10 UU No 4 Tahun 1984
Pemerintah bertanggungjawab upaya penanggulangan wabah
Pasal 6 UU No 44 Tahun 2009
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab; menyediakan RS berdasarkan kebutuhan bagi masyarakat dan menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu.
Pasal 29 UU No 44 Tahun 2009
Setiap RS berkewajiban; melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;
Pasal 152 ayat (1) & (2) UU No 36/2009
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat bertanggungjawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi
akibat penyakit menular
Pasal 6 UU No 36 Tahun 2009
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan
yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Pasal 5 UU No 36 Tahun 2009
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi- tingginya.
UU 44/2009
UU No
36/2009
Kewajiban
Pemerintah & RS
Pasal 28 G ayat 1 UUD 1945 : “Setiap orang berhak atas Perlindungan Diri Pribadi, Keluarga, Kehormatan, Martabat dan
harta Benda yang dibawah kekuasaannya serta berhak atas Rasa Aman dan Perlindungan dari Ancaman Ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”
KEWAJIBAN
Setiap Orang
PASAL 9
UU NO 6
TAHUN 2018
(1)Setiap Orang Wajib
mematuhi
Penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan
(2)Setiap Orang berkewajiban
ikut serta
dalam
penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan
Karantina Kesehatan
Karantina
Pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perudang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam masa inkubasi dan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau barang yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau barang disekitarnya
Jenis Karantina
Karantina Rumah Sakit
Pembatasan seseorang dalam Rumah Sakit yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau
terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi Karantina Wilayah Pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah pintu masuk beserta isinya yang
diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau
kontaminasi
Karantina Rumah
Pembatasan penghuni dalam suatu rumah
beserta isinya yg diduga terinfeksi penyakit dan/atau
tekontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit
Tujuan Kekarantinaan Kesehatan
MENINGKATKAN
MELINDUNGI
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
1 2
3 4
Memberikan Perlindungan dan Kepastian Hukum
Bagi Masyarakat dan Petugas Kesehatan
Mencegah dan Menangkal Penyakit
Dan/atau faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kegaruratan Kesehatan Masyarakat
Meningkatkan Ketahanan Nasional
Dibidang Kesehatan Masyarakat
Melindungi Masyarakat
Dari penyakit dan/atau faktor resiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Pembatas
an Sosial
Berskala
Besar
Tujuan Mencegah Bertujuan mencegah meluasnya penyebaran penyakit kedaruratan kesehatan masyarakatyang sedang terjadi antar orang di suatu
wilayah
Paling sedikit Meliputi
(1) Peliburan Sekolah atau tempat kerja (2) Pembatasan
kegiatan keagamaan (3)Pembatasn Kegiatan di tempat atau fasilitas umum
Respon KesMas
Merupakan bagian dari respons Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Koordinasi & Kerjasama
Penyelenggaraan pembatasan social
berskala besar berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak terkait
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan
PENGGUNAAN MASKER
Communal mask PFE <75micrograms Medical mask PFE <75micro BFE >95 % Surgical Mask PFE < 75micro ~ >30% BFE >95% FR > 120mmHgHand Hygiene
Kapan : 1. setiap setelah menyentuh benda public
2. sebelum makan/minum
Problematika Hukum Pelayanan Kesehatan
Hak dan Kewajiban Dokter
Hak dan Kewajiban Rumah sakit
Hak dan Kewajiban Pasien
HAK dan KEWAJIBAN DOKTER
Pasal 7 Permenkes No 2052 Tahun 2011
Dokter/dokter Gigi Tidak Memerlukan Surat Izin Praktik (SIP) dalam Rangka melakukan Penanganan Bencana atau Pertolongan darurat. (Wajib Memiliki STR/Surat
Tanda Registrasi)
Pasal 22 Permenkes No 2052 tahun 2011
Dalam Rangka Memberikan Pertolongan pada Keadaan gawat Darurat guna Penyelamatan Nyawa, dokter/dokter gigi dapat
Melakukan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi diluar Kewenangan Klinisnya sesuai dengan Kebutuhan
Medis (sesuai Standar ProfesI).
