• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Model Pembelajaran Kooperati. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efektifitas Model Pembelajaran Kooperati. docx"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division

(STAD) Menggunakan Media Teka Teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Senyawa Karbon”

Proposal ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar proposal. Diharapkan proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita akan pentingnya inovasi-inovasi dalam proses belajar mengajar.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir.

Medan , 18 Mei 2015

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

2.1 Latar Belakang Masalah 1

1. 2 Identifikasi Masalah 3

1. 3 Batasan Masalah 3

1. 4 Rumusan Masalah 3

1. 5 Tujuan Penelitian 4

1. 6 Manfaat Penelitian 4

1. 7 Definisi Operasional 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas 6

2.2 Hasil Belajar 7

2.2. 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 7

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif 8

2.4 Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) 9 2. 4. 1 Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division

(STAD) 9

2. 4. 2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement

Division (STAD) 11

2.5 Media Pendidikan. 12

2. 5. 1 Pengertian Media Pendidikan 12

(3)

2. 5. 3 Kriteria Pemilihan Media Pendidikan 14

2. 5. 4 Jenis Media Pendidikan 15

2. 5. 5 Media Teka Teki Silang 16

2.6 Materi Senyawa Karbon 18

2.7 Kerangka Konseptual 18

2.8 Hipotesis Penelitian. 18

BAB III 19

METODE PENELITIAN 19

3.1 Lokasi Penelitian 19

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 19

3.4 Desain Penelitian 19

3.5 Instrumen Penlitian 20

3.5. 1 Uji Validitas Tes 20

3.5. 2 Uji Reliabitas Tes 21

3.5. 3 Taraf Kesukaran Tes 21

3.5. 4 Uji Daya Beda 22

3.6 Pelaksanaan Penelitian 22

3.6. 1 Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas eksperimen 22 3.6. 2 Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas kontrol 23

3.7 Teknik pengumpulan Data 25

3.8 Teknik Analisis Data 25

3.8. 1 Uji Normalitas 25

3.8. 2 Uji Homogenitas 26

3.8. 3 Uji Hipotesis 26

(4)

3.9 Jadwal Kegiatan 27

3.10 Personalia Peneliti 27

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian dengan judul efektifitas model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang pada terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan senyawa karbon, bagian ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian dan defisi operasional yang akan dijelaskan sebagai berikut

2.1

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa bergantung dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya. Kualitas sumber daya manusia ini dapat berupa penguasaaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, sifat pantang menyerah, bekerja keras, selalu ingin maju, terbuka dengan perubahan, namun tetap tidak meninggalkan nilai-nilai luhur bangsa. Bila ditelusuri lebih jauh, kualitas sumber daya manusia dapat diraih melalui pendidikan, tetapi dengan pendidikan yang berkualitas pula. Melalui pendidikan yang berkualitas maka akan tercetak manusia-manusia unggul dan berbudi luhur yang mampu membawa bangsa kearah perubahan yang lebih baik. (Tarigan, 1990).

Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan model pembelajaran serta media yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru. Melalui pembelajaran yang tepat, siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan dan sikap dimana dalam kurikulum sering disebut sebagai kemapuan kognitif, afektif dan psikomotor (Dimyanti, dkk, 2006).

(6)

2012). Hal ini tidak menutut kemungkinan akan adanya kesulitan bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.

Permasalahan pendidikan yang sering dihadapi di SMA terutama SMAN 2 Rantau Prapat adalah bahwa banyak siswa menganggap mata pelajaran kimia sulit dipelajari, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu dalam memperlajarinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyajian guru yang kurang menarik, membosankan, sulit dan menakutkan sehingga siswa kurang menguasai konsep dasar dan hasil belajar yang dimiliki oleh siswa rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka guru harus mempunyai inovasi baru dalam proses pembelajaran.

