• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Persoalan Lokasi dengan Permintaan Acak Dalam Lingkungan Kompetitif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Persoalan Lokasi dengan Permintaan Acak Dalam Lingkungan Kompetitif"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Telah diuji pada Tanggal 05 Juni 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Tulus, M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Zarlis 2. Dr. Sutarman, M.Sc

(2)

PERNYATAAN

MODEL PERSOALAN LOKASI DENGAN PERMINTAAN ACAK DALAM LINGKUNGAN KOMPETITIF

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan juga tidak dapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2013 Penulis,

Gandayani Siregar

i

(3)

ABSTRAK

Tesis ini merupakan persoalan lokasi dengan permintaan acak dalam lingkungan kompetitif, dimana lokasi sangat menentukan dalam pempertimbangkan persediaan untuk memenuhi permintaan dan dapat melayani seluruh titik dengan efisien dan efektif. Untuk itu perlunya model matematis dalam menyelesaikan masalah terse-but. Penggunaan linear programming pada alokasi yang efisien dari sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Solusi yang memuaskan semua kondisi dari tujuan yang telah ditetapkan adalah solusi yang optimum. De-ngan solusi tersebut maka dapat diselesaikan persoalan lokasi deDe-ngan permintaan acak dalam lingkungan kompetitif.

(4)

ABSTRACT

This thesis discuss the issue with random demand in competitive environment, where location very determining in considering the supply to full fill the demand and to ser-vice the whole spot with efficient and effective. Therefore the need of mathemathics model in solving that problem. The use of linear programming in a efficient allo-cation from limited source to achieve desired purpose or goal. The solution that meet all the condition from the objective that has been set is the optimum solution with that solution then the issue location can be solved with random demand from competitive environment.

Keywords: Location problem, Linear programming, Competitiveness, 0-1 programming, Tabu search.

iii

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis da-pat menyelesaikan tesis dengan judul: MODEL PERSOALAN LOKASI DENGAN PERMINTAAN ACAK DALAM LINGKUNGAN KOMPETITIF. Tesis ini meru-pakan salah satu syarat untukk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumat-era Utara.

Penulis menyadarai bahwa terselesaikannya Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

Dr. Sutarman, M.Scselaku Dekan Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan selaku pembanding yang telah memberikan

ke-sempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Matematika di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Prof. Dr. Herman Mawengkang selaku Ketua Program Studi Magister Mate-matika FMIPA Universitas Sumatera Utara yangtelah banyak memberikan bantuan dalam penulisan tesis ini.

(6)

Utara.

Prof. Dr. Tulus, M.Si selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

v

(7)

Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Dr. Marwan Ramli, M.Si selaku Tim Pembanding yang telah banyak mem-berikan arahan tesis kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Matematika FMIPA Universi-tas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama perku-liahan.

Saudari Misiani, S.Siselaku Staf Administrasi Program Studi Magister Matema-tika Fakultas MatemaMatema-tika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan layanan yang baik kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya & penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua tercinta, Ayahanda Alm A. Siregar dan Ibunda Hj. S. Surbakti yang telah mencurahkan kasih sayang dan dukungan kepada penulis, kepada suami Antoni, S.Pd, M.Si dan anak Nabila Hafidz Salwa yang telah memberikan semangat dorongan kepada penulis dalam penulisan tesis ini. Kepada abang Daulat Siregar, MM. M.Pd & Istri, kakak Rasmina Sumeri Siregar & Suamiserta adikJuarni Siregar S.Pd & Suamiyang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara(Pemprovsu) atas bantuan dalam peningkatan pendidikan kualitas guru untuk Daerah Sumatera Utara dalam memberikan Beasiswa Pemprovsu.

(8)

bantuan moril dan dorongan kepada penullis dalam penulisan tesis, penulis berteri-ma kasih atas semua yang di berikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini berteri-masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempur-naan tesis ini.

vii

(9)

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang memer-lukannya bagi perkembangan ilmu penngetahuan.

