• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg. ) dengan Memanfaatkan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Media Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg. ) dengan Memanfaatkan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Media Tanam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman karet termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae atau tanaman

getah-getahan. Dinamankan demikian karena golongan famili ini mempunyai

jaringan tanaman yang mengandung banyak getah (lateks) dan akan mengalir

keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Tanaman ini berasal dari lembah

Amazone. Karet liar atau semi liar masih ditemukan dibagian utara benua

Amerika Selatan, mulai dari Brasil hingga Venezuela dan dari Kolombia sampai

Bolivia. (Anwar, 2006)

Sistem perakaran tanaman karet padat/kompak, akar tunggangnya dapat

munghujam tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat

menyebar sejauh 10 meter. Akar tanaman kuat dan sulit dicabut. (BPT dan BPPP, 2008)

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar.Tinggi batangnya 10-20 meter. Batangnya memiliki percabangan yang tinggi di

atas. Batangnya mengeluarkan getah yang sering disebut lateks. lateks inilah yang

nantinya menjadi bahan baku karet. (BPT dan BPPP, 2008)

(2)

Buah karet beruang 3 dan jarang ada yang beruang 4 atau 6. Diameter buah3-5

cm dan terpisah 3, 4 dan 6 inci. Berkatup 2, perikarp berbatok dan endokarp berpayung.

(Anwar,2006)

Biji karet besar dan bulat terletak pada satu atau dua sisinya yang berkilat,

berwarna cokelat muda dengan noda-noda cokelat tua yang panjangnya 2-3,5 cm

dan lebarnya antara 1,5-3 cm dan memiliki tebal antara 1,5-2,5 cm. (Anwar, 2006)

Dalam pertumbuhannya karet memerlukan nutrisi. Salah satunya adalah

Posfor, hal ini disebabkan posfor adalah unsur hara makro yang dibutuhkan

tanaman dalam jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman.

Merupakan komponen dari setiap sel yang hidup dan cenderung lebih sering

ditemui pada biji dan titik tumbuh. (Hasibuan, 2009)

Syarat Tumbuh

Iklim

Daerah yang cocok untuk penanaman karet adalah pada zona 15ºLS-15ºLU,bila

tanaman berada di luar zona tersebut pertumbuhannya agak lambat sehingga memulai

produksi pun lebih lambat. Curah hujan yang cocok untuk tanaman karet adalah tidak

kurang dari 2000 mm, optimumnya antara 2500-4000 mm/tahun yang terbagi dalam

100-150 hari hujan. Tanaman karet dapat tumbuh optimal yaitu pada ketinggian 200 m dpl.

Ketinggian lebih dari 600 m dpl tidak cocok lagi untuk ditanaman karet.(Anwar, 2006)

Kebanyakan perkebunan karet di usahakan pada kawasan dengan letak lintang

15ºLS-15ºLU. Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan tropis

(3)

umumnya produksi maksimum lateks dapat tercapai apabila ditanam pada lokasi yang

semakin mendekati garis khatulistiwa.(Anwar, 2006)

Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman karet antara 24-280C.

Kelembaban sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet. Curah hujan optimal

antara 1.500-2.000 mm/tahun. Tanaman karet memerlukan lahan dengan penyinaran

matahari antara 5-7 jam/hari. (Setiawan dan Andoko, 2006)

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin kencang pada

musim – musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman – tanaman karet

yang berasal dari klon – klon tertentu yang peka terhadap angin kencang. (Balai

Penelitian Karet, 2003)

Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan

produktivitas tanaman. Didaerah yang kurang hujan menjadi factor pembatasnya adalah

air, sebaliknya didaerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi faktor

pembatas.

(Setiawan dan Andoko, 2006)

Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat

dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah

vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai

sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi

(4)

haranya rendah. Tanah aluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama

drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi

tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman

karet pada umumnya antara lain :

-Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas

- Aerase dan drainase cukup

- Tekstur tanah remah, porus dan dapat menahan air

- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro

- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5

- Kemiringan tanah< 16% dan

- Permukaan air tanah< 100 cm. (Anwar, 2006)

Hasil karet maksimal didapatkan jika ditanam pada tanah yang subur, berpasir,

dapat memerlukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah

2-3 meter).Tanah ultisol yang kurang subur banyak ditanami tanaman karet dengan

pemupukan dan pengolahan yang baik.Tanah latosol dan aluvial juga dapat ditanami

karet.Keasaman tanah yang baik antara pH 5-6 (batas toleransi 4-8) (Hasibuan,2009).

Serat Kelapa Sawit.

Serat sawit yang diperoleh dari industri minyak sawit di Indonesia akan terus

meningkat sejalan dengan meningkatnya luas area penanaman kelapa sawit. Dengan

(5)

limbah pengolahan kelapa sawit yang dihasilkan dan berpotensi mengganggu

lingkungan. Salah satu limbah pengolahan kelapa sawit adalah serat sawit atau palm press

fibre.

(Liwang, 2003).