Dalam menciptakan inovasi baru dalam proses pembelajaran dan membiasakan siswa lebih aktif, guru dapat memilih salah satu alternative pengembangan model pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini menerapkan pembelajaran secara kelompok dan menekankan pentingnya kerjasama atau gotong royong. Dalam pembelajaran kooperatif ini tidak ada didominasi oleh kelompok siswa tertentu atau pemecahan masalah sendiri-sendiri. Semua anggota kelompok harus menunjukkan aktivitasnya sehingga yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah karena semua anggota harus saling membantu.

Model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dari sekian banyak tipe pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan yang paling sederhana, dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. selanjutnya guru akan memberikan kuis pada seluruh siswa, dimana saat kuis siswa tidak boleh saling membantu. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menekankan pada interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. (Gul Nazir Khan, dkk, 2011).

(7)

mempengaruhi aktivitas, minat dan motivasi belajar siswa yang tentunya akan mempengaruhi prestasi belajarnya (Arsyad, 2009). Sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi Senyawa Karbon berupa hafalan yang sukar diingat, sehingga proses pembelajarannya terasa membosankan, maka diperlukan media yang tepat dalam proses pembelajarannya agar siswa mudah mengingat dan proses pembelajaran pun terasa asik, seperti media TTS (Teka Teki Silang).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang sederhana dikombinasikan dengan media Teka Teki Silang yang dapat membantu siswa dalam mengingat materi pembelajaran merupakan sebuah inovasi pembelajaran yang baru yang akan mengundang minat dan partisipasi siswa serta merangsang daya nalarnya untuk memahami materi. Dari beberapa pernyataan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division

(STAD) Menggunakan Media Teka Teki Silang (TTS) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Senyawa Karbon”

1. 2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakng masalah diatas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran dan media yang digunakan selama ini kurang inovatif sehingga membuat siswa pasif dalam proses belajar mengajar?

2. Apa yang menyebabkan hasil belajar kimia siswa rendah?

3. Apa yang meyebabkan rendahnya minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran kimia?

1. 3 Batasan Masalah

Berdasarkan luasnya cakupan masalah yang akan diidentifikasi dibanding dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Maka, peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD)

2. Media pembelajaran yang digunakan adalah Teka Teki Silang (TTS) 3. Materi pelajaran yang diajarkan adalah senyawa karbon

(8)

1. 4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apakah hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model pembelaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa pada kelas control yang hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) ?

2. Berapa besar efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang pada pokok bahasan senyawa Karbon di kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Utara?

1. 5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model pembelaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa pada kelas control yang hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

2. Untuk mengetahui besar efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang pada pokok bahasan senyawa Karbon di kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Utara

1. 6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) menggunakan media Teka Teki Silang untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum pembelajran

(9)

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media Teka Teki Silang yang dapat digunakan dalam mengajar kelak.

1. 7 Definisi Operasional

1. Model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Student Team Achievement Division (STAD) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang diranjang agar siswa saling bekerjasama, saling memotivasi dalam memahami materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

2. Media pembelajaran Teka Teki Silang

Teka Teki Silang merupakan permainan bahasa dengan cara mengisi kotak-kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk kata yang dapat dibaca, baik secara vertikal maupun horizontal.

3. Hasil belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari selisih nilai tes awal dan tes akhir siswa pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media TTS dengan pembelajaran yang hanya menggunakan model Student Team Achievement Division (STAD)

4. Senyawa Karbon

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah Atas

Pendidikan merupakan mengembangkan dan membina sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan materi atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sengaja diciptakan supaya terjadi interaksi antar komponen pembelajaran yaitu guru, siswa dan sumber belajar. Interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran disekolah adalah agar siswa mampu memahami dan memecahkan persoalan materi yang dipelajari sehingga dapat mencapai hasil belajar maksimal. Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat ditentukan oleh model dan media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Model dan media yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik materi yang diajarkan.

Mata pelajaran kimia diberikan di jenjang pendidikan menengah atas terutama yang mengambil program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku siswa (Siswoyo, dkk, 2011).