Medan, Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Gandayani Siregar dilahirkan di Sungai Tampah tanggal23 Juni 1975 dari pasangan Bapak Alm. A. Siregar & Ibu Hj. S. Surbakti. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 1989 di SD 054875 di Sei Limbat, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri Selesai 1992, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kuala tahun 1995. Menamatkan kuliah S-1 dari UMSU selesai tahun 2002. Menikah dengan Antoni, S.Pd, M.Si tanggal 06 Maret 2005 dan dikarunia anak Nabila Hafidz Salwa. Mengajar di Yayasan Pendidikan Ar Rahman kecamatan Batang Serangan sampai sekarang. Penulis mengikuti program magister matemati-ka di Sekolah Pasca Sarjana di Universitas Sumatera Utara, penulis sungguh banyak mendapat pengalaman belajar sangat berharga.

vi

(11)

DAFTAR ISI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 4

2.1 Metode Linear Programming 8

2.2 Metode Program Integer 9

2.3 Metode Integer Programming 0-1 11

2.4 Lokasi Fasilitas dengan Permintaan Acak 11

2.5 Lingkungan Kompetitif dan Strategi 12

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 14

3.1 Perumusan Persoalan Lokasi dengan Permintaan Acak 14

3.1.1 Jika aij variabel acak 15

(12)

3.1.3 Jika cj variabel acak 16 3.2 Persoalan Fasilitas dengan Permintaan Acak 17 3.3 Perumusan Ulang untuk 0-1 Masalah Pemograman 19

3.4 Model Persoalan Lokasi Berkapasitas 22

3.5 Relaksasi Lagrangean 25

3.6 Algoritma Tabu Search 27

3.7 Contoh Kasus 30

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 31

4.1 Kesimpulan 31

4.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

viii

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jia dan Dessouky (2006) dalam penelitiannya, menyatakan pentingnya pemi-lihan lokasi yang tepat. Lokasi-lokasi fasilitas yang akan dibuka diharapkan da-pat melayani seluruh titik permintaan dengan efesien dan efektif. Pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi sangat diperlukan. Dengan berbagai persoalan lokasi yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu. Dalam hal ini, pendekatan un-tuk menyelesaikan masalah lokasi adalah model relaksasi lagrangean, deterministic model, chance constrained model dan a locate heuristic. Kelebihan metode

berba-sis kendala aktif terletak pada pertimbangan permintaan pada setiap fasilitas yang dibuka berhubungan dengan lokasi fasilitas berkapasitas.

Kajian tentang permasalahan lokasi dalam lingkungan kompetitif berasal dari Hotelling (1929). Hotelling menilai permasalahan lokasi dalam lingkungan kom-petitif, yaitu pelanggan terdistribusi secara merata pada satu ruas garis, dimana masingmasing pengambil keputusan dapat menemukan dan memindahkan fasilitas dengan sewaktuwaktu, dan semua pelanggan hanya menggunakan fasilitas terdekat. Permasalahan lokasi dalam lingkungan kompetitif yang dipelajari oleh Okabe dan Suzuki (1987). Sebagai perluasan dari Hotelling pada permasalahan lokasi dalam lingkungan kompetitif, Wendell dan McKelvey (1982) mengasumsikan pelanggan pada jumlah titik terbatas yang disebut permintaan poin atau DP, dan dianggap

(14)

2

(1983) menganggap permasalahan lokasi dalam lingkungan kompetitif merupakan kondisi yang menetapkan pengambilan keputusan atau fasilitasnya dalam jaringan yang kompetitif dimana fasilitas lainnya sudah berada. Drezner (1982) memperlu-as permmemperlu-asalahan lokmemperlu-asi dalam lingkungan kompetitif. Huff (1964) mendefinisikan fungsi yang baik dari fasilitas untuk pelanggan dengan mempertimbangkan tidak hanya jarak tetapi juga kualitas fasilitas. Uno dan Katagiri (2007), Fernandez et al., (2007), Bruno dan Improta (2008), dan Zhang dan Rushton (2008) mempelajari fungsi yang menarik dari permasalahan lokasi dengan lingkungan kompetitif Drezn-er dengan Huff (1964) mempDrezn-erkenalkan pDrezn-erluasaan dari pDrezn-ermasalahan lokasi dengan lingkungan kompetitif lainnya.

Facility location problem (FLP) diperkenalkan oleh Balenski (1965) dalam menempatkan satu fasilitas baru sedemikian sehingga biaya dapat diminimumkan. Capacitiated Facility Location Problem (CFLP) adalah salah satu jenis dari FLP, yang meliputi kapasitas untuk fasilitas. Yang dipertimbangkan pada CFLP adalah mencari lokasi terbaik dari fasilitas. CFLP mempertimbangkan lokasi fasilitas poten-sial yang dalam menetapkan biaya untuk menempatkan satu fasilitas, fasilitas terse-but itu dibatasi pada satu kapasitas terhadap jumlah fasilitas terbuka.