Permenkes No 290 Tahun 2008
Dalam keadaan darurat, untuk menyelawamatkan jiwa/mencegah kecacatan tidak diperlukan Persetujuan Tindakan (informed consent)
Pasal 57 huruf d UU No 36 Tahun 2014
Tenaga Kesehatan yang menjalankan Praktikberhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai – nilai
agama..
Pasal 190 UU No 36 Tahun 2009
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatanyang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat daruratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 304 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menempatkan
atau membiarkan seseorang dalam keadaan
sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku
baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada
orang itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 531 KUHP
Barang siapa ketika menyaksikan
bahwa ada
orang yang sedang
menghadapi maut tidak
memberi
pertolongan
yang
dapat
diberikan
padanya selayaknya menimbulkan
bahaya bagi
dirinya dan orang lain,
diancam jika kemudian
orang itu
meninggal dengan pidana kurungan
paling lama 3 bulan atau denda paling
banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
Pemberi Kerja:
Perseorangan, Pengusaha, Badan Hukum , atau Badan – badan lainnya yang
memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengusaha:
Orang perseorangan, Persekutuan, atau Badan hukum yang menjalankan suatu Perusahaan Milik Sendiri.
Perusahaan:
Setiap bentuk usaha berbadan hukum atau tidak, milik
perseorangan, milik persekutuan, milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
ALAT
PELINDUNG
DIRI
UU No 1 Tahun 1970 ttg K3
Pengusaha wajib memberikan alat – alat Pelindung diri para Pekerja, menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja tentang APD
UU No 1/1970 ps 14 butir c
Pengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma – Cuma Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
Permenakertrans No 1/1981
Kewajiban Pengurus menyediakan secara Cuma – Cuma Alat
Perlindungan Diri yang diwajibkan Penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja (PAK) (pasal 4 ayat (3)
Permenakertrans No 8/2010
• Pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi Pekerja/buruh di tempat kerja.(pasal 2 ayat (1)
• Pengusaha Wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja (pasal 7 ayat (1)
APD
–
Alat Pelindung Diri
Setiap orang berhak atas Perlindungan Diri Pribadi,
Keluarga, Kehormatan, Martabat, dan harta benda yang berada dibawah kekuasaanannya, serta berhak atas rasa aman darei perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
Pasal 28 G ayat 1
Pasal 86 ayat (1) UU No 13/2003
Setiap Pekerja/Buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan Kerja
Pasal 6 Permenakertrans No 8/2010
(1) Pekerja/Buruh dan orang lain yang
memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan Potensi Bahaya dan Resiko
(2) Pekerja/Buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan Praktik berhak memperoleh Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai – nilai agama
C
O
V
ID
-19
In
s
e
n
ti
f
&
S
a
n
tu
n
a
n
SE Menteri Keuangan
No : S-239/MK.02/2020
Insentif Bulanan dan Santunan Kematian bagi
Tenaga Kesehatan yang Menangani COVID -19
Kepada para petugas tertentu yang
melaksanakan upaya penanggulangan
wabah dapat diberikan penghargaan atas
risiko yang ditanggung dalam melaksanakan
tugasnya.
