• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tinjauan Hukum Kesehatan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan

Hukum

Kesehatan

TERKAIT KONDISI PROBLEMATIKA

COVID-19

(2)

Your best quote that reflects your

approach… “It’s one small step

for man, one giant leap for

mankind.”

(3)

Ketentuan Hukum

Penetapan Wabah Covid-19

01

Problematika Hukum

Pelayanan Kesehatan

Sanksi Hukum

Kesimpulan

02

03

04

DAFTAR ISI :

(4)

KEPPRES No 11/2020

Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat COVID-19

Dasar Hukum

Penetapan Wabah

KEPPRES No. 11 tahun 2020 tentang PENETAPAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT CORONA VIRUS

DISEASE 2019 (COVID-19) tertanggal 31 Maret 2020

PERMENKES No 104/2020

Permenkes No. HK.01.07/MENKES/ 104/2020 tentang PENETAPAN INFEKSI NOVEL CORONAVIRUS (INFEKSI

2019-nCoV) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA tertanggal 14 Februari 2020

(5)

Regulasi tentang Wabah

COVID-19

UU No 4 Tahun 1984 ttg Wabah Penyakit Menular

Mengatur tentang Wabah Penyakit Menular. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka

1984

pemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat dan

ketentuan lain mengenai kesehatan termasuk Penyakit Menular dan Tidak menular.

UU No 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan

Mengatur tentang hak dan kewajiban semua pihak baik

2009

Mengatur tentang tujuan kekarantinaan kesehatan, tanggungjawabag Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah dalam melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktor

berpotensi menimbulkan melalui penyelenggaraan resiko kesehatan masyarakat yang

kedaruratan kesehatan masyarakat kekarantinaan.

UU No 6 Tahun 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan

2018

INPRES No 4 Tahun 2020

Tentang Refocussing Kegiatan, Relokasi Anggaran, serta

Pengadaan Barang dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-29

PERMENDAG No 23 Tahun 2020

Ttg Larangan Sementara Eksport Antiseptik, Bahan Baku Masker, APD, dan Masker

PERMENKUMHAM No 11/2020

Pelarangan Orang Asing Masuk Wilayah NKRI

PERMENKEU No 23/PMK.03/2020

Ttg Insentif Wajib Pajak Terdampak Wabah COVID-19

Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran COVID-19

PER OJK No 11/2020

(6)

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penangan Pandemi COVID-29 dan/atau

Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan atau stabilitas Keuangan

PERPU No 1 Tahun 2020

2020

KEPRES No 7 Tahun 2020

Tentang Gugus Tugas Percepatan Penangaan COVID-29

2020

KEPRES No 11 Tahun 2020

Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19

2020

Kesehatan pada Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia

KEPMENKES No 612/2010

Pedoman Penyelenggaraan Karantina

KEPMENKES No 169 / 2020

Penetapan Rumah Sakit Infeksi Emerging Tertentu

KEPMENKES No 182 / 2020

Jejaring Laboratorium Pemeriksaan COVID-19

Besar dalam Rangka Pembatasan Sosial Berskala

Percepatan Penangan COVID-19

PP No 21 Tahun 2020

2020

PERMENKES No 9 / 2020

Tentang Pedoman

Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka

Percepatan COVID-19

KEPRES 9 Tahun 2020

Tentang Perubahan Kepres No 7/2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penangaan COVID-29

Keputusan Kepala BNPPB

No 9A / 2020

Penentapan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat COVID-29

Keputusan Kepala BNPB No

13 A/ 2020

Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat bencana Wabah Penyakit Akibat COVID-29

(7)

SE MENKES No 375 Tahun 2020

Penggunaan Bilik Disinfeksi dalam Rangka Pencegahan Penularan COVID-29

2020

SE MENPAN-RB No 19 tahun 2020

Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-29 di Lingkungan Instansi Pemerintah

2020

SE MENAKER No 4 Tahun 2020

Perlindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha dlm rangka Pencegahan Penanggulangan COVID-29

2020

SE MENDAGRI No 440/2622/SJ

Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penangan COVID-29 Daerah

FATWA MUI No 4 Tahun 2020

Penyelenggaraan Ibadah dalam situasi terjadi Wabah COVID-109

SE Kepala BNPB No 03 Tahun 2020

Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-29 tingkat Provcinsi dan Kabupaten/Kota