Dalam model relaksasi lagrangean, keputusan yang dimulai dengan meneta-pakn kriteria lokasi terbuka dan tidak tetrbuka. Dalam deterministic model,

keputu-san yang di ambil mempertimbangkan lokasi dan ukuran populasi, untuk memaksi-malkan cakupan. Keputusan yang diambil melalui change constrained model mem-pertimbangkan ketidakpastian permntaan. Dalam model sebuah lokasi heuristic, keputusan yang diambil mempertimbangkan persediaan pada setiap lokasi yang san-gat mempengaruhinya, karena itu dalam membuka lokasi baru diperlukan upaya untuk menentukan lokasi yang mampu berkinerja maksimal atau berkapasitas.

(15)

3

Metode berbasis kendala aktif hanya merupakan sistem yang mempertimbangkan kendala dalam penentuan lokasi berkapasitas. Keputusan yang tepat dalam menen-tukan lokasi fasilitas berkapasitas atau mampu melayani setiap permintaan dengan tepat dipengaruhi oleh jarak dan waktu.

1.2 Perumusam Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini menngembangkan model pemograman linear pada pemilihan lokasi yang strategis dengan permintaan acak dalam ling-kungan kompetitif sehingga dapat mengoptimalkan waktu dan jarak.

1.3 Batasan Masalah

Masalah yang diangkat dibatasi pada model peersoalan lokasi yang strategis dengan permintaan acak dalam lingkungan kompetitif dengan metode linear

pro-gramming.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh solusi model lokasi yang strate-gis yang digunakan pada persoalan distribusi acak yang efektif dan efisien untuk memenuhi permintaan cak tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

(16)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Menentukan lokasi tempat untuk setiap bisnis merupakan suatu tugas pen-ting bagi pemasar, karena keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelumm bisnis di mulai. Memilih lokasi berdagang merupakan keputusan penting karena harus membujuk pelanggan untuk datang ke lokasi tempat bisnis dalam pe-menuhan kebutuhannya. Von Thunnen (1826) mengembangkan teori lokasi pada awal abad 19. Thunnen melakukan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, dari pengamatan tersebut Thunnen menemukan berbagai komoditas pertanian diusa-hakan menurut pola tertentu. Dengan memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan variable keawetan berat dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Asumsi dari teori lokasi Van Thunnen adalah sebagai berikut :

1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri dari daerah perkotaan dengan daerah pedalaman yang merupakan sau-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok komoditas pertanian.

2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi, didaerah pedalaman tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain.

3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksi ke daerah lain kecuali ke daerah perkotaan tersebut.

4. Daerah pedalaman merupakan daerah homogen dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah.

4

(17)

5

5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh ke-untungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan pe-ternakannya dengan permintaan yang terdapat didaerah perkotaan.

6. Angkutan yang ada hanya angkutan darat berupa gerobak yang dihela kuda.

7. Biaya angkut ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh.

Dilain pihak, Melvin Greenhut (1995) menyatakan teori lokasi biaya minimum dengan teori ketergantungan lokasi. Melvin Greenhut lebih menekankan segi per-mintaan, permintaan tidak hanya ditentukan oleh lokasi tetapi juga mempengaruhi pemilihan lokasi usaha. William J.Reilly menerbitkan buku pertamanya tentang model kawasan perdagangan pada tahun 1929. Hukum Reilly menyatakan gravitasi usaha berurusan dengan seberapa besar daerah perkotaan menarik pelanggan dan melayani masyarakat yang lebih kecil di pedesaan. Dua decade kemudian Paulus Converse merevisi hukum Reilly dengan menentukan batas-batas suatu kawasan pergagangan kota atau membuat sebuah ”titik ketidakpedulian” antara dua kota. Titik ketidakpedulian ini adalah titik dimana pembeli akan acuh tak acuh untuk pergi kesatu kota maupun kekota lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhannya.