HAK dan Kewajiban Rumah Sakit
Pasal 45 ayat (1) UU No 44 tahun 2009
RS tidak bertanggungjawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarga menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif
Pasal 45 ayat (2) UU No 44 Tahun 2009
Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Pasal 30 UU No 44 Tahun 2009
Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan
PERLINDUNGAN HUKUM dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan, menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Pasal 50 UU No 29/2004
Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
Pasal 57 UU No 36/2014
Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan Tugas Sesuai dengan STANDAR PROFESI, STANDAR PELAYANAN PROFESI, STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Pasal 36 UU No 38/2014
Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuai STANDAR PELYANAN, STANDAR PROFESI, STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL, dan KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 30 UU No 44/2009
Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan PERLINDUNGAN HUKUM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Pasal 60 UU No 4/2019
Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Kompetensi, Kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi dan standar prosedur operasional
Pasal 9 ayat (4)
KEPENTINGAN UMUMsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;
a. AUDIT MEDISA
b. ANCAMAN KEJADIAN LUAR BIASA/ WABAH PENYAKIT MENULAR
c. PENDIDIKAN DAN PENGGUNAAN INFORMASI YANG AKAN BERGUNA DI MASA YANG AKAN DATANG
d. ANCAMAN KESELAMATAN ORANG LAIN SECARA INDIVIDUAL ATAU MASYARAKAT.
Pasal 9 ayat (5)
Dalam hal Pembukaan rahasia untuk
KEPENTINGAN UMUM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan e, Identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
Pasal 9 ayat (1)
Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa Persetujuan Pasien dalam rangka Kepentingan Penegakkan Etik atau Disiplin
serta KEPENTINGAN UMUM
Pasal 9 ayat (2)
Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik dan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan atas permintaan tertulis dari MKEK atau MKDKI
Pasal 9 ayat (3)
Pembukaan rahasia kedokteran dlm rangka KEPENTINGAN UMUM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa Membuka Identitas Pasien.
Rahasia Kedokteran
PERMENKES
No 36 Tahun 2012
Hak dan kewajiban
Pasien/Masyarakat
Sanksi hukum
Menurut Undang – Undang No 6 Tahun 2018 tentang Kekaratinaan
Dalam melakukan penyidikan, PPNS Kekarantinaan
Kesehatan berkoordinasi dan bekerjasama dengan
Penyidik di lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan dapat berkoordinasi dan bekerjasama
dengan penyidik di lingkungan TNI sesuai dengan ketentuan perundang - undangan
Pasal 92, 94 UU No 6 Tahun 2018
Pengemudi Kenderaan Darat yang menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang sebelum dilakukan pengawasan Kekarantinaan dengan
maksud menyebarkan penyakit dan/atau faktor resiko
kesehatan yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000. (seratus juta rupiah). Bila dilakukan oleh korporasi pertanggung jawaban pidana dikenakan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya
Pasal 93 UU No 6 Tahun 2018
Setiap orang yang tidak mematuhi
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan dan/atau
menghalang-halangi penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000. (seratus juta rupiah)
Menurut Undang – Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
Pasal 5 : “Upaya Penanggulangan Wabah Meliputi; (1) Penyelidikan Epidemiologis, (2) Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita termasuk tindakan Karantina, (3) Pencegahan dan Pengebalan, (4) Pemusnahan Penyebab Penyakit, (5) Penanganan Jenazah akibat wabah, (6) Penyuluhan kepada masyarakat, (7) Upaya
penanggulanganlainnya”
Pasal 14 ayat (1)
Barang siapa dengan sengaja menghalangi
pelaksanaan penanggulangan wabah
sebagaimana diatur dalam UU No 4 Tahun 1984,
diancam dengan Pidana Penjara selama –
lamanya 1 9satu) tahun dan/atau denda setinggi – tingginya Rp.1.000.000 (satu juta rupiah)
Pasal 14 ayat (2)
Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam UU No 4 tahun
1984 ini, diancam dengan pidana kurungan
selama – lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi- tingginya Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)
Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 212 KUHP
“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan melawan pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang yang menurut kewajiban undang-undang atau atas permintaan pejabat memberi pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabat dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”
Pasal 216 ayat (1)
“Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang – undang oleh pejabat yg tugasnya mengawasi sesuatu atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana, demikian pula barang siapa dengan siapa mencegah, menghalang-halangi atau mengagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah
seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.
Pasal 218 KUHP
“Barang siapa pada waktu rakyat datang berkerumun dengan sengaja tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas nama penguasa yang berwenang,
diancam karena ikut srta perkelompokan dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.