2020

Pengambilan Sumpah/Janji PNS

atau Sumpah/Janji Jabatan Melalui Media Elektronik/Telekonferense pada masa status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona

SE Kepala BKN

Pemerintah Umumkan Stimulus Kedua Untuk Menagani Dampak COVID-19

Siaran Pers Kementrian

Perekonomian No HM.4.6/32/2020

SE MENDIKBUD No 3 Tahun 2020

Pencegahan COVID-19 pada satuan Pendidikan

SE KPK No8 Tahun 2020

Penggunaan Anggaran Pelaksanaan barang/jasa dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 terkait dengan Pencegahan TIPIKOR

(8)

Tanggungjawab

Pemerintah Pusat & Daerah

Pemerintah Pusat dan Daerah

Bertanggungjawab terhadap ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan

HAK PELAYANAN KESEHATAN

Setiap orang mempunyai hak

mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sesuai kebutuhan medis, kebutahan pangan, dan kebutuhan kehidupan sehari – hari lainnya selama Karantina

HAK PERLAKUAN YANG SAMA

Setiap orang mempunyai hak memperoleh perlakuan yang sama dalam

Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan

Pemerintah Pusat dan Daerah

Bertanggungjawab Melindungi Kesehatan Masyarakat dari Penyakit dan/atau Faktor Resiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui Penyelenggaraan Kekarantinaan

Kesehatan.

Pemerintah Pusat

Bertanggungjawab menyelenggarakan Kekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk dan di Wilayah Secara terpadu

(9)

Pasal 10 UU No 4 Tahun 1984

Pemerintah bertanggungjawab upaya penanggulangan wabah

Pasal 6 UU No 44 Tahun 2009

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab; menyediakan RS berdasarkan kebutuhan bagi masyarakat dan menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu.

Pasal 29 UU No 44 Tahun 2009

Setiap RS berkewajiban; melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

Pasal 152 ayat (1) & (2) UU No 36/2009

Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat bertanggungjawab melakukan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular serta akibat yang ditimbulkannya untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal dunia serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi

akibat penyakit menular

Pasal 6 UU No 36 Tahun 2009

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan

yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

Pasal 5 UU No 36 Tahun 2009

Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat

kesehatan yang setinggi- tingginya.

UU 44/2009

UU No

36/2009

Kewajiban

Pemerintah & RS

Pasal 28 G ayat 1 UUD 1945 : “Setiap orang berhak atas Perlindungan Diri Pribadi, Keluarga, Kehormatan, Martabat dan

harta Benda yang dibawah kekuasaannya serta berhak atas Rasa Aman dan Perlindungan dari Ancaman Ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”

(10)

KEWAJIBAN

Setiap Orang

PASAL 9

UU NO 6

TAHUN 2018

(1)Setiap Orang Wajib

mematuhi

Penyelenggaraan

Kekarantinaan Kesehatan

(2)Setiap Orang berkewajiban

ikut serta

dalam

penyelenggaraan

Kekarantinaan Kesehatan

(11)

Karantina Kesehatan

Karantina

Pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakit menular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perudang-undangan meskipun belum menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam masa inkubasi dan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang apapun yang diduga terkontaminasi dari orang dan/atau barang yang mengandung penyebab penyakit atau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran ke orang dan/atau barang disekitarnya

Jenis Karantina

Karantina Rumah Sakit

Pembatasan seseorang dalam Rumah Sakit yang

diduga terinfeksi penyakit dan/atau

terkontaminasi sedemikian rupa untuk

mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi Karantina Wilayah Pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah pintu masuk beserta isinya yang

diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi

sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau

kontaminasi

Karantina Rumah

Pembatasan penghuni dalam suatu rumah

beserta isinya yg diduga terinfeksi penyakit dan/atau

tekontaminasi sedemikian rupa untuk

mencegah kemungkinan penyebaran penyakit

(12)

Tujuan Kekarantinaan Kesehatan

MENINGKATKAN

MELINDUNGI

MEMBERIKAN PERLINDUNGAN

1 2

3 4

Memberikan Perlindungan dan Kepastian Hukum

Bagi Masyarakat dan Petugas Kesehatan

Mencegah dan Menangkal Penyakit

Dan/atau faktor Risiko Kesehatan

Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kegaruratan Kesehatan Masyarakat

Meningkatkan Ketahanan Nasional

Dibidang Kesehatan Masyarakat

Melindungi Masyarakat

Dari penyakit dan/atau faktor resiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