(18)

6

lingkungan kompetitif mengurangi beberapa kendala dan solusi dari persoalan ken-dala aken-dalah trivial. Barahoma dan Chudak (2001) menggunakan metode lagrangean heuristic untuk menyelesaikan persoalan lokasi fasilitas dalam lingkungan kompetitif untuk memaksimalkan fungsi tujuan, algoritma yang digunakan adalah algoritma dari perluasan metode subgradian yang bertujuan untuk menghasilkan solusi layak. Alcacer (2004) menjelaskan bahwa suatu perusahaan juga senang berdekatan dengan pesaingnya. Dengan kata lain, Perusahaan yang berdekatan dapat melakukan strate-gi kompetisi total baik dalam kepempimpinan harga atau jasa lain yang diberikan.

Pemilihan suatu lokasi juga mempengaruhi fasilitas yang akan ditempatkan secara ekonomis dalam membiayai, memproduksi, transportasi dan distribusi ser-ta memasok kebutuhan untuk melayani setiap perminser-taan pelanggan. Jadi untuk menempatkan suatu lokasi fasilitaas merupakan suatu keputusan yang tepat agar meminimalkan biaya. Indarti (2004) menemukan bahwa lokasi sangat erat hubun-gannya dengan kesuksesan usaha. Jika masing-masing fasilitas terbatas untuk mela-yani pelanggan maka persoalannya menjadi persoalan lokasi fasilitas berkapasitaas, dan jika masing-masing fasilitas tidak terbatas untuk melayani pelanggan maka per-soalannya menjadi persoalan lokasi tak berkapasitas (UFLP).

Penentuan lokasi pada dasarnya merujuk pada pemrograman linear yang menyangkut persoalan optimasi. Pemahaman yang baik tentang pemrograman linear sangat

mendukung dalam penyelesaian persoalan optimasi. Masalah linear programming (LP) atau pemrograman linear memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efisien dari sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Masalah ini memperkenalkan sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi dari setiap masalah. Pemilihan suatu solusi meliputi pemecahan masalah terbaik untuk suatu masalah pada tujuan yang dinyatakan secara tidak langsung di dalam pernyataan dari masalah

(19)

7

tersebut. Suatu solusi yang memuaskan semua kondisi dari tujuan yang telah dite-tapkan dinamakan solusi ooptimum.

Dalam persoalan program linear penyelesaian optimal dapat berupa bilangan real yang berarti bisa bilangan bulat atau bilangan pecahan. Jika pada penyelesaian pecahan dilakukan pembulatan ke bilangan bulat terdekat maka hasil yang diperoleh bisa tidak sesuai dengan hasil yang akan diharapkan. Diberbagai persoalan banyak memerlukan penyelesaian yang bulat sehingga dicari model penyelesaian dari suatu persoalan sedemikian hingga memperoleh penyelesaian yang bulat atau penyelesaian interger yang optimum. Program interger merupakan pengembangan dari program linear, dalam persoalan integer programming jika modelnya mengharapkan semua variabelnya bernilai integer maka disebut pure integer. Jika nilai variable-variabel tertentu bernilai integer artinya variabelnya tidak semuanya bilangan bulat maka programnya disebut dengan program linear integer campuran (Miced Integer Linear Program atau MILP). Djannanty dan Rostamy (2006) meneliti masalah pencakupan

dan partisipasi pada aplikasi penjadwalan penerbangan, bis, lokasi pabrik, circuit switching atau pengalihan sirkuit dan penyeimbangan ranngkaian pengambilan in-formasi. Dalam penelitiannya dikemukakan,

Misalkan M = {1,2,3, . . . , m} adalah himpunan dari m, bilangan bulat dan misalkan s menotasikan suatu himpunan dari n himpunan bagian dari M.

(20)

8

perusahaan akan mendeterminasi bentuk kombinasi dari sumber daya yang dimiliki untuk kemungkinan menghasilkan produk dimana tidak hanya memenuhi rencana produk tetapi juga memaksimumkan keuntungan. Hal ini mempunyai kondisi dasar seperti ketersediaan sumber daya yang terbatas dan persyaratan rencana produksi serta permintaan acak dari konsumen dan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan.

2.1 Metode Linear Programming

Program linear merupakan metode matematika untuk mengalokaasikan sum-ber daya yang biasanya terbatas supaya mencapai hasil yang optimal, misalnya memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Oleh karena itu, pro-gram linear banyak dipergunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah, antara lain ekonomi dan industri.

Para pengambil keputusan sering menghadapi masalah dalam menentukan alokasi sumber daya yang terbatas karena mereka menginginkan hasil yang seoptimal mungkin. Dengan menggunakan model program linier, para pengambil keputusan dapat memprediksi hasil yang akan diperoleh.

Bentuk umum model program linear adalah sebagai berikut:

(21)

9

Z : Nilai fungsi Objektif

cj : Sumber per-unit kegiatan, untuk masalah memaksimalkancj yang menunjukkan keuntungan per-unit,sedangkan untuk kasus

meminimalkan cj menunjukkan biaya per-unit, dan per-kegiatan.

b : Besarnya sumber daya i,(i= 1,2, . . . , m).

aij : Banyak sumber daya i yang dipakai sumber daya j.

2.2 Metode Program Integer

Pada masalah program linear penyelesaian optimalnya dapat berupa bilangan real yang berarti penyelesaian bisa berupa bilangan pecahan. Untuk penyelesaian yang berbentuk pecahan jika mengalami pembulatan ke integer terdekat maka hasil yang diperoleh bisa menyimpan jauh dari yang diharapkan. Akan tetapi banyak permasalahan di kehidupan nyata yang memerlukan penyelesaian variabel keputusan berupa integer sehingga harus dicari model penyelesaian masalah sehingga diperoleh penyelesaian integer yang optimum.

Program integer merupakan penngembangan dari program linear dimana be-berapa atau semua variabel keputusan harus berupa ineger. Jika hanya sebagian variable keputusan merupakan integer maka disebut Program Integer Campuran (mixed integer programming).Jika semua variabel keputusannya bernilai integer dise-but program integer murni (pure integer programming). Sedangkan program integer 0-1 merupakan bentuk program integer dimana semua variabel keputusannya harus bernilai integer 0 atau 1 (binary). Bentuk umum model program integer adalah:

(22)

10

kendala:

P

aijxj(≤,=≥), bi (i= 1,2, . . . , m)

xi ≥0 (j = 1,2, . . . , n)

xj bernilai integer untuk beberapa atau semuaj.

Bentuk umum model program integer 0-1 adalah sebagai berikut:

max (min)Z =Xcjxj (2.3)

kendala:

P

aijxj(≤,=≥), bi (i= 1,2, . . . , m)

xi = 0 atau xj = 1 (j = 1,2, . . . , n)

Suatu metode yang sederhana dan kadang-kadang praktis untuk menyelesaikan integer programming adalah dengan membulatkan hasil variable keputusan yang diperoleh melalui LP. Pendekatan ini mudah dan praktis dalam hal usaha, waktu dan biaya yang diperlukan untuk memperoleh suatu solusi. Bahkan, pendekatan pembulatan dapat merupakan cara yang sangat efektif untuk masalah integer pro-gramming yang besar damana biaya-biaya hitungan sangat tinggi atau masalah nilai-nilai solusi variable keputusan sangat besar. Contohnya, pembulatan nilai so-lusi jumlah pensil yang harus diproduksi dari 14.250,2 menjadi 14.250,0 semestinya dapat diterima. Namun, dengan demikian sebab utama kegagalan pendekatan ini adalah solusi yang diperoleh mungkin bukan solusi integer optimum yang sesung-guhnya.

Dengan kata lain, solusi pembulatan dapat lebih buruk dibanding solusi in-teger optimum yang sesungguhnya atau mungkin merupakan solusi tak layak. Ini membawa konseksuensi besar jika jumlah produk-produk seperti pesawat angkut komersial atau kapal perang yang harus di produksi di bulatkan ke bilangan bulat terdekat.

(23)

11

2.3 Metode Integer Programming 0-1

Dalam bagian model lokasi sebelumnya, jika lokasi fasilitas baru diberikan, maka nilai dari untuk semua fasilitas akan di berikan, dan kemudian nilai fungsi obyektif dapat dihitung.

Untuk memperoleh fasilitas baru dari J ∈F dapat direpresentasikan sebagai berikut:

Kemudian himpunan dari tersebut terdapat paling sedikit satu lokasi dari fasilitas barujyang dapat diperoleh dengan dinotasikan denganDj =D\Djδ. Untuk masing-masing fasilitas baru j, maka diberikan himpunan dari Dj ⊆ Dj untuk mendapatkannya secara istimewa. Jika sebaliknya, maka i ∈Dj. Dengan demikian teorema berikut memainkan peranan penting untuk menemukan lokasi yang optimal dari masalah lokasi dalam lingkungan kompetitif tersebut.

2.4 Lokasi Fasilitas dengan Permintaan Acak

Beberapa masalah persoalan lokasi dengan permintaan acak antara lain:

1. Alokasi tempat yang kurang strategis terhadap berbagai macam permintaan acak atau demand point (DP) yang diinginkan oleh konsumen.

2. Jarak yang teerlalu jauh terhadap pendistribusian dari tempat produksi barang atau jasa sehingga memberatkan biaya operasional. Karena terlalu jauh ke-mampuan untuk membeli (buying power atau BP) menjadi berkurang.

(24)

per-12

mintaan acak dalam lingkungan kompetitif terlalu jauh sehingga mempen-garuhi permintaan (Demand Point atau DP).

Pengambilan keputusan (Decesion Makers atau DM) harus mampu memecah-kan kendala yang ada dalam persoalan lokasi dengan permintaan acak tersebut agar resiko yang ditimbulkan dapat diminimumkan sehingga kemampuan untuk membeli (Buying Power atau BP) dari konsumen terwujud. Dengan kata lain, pengambilan keputusan atau DM harus mampu menganalisa persoalan fasilitas dengan permin-taan acak yang telah diketahui sebelumnya sehingga keputusan yang diambil mam-pu untuk memecahkan kendala-kendala yang ada yang berkaitan dengan persoalan lokasi dengan permintaan acak.

Pemilihan suatu lokasi untuk membangun suatu fasilitas yang baru dari be-berapa lokasi alternatif yang ada harus mampu menetapkan satu lokasi yang

meng-untungkan baik itu dibidang perusahaan dagang maupun perusahaan jasa. De-ngan lokasi dan fasilitas yang mencukupi untuk menjaga eksistensi barang atau jasa yang diberikan tersebut harus mampu menarik para pelanggan untuk tetap memi-lih fasilitas-fasilitas yang telah ditawarkan, sehingga kemampuan membeli ata BP semakin meningkat dan keuntungan yang diperoleh semakin bertambah. Lokasi strategi yang dipilih untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan dibidang barang dan jasa sangat mementukan hasil yang optimal ataupun yang kurang meng-untungkan yang berkelanjutan dengan efisiensi dan efektifitas dari perusahaan terse-but.

2.5 Lingkungan Kompetitif dan Strategi

Perusahaan dapat bertahan hidup dan berhasil dalam jangka panjang hanya jika perusahaan tersebut berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi lime tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan dalam industrinya. Dalam

(25)

13

model klasik Michael Porter mengenai strategi kompetitif bisnis apapun yang in-gin bertahan hidup dan berhasil harus mengembangkan dan mengimplementasikan berbagai strategi untuk secara efektif menngatasi (1) persaingan dari para pesaing dalam industrinya, (2) ancaman pemain baru dalam industri dan pasarnya, (3) anca-man yang dihadapi karena adanya produk pengganti yang dapat mengambil pangsa pasar, (4) daya tawar pelanggan, dan (5) daya tawar pemasok.

Referensi

Dokumen terkait

Program aplikasi ini diharapkan menjadi salah satu media yang bisa memudahkan Kelurahan Pengasinan khususnya pada bagian pelayanan masyarakat untuk membuat dan memperpanjang KTP

Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan

Prinsip ini menekankan bahwa pada saat guru dan orang tua menyajikan materi pengembangan nilai-nilai agama kepada anak Taman kanak-kanak maka hal itu

Dengan m enggunakan rumus t ersebut m aka da pat di ketahui ba hwa pemesanan yang p aling e konomis yang d apat di lakukan pe rusahaan da lam membeli bahan baku kain Cotton

Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: (a) Penatagunaan lahan yang sesuai dengan fungsi kawasan , (b) Pengaturan tata air pada lahan miring

14. Mengidentifikasi bunyi, makna kalimat, Wacana Tentang Menjelaskan arti-arti kata yang terkandung dalam topik: ﺔﻓﺎﻘﺜﻟاو تﻼﺣﺮﻟا.. gagasan, unsur kebahasaan,

Karstifikasi di daerah ini menghasilkan peta kontur yang dicirikan oleh kontur yang khas, merupakan ekspresi dari morfologi depresi, dan bukit-bukit kerucut sebagai

LKIR yang telah diselenggarakan sejak tahun 1969 merupakan salah satu wadah bagi siswa untuk berkompetisi di bidang penelitian ilmiah dan inovasi sekaligus sebagai