Serat kelapa sawit yang sebenarnya adalah mesocarp (daging buah) yang

merupakan bagian utama buah kelapa sawit karena bagian inilah minyak sawit mentah

(CPO) akan diperoleh melalui ekstraksi ataun penggilingan. (Liwang, 2003)

Setiap Ha luasan kebun kelapa sawit dihasilkan limbah berupa serat sawit

sebanyak 2681 kg bahan kering per tahun (Diwyanto et al., 2004), dengan luas

perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia yakni 7 juta Ha (90% berproduksi),

jumlah serat sawit yang dihasilkan adalah sebesar 16.888 m3 ton BK/th.

Secara umum, pabrik kelapa sawit mengekstrak 20% minyak dari TBS dan

menghasilkan 23% TKS, serat 15%. Kehilangan minyak terjadi dalam berbagai variasi

produk termasuk serat, setelah mesocarp diekstrasi oleh alat pres. Serat 5-6% sisa minyak

(pada basis kering) tetapi biasanya dibakar sebagai bahan bakar untuk menyediakan

energi bagi pabrik. (Tim PT SP 2000)

Decanted Solid

Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan yang sangat

banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO dihasilkan. Limbah ini mengandung bahan

pencemar yang sangat tinggi yaitu ‘ biochemical oxygen demand’ (BOD) sekitar 20.000

– 60.000 mg/l. Pengurangan bahan padatan dari cairan ini yaitu dengan menggunakan

suatu alat yang bernama decanter yang menghasilkan solid atau lumpur yang disebut

(6)

Bahan padatan decanted solid atau lumpur kelapa sawit ini dengan kandungan air sekitar

75%, protein kasar 11,14% dan lemak kasar 10,14%. Kandungan air yang sangat tinggi

menyebabkan bahan ini mudah busuk apabila dibiarkan bebas dilapangan dalam waktu 2

hari, bahan ini terlihat akan ditumbuhi jamur yang berwarna kekuningan. Apabila

dikeringkan maka lumpur sawit ini akan berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan

padat. (Bachari., et al, 2006)

Decanted solid merupakan limbah padat pabrik kelapa sawit.Solid biasanya berasal dari

mesocarp atau serabut berondolan yang telah mengalami pengolahan di pabrik kepala

sawit.Produksi basah solid sekitar 5% dan produksi solid kering berkisar 2% dari berat

total tandan buah segar yang diolah. (Utomo dan Widjaja, 2004)

Tidak seperti janjangan kosong. Decanter solid lebih mudah terurai di lapangan.Secara

umum solid akan melapuk dalam waktu 6 minggu. Solid basah harus langsung

diaplikasikan dalam waktu 1 minggu, karena solid basah tidak dapat disimpan dalam

waktu yang lama.Dibanding dengan janjangan kosong. Kandungan persentase nutrisi

solid lebih tinggi. Nutrisi solid lebih dipengaruhi oleh kadar air solid itus endiri.

Kandungan nutrisi solid anatara lain : N : 2,49, P2O5 : 0,46, K2O : 4,09, MgO : 0,56.

(Utomo dan Widjaja, 2004)

PB 260

Produktivitas karet rakyat Indonesia yang rendah disebabkan kecenderungan

masyarakat yang menanam karet yang sebagian besar bukan berasal dari klon unggulan.

Masyarakat lebih memilih bibit yang berasal dari kebun mereka sendiri yaitu berupa

benih-benih sapuan. Produksi karet yang berasal dari benih sapuan berkisar antara

400-500 kg/Ha/tahun. (Parhusip, 2008)

Pada umumnya karet terdiri dari 3 jenis klon, yaitu klon penghasil kayu,

(7)

karet penghasil lateks. Karakteristik klon ini adalah pertumbuhan lilit batang pada saat

belum menghasilkan dan sudah menghasilkan sedang, tahan terhadap penyakit daun

utama (Corynespora, Colletotrichum dan Oidium). (Balai Penelitian Sungai Putih, 2007)

Klon PB 260 merupakan salah satu klon unggulan pada tanaman karet. Hal ini

dikarenakan jumlah produktivitas 2,1 ton per hektar per tahun, selain itu klon ini juga

memiliki ketahanan terhadap angin kencang dikarenakan perakarannya yang kuat. Hal ini

membuat klon PB 260 sangat baik untuk dijadikan batang atas atau entress maupun

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada warga yang pernah atau sedang menderita Tuberkulosis Paru di Kelurahan Jaraksari, Wonosobo, Jawa Tengah termasuk dalam kategori

This pa- per presents an alternative analysis of 6-nitro-1’,3’,3’-trimethylspiro[2H- 1-benzopyran-2, 2’] (6-Nitro BIPS) behavior due to the impact of solvent polarity, durations

dihadapai dalam pelaksanaan program pengendalian kelahiran disajikan dalam buku zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA 'Liku-liku Penurunan Ke/ahiran da/am

Dari pengertian di atas Syariah adalah segala peraturan agama yang telah ditetapkan Allah SWT untuk umat Islam, baik dari Al-Qur’an, maupun dari sunnah Rasulullah SAW, yang

3. Pengaruh pemberian penyuluhan dismenorea terhadap tingkat pengetahuan remaja putri tentang dismenorea pada siswi kelas VII dan VIII di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta ..

[r]

Tim telah memilih dan menetapkan sebanyak 17 (tujuh belas) orang peserta program Short Course Bidang Spiritual Pedagogy Tahun 2017 yang lolos seleksi

[r]