(13)

Pembatas

an Sosial

Berskala

Besar

Tujuan Mencegah Bertujuan mencegah meluasnya penyebaran penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat

yang sedang terjadi antar orang di suatu

wilayah

Paling sedikit Meliputi

(1) Peliburan Sekolah atau tempat kerja (2) Pembatasan

kegiatan keagamaan (3)Pembatasn Kegiatan di tempat atau fasilitas umum

Respon KesMas

Merupakan bagian dari respons Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Koordinasi & Kerjasama

Penyelenggaraan pembatasan social

berskala besar berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai pihak terkait

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan

(14)

PENGGUNAAN MASKER

Communal mask PFE <75micrograms Medical mask PFE <75micro BFE >95 % Surgical Mask PFE < 75micro ~ >30% BFE >95% FR > 120mmHg

(15)

Hand Hygiene

Kapan : 1. setiap setelah menyentuh benda public

2. sebelum makan/minum

(16)

Problematika Hukum Pelayanan Kesehatan

Hak dan Kewajiban Dokter

Hak dan Kewajiban Rumah sakit

Hak dan Kewajiban Pasien

(17)

HAK dan KEWAJIBAN DOKTER

Pasal 7 Permenkes No 2052 Tahun 2011

 Dokter/dokter Gigi Tidak Memerlukan Surat Izin Praktik (SIP) dalam Rangka melakukan Penanganan Bencana atau Pertolongan darurat. (Wajib Memiliki STR/Surat

Tanda Registrasi)

Pasal 22 Permenkes No 2052 tahun 2011

Dalam Rangka Memberikan Pertolongan pada Keadaan gawat Darurat guna Penyelamatan Nyawa, dokter/dokter gigi dapat

Melakukan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi diluar Kewenangan Klinisnya sesuai dengan Kebutuhan

Medis (sesuai Standar ProfesI).

Permenkes No 290 Tahun 2008

 Dalam keadaan darurat, untuk menyelawamatkan jiwa/mencegah kecacatan tidak diperlukan Persetujuan Tindakan (informed consent)

Pasal 57 huruf d UU No 36 Tahun 2014

 Tenaga Kesehatan yang menjalankan Praktikberhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,

perlakuan yang sesuai dengan harkat martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai – nilai

 agama..

Pasal 190 UU No 36 Tahun 2009

 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatanyang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat daruratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 304 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menempatkan

atau membiarkan seseorang dalam keadaan

sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku

baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi

kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada

orang itu, diancam dengan pidana penjara paling

lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 531 KUHP

Barang siapa ketika menyaksikan

bahwa ada

orang yang sedang

menghadapi maut tidak

memberi

pertolongan

yang

dapat

diberikan

padanya selayaknya menimbulkan

bahaya bagi

dirinya dan orang lain,

diancam jika kemudian

orang itu

meninggal dengan pidana kurungan

paling lama 3 bulan atau denda paling

banyak

empat ribu lima ratus rupiah.

(18)

Pemberi Kerja:

Perseorangan, Pengusaha, Badan Hukum , atau Badan – badan lainnya yang

memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Pengusaha:

Orang perseorangan, Persekutuan, atau Badan hukum yang menjalankan suatu Perusahaan Milik Sendiri.

Perusahaan:

Setiap bentuk usaha berbadan hukum atau tidak, milik

perseorangan, milik persekutuan, milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

ALAT

PELINDUNG

DIRI

UU No 1 Tahun 1970 ttg K3

Pengusaha wajib memberikan alat – alat Pelindung diri para Pekerja, menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja tentang APD

UU No 1/1970 ps 14 butir c

Pengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma – Cuma Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja

Permenakertrans No 1/1981

Kewajiban Pengurus menyediakan secara Cuma – Cuma Alat

Perlindungan Diri yang diwajibkan Penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja (PAK) (pasal 4 ayat (3)

Permenakertrans No 8/2010

• Pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi Pekerja/buruh di tempat kerja.(pasal 2 ayat (1)

• Pengusaha Wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja (pasal 7 ayat (1)

(19)

APD

Alat Pelindung Diri

Setiap orang berhak atas Perlindungan Diri Pribadi,

Keluarga, Kehormatan, Martabat, dan harta benda yang berada dibawah kekuasaanannya, serta berhak atas rasa aman darei perlindungan dari ancaman ketakutan

untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi

Pasal 28 G ayat 1

Pasal 86 ayat (1) UU No 13/2003

Setiap Pekerja/Buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan Kerja

Pasal 6 Permenakertrans No 8/2010

(1) Pekerja/Buruh dan orang lain yang

memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan Potensi Bahaya dan Resiko