(11)

tidak mampu dalam mempelajari kimia. Pelajaran kimia menjadi momok yang menakutkan karena adanya pandangan yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini para siswa

menganggap konsep-konsep abstrak yang sulit diaplikasikan kedalam kehidupan yang nyata. 2.1 Hasil Belajar

Secara kodrati manusia terlahir sebagai pembelajar. Rasa keingintahuannya mendorong manusia mengeksplorasi berbagai pengetahuan. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam lingkungannya.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, internalisasi (Latuheru, 1988).

Perilaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru ada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi atau lembaga baik didalam maupun diluar negeri (Tarigan, 2014)

Hasil belajar dapat dikatakan efektif ketika dapat mencapai ketuntasan belajar. Seorang peserta didik dipandang tuntas jika ia mampu menyelesaikan, menguasi kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut (Sudjana, 2009).

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Jika pada umumnya bahwa hasil belajar merupakan sebagai perubahan tingkah laku, maka besar kecilnya perubahan tersebut akan dipengaruhi berbagai hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikemukakan oleh purwanto terdapat dua faktor, yaitu:

1) Faktor dari dalam, pada bagian ini meliputi kondisi fisik dan panca indra terdiri dari: a) Faktor fisiologis dan panca indra siswa.

(12)

dengan baik memegang peranan penting dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh maksimal.

b) Faktor psikologi yang meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

Dari pengaruh faktor-faktor tersebut maka muncul siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar kontruktivisme yang lahir dari Piaget dan Vigosky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak (Padmaningrum, dkk, 2010).

Dalam model pembelajaran kooperatif, guru yang lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka (Lie, 2007).

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara acak dan proporsional (Adesoji,2009). Pengelompokkan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis kelamin atau berdasarkan pada lotre atau random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi kemampuan belajar maupun dari jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan lemah (Setiawati, dkk, 2013).

Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:

1. Saling Ketergantungan Positif

(13)

kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapai tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan, saling memnuhi dan bantu-membantu.

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Dalam kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, karena penilaian dilakukan secara individu dan kelompok. Siswa yang berprestasi tinggi ataupun rendah mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi. Sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya.

3. Interaksi Tatap Muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.

4. Komunikasi Antar Anggota

Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Dengan adanya komunikasi yang baik, pencapaian tujuan akan lebih mudah.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2.4 Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)

Metode Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Metode Student Team Achievement Division (STAD) adalah metode yang paling sederhana dari semua tipe pembelajaran kooperatif. Slavin memaparkan bahwa gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran (Slavin, 2008).

2. 4. 1 Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division

(STAD)

(14)

1. Presentasi Kelas.

Materi dalam STAD diperkenalkan dalam persentasi didalam kelas. Hal ini dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru. Presentasi kelas dalam STAD umumnya hanya menekankan hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok menggunakan media pembelajaran yang ada.

2. Tim atau Kelompok

Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempersentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama mempelajari materi yang diberikan guru. Pada tahap ini siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Kemudian siswa mendiskusikan kesulitan yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim dan membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD.

3. Kuis.

Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempersentasikan materi dikelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis secara individual. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya adalah diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu. Skor individu didata/ diarsipkan dan digunakan pada perhitungan skor kelompok.

4. Skor Perkembangan Individu

(15)

Tabel 2.1 Skor perkembangan individu

Skor Individu Skor Perkembangan Individu

Turun lebih dari 10 dari skor awal 5

Turun sampai dengan 10 dari skor awal 10

Tetap atau naik sampai dengan 10 20

Naik lebih dari 10 dari skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

5. Pengakuan/Penghargaan Tim

Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, hebat dan super. Perhitungan skor kelompok dilakukan dengaan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok ditunjukkan dalam tabel 2.2

Tabel 2.2. Penghargaan Tim

Rata-rata Skor Kelompok Penghargaan

15 Tim Baik

20 Tim Hebat

25 Tim Super

2. 4. 2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement

Division (STAD)

Sebuah tim STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas kelas yang ditinjau dari kinerja, suku, dan jenis kelamin. Metode STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individu dan penghargaan tim (Nur, 2005). Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis.

(16)

2.5

Media Pendidikan.

Adapun pengertian media pendidikan, fungsi media pendidikan, kriteria pemilihan media pendidikan, serta jenis-jenis media pendidikan akan dijelaskan dibawah ini:

2. 5. 1 Pengertian Media Pendidikan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu memnggunakan alat-alat yang dapat disediakan di sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan (Ayu, dkk. 2013). Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Menurut Sudjino (2008) yang dimaksud media adalah semua bentuk perantara yang digunakan untuk mengungkapkan ide, pikiran atau gagasan itu sampai kepada penerima. Sedangkan bahwa media adalah sarana yang disebut chanel (saluran), karena pada hakikatnya

Tahapan Guru

Tahap 1 : Presentase Kelas Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan melakukan pengajaran langsung atau ceramah, presentasi ini dapat meliputi presentasi audio-visual atau penemuan kelompok.

Tahap 2: Kerja Tim Guru membagi kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen berdasarkan prestasi belajar, jenis kelamin dan suku. Kemudian guru membagikan lembar kerja yang akan dikerjakan bersama tim. Kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan.

Tahap 3 : Kuis Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan diadakannya kuis oleh guru

mengenai materi yang dibahas. Kepada setiap individu, guru memberikan skor yang digunakan untuk menentukan skor bersama bagi setiap kelompok.

Tahap 4 : Skor Perbaikan Individu

Guru memberikan rata-rata skor peningkatan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk menentukan perhargaan bagi kelompok yang

berprestasi.

(17)

media telah memperluas dan memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar, dan melihat dalam batas jarak dan waktu tertentu.

Selain itu media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan, dimana medium itu merupakan jalan atau alat yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan (Davis, dkk, 2009).

Media menurut Gregory (2007) media adalah segala alat dan bahan selain buku teks yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian media di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran, atau jembatan, dalam kegiatan komunikasi, antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar (Basuki, dkk, 2001).

2. 5. 2 Fungsi Media Pendidikan

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setalah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa (Rakhmadhani, dkk, 2013). Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa slah satu fungsi utama pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Harry C. Mc. Kwon dalam bukunya “Audio Visual Aids To Instruction” mengemukakan mengenai empat fungsi media, yaitu:

1) Mengubah titik berat pendidikan formal, artinya bahwa dengan menggunakan media, pembelajaran yang pada mulanya abstrak menjadi konkret.

2) Membangkitkan motivasi belajar, dalam hal ini penggunaan media menjadi motifasi ekstrinsik bagi pelajar, sebab penggunaan media, pembelajaran menjadi lebih menarik dan memusatkan perhatian belajar

3) Memberikan kejelasan, agar pengetahuan dan pengalaman belajar dapat lebih jelas dan mudah dimengerti.

(18)

Menurut Gregory (2007) fungsi media adalah (1) meningkatkan motivasi belajar siswa (2) memenuhi keperluan siswa pada kegiatan pembelajaran, (3) memudahkan pemahaman materi pembelajaran dan (4) menambah kegembiraan.

Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Gregory dan Harry MC Kwon, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat mempelancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya melalui karya wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang (Daryanto, 2010).

2. 5. 3 Kriteria Pemilihan Media Pendidikan

Memilih media yang baik untuk pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Untuk kebutuhan suatu Proses Belajar Mengajar (PBM), masalah pemilihan media perlu dikuasai oleh guru. Pemilihan media pembelajaran yang baik dapat menghindari adanya kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan media. Jika suatu media digunakan untuk memfasilitasi suatu proses belajar mengajar maka media itu harus dipilih dan digunakan karena media ini memiliki potensi untuk mempermudah belajar. Media tidak dapat langsung digunakan begitu saja oleh pengajar karena diperlukan suatu prosedur dalam proses pemilihannya. Oleh sebab itu, pemilihan dan penggunaan media dapat menunjang efektifitas, efisiensi dan daya tarik dalam pembelajaran.

Menurut Sihkabuden (1985) dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. b) Media dipilih yang paling efektif (tepat guna) untuk pencapaian tujuan

(19)

c) Media dipilih sesuai dengan kemampuan pengetahuan dan menarik perhatian siswa.

Haryanto (1997) mengungkapkan prosedur dalam pemilihan suatu media dalam proses belajar mengajar:

1. Identifikasi ciri-ciri media yang diperlukan sesuai kondisi. 2. Identifikasi karakteristik pembelajar

3. Identifikasi karakteristik lingkungan belajar berkenaan dengan media yang akan digunakan.

4. Identifikasi pertimbangan praktis yang memungkinkan media mana yang mudah digunakan dan dilaksanakan.

5. Identifikasi faktor ekonomi 2. 5. 4 Jenis Media Pendidikan

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya.Media pembelajaran dapat berupa media alamiah dan media buatan. Media alamiah adalah media pembelajaran langsung, misalnya yang berupa lingkungan keluarga, pasar, alam, lingkungan sekolah dan sebagainya (Sastradiraja, 1971). Sedangkan media buatan adalah media yang dibuat oleh guru, percetakan, pabrik, dan lain-lain. Contoh media buatan adalah surat kabar, majalah, media elektronik, komputer dan sebagainya.

Selain itu ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Meskipun banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru disekolah. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memamfaatkannya adalah media cetak. Selain itu banyak juga sekolah yang telah memamfaatkan jenis media lain gambar, model dan Overhead Projector(OHP) dan objek-objek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajran computer sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.

(20)

siswa akan meningkat. Media dalam penelitian ini termasuk media buatan berupa gambar yaitu penggunaan media Teka-Teki Silang (TTS).

Table 2.5.4 Golongan Media Pembelajaran

No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran.

1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon

2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar 3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis 4 Proyeksi Visual diam Overhead transparansi (OHT), film

bingkai(slide)

5 Proyeksi Audio Visual Diam Film bingkai (slide) bersuara

6 Visual Gerak Film bisu

7 Audio Visual Film gerak bersuara, video, televise

8 Objek Fisik Benda nyata, Model

9 Manusia dan LIngkungan Guru, Laboran

10 KOmputer CAI (pembelajaran berbantuan computer), CBI (Pembelajaran berbasi computer).

2. 5. 5 Media Teka Teki Silang

Dalam bahasa Indonesia, Crossword Puzzle adalah Teka-Teki Silang (TTS). Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk kata yang sesuai dengan petunjuk. Petunjuknya biasa dibagi kedalam kategori “Mendatar dan Menurun” tergantung posisi kata yang harus diisi (Sugiarti, dkk, 2013).

Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak jaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-kata secara vertical dan horizontal. Dalam buku Tell Me When – Science and Technology, TTS pertama kali muncul di surat kabar New York World pada tanggal 21 Desember 1913. TTS pertama ini disusun oleh Arthur Winn dan diterbitkan pada lembar tambahan edisi hari minggu surat kabar tersebut.

Mengisi sebuah teka-teki silang berguna untuk mengingat kosakata yang popular selain itu mengisi sebuah teka-teki silang membuat kita berpikir untuk mencari jawaban. Dan apabila belum menemukan jawabannya maka perasaan penasaran melanda dan mencari cara untuk memecahkannya .

(21)

a) Panjang kata tebakan minimal terdiri dari tiga huruf dan kata ini dibuat seminimal mungkin

b) Berbentuk simetris terhadap garis miring

c) Setiap kotak huruf dihubungkan dengan dua kata (mendatar dan menurun). d) Kotak kosong tidak melebihi 20%.

Perlu digaris bawahi bahwa di Indonesia syarat-syarat ini banyak tidak ditemukan atau diabaikan dalam teka-teki silang. Teka-teki silang di Indonesia bersifat bebas baik dalam bentuk dan pemakaian kosