BAB III
PROSES RELOKASI PASAR SUTOMO MEDAN
3.1. Pasar Sutomo Sebelum Kebijakan Relokasi
Pasar Sutomo adalah adalah salah satu pasar tradisional yang berada ditengah
kota Medan, aktifitas pasar berlangsung mulai dari pagi sampai siang. Keadaaan
pasar Sutomo yang sifatntya masih tradisional cenderung menciptakan suasana yang
tidak baik.Para pedagang menaruh lapaknya sesuka hati sampai kebahu-bahu
jalan.Akibatnya kemacetan kerap terjadi disaat aktifitas pasar berlangsung, Suasana
semakin parah ditambah dengan perilaku-perilaku pedagang yang membuang
sisa-sisa dagangannya sembarangan, sehingga lingkungan dari pasar tersebut terlihat
kotor.
Keberlangsungan aktifitas pasar Sutomo sepertinya tidak dikontrol baik oleh
pemerintah.Keberadaan dan aktifitas pasar itu sudah berlangsung sangat lama. Lokasi
pasar yang berada di pusat kota mengakibatkan masyarakat mudah menjangkaunya.
Selain itu barang-barang yang diperjual-belikan adalah barang-barang pokok,
sehingga aktifitas ekonomi di pasar ini berjalan lancar.Para pedagang kebanyakan
hanya memikirkan keuntungan hasil penjualan tanpa memperhatikan pengaruh
aktifitasnya terhadap lingkungan.
Pasar ini akan banjir dan sangat becek saat terjadi hujan, air dapat bertahan
sampai beberapa hari menggenang ditengah jalan, itu disebabkan tidak berfungsinya
jalan masuknya air keparit disebabkan terhambat oleh lapak-lapak para pedagang.
Sehingga dengan keadaan jalan veteran, jalan Bintang dan jalan Bulan sangat
memprihatinkan, semua jalan dipenuhi oleh lubang-lubang besar yang memperlambat
laju kendaraan, ini jugalah yang menjadi biang kemacetan disekitar pasar Sutomo ini.
3.2. Kebijakan Pemerintah untuk Merelokasi Pasar Sutomo
Pemerintah sudah lama mengeluarkan kebijakan untuk merelokasi pasar
Sutomo ke daerah Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan.Namun sampai sekarang
perealisasiannya tidak jelas, karena sampai saat ini aktifitas di pasar Sutomo masih
saja berlangsung.Padahal tempat relokasi pasar ini sudah selesaikan dibangun oleh
pemerintah.Kebijakan ini di keluarkan Pemerintah karena pasar ini dianggap tidak
layak lagi untuk melakukan aktifitas jual-beli, karena pasar Sutomo ini menggunakan
bahu jalan sebagai tempat atau lapaknya sebagai tempatnya berjualan. Dengan posisi
tempat atau lapak pedagang yang seperti itu akan menimbulkan kemacetan
disejumlah jalan dan tumpukan sampah disekitaran pasar sehingga menganggu
pengguna jalan yang lain.
Kebijakan ini pada dasarnya sudah sangat baik jika dapat dilaksanakan
dengan tepat, karena pemerintah menggunakan kekuasaannya dengan baik,
Pemerintah melakukan relokasi karena pemerintah merasa kasihan kepada pedagang,
mereka melihat pedagang kepanasan disaat terik matahari dan kedinginan disaat
Kebijakan pemerintah ini juga bertujuan agar kembali menghidupkan
ruko-ruko yang ada diseputaran pasar Sutomo ini.Semenjak pasar ramai oleh pedagang,
ruko-ruko yang ada disini tidak berjalan aktifitasnya dikarenakan toko-toko nya
tertutup oleh lapak dari pedagang yang tepat berada didepan toko tersebut sehingga
menutup jalan masuk kedalam toko.Inilah yang mengakibatkan banyak ruko atau
toko disepanjang jalan ini mati dan tutup.
Kebijakan ini juga dianggap tepat sasaran karena pemerintah ingin para
pedagang terdaftar sebagai pedagang resmi yang nantinya akan dipindahkan kepasar
Induk. Pasar ini berbentuk gedung dan terdapat kios-kios sebagai tempat berjualan,
jadi pasar ini tidak akan kena panas dan hujan. Ini diharapkan pemerintah sebagai
suatu pasar tradisonal yang bersih dan ramah terhadap pelanggan. Jadi jika tempatnya
seperti itu nanti diharapkan akan ramai pembeli yang datang dan tidak akan
menimbulkan kemacetan, tidak seperti yang ada sekarang di pasar Sutomo yang
sangat macet dijalan Sutomo, veteran, bulan dan bintang. Kebijakan relokasi ini juga
diharapkan agar jalan-jalan ini tidak lagi kotor, karena sering sekali terjadi tumpukan
dari sayur-sayur yang busuk akibat tidak laku dibiarkan dipinggir jalan sehingga
mengganggu mata karena kotor.
Dilihat dari fungsi infrastrukturnya, penulis sebagai mahasiswa dan calon
antropolog juga, menilai bahwa kebijakan ini sangat tepat meskipun banyak
penolakan dari pihak pedagang. Relokasi ini diharapkan menjadi faktor yang
mengembalikan infrastruktur jalan kembali kepada fungsinya masing-masing,
ditengah kota dan juga menata kembali kota kedalam fungsi masing-masing. Dan
memang sudah seharusnya Medan sebagai kota besar memiliki Pasar Induk seperti
kota-kota besar lainnya.
3.3. Tanggapan Pedagang Terhadap Kebijakan relokasi
Suatu kebijakan tentu tidak selamanya berhasil direalisasikan
dilapangan.Keberhasilan suatu kebijakan harus didukung oleh semua komponen yang
terkait.Kebijakan pada dasarnya dibuat agar memperbaiki keadaan yang ada untuk
memperoleh keadaan yang lebih baik. Namun terkadang arah suatu kebijakan yang
dibuat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kebanyakan kebijakan hanya berupa
iming-iming dan janji-janji saja.
Kebijakan relokasi pasar Sutomo menuai pro dan kontra baik antara pedagang
dengan pedagang maupun antara pedagang dengan pemerintah. Kebijakan relokasi
pasar Sutomo sampai saat ini tidak terealisasi dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.Kesepakatan diantara pedagang sulit diperoleh karena adanya perbedaan
modal yang dimiliki.Para pedagang yang mengikuti kebijakan dengan pindah lokasi
lapak pada dasarnya yang memiliki modal lebih.Pedagang-pedagang yang tinggal dan
tetap berlapak dipasar Sutomo adalah mereka yang memiliki modal yang
minim.Karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai wawancara
dengan pedagang bahwasanya harga untuk sewa lapak yang disediakan Pemerintah di
3.3.1. Tanggapan Pedagang yang Memilih Bertahan
Kebijakan ini ditanggapi berbeda oleh setiap pedagang, dan kebanyakan
pedagang yang memilih bertahan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan seorang
pedagang yang memilih tetap berjualan di lokasi pasar Sutomo yaitu Ibu Aginta
Sembiring umur 42 tahun yang saya temui ketika beliau hendak membereskan
barang-barang jualannya.
Iya memang aku tau pasar ini telah lama diancang-ancangakan di pindahkan ke pasar Lau Cih, memang kalau diliat cocoknya dipindahkan.
Cocoklah, pasar ini udah gak layak lagi ada ditengah kota, apalagi memang kami dipinggir jalan kayak gini.
Yah gimanalah dek, udah lama aku jualan disini, pelanggan udah banyak dan taunya disini aku jualan, kalau pindah nanti belum tentu orang itu tau tempatku yang baru, lagian pelangganku orang- orang disekitar sini juga, gak mungkin orang itu dating nyari-nyari tempat saya yang baru ditempat baru nanti.
Dari wawancara tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pedagang yang
memilih tetap berjualan di pasar Sutomo takut kehilangan pelanggan apabila pindah
dari lokasi pasar Sutomo tersebut.Sebenarnya mereka menyadari bahwa keberadaan
pasar Sutomo tersebut tidak layak, namun mereka memikirkan keuntungan dan
keberadaan mereka yang sudah lama berjualan di daerah tersebut.Seolah-olah
keberadaan mereka yang sudah lama menjadi alasan untuk bertahan dan
3.3.2. Tanggapan Pedagang yang memilih Pindah ke Pasar Induk
Meskipun banayak pedagang yang menolak pindah, tetapi ada juga pedagang
yang menuruti kebijakan dan aturan yang dibuat oleh Pemerintah. Seperti Ibu
Sihotang 40 tahun yang memilih pindah ke Pasar Induk:
Karena kami sudah diberikan himbauan dari pemerintah untuk tidak lagi berjualan disana, jadi kami ikut peraturan ajalah, kami gamau melawan peraturan.
Yahh kalau lapak memang yang dijanjikan pemerintahah kayaknya kurang puas karena kios-kios disini cenderung sempit dan kecil jadi kurang leluasa menyusun barang, tapi ada juga enaknya disini karena kalau disini gak kena panas, hujan teruspun kan gedung nya ini agak tinggi jadi gak banjir waktu hujan.
Tapi kalau soal pendapatan dek kayaknya gak nentu yaah waktu ada yaa ada tapi seringan sepi dek, enakan kayaknya jualan diwaktu pasar Sutomo itulah.
Rugilah aku dek kalau kutinggalkan kiosku ini udah kubayar mahal, lagian belum tentu tempat ku itu dulu masih ada, mungkin pun kalau pindah kesana lagi aku disana.
Dari wawancara kepada pedagang yang berada di pasar Induk, dapat
disimpulkan bahwa para pedagang yang berada di pasar Induk kurang puas dengan
kios-kios yang disediakan padahal tarif yang dibuat oleh pemerintah sangat
mahal.Jadi para pedagang menganggap kurang seimbang antara harga kios dan
fasilitas yang didapatkan di pasar Induk tersebut. Sebenarya para pedagang yang
pindah ingin kembali lagi ke pasar Sutomo akan tetapi mereka enggan meninggalkan
pasar Induk karena telah mengeluarkan dana yang lumayan besar untuk menyewa
3.4. Tanggapan Pemerintah Terhadap Pedagang yang Menolak Relokasi
Relokasi pasar sutomo ternyata belum berhasil seutuhnya, sebagian pedagang
memang telah menyanggupi kebijakan tersebut, namun sebagian lagi memilih
bertahan. Pemerintah awalnya tidak begitu serius untuk menindaklanjuti para
pedagang yang tidak pindah dan memilih tetap berjualan di pasar Sutomo tersebut.
Alasan para pedagang yang memilih tetap dengan keluhan pelanggan yang nanti
berkurang di tempat yang baru, lokasinya yang terlalu jauh dan modal yang kurang
untuk membeli kios-kios yang disediakan pemerintah sepertinya menjadi bahan
pertimbangan juga bagi pihak pemerintah.
Dengan alasan pedagang yang seperti itu pemerintah awalnya membiarkan
pedagang yang memilih bertahan, tetapi seiring desakan oleh Pemko Medan akhirnya
tetap bertindak untuk mensterilkan lokasi pasar Sutomo ini.Berikut ini adalah sebuah
artikel yang dimuat di media cetak/surat kabar yang berisikan tanggapan atau reaksi
pemerintah terhadap para pedangang yang memilih tetap bertahan di lokasi pasar
Sutomo itu.
Medan (SIB)-Maret 2017, pedagang di Jalan Bulan sekitarnya akan dibersihkan dan dipindahkan ke Pasar Induk Lau Cih,
Medan Tuntungan. Ini merupakan program Pemko Medan
untuk mengurangi kemacetan di inti Kota Medan.
"Hingga saat ini hampir seluruhnya izin kios pedagang sudah
habis dan tidak diperpanjang lagi karena harus dikosongkan,
dan Maret akan dibersihkan dengan tim terpadu," ujar Dirut PD
Pasar Kota Medan Drs Rusdi Sinuraya kepada wartawan,
melakukan sosialisasi dengan menyurati pedagang agar
membongkar kiosnya dan pindah ke pasar induk, sebab hingga
Maret belum dikosongkan maka akan dilakukan
pembongkaran, sedangkan yang belum habis izinnya masih
diberi waktu. Permasalahan selama ini tambah Sinuraya, bila
ada penertiban di Jalan Sutomo, Jalan Seram, Jalan Veteran,
para pedagang bersembunyi ke Jalan Bulan yang merupakan
pedagang legal. "Sementara bila kita tertibkan di tempat yang
legal itu kan sulit, pasti ada persoalan karena pedagang itu
berlindung di PD Pasar Medan," katanya.
Memang diakuinya, bila ada pengosongan lapak pedagang
pasti ada persoalan baru, tetapi PD Pasar membuat solusi
dengan membuat tempat yang lebih baik."Kita membuat solusi,
sebab ini merupakan program Medan Metropolitan kita harus
tegas dan kuat sehingga program ini dapat berjalan dengan
baik," katanya.Sinuraya berharap kepada pedagang di Jalan
Sutomo agar mematuhi program Kota Medan. "Penggusuran
bukan mematikan aktivitas pedagang, tetapi untuk menumbuh
kembangkan pedagang dan menata lebih baik, sehingga dapat
lebih berkembang.Di Jalan Bulan tidak layak lagi. Tetapi di
tempat yang disediakan itu hanya perlu proses, tetapi
memberikan harapan yang pasti. Itu yang kita harapkan
kepastian berdagang untuk kehidupan keluarganya," ujarnya.
Karena itu kepada pedagang Jalan Bulan cepat mengambil
tempat di Pasar Induk karena sudah disediakan tempat yang
lebih layak karena di inti kota tidak layak lagi bahkan harus
dikosongkan karena merupakan salah satu jalan kota untuk
"Di pasar induk kita maksimalkan seluruh pendukung seperti
akses jalan, yang akan ditembuskan ke Simpang Selayang,
Simalingkar dan saat ini proses pembangunannya sudah 50
persen, terminal juga akan difungsikan, pos pengamanan polisi,
pos ATM dan lainnya. Pasar Iduk merupakan ikon sehingga
semua fasilitas pendukung harus ada. Jadi nanti tidak ada lagi
alasan pedagang yang mengatakan pembeli sepi karena akses
jalan tidak ada semua pendukung akan disediakan, karena
pembeli nantinya bukan hanya di dalam kota tetapi juga dari
Aceh, Pekanbaru," jelasnya.(A14/ r)
Berdasarkan uraian yang dimuat dalam artikel tersebut, ternyata pemerintah
juga memiliki alasan yang cukup jelas untuk bertindak lebih tegas terhadap para
pedagang yang bertahan berjualan di lokasi pasar Sutomo. Izin kios yang dimiliki
para pedagang yang masih bertahan belum habis masa berlakunya, namun pada bulan
Maret sudah dipastikan bahwa semua aktifitas pasar Sutomo diberhentikan.
Adanyanya program pemerintah untuk menjadikan Medan sebagai kota Metropolitan
menjadi alasan yang paling mendasar bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan
Relokasi pasar tersebut.
Kondisi wilayah pasar Sutomo memang sangat memprihatinkan
sekali.Kemacetan yang terjadi setiap hari membuat suasana yang kurang baik bagi
keadaan dan kenyamanan masyarakat sekitar dan para pengguna jalan.Keberadaan
pedagang yang menggunakan sebagian bahu jalan untuk menjajakan barang-barang
dagangannya juga menyebabkan kebersihan wilayah pasar Sutomo cukup
Sutomo tidak lagi layak berada di jalan alternatif kota, apalagi pemerintah
menghendaki medan menjadi sebuah kota Metropolitan.
Keberadaan pedagang yang berada di pasar Sutomo ini sebenarnya tidaklah
pedagang yang resmi atau tidak terdaftar di PD Pasar, itu dijelaskan oleh pihak PD
Pasar yang mengatakan bahwa :
“Sebenarnya pedagang yang menempati jalan-jalan Sutomo, veteran, bintang dan seram merupakan pedagang-pedagang yang tidak terdaftar sebagai pedagang-pedagang resmi, mereka merupakan pedagang illegal yang membuka lapaknya disitu, dan kami juga tidak mengutip uang atau retribusi kepada mereka, tapi kalau yang dijalan bulan itu memang pedagang kami dan terdaftar sama kami jadi kami berhak untuk ngutip retribusi sama kami, tapi ini memang juga pasti akan kami pindahkan”
Dari kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
pedagang yang terdaftar di PD Pasar dan cuman hanya yang dijalan Bulan kios atau
lapaknya diakui keberadaannya oleh PD Pasar. Akan tetapi para pedagang yang
disekitaran jalan Sutomo, Bintang, Veteran dan Seram merupakan pedagang ilegal
yang kenyataannya paling ramai dan yang paling menimbulkan masalah seperti
kemacetan. Inilah yang membuat pemerintah kesal dan ingin secepatnya
memindahkan para pedagang resmi dan sekalian melarang pedagang-pedagang yang
liar agar tidak lagi berjualan disekitaran jalan tersebut.
Kebijakan yang ditentukan pemerintah ini merupakan reaksi terhadap
persoalan relokasi yang hasilnya belum didapat ujungnya.Diharapkan ini merupakan
relokasi tahap pertama sudah dilarang untuk berjualan.Pemerintah juga
mengharapkan agar semua elemen yang ada di pasar ini dapat menerimanya dan
sesegera mungkin untuk mengosongkan lokasi dan menuruti kebijakan yang
dilakukan pemerintah untuk pindah ke pasar Induk Lau Cih.
3.5. Tanggapan Masyarakat terhadap Relokasi
Pola pemukiman masyarakat yang ada disekitar pasar ini merupakan tipe
pemukiman yang padat. Pola pemukiman yang seperti ini biasanya merupakan
masyarakat yang berinteraksi satu dengan yang lainnya. Seperti yang diutarakan pada
bab sebelumnya, tidak semua pekerjaan masyarakat disini pedagang, tetapi ada juga
pengusaha, pegawai dan lainnya.
Keberadaan pasar ini awalnya diterima oleh masyarakat dan terbukti dari
besarnya jumlah pekerjaan masyarakat di Kelurahan ini yang menjadi pedagang.
Tetapi seiring terus bertambahnya jumlah pedagang masyarakat yang lain yang tidak
bekerja sebagai pedagang mulai resah karena keberadaan pasar ini. Mereka mulai
tidak nyaman dengan banyak nya sampah yang tertinggal dipinggir-pinggir jalan, lain
lagi dengan bau yang ditimbulkan dari sisa-sisa jualan yang tidak laku dan dibiarkan
membusuk.
Masyarakat sangat mengapresiasi kebijakan pemerintah ini terbukti dari hasil
wawancara dengan masyarakat, mereka mengatakan;
Lagian pemerintah itu udah buat tempatkan untuk ditempati yauda ditempatilah
Kalau masih disininya orang itu jualan suahlah, banyak kali masalahnya udah jalan macet dibuat orang itu tambah lagi kalau udah hujan yaudalah pasti banjirlah jalan ini semua dan udalah becek nanti semua jalan ini, karna kan tertutup tempat pembuangan air keparit tertutup sama lapak-lapak orang itu”.
Dari kutipan wawancara ini ada juga masyarakat yang terganggu oleh
keberadaan pasar ini dan mengapresiasi tindakan pemerintah, mereka sudah tidak
nyaman dengan adanya pasar ini, karena pasar ini membuat permasalahan
permasalahan seperti kemacetan, banjir dan jalan akses keluar masuk rumah mereka
jadi lebih susah karena tertutup lapak para pedagang yang ada dipinggir jalan.
Ada tanggapan yang setuju dan ada juga yang tidak setuju, sebagian
masyarakat ada juga yang menolak atau tidak setuju dengan kebijakan relokasi ini,
mereka menganggap kebijakan ini terlalu terburu-buru dan tidaklah solusi yang tepat
untuk para pedagang, dan masyarakat yang menolak merupakan pedagang juga di
pasar ini, berikut kutipan masyarakat yang tidak setuju.
“Menurutku dek, terburu-buru kayaknya dibuat pemerintah itu,
3.6. Tanggapan Konsumen Terhadap Relokasi
Berbagai macam tanggapan dari elemen-elemen masyarakat turut serta
mempengaruhi kebijakan dari relokasi pasar Sutomo, dan yang juga tidak ketinggalan
adalah pengaruh dari konsumen atau pembeli.Karena kita tahu dalam
keberlangsungan transaksi di pasar sangat dipengaruhi pembeli. Pembeli akan datang
atau ramai jika suatu pasar itu mudah dijangkau oleh mereka dan mudah
mendapatkan apa yang mereka perlu.
Banyak para pembeli mengeluh akan kebijakan relokasi pasar Sutomo,
mereka mengeluh akan jauhnya tempat yang baru nantinya, Seperti yang diutarakan
informan penulis ditempat mengatakan:
“Pasar Sutomo inikan udah lama ada dek, akupun udah lama belanja barang untuk kudagangkan lagi dirumah, terus jauh kali kalau mau kepajak Lau Cih sana aku kalau mau belanja belum lagi disana daerah yang banyak begal sama perampokan, makanya mending disini ajalah aku tetap belanja karna kuliat-liat pun masih banyak nya yang jualan”
Dari penuturan informan ini dapat disimpulkan bahwa para pembeli lebih
suka berbelanja di pasar Sutomo karena lebih mudah dijangkau dari tempat-tempat
mereka tinggal dan infrastuktur seperti angkutan menuju pasar ini mudah
didapatkan.Karena seperti yang ulas sebelum-sebelumnya, Faktor sarana dan
infrastruktur merukan elemen penting dalam berlangsungnya aktifitas ekonomi di
pasar.
Faktor efisiensi waktu juga menjadi perttimbangan pembeli untuk berbelanja
pedagang langganan yang setiap hari mereka beli dagangannya, mereka sepertinya
tidak perlu lagi tawar-menawar harga karena sudah memiliki harga yang telah mereka
sepakati, seperti kutipan wawancara ini:
“Kamipun dek udah senang belanja disini, udah ada langganan kami masing-masing, jadi gaperlu lagi kami susah-susah nawar, teruspun kalau kayak aku belum tentu dapat langganan lagi kayak langganan ku disini kalau nanti belanja ditempat lain, disini bisa aku cepat belanja karna selain dekat dari rumah, pedagangnya itu udah tahu apa-apa aja yang kubelik, jadi tinggal bilang aja kayak biasa kelangganann ku itu.
Meskipun agak lebih mahal baraang-barang disini semenjak digusur keamrin yah gapapalah dari pada ke Lau Cih jauh habis minyak kereta ku kesana”
Berdasarkan wawancara ini dapat diambil kesimpulan bahwa meskipun harga
dipasar ini lebih mahal dari Lau cih, pembeli tetap belanja di pasar Sutomo, karena di
pembeli rata-rata sudah memiliki langganan masing-masing dan meskipun juga harga
yang dipassang pedagang sedikit lebih mahal. Jadi pembeli enggan untuk pindah
kepasar lain, terlebih kepasar induk yang ada di simpang Lau Cih yang jauh dan
BAB IV
KONFLIK RELOKASI PASAR SUTOMO
4.1. Kebijakan Relokasi Sebagai Pemicu Konflik
Kebijakan relokasi pasar Sutomo yang dikeluarkan oleh pemerintah
merupakan sebagian wujud agar terciptanya Kota Medan yang bersih, sehat dan
tertata. Dengan itu pemerintah mulai melakukan kebijakan-kebijakan seperti penataan
ruang kota yang sudah tidak layak lagi berada ditengah kota seperti pasar Sutomo.
Sehingga pemerintah pun melakukan relokasi pasar tersebut ke Pasar Induk di
simpang Lau Cih.
Kebijakan relokasi pasar Sutomo pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
suasana kota dan suaana pasar yang lebih baik dan tertata seperti yang dicanangkan
uuntuk menjadikan kota Medan menjadi salah satu kota Metropolitan. Namun
kebijakan tersebut kurang dipahami oleh kalangan para pedagang.Pemahaman
pedagang yang tidak memaknai kebijakan relokasi tersebut menimbulkan
tindakan-tindakan yang bersifat menolak.
Keberadaan dan aktifitas pasar Sutomo memang sudah sangat lama sehingga
para pedagang merasa berat untuk memenuhi kebijakan relokasi.Kebijakan
pemerintah dalam perelokasian pasar tersebut juga tidak bersahabat bagi para
pedagang.Karena mereka tidak merasa nyaman dengan keadaan pasar induk Lau Cih
sebagai tempat atau sarana pasar yang disediakan pemerintah.Kios-kios yang
sekitar.Dengan itu para pedagang yang disarankan untuk pindah dari pasra Sutomo
mengalami kesulitan untuk mendapatkan kios di pasar induk.
Para pedagang yang hendak pindah dari pasar Sutomo juga mengalami
kesulitan dan terkendala oleh besarnya harga kios yang diberikan pemerintah kepada
mereka.Karena pada umumnya para pedagang tersebut merupakan kalangan
pedagang kecil yang kebanyakan mejual barang-barang sembako seperti
sayur-sayuran dan ikan.Mereka merasa tidak sanggup untuk memperoleh kios di pasar
induk.
Suasana pasar sutomo yang senantiasa ramai dikunjungi oleh pembeli dan
mengakibatkan hasil penjualan para pedagang cukup maksimal.Hal ini juga menjadi
sebuah alasan para pedagang untuk menghiraukan kebijakan relokasi pemerintah.
Mereka khawatir hasil penjualan mereka apabila pindah ke pasar induk akan menurun
dan tidak seperti biasanya.
4.2.Aksi yang dilakukan Pedagang terhadap Kebijakan Relokasi
Tujuan relokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah kurang dipahami oleh para
pedagang.Berbagai aksi dilakukan para pedagang untuk menunjukkan penolakan
kebijakan tersebut. Mereka melakukan aksi demonstrasi diberbagai kantor
pemerintahan seperti kantor Walikota, Gubernur, dan kantor PD Pasar
4.2.1. Melakukan Aksi Demonstrasi di Kantor Walikota
Dengan kebijakan Pemerintah yang dianggap tidak memihak pedagang,
berdagang di pasar Sutomo dikembalikan. Sehingga pedagang melakukan aksi
demonstrasi dikantor-kantor Pemerintahan.
Tolak Relokasi, Pedagang Sutomo Demo Kantor Wali Kota Medan
Jumat, 10 Juli 2015 10:59
TRIBUN MEDAN / ABUL MUAMAR
Para pedagang dari Pasar Sutomo berdemonstrasi di depan Kantor Wali Kota Medan, Jumat (10/7/2015). Aksi ini merupakan respons mereka terhadap rencana Pemko Medan mensterilkan mereka dari Sutomo dan sekitarnya. Laporan Wartawan Tribun Medan / Abul Muamar TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Ratusan pedagang dari Pasar Sutomo dan sekitarnya berdemonstrasi ke Kantor
Wali Kota Medan, Jumat (10/7/2015). Mereka menolak
relokasi yang hendak dilakukan Pemko Medan terhadap
mereka, agar mereka pindah ke Pasar Induk Lau Cih,
Medan Tuntungan.
Pantauan Tribun, para pedagang datang dengan sejumlah
kendaraan pick-up, dan parkir di sepanjang Jalan Maulana
Lubis. Dengan alat pengeras, mereka berteriak
"Bapak Wali Kota Medan, Anda benar-benar tidak
bijaksana. Anda dulu berjanji tidak akan mengutak-atik
Pusat Pasar (Sutomo). Sekarang Anda malah ingin
membunuh kami.Kami sudah puluhan tahun mencari
makan di sana," teriak orator dengan pengeras suara.
"Satpol PP, kalian tidak bermoral dan tidak manusiawi.
Kalian hantam pedagang dengan penuh kekerasan.Percuma
saja kalian disekolahkan!"
Dalam pernyataan sikap yang diakomodir oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), para pedagang menuntut agar
Pemko Medan menghentikan intimidasi dan kekerasan
yang selalu dilakukan Satpol PP setiap kali melakukan
penertiban.
Mereka juga meminta aparat hukum menangkap dan
mengadili Wali Kota Medan, Dirut PD Pasar Medan, dan
Kepala Satpol PP Medan.
Aksi para pedagang dari Sutomo ini merupakan balasan
dari aksi demonstrasi yang dilakukan pedagang dari Pasar
Induk Lau Cih beberapa waktu lalu, yang ingin agar
mereka turut direlokasi ke Pasar Lau Cih.Dimana, dari hasil
demonstrasi tersebut, Pemko Medan berencana
mensterilkan mereka dari kawasan Sutomo dan sekitarnya.
(amr/tribun-medan.com) Penulis: Abul Muamar
Dengan kebijakan relokasi yang dilaksanan oleh Pemerintah, dengan ini
pedagang dengan jelas menolak, segala cara dilakukan agar mereka tidak direlokasi,
Seperti yang dimuat oleh surat kabar diatas yang memuat bahwa pedagang
melakukan demonstrsi di kantor Walikota dan DPRD. Pedagang berharap dengan
mereka melakukan aksi dan menyuarakan aspirasi mereka, Pemerintah dapat
membela dan menanggapi nasib semua pedagang pasar Sutomo.
4.2.2. Aksi Demonstrasi di Kantor DPRD Kota Medan
Beberapa hari setelah aksi yang dilakukan di Kantor Walikota tidak begitu
didengar oleh Walikota Medan, Pedagang juga menuntut haknya dengan cara
melakukan aksi juga di Kantor DPRD Kota Medan, mereka masih menuntut dan
mengadukan nasib masing-masing pedagang jika tidak berjualan lagi. Seperti yang
dimuat di surat kabar berikut ini.
Tolak Penggusuran, Pedagang Pasar Sutomo Datangi DPRD Kota Medan
Ratusan pedagang Pasar Sutomo Medan mendatangi
Kantor DPRD Kota Medan, Sumatera Utara, Senin 28
Maret 2016 (Foto: MTVN/Budi Warsito)
Metrotvnews.com, Medan:
Para pedagang menilai penggusuran dengan alasan relokasi
itu bukan solusi tepat.Pedagang Pasar Sutomo menilai
relokasi ke Pasar Lau Chi tidak cocok dan kurang
menguntungkan.
"Kami bukan tidak taat hukum, tapi kalau kami
dipindahkan ke sana, pedagang eceran ini tidak akan
bertahan dan kalah bersaing," kata dia.
Pedagang pun menawarkan solusi. Mereka siap untuk
menempati lokasi yang lebih tertata dan strategis asal tidak
di Pasar Lau Chi."Kami yang bertahan ini berharap ada
solusi lain.Kami siap ditata untuk tidak lagi berjualan di
Jalan Sutomo. Kami hanya akan di gang-gangnya saja. Asal
jangan di Lau Chi," imbuh dia.Sementara itu, Ketua Komisi
C DPRD Medan Godfried Lubis mengatakan, perlu
pendataan komprehensif terhadap para pedagang Pasar Ratusan pedagang Pasar
Sutomo Medan, Sumatera Utara, berunjuk rasa di depan
Kantor DPRD Kota Medan, Senin 28 Maret. Mereka
memprotes aksi penggusuran yang dilakukan Pemerintah
Kota Medan lantaran dinilai tak manusiawi. "Mereka
memperlakukan kami seperti itu.Kami ini bukan maling,
kami hanya mengais rezeki. Kami ini orang kecil," kata
perwakilan pedagang, Zulkifli Lubis, di depan Kantor
DPRD Kota Medan, Jalan Maulana Lubis, Senin
terhadap para pedagang. Kondisi itu membuat proses
pembahasan solusi untuk para pedagang menjadisulit .
“Selain itu kami melihat ada pihak-pihak yang menjadi
penumpang gelap dalam kasus ini. Ada yang mencari
keuntungan dan sengaja memprovokasi pedagang agar
mereka terus berada disana,” kata Godfried."Sebenarnya
bukan tanpa solusi, Pemkot Medan sudah menawarkan agar
para pedagang dipindahkan ke empat pasar yang ada di
Medan.Tapi para pedagang ini mau dipisahkan.Pemerintah
Kota lalu mengambil kebijakan memindahkan mereka ke
Pasar Lau Chi, tapi bagi kalian ini bukan solusi juga,”
imbuh dia.Hal senada juga disampaikan Kepala Polresta
Medan Komisaris Besar Polisi Mardiaz Kusin Dwihananto.
Ia juga meminta agar para pedagang mengutus secara jelas
perwakilan mereka untuk berdialog dengan Pemerintah
Kota dan DPRD Kota Medan.“Saya sudah tegaskan kepada
Wali Kota Medan, kalau kami dari kepolisian tidak lagi
akan mem-backup Satpol PP dalam penertiban itu. Kalau
Pemkot Medan tidak segera memberikan solusi, kami ini
bukan polisi pasar. Terganggu prioritas kerja kami karena
persoalan ini,” kata Komisaris Besar Polisi Mardiaz Kusin
Dwihananto.Penggusuran terhadap pedagang buah dan
sayur Pasar Sutomo muncul setelah desakan pedagang eks
Pasar Sutomo yang pindah ke Pasar Induk Lau Chi. Mereka
mendesak Pemerintah Kota Medan untuk memindahkan
para pedagang yang masih bertahan dilahan Pasar
Sutomo.Masih adanya pedagang yang berjualan di Pasar
Sutomo membuat omzet pedagang yang pindah ke Pasar
memilih berbelanja ke Pasar Sutomo .
Dalam aksinya, para pedagang Pasar Sutomo sempat
memblokir Jalan di depan Kantor DPRD dan Kantor Wali
Kota Medan. Pemblokiran tersebut pun menimbulkan
kemacetan panjang.Petugas Dinas Perhubungan dan
Kepolisian pun harus melakukan rekayasa lalu lintas.
(TTD)
4.2.3. Pedagang Blokade Jalan
Setelah berbagai aksi demonstrasi di Kantor Pemerintahan dan kurang ditanggapinya
aspirasi pedagang, Pedagang melakukan blockade jalan Sutomo. Blokade ini
bertujuan agar hak Pedagang didengarkan, Pedagang membakar ban sambil terus
berteriak. Blokade ini terus dijaga oleh pihak Kepolisian dan apart lainnya. Seperti
yang diterbitkan oleh sutar kabar dibawah.
Protes relokasi, pedagang blokade Jalan Sutomo Medan Senin, 6 April 2015 11:58
Reporte
Pedagang blokade Jalan Sutomo Medan. ©2015
merdeka.com/yan muhardiansyah
memblokade persimpangan Jalan Sutomo-HM Yamin serta
Jalan Sutomo-Perintis Kemerdekaan, Senin (6/4).
Blokade itu dilakukan dengan cara membakar ban bekas
dan kayu-kayu dari bekas lapak-lapak pedagang. Mereka
juga melempari petugas Satpol PP yang melakukan
penertiban.
Sejumlah pemuda melarang kendaraan melintas di kawasan
itu.Beberapa di antaranya membawa balok kayu.Akibat
aksi ini, kemacetan tidak terhindarkan di Jalan Prof HM
Yamin, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Sutomo
sekitarnya.
Para pedagang menyatakan keberatan direlokasi ke Pasar
Induk khusus sayur dan buah di Jalan Bunga Turi,
Kelurahan Lau Cih, Medan Tuntungan. Alasannya, lokasi
baru itu terlalu jauh dari keramaian, karena berada di
pinggir kota
"Seluruh pedagang di sini menolak. Kami semua menolak,
karena tidak bisa cari makan di sana. Kami menolak
direlokasi," ucap Surliana, seorang pedagang.Usai
memblokade jalan, para pedagang konvoi. Menumpang
sepeda motor dan becak bermotor mereka dikabarkan
menuju gedung PTUN Medan di Medan Sunggal.
Aksi protes dilakukan pedagang sejak Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) Pemkot Medan menertibkan
lapak-lapak pedagang di sekitar Jalan Sutomo, Jalan
Bedagai dan Jalan Sei Kera mulai Sabtu (28/3) malam.
Kawasan di sekitar Jalan Sutomo Medan dan Jalan Bedagai
merupakan pusat perdagangan sayur di Kota Medan sejak
pada dinihari hingga pagi.Mereka melayani pedagang
sayur, kelontong dan pemilik warung makan di Kota
Medan.[hhw]
4.2.4. Bentrok dengan Aparat Pemerintah
Dengan adanya penjagaan yang dilakukan oleh pihak-pihak aparat
Pemerintah, lokasi pasar yang biasanya ramai oleh pedagang menjadi sepi. Para
pedgang bergeser ketempat yang tidak dijaga oleh aparat, mereka membuat
dagangannya diatas kendaraan mereka baik itu mobil pick up ataupun becak
bermotor. Dengan keadaan yang seperti itu aparat juga terus bergeser untuk
mengangkut barang dagangan pedagang yang terus melawan dengan cara berdagang
ditempat lain. Dengan kejadian pedagang bentrok dengan aparat Satpol PP yang
mengambil dagangannya. Banyak jorban luka-luka yang berjatuhan baik dari pihak
pedagang dan pihak Satpol PP. Berikut ini artikel yang memuat aksi yang terjadi.
Bentrok Berdarah di Pasar Jalan Sutomo Petugas Satpol PP dan Pedagang Jadi Korban
March 31, 2016
MEDAN|SUMUT24
gabungan dari TNI, Polri, Satpol-PP dan SKPD Kota
Informasi yang diperoleh di lapangan, menerangkan dalam
bentrokan tersebut terdapat korban dari petugas Satpol-PP
dan pedagang mengalami luka-luka.
Medan kembali bentrok di Jalan Rakyat, Kecamatan Medan
Perjuangan, Rabu (30/3) sekira pukul 05.00 WIB.
“Ada dua orang petugas Satpol-PP yang terluka dan
seorang pedagang juga ikut jadi korban,” terang salah
seorang warga sekitaran Jalan Rakyat.
Diungkapkan warga, bentrokan yang terjadi karena para
pedagang tetap bertahan berjualan di sekitaran Jalan Rakyat
semenjak Pasar Sutomo diduduki petugas gabungan.
“Mereka (pedagang) menolak direlokasi ke Pasar
Induk.Makanya pedagang itu melakukan perlawanan
kepada petugas dan bentrok pun tidak dapat
dihindari.Korban sudah dibawa ke RS Pirngadi,”
ungkapnya.
Kasatpol PP Kota Medan, M.Sofyan, saat dikonfirmasi
terkait bentrok tersebut belum memberikan keterangan.
Diketahui, waktu penertiban pedagang Pasar Sutomo yang
sebelumnya hanya selama 30 hari. Kini melihat para
pedagang yang masih tetap bersikeras berjualan petugas
gabungan akan menambah waktu penertiban selama dua
bulan ke depan.
Dalam penertiban yang dilakukan Pemerintah Kota Medan
menghabiskan dana sebesar Rp 3,1 miliar.
Anggota komisi C Dewan Perwakilan Rakyat kota Medan,
Hasyim meminta tim penertiban Pasar Sutomo tidak hanya
kembali membuka lapak di Jalan Perjuangan, Veteran,
Bedage dan lainnya.“Seharusnya dijaga di semua titik biar
seimbang,” katanya,Hasyim mengatakan akibat petugas
yang hanya berkonsentrasi penjagaan di Jalan Sutomo, para
pedagang dengan leluasa membuka lapak di jalan Veteran,
Perjuangan dan lainnya. Padahal awalnya petugas
gabungan menjaga di titik tersebut.
Pantauan tribun, pedagang mulai menjamur di lokasi-lokasi
tersebut setelah penjagaan mengendur di sekitar jalan
Sutomo sekitar pukul 09.00 WIB.Para pedagang terlihat
leluasa menggelar dagangannya karena tanpa adanya
penjagaan.
Camat Medan Perjuangan, Dedi Jaminsyahputra Harahap
mengaku wilayahnya, terutama Jalan Perjuangan dan Jalan
Rakyat telah digunakan para pedagang eks Jalan Sutomo
dan sekitarnya untuk lokasi berjualan. Meski tim gabungan
telah berulang kali melakukan penertiban namun para
pedagang masih kucing-kucingan.
Begitu melihat tim gabungan datang, pedagang langsung
menyembunyikan barang dagangannya di rumah penduduk.
“Satu jam saja ada waktu, para pedagang langsung
memanfaatkannya untuk berjualan,” jelas Dedi (BS).
Dari artikel ini memang dapat diambil kesimpulan bahwa para pedagang
memang kecewa atas kebijakan dari pemerintah ini, maka dari itu para pedagang
menyuarakan aspirasi mereka untuk tidak dipindahkan ke Pasar Induk dan diberikan
bahwa para pedagang memiliki power untuk melawan kebijakan ini karena mereka
bersatu sesama pedagang untuk menentang.
Para pedagang dapat bersatu karena mereka menganggap diri mereka senasib
jadi tidak ada salahnya mereka bersatu untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan, seperti yang diutarakan informan berikut.
“Waktu udah ada kabar mau digusur kami, kami semua pedagang ngumpullah ngomong gimana nasib kami, terus sepakat kami kalau kami memang harus jualan disini, gamau mau kami digusur, yauda beranilah kami sama-sama ngelawan waktu datang satpol PP itu, kami hadang orang itu, bakar-bakar ban kami ditengah jalan itu. Itu wujud kecewa kami sama pemerintah ini yang gak mau dengar aspirasi kami”
4.3. Penggusuran Lapak Pedagang sebagai Bentuk Penegasan Kebijakan Relokasi
Alih-alih mengkosongkan jalan-jalan di Pasar Sutomo, para pedagang justru
melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah ini.Dengan ini pemerintah
pada waktu yang lalu jelas-jelas bertindak dengan tegas kepada para pedagang.
Pemerintah bekerjasama kepada para aparat-aparat terkait seperti Pihak Kepolisian,
TNI, dan Satpol PP.
Pemerintah mengerahkan ribuan aparat gabungan untuk menggusur para
pedagang yang memilih tinggal dan berusaha melawan. Dengan ini pihak aparat
melakukan penggusuran lapak para pedagang, sebagian lapak yang terbuat dari
diambil dan diangkut oleh pihak Satpol PP. Berikut ini adalah artikel tentang
penggusuran yang dilakukan pemerintah.
Pedagang Pasar Sutomo Medan akan Disapu Bersih Ratusan Aparat
Juli07/ 201520:50 WIB Oleh : Newswire
Bisnis.com, MEDAN - Ratusan aparat keamanan akan melakukan penertiban para pedagang yang masih berjualan
di Pasar Sutomo, Medan.
Sebanyak 700 personel gabungan dari Polresta Medan,
Kodim 0201/BS dan Satuan Pamong Praja Pemkot Medan
akan menertibkan pedagang dengan merelokasinya ke
Pasar Induk Lau Cih di Kawasan Tuntungan pada Jumat
(10/7).
"Kita akan membersihkan kawasan Pasar Central Sutomo
tersebut," kata Kapolresta Medan Kombes Pol Mardiaz
Kusin Dwihananto di Medan, Selasa (7/7/2015).
Hal itu dikatakannya menanggapi aksi unjuk rasa ratusan
pedagang Pasar Induk Lau Cih ke Balai Kota Medan,
Selasa (7/7) yang meminta pemerintah agar serius dalam
Keputusan penertiban Pasar Sutomo itu didapatkan setelah
Pemkot Medan, Polresta Medan, Kodim 0201/ BS, Kejari
Medan, dan DPRD Medan menggelar rapat bersama terkait
keluhan pedagang Pasar Induk Lauchi.
Seorang pedagang Noverianti Tarigan (34) dalam orasinya
mengatakan, pihaknya meminta ketegasan Pemkot Medan
untuk segera mengosongkan Pasar Sutomo.
Pihaknya menilai pihak Pemkot Medan kurang serius
menyelesaikan persoalan relokasi Pasar Sutomo ke Pasar
Induk yang berada di kawasan Tuntungan tersebut.
"Sudah sejak dulu berjanji akan mengosongkan Pasar
Sutomo, tapi sampai sekarang masih ada yang jualan
disana," katanya.
Menurut dia, dampak belum direlokasinya pasar itu,
pembeli yang ada menjadi terbagi dua, yakni ke Pasar
Sutomo dan Pasar Lauchi.
Usai mendapatkan penjelasan dari Pemkot Medan tentang
penertibab Pasar Sutomo, ratusan pedagang merasa
gembira dan membubarkan diri.
Unjuk rasa ratusan pedagang Pasar Induk tersebut
menyebabkan sejumlah ruas jalan di inti kota mengalami
kemacetan yang cukup parah.
Sumber : Antara
Dari artikel ini dapat disimpulkan kalau Pemerintah benar-benar akan membersihkan
lokasi pasar Sutomo ini dari pedagang, Pemerintah sudah menyiapkan pasukan aparat
untuk menjaga lokasi agar tidak ditempati oleh pedagang.
Kamis, 17 Maret 2016 11:01
Laporan Wartawan Tribun Medan / Joseph Ginting
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN –
Sebanyak 990 personil gabungan membersihkan
lapak-lapak yang ditinggalkan
(17/3/2016) subuh.
Razia tersebut dilakukan untuk menghempan
sutomo kembali berjualan di lokasi itu.
Razia yang dilakukan sekitar pukul 01.OO-02.OO WIB
tersebut berjalan lancar tidak ada
berjualan.Satuan Polisi Pamong Praja yang menjadi
eksekutor membuka lapak-lapak dari kayu dan membakar
keranjang yang ditinggal pemiliknya.
Wali Kota Medan
Medan, Akhyar Nasution menyempatkan diri meninjau
pengamanan kawasan Sutomo. Keduanya hadir untuk
memberikan support kepada petugas.
Kepada Wartawan, Eldin mengatakan akan terus memantau
melakukan kegiatan pengamanan kawasan Sutomo ini
sampai tuntas sehingga tidak ada lagi
berjualan di sini.
"Kita akan kerjakan sampai tuntas," katanya di Jalan
Sutomo.
Setelah kawasan Sutomo nantinya tidak lagi dijadikan
tempat berdagang, Eldin mengaku pihaknya akan
melakukan perbaikan infrastruktur agar kawasan Sutomo
tertata rapi kembali.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan,
Muhammad Sofyan mengaku pihaknya akan melakukan
penjagaan kawasan Sutomo selama 30 hari ke depan.
Penjagaan dilakukan agar
Jalan Sutomo.
"Sementara kita jaga 30 hari ke depan dengan jumlah
personil sebanyak 990 personil," katanya. Dana yang
sementara dimiliki untuk membiayai operasional sebesar
Rp 3.1 miliar.
(wes/tribun-medan.com)
Operasi Penggusuran Pedagang Jalan Sutomo Ditingkatkan
Jumat, 1 Mei 2015 | 07:04:47
Pemko Medan meningkatkan operasi pembersihan para
pedagang di jalan Sutomo dan sekitarnya dengan
melakukan pemantapan pengamanan yang lebih tinggi lagi
kepada para personil.
Hal ini terungkap saat rapat pemantapan peningkatan
operasi pembersihan para pedagang di Jalan Sutomo dan
sekitarnya, Kamis (30/4) di balai Kota Medan, dipimpin
Asisten Pemerintahan Drs Musadad, dihadiri Kasatpol PP
M Sofyan S Sos, Wakasat Intel Polresta, Kodimtabes
0201/BS, Dirut PD Pasar Benny Sihotang, dan instansi
terkait lainnya.
Dikatakannya, operasi pembersihan para pedagang dari
Jalan Sutomo dan sekitarnya ditingkatkan agar agar semua
pedagang berjualan di tempat yang sudah disediakan di
penertiban di lokasi Jalan Sutomo dan sekitarnya akan
dilakukan operasi teritorial yakni gotong royong massal
pada Minggu (3/5) yang melibatkan TNI, Polri dan Pemko
Medan, dengan sasaran membersihkan jalan dan drainase
dengan menurunkan alat berat dan cara manual
“Pemerintah kota telah membuat peraturan dan draftnya
telah dibuat tentang larangan masuk kenderaan pengangkut
sayur mayur dan sejenisnya ke Jalan Sutomo dan
sekitarnya, selain itu rencana pemasangan portal namun ini
perlu dibahas lebih lanjut lagi.Saya himbau kepada para
pedagang yang masih mangkal di Jalan Sutomo dan
sekitarnya agar mau pindah ke pasar Induk dan di Pasar
Induk masih ada lagi tempat” ujar Musadad.
Dirut PD Pasar Benny Sihotang SH mengatakan, pihaknya
telah melakukan pendataan terhadap para pedagang Jalan
Sutomo, jalan Martinus Lubis, jalan Veteran, Jalan Sei
Kera dan Terminal pada 2012 lalu, pendataan ini
sehubungan pemindahan ke Pasar Induk, jumlah pedagang
tersebut sebanyak 1.799 pedagang terdiri dari Grosir, Sub
Grosir dan Eceran.
Dikatakannya kondisi saat ini Pasar Induk menyiapkan 720
unit Grosir, 432 Sub Grosir, 56 wisata buah dan 1 kantin,
selain itu swadaya para pedagang telah membangun
sebanyak 142 Grosir, dan 466 eceran untuk menampung
para pedagang Jalan Sutomo dan sekitarnya yang
jumlahnya bertambah, dan di lokasi masih ada 3 kelompok
pedagang yang bertahan tidak mau dipindahkan padahal
Benny mengatakan, pihaknya jauh sebelumnya telah
melakukan penyuluhan, pengumuman, melayangkan surat
pengosongan lokasi kepada para pedagang untuk segera
pindah ke lokasi yang baru yakni pasar induk, namun
sampai sekarang tiga kelompok yang bertahan tidak mau
dipindahkan dengan lasan tidak ada tempat lagi dan
dagangan mereka tidak laku padahal mereka sudah
memiliki kios di Pasar Induk.
“Dampak dari operasi pembersihan ini, Pasar Induk mulai
ramai dan hidup, kemaren telah masuk sebanyak 1000 lebih
pedagang ke pasar Induk, dan beberapa pedagang dari
Pasar Tradisional telah belanja di Pasar Induk, saya imbau
agar pedagang segera menempati kiosnya di pasar Induk,
apa bila ditunggu selama sepuluh hari tidak ditempati, kios
akan dialihkan kepada pedagang lain,“ tegas Benny. (red)
Dari beberapa artikel diatas dapat dilihat bahwa pemerintah tidak main-main
dengan pedagang, pemerintah jelas ingin secepatnya lokasi ini steril dari
pedagang.Pemerintah langsung mengerahkan aparat untuk menghancurkan kios atau
lapak pedagang. Setelah kios dihancurkan pemerintah juga langsung berkoordinasi
dengan dinas kebersihan kota Medan untuk membersihkan lokasi pasar agar dapat
menjadi lebih bersih.
Pemerintah juga langsung dengan tegas mengangkut barang dagangan
pedagang yang masih ada di pasar Sutomo.Para satpol PP disebarkan disekitaran
jalan-jalan menuju lokasi pasar. Jika ada kendaraan baik itu mobil pick up ataupun
diangkut ke Polresta Medan. Barang dagangan beberapa pedagang pernah diangkut
Satpol PP ke Polresta Medan, barang dagangan itu merupakan efek jera yang
dilakukan pemerintah agar tidak ada lagi pedagang yang ingin mencuri-curi
kesempatan berjualan dilokasi pasar tersebut.
4.4. Tuntutan dan Alasan Pedagang yang Bertahan di Sutomo dan Pedagang yang Pindah Ke Pasar Induk
Berdasarkan penelitian penulis dilapangan, penulis melakukan atau membuat
kuisioner untuk 30 orang pedagang yang berisikan 4 pertanyaan, dan pertanyaan
pertama adalah: Apa alasan bapak tetap bertahan di pasar Sutomo?
Alasan Pedagang Jumlah pedagang Pembeli di pasar Sutomo ramai 9
Jarak pasar Induk Jauh 8
Harga lapak di Pasar Induk mahal 13
Dari table hasil kuisioner diatas menyatakan bahwa 13 dari 30 pedagang alasan
mereka bertahan adalah karena harag sewa lapak di pasar Induk mahal sehingga tidak
sanggup untuk menyewa lapak maka mereka tetap bertahan. 9 pedagang menyatakan
mereka enggan meninggalkan pasar Sutomo karena pasar Sutomo itu ramai pembeli,
sedangkan sisanya menyatakan mereka tidak mau pindah ke pasar Induk karena
Setelah mendapat hasil diatas maka pertanyaan kedua penulis adalah: berapa
harga lapak yang bapak/ ibu sanggup bayar?
Harga lapak yang disanggupi Jumlah Rp5.000.000-Rp10.000.000 1
Rp3.000.000-Rp4.900.000 5
-Rp3.000.000 24
Dari table diatas menyatakan bahwa 24 dari 30 pedagang yang penulis tanyakan
mengatakan bahwa mereka hanya sanggup jika sewa itu dibawah 3 juta, kemudian 5
orang pedagang sanggup membayar diatas 3 juta asalkan fasilitas bagus dan pembeli
ramai dan sisanya diatas harga tersebut. Artinya adalah alasan pedagang menolak
pindah bukanlah dari hati mereka, tetapi ada sebuah tekanan karena mereka tidak
sanggup untuk membayar harga yang ditetapkan pengelola sehingga mereka berani
melawan Pemerintah.
Pertanyaan selanjutnya adalah: Dimana lokasi yang bapak/ibu anggap sesuai
untuk berjualan?
Lokasi yang tepat Jumlah Pasar Sutomo/jalan-jalan kecil disekitar Sutomo 20
Pasar Induk 3
Dari table diatas menyatakan 20 dari 30 pedagang yang disurvei mengatakan lokasi
yang tepat bagi mereka berjualan yaitu di pasar Sutomo ini, dan jika direlokasi lagi
maka tempat yang tepat adalah MMTC dijalan Pancing. Ini berarti pedagang memang
sudah betah untuk berdagang di pasar Sutomo, karena terbukti dari hasil survey ini
mayoritas mengatakan tempat yang tepat untuk berjualan adalah pasar Sutomo.
Pertanyaan terakhir yaitu: Apa yang bapak/ibu lakukan jika kembali direlokasi
oleh Pemerintah?
Tindakan pedagang jika direlokasi Jumlah pedagang
Pindah tempat berjualan kelokasi yang tidak dijaga aparat
25
Tidak berjualan sementara 2
Melawan dan demonstrasi 3
Rencan Pemerintah yang akan terus membersihkan lokasi pasar dari pedagang
menimbulkan reaksi dari pedagang, saat penulis menanyakan memalui kuisioner
maka 25 dari 30 pedagang mengatakan jika pasar kembali dijaga aparat maka mereka
akan pindah ketempat lain yang tidak dijaga aparat, dalam artian pedagang pindah
lapak dari tempat biasa dan bisa juga pindah kelokasi pasar lain. Ada juga 3 pedagang
mengatakan akan tetap meminta hak mereka untuk berdagang dilokasi pasar melalui
demonstrasi.
Ada pedagang yang bertahan maka ada juga pedagang yang mengikuti arahan
pindah juga tidak mendapat apa yang seharusnya mereka dapat di pasar Induk seperti
janji Pemerintah, Ada juga tuntutan mereka terhadap Pemerintah berikut tuntutannya.
Nama Informan Keterangan Alasan Bapak Ginting Pindah ke
Pasar Induk
Mengikuti aturan pemerintah, kalau di Sutomo tetap jualan mungkin bisa balik ke Sutomo.
Herwinsyah Pindah ke
Pasar Induk
Lebih nyaman tempatnya meskipun pembeli masih sepi.
Sihotang Pindah ke
Pasar Induk
Mengikuti aturan Pemerintah, kebetulan langsung dapat lapak di Lau Cih, tidak balik ke Sutomo karena sudah sewa lapak dengan mahal.
Dari table ini alasan pedagang yang pindah juga hampir sama yaitu mengikuti aturan
dan kebijakan yang dibuat Pemerintah agar tidak di cap sebagai orang yang tidak taat
hokum atau aturan. Meskipun sudah pindah ke Pasar Induk, pedagang ini juga tidak
begitu puas akan semua yang ada di pasar Induk, karena pembeli juga tidak seramai
di pasar Sutomo, dan juga mereka mempunyai pikiran jika terus seperti ini akan
kembali ke pasar Sutomo.
4.5. Lokasi Pasar Sutomo setelah Relokasi
Setelah terjadinya kealotan yang begitu panjang antara pedagang dan
Pemerintah memang menimbulkan banyak korban luka-luka disaat bentrok, baik itu
dari pihak satpol PP ataupun pedagang.Keadaan pasar Sutomo beberapa bulan
memang sepi oleh pedagang-pedagang sayur atau buah-buahan yang biasa menempati
trotoar atau bahu jalan untuk berjualan.Hanya tinggal para pedagang yang memang
tidak adanya rencana Pemerintah untuk melakukan penghijauan atau rencana untuk
melakukan sesuatu dilokasi pasar tersebut, para pedagang mulai kembali membuka
lapaknya disekitaran jalan veteran, jalan seram dan juga jalan bulan
Pedagang seperti ingin kembali mencoba-coba untuk berjualan
dipinggir-pinggir jalan, mereka berharap hanya mereka saja yang berjualan dilokasi tersebut
dan jangan ramai kembali seperti dulu.Disini diharapkan pedagang mereka tidak
direlokasi lagi karena tidak begitu mengundang perhatiaan karena tidak begitu
BAB V
PENYELESAIAN KONFLIK
5.1.Upaya Penyelesaian Konflik yang Dilakukan Pemerintah
Konflik yang terjadi dalam relokasi pasar Sutomo sudah banyak memakan
korban luka-luka baik dan juga korban materil. Dengan ini pemerintah mulai
menghibau kepada para aparat yang berjaga-jaga untuk tidak terpancing emosinya
terhadap apapun aksi pedagang. Harapan Pemerintah dengan himbauan itu agar tidak
ada lagi bentrok yang terjadi, dengan ini suasana disekitar pasar mulai terkontrol.
5.1.1. Diskusi
Pemerintah juga melakukan upaya memanggil perwakilan pedagang pasar
Sutomo agar membicarakan jalan keluar dan mencari win-win solution atas
permasalahan relokasi pasar Sutomo. Pihak PD Pasar dan pedagang bertemu dan
membicarakan bagaimana permintaan dari kedua belah pihak dan apa yang menjadi
keluhannya tentang kebijakan relokasi ini dengan di oleh pihak netral dari kedua
belah pihak. Diskusi ini dilakukan agar ada jalan keluar dari permasalahan relokasi
ini. Seperti yang diucapkan oleh pihak PD Pasar Kota Medan Bapak Hafiz 35 tahun:
Dari wawancara ini disimpulkan bahwasanya sudah ada tindakan yang
dilakukan pemerintah menanggapi konflik relokasi ini, namun belum ada hasil yang
didapatkan akibat belum ketemunya kesepakatan dengan para pedagang, sehingga
belum ada kelanjutan seperti apa titik ketemu dari permasalahan ini. Reaksi dan
tanggapan Pemerintah masih sampai melakukan diskusi terhadap pedagang, belum
ada tindakan selanjutnya yang dilakukan.
Tahapan-tahapan konflik yang dikemukan oleh Nader tentang 3 tahap konflik
yaitu; tahap prakonflik, konflik dan sengketa kurang tepat karena konflik di pasar
Sutomo ini tidak sampai ketahap sengketa. Kasus konflik relokasi pasar Sutomo
hanya sampai pada tahap konflik dan terjadi diskusi, tetapi belum ada tindakan nyata
untuk mengatasi konflik dan relokasi tersebut.
5.2. Upaya Penyelesaian Konflik yang dilakukan Pedagang
Berbagai tindakan pedagang untuk menuntut haknya berjualan di pasar
Sutomo terus terjadi seiring kebijakan Pemerintah itu dijalankan. Mereka
menyuarakan aspirasi mereka dengan demonstrasi di gedung Walikota, DPRD Provsu
dan Kantor Gubernur. Mereka menuntut kebebasan mereka untuk mencari pekerjaan
dan haknya sebagai warga Negara.
Aksi ini diharapkan pedagang dapat didengar dan dipertimbangkan oleh
pejabat-pejabat khususnya pejabat Kota Medan, agar tidak lagi bentrokan dan juga
keberadaannya yang memang mengundang banyak keresahan seperti kemacetan,
kesembrautan kota, dan juga kebersihan yang kurang dijaga. Maka jalan Sutomo yang
notabene adalah jalan besar sudah bersih dari pedagang, dan yang berada dijalan
Veteran mulai dari tugu perjuangan tinggal sedikit lagi yang berjualan dan itupun
berada diujung jalan yang tidak terlihat dari jalan Sutomo. Perwakilan pedagang juga
melakukan diskusi dengan pemerintah, tetapi tidak ada kata sepakat dengan
pemerintah tersebut. Ini mungkin sebagian cara pedagang agar tidak digusur lagi
nantinya. Konflik pedagang dengan pemerintah ini tidak sampai ketahap sengketa,
karena hanya sebatas konflik dan pedagang juga tetap masih banyak berjualan.
Pedagang juga pernah mengadu ke pengadilan tetapi hanya sampai disitu saja karena
tidak ada kelanjutannya, itu juga karena para pedagang tidak menggandeng pengacara
dalam kasusnya.
5.3. Analisis Terhadap Konflik Pasar Sutomo yang Berlangsung Lama
Konflik yang terjadi antara pemerintah dan pedagang yang terjadi akibat
adanya kebijakan pemerintah untuk merelokasi pasar Sutomo ke pasar Induk Lau Cih
sebenarnya diakibatkan oleh kurangnya pemahaman pedagang terhadap arah
kebijakan tersebut. Kemudian pemerintah dalam perealisasian kebijakan relokasi itu
kurang memberikan kepastian terhadap nasib para pedagang yang hendak direlokasi.
Akibatnya pemahaman yang berbeda antara pedagang dan pemerintah memicu
Pemerintah yang dalam hal ini bertindak sebagai penguasa dinilai kurang
melakukan pendekatan terhadap pedagang. Seandainya terjadi hubungan yang baik
antara pedagang dan pemerintah, maka konflik relokasi yang terjadi di pasar Sutomo
tersebut tidak akan terjadi. Karena pada dasarnya kebijakan relokasi Pasar Sutomo
yang dikeluarkan pemerintah memiliki tujuan dan makna positif terhadap status
Medan sebagai ibukota provinsi, belum lagi ada rencana pemerintah untuk
menjadikan kota Medan menjadi salah satu kota Metropolitan. Selain itu kebijakan
relokasi yang dilakukan pemerintah tersebut sangat baik untuk menciptakan
pemerataan pembangunan ekonomi masyarakat. Hanya saja fasilitas yang disediakan
pemerintah berupa kios-kios di pasar Induk kurang memadai jika dilihat dari segi
jumlah. Karena kios-kios yang disediakan pemerintah di pasar Induk tersebut menjadi
salah satu alasan untuk melakukan demonstrasi. Kios-kios yang disediakan tersebut
menjadi objek yang diperebutkan oleh pedagang yang hendak pindah dari pasar
Sutomo dengan masayarakat sekitar lingkungan pasar Induk yang beralih profesi
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Kebijakan relokasi pasar Sutomo telah lama dikeluarkan oleh pemerintah kota
Medan. Situasi dan kondisi pasar Sutomo yang masih terlihat tradisional sepertinya
tidak layak lagi berada di tengah kota. Perencanaan pemerintah mewujudkan kota
Medan menjadi salah satu kota Metropolitan turut mendukung dikeluarkannya
kebijakan relokasi tersebut. Kebiakan relokasi tersebut sudah seharusnya dilakukan
oleh pemerintah, karena menurut pengamatan kesehariannya, aktifitas pasar Sutomo
tersebut menyebabkan berbagai keresahan. Keberadaan pasar Sutomo yang terletak di
jalur alternatif kota seringkali menyebabkan kemacetan. Kondisi kebersihan
lingkungan pasar pun sangat memprihatinkan. Sampah-sampah berupa plastik-plastik
serta sisa-sisa barang dagangan dibuang sembarangan.
Konflik yang terjadi pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kebijakan relokasi
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Arah kebijakan relokasi pasar Sutomo itu memang
sangat bagus, tetapi dalam perealisasiannya pemerintah kurang konsisten. Kebijakan
relokasi yang dikelarkan oleh pemerintah tersebut kurang detail dipahami oleh
sebagian besar kalangan pedagang. Para pedagang kurang puas dengan perealisasian
kebijakan relokasi tersebut. Pemerintah dinilai hanya menyempaikan janji manis
Kebijakan pemerintah dalam merelokasi pasar Sutomo ke Pasar Induk Lau
Cih di daerah Tuntungan menuai konflik antara pedagang dengan pemerintah. Para
pedagang tidak mendapatkan hal-hal yang dijanjikan pemerintah. Pemerintah
memang menyediakan kios-kios di daerah pasar induk, namun para pedagang
mengalami kesulitan untuk memeperolehnya. Harga-harga kios yang ditetapkan
pemerintah membuat sebagian besar para pedagang sulit untuk membelinya. Mereka
tidak memiliki modal yang banyak, belum lagi kios-kios tersebut menjadi bahan
rebutan antara pedagang-pedagang yang pindah dari pasar Sutomo dengan para
masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar pasar Induk menjadi banyak yang membeli
kios-kios tersebut.Intinya adalah kebijakan relokasi yang dilakukan pemerintah
ternyata kurang tepat arah dan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Sarana dan
prasarana yang disediakan pemerintah di dalam pasar Induk seolah-olah menjadi
sebuah lapangan kerja baru bagi masyarakat Tuntungan khususnya yang tinggal di
daerah pasar induk tersebut.
Konflik antara pedagang dengan pemerintah terjadi dalam kurun waktu yang
lama dan belum jelas penyelesaiannya.Berbagai aksi demonstrasi seringkali
dilakukan pedagang. Mereka melakukan demonstrasi di depan kantor Gubernur dan
Walikota. Dalam aksi tersebut mereka menyuarakan tuntutan kejelasan nasib mereka
yang menggantunggan hidup dari usaha berjualan/pedagang. Situasi dan keadaan
mereka saat berdemontrasi cukup tragis karena merelakan waktu dan
pasar Sutomo seperti biasanya.Demontrasi yang dilakukan para pedagang tersebut
merupakan sebuah respon ataupun reaksi terhadap adanya kebijakan relokasi pasar
Sutomo.
Dalam perealisaian kebijakan relokasi pasar Sutomo itu pemerintah memang
telah melakukan sosialisasi dan menebar selebaran terkait pengosongan lokasi pasar
Sutomo dari keberadaan pedagang.Itulah informasi dari pihak pemerintah yang
dimuat oleh media.Tetapi menurut pengakuan para pedagang dalam permasalahan
relokasi ini, pemerintah sebagai pihak yang berkuasa seolah-olah memainkan
peranannya sebagai penguasa syang bersifat otoriter.Pedagang yang tergolong
masayarakat kecil hanya dapat menunjukkan perannya sebagai golongan rendah yang
biasanya menjadi objek tertindas oleh golongan yang besar yang berkuasa.Aksi-aksi
yang dilakukan pedagang yang berisikan aspirasi-aspirasi mereka hanya dianggap
ocehan belaka oleh pemerintah.
Kebijakan relokasi yang sepertinya ditolak oleh para pedagang pasar Sutomo
memicu adanya respon pemerintah yang memiliki kekuasaan.Pemerintah melalui
kelompok-kelompok jajaranya melakukan peggusuran terhadap pedagang.Mereka
mengangkat barang-barang dagangan tersebut dan tidak ada kejelasan kemana semua
barang-barang itu dibuat.Hiruk pikuk dan tangisan para pedagang menyertai aktifitas
para satpol PP yang sedang menggusur lapak dagangan mereka.Cukup sadis dan
seolah-olah para petugas satpol PP tersebut tidak memiliki hati nurani.Pemerintah
dalam hal ini tidak begitu memikirkan bahwasanya barang-barang dagangan yang
sebagian besar pedagang-pedagang tersebut hanya bersifat sebagai agen pengecer
yang biasanya menerima barang dari agen dan sistem pembayarannya dilakukan
setelah barang-barang tersebut terjual.
Tindakan penggusuran yang dilakukan oleh petugas Satpol PP tersebut
dilakukan berulang kali.Dalam hal ini petugas Satpol PP bersifat sebagai suruhan atau
perpanjangan tangan pemerintah.Mereka hanya menerima perintah dari
pemerintah.Pemerintah yang menuntut mereka untuk melakukan penggusuran
itu.Artinya apapun yang mereka lakukan terhadap para pedagang tidak boleh dinilai
negativ.Intinya tetap berada dalam pihak pemerintah yang menjadi sumber aturan
yang harus dituruti oleh seluruh jajaran-jajaran dibawahnya termasuk petugas Satpol
PP.
Penegasan pemerintah dalam kebijakan relokasi pasar Sutomo dengan
memastikan pengosongan lokasi pasar Sutomo dari keberadaan pedagang akan
dilakukan pada bulan Maret 2017. Sepertinya tidak ada lagi sistem tawar-menawar
terhadap pemerintah. Himbauan dari pemerintah sudah dikeluarkan dan dimuat dalam
berbagai media surat kabar. Kepastian terhadap nasib para pedagang belum dapat
diperkirakan dalam menyikapi dan menyanggupi kebijakan dan rencana pengosongan
lokasi pasar Sutomo. Para pedagang tentu tidak akan tinggal diam dalam hal ini
karena ketika awal kebijakan tersebut pun dikeluarkan, mereka telah menunjukkan
6.2. Kritik dan saran
Kebijakan relokasi pasar Sutomo yang dikeluarkan oleh pemerintah
sebenarnya bertujuan baik, namuan dalam perealisasian kebijakan tersebut
pemerintah kurang melakukan pendekatan terhadap para pedagang. Hendaknya
pemerintah menampung aspirasi pedagang setelah kebijakan relokasi itu dikeluarkan
agar para pedagang tdiak merasa bahwa kebijakan relokasi itu semata-mata hanya
untuk mengutamakan kepentingan pemerintah dalam mewujudkan Kota Medan
sebagai salah satu kota Metropolitan. Asprirasi para pedagang penting bagi
pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam perealisasian kebijakan relokasi
tersebut.
Konflik yang terjadi akibat adanya kebijakan perelokasian pasar Sutomo
antara pedagang dengan pemerintah adalah diakibatkan oleh terjadinya komunikasi
dua arah.Tujuan yang hendak dicapai pemerintah melalui kebijakan tersebut tidak
dipahami pedagang secara utuh.Perbedaan pemahaman antara pedagang dengan
pemerintah mengakibatkan kebijakan relokasi tersebut sulit dan menghabiskan waktu
yang lama untuk penyuksesannya.Kesalahan pemerintah yang kurang melakukan
pendekatan terhadap pedagang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tifdak baik
sehingga para pedagang menunjukkan rasa berontak dan penolakan terhadap
kebijakan relokasi melalui aksi-aksi demonstrasi. Seandainya pemerintah
membangun keharhonisan hubungan dengan pedagang, tentu para pedagang tidak
akan melakukan aksi demonstrasi. Karena aksi demonstrasi yang mereka lakukan
Pemerintah memang telah menginformasikan dan menghimbau para pedagang
untuk tidak berjualan lagi di lokasi pasr Sutomo, namun para pedagang tidak
menghiraukannya. Dengan ini terkadang para pedagang tersebut kurang peka
terhadap himbauan pemerintah.Ketika mereka digusur secara paksa terkadang mereka
tidak terima.Mereka berusaha menjegal para petugas satpol PP yang hendak
menggusur mereka.Dalam hal ini penulis memandang perlu diadakan pertemuan
khusus antara pemerintah dan para pedagang untuk membicarakan bagaimana
kelanjutan perealisaian kebijakan relokasi tersebut.Pemerintah harus memberikan
kejelasan yang pasti terhadap nasib para pedagang yang hendak direlokasi.
Dalam perealisaian kebijakan relokasi pasar Sutomo dengan memindahkan
para pedagang ke lokasi pasar induk yang sudah lama dibangun, namun tidak
beroperasi hendaknya memprioritaskan para pedagang yang pindah dari pasar
Sutomo tersebut.hal ini yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah. Karena salah
satu masalah yang dihadapi oleh para pedagang yang pindah dari pasar Sutomo
adalah kesulitan untuk memeperoleh kios di lokasi pasar induk.Kesulitan yang
mereka hadapi yakni berupa persaingan mendapatkan kios dengan masyarakat sekita
pasar induk yang menjadi pedagang setelah adanya kebijakan pemindahan pasar
Sutomo ke pasar induk.Selain itu, karena persaiangan yang ketat, maka harga yang
ditetapkan untuk memperoleh kios-kios menjadi sangat mahal.Sehingga para
pedagang yang hendak pindah dari pasar Sutomo merasa tidak mampu memperoleh