(2) Pekerja/Buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan

Tenaga Kesehatan dalam menjalankan Praktik berhak memperoleh Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkat

dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai – nilai agama

(20)

C

O

V

ID

-19

In

s

e

n

ti

f

&

S

a

n

tu

n

a

n

SE Menteri Keuangan

No : S-239/MK.02/2020

Insentif Bulanan dan Santunan Kematian bagi

Tenaga Kesehatan yang Menangani COVID -19

Kepada para petugas tertentu yang

melaksanakan upaya penanggulangan

wabah dapat diberikan penghargaan atas

risiko yang ditanggung dalam melaksanakan

tugasnya.

(21)

HAK dan Kewajiban Rumah Sakit

Pasal 45 ayat (1) UU No 44 tahun 2009

RS tidak bertanggungjawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarga menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif

Pasal 45 ayat (2) UU No 44 Tahun 2009

Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.

Pasal 30 UU No 44 Tahun 2009

Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan

PERLINDUNGAN HUKUM dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan, menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Pasal 50 UU No 29/2004

Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional;

Pasal 57 UU No 36/2014

Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan Tugas Sesuai dengan STANDAR PROFESI, STANDAR PELAYANAN PROFESI, STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Pasal 36 UU No 38/2014

Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuai STANDAR PELYANAN, STANDAR PROFESI, STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL, dan KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pasal 30 UU No 44/2009

Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan PERLINDUNGAN HUKUM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Pasal 60 UU No 4/2019

Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Kompetensi, Kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi dan standar prosedur operasional

(22)

Pasal 9 ayat (4)

KEPENTINGAN UMUMsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;

a. AUDIT MEDISA

b. ANCAMAN KEJADIAN LUAR BIASA/ WABAH PENYAKIT MENULAR

c. PENDIDIKAN DAN PENGGUNAAN INFORMASI YANG AKAN BERGUNA DI MASA YANG AKAN DATANG

d. ANCAMAN KESELAMATAN ORANG LAIN SECARA INDIVIDUAL ATAU MASYARAKAT.

Pasal 9 ayat (5)

Dalam hal Pembukaan rahasia untuk

KEPENTINGAN UMUM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan e, Identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.

Pasal 9 ayat (1)

Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa Persetujuan Pasien dalam rangka Kepentingan Penegakkan Etik atau Disiplin

serta KEPENTINGAN UMUM

Pasal 9 ayat (2)

Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik dan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diberikan atas permintaan tertulis dari MKEK atau MKDKI

Pasal 9 ayat (3)

Pembukaan rahasia kedokteran dlm rangka KEPENTINGAN UMUM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa Membuka Identitas Pasien.

Rahasia Kedokteran

PERMENKES

No 36 Tahun 2012

Hak dan kewajiban

Pasien/Masyarakat

(23)

Sanksi hukum

Menurut Undang – Undang No 6 Tahun 2018 tentang Kekaratinaan

Dalam melakukan penyidikan, PPNS Kekarantinaan

Kesehatan berkoordinasi dan bekerjasama dengan

Penyidik di lingkungan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan dapat berkoordinasi dan bekerjasama

dengan penyidik di lingkungan TNI sesuai dengan ketentuan perundang - undangan

Pasal 92, 94 UU No 6 Tahun 2018

Pengemudi Kenderaan Darat yang menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang sebelum dilakukan pengawasan Kekarantinaan dengan

maksud menyebarkan penyakit dan/atau faktor resiko

kesehatan yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000. (seratus juta rupiah). Bila dilakukan oleh korporasi pertanggung jawaban pidana dikenakan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya

Pasal 93 UU No 6 Tahun 2018

Setiap orang yang tidak mematuhi

penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan dan/atau

menghalang-halangi penyelenggaraan Kekarantinaan

Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000. (seratus juta rupiah)

Menurut Undang – Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

Pasal 5 : “Upaya Penanggulangan Wabah Meliputi; (1) Penyelidikan Epidemiologis, (2) Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita termasuk tindakan Karantina, (3) Pencegahan dan Pengebalan, (4) Pemusnahan Penyebab Penyakit, (5) Penanganan Jenazah akibat wabah, (6) Penyuluhan kepada masyarakat, (7) Upaya

penanggulanganlainnya”

Pasal 14 ayat (1)

Barang siapa dengan sengaja menghalangi

pelaksanaan penanggulangan wabah

sebagaimana diatur dalam UU No 4 Tahun 1984,

diancam dengan Pidana Penjara selama –

lamanya 1 9satu) tahun dan/atau denda setinggi – tingginya Rp.1.000.000 (satu juta rupiah)

Pasal 14 ayat (2)

Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya pelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam UU No 4 tahun

1984 ini, diancam dengan pidana kurungan

selama – lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi- tingginya Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)

Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP)

Pasal 212 KUHP

“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan melawan pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang yang menurut kewajiban undang-undang atau atas permintaan pejabat memberi pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabat dengan

pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

Pasal 216 ayat (1)

“Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang – undang oleh pejabat yg tugasnya mengawasi sesuatu atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana, demikian pula barang siapa dengan siapa mencegah, menghalang-halangi atau mengagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah

seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.

Pasal 218 KUHP

“Barang siapa pada waktu rakyat datang berkerumun dengan sengaja tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas nama penguasa yang berwenang,

diancam karena ikut srta perkelompokan dengan pidana

penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.

(24)

Pasal 14

UU No 4 Tahun 1984

“Barang siapa dengan

sengaja menghalangi

pelaksanaan penanggulangan wabah

diancam dengan

pidana penjara

selama-lamanya satu tahun dan/atau denda

setinggi-tingginya satu juta

rupiah.”

KUHP

Pasal 178

“Barang siapa dengan

sengaja merintangi

atau menghalang-halangi jalan masuk

atau pengangkutan mayat ke kuburan

yang diizinkan

, diancam dengan

Pidana

Penjara paling lama satu bulan dua

minggu atau pidana denda paling banyak

seribu delapan ratus

rupiah.”

Je

n

az

(25)

KESIMPULAN

1. Keselamatan dan kemakmuran rakyat merupakan tujuan utama bernegara,

seperti yang tertulis dalam Alinea ke-4 pembukaan UUD 1945, yang intinya

Negara harus menjamin melindungi segenap bangsa Indonesia.

2. Dengan prinsip

Solus populi suprema lex

(Keselamatan rakyat hukum tertinggi),

Pemerintah wajib mengutamakan perintah konstitusi "

melindungi segenap bangsa

Indonesia dan tumpah darah Indonesia

".

Artinya, Pemerintah harus

all out

mengerahkan segala kemampuan fokus

menyelamatkan hidup setiap orang dari serangan covid-19. Untuk itu, semua

kekuatan ekonomi dan keuangan negara termasuk yang harus diakomodasi dalam

memerangi covid-19.

(26)

Hal yang tidak saya bahas dan

jangan tanya saya :

1. Praktik telemedisin era covid

2. Jam kerja dokter

3. Aturan hak dan kewajiban Rapid dan swab test bagi medis,

paramedic dan masyarakat

(27)

Thank You

-Biarlah menjadi berkah, bermanfaat serta menyenangkan semua

prosesnya-IDI Cabang Jakarta Pusat

Referensi

Dokumen terkait

Latihan ini merupakan salah satu metode latihan untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki untuk lebih baik dari sebelum latihan, dalam hal ini peneliti berharap

Bagian ini dapat terdiri atas beberapa subbab sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian Untuk Penelitian yang berbasis studi literatur bahas

Dengan munculnya beberapa motif baru ini menimbulkan beberapa masalah yang menarik untuk diteliti yaitu mengenai penerapan sumber ide pada batik Sendang dalam

Populasi jabon putih dari wilayah NTB (Lombok Barat dan Sumbawa) mempunyai nilai keragaman yang lebih tinggi dibandingkan nilainya dari wilayah Sumatera (Sumatera Barat dan

Pembagian dalam bentuk koordinat, sebagai kegiatan belajar 4 akan membahas tentang hasil kali skalar dua vektor, bentuk komponen perkalian skalar, besar sudut antara

Dengan adanya permasalahan yang muncul, maka tujuan dari makalah Dengan adanya permasalahan yang muncul, maka tujuan dari makalah ini adalah mengetahui perbedaan kecepatan dan

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk membahas mengenai kesalahan judex factie dalam memeriksa dan mengadili perkara pencurian dalam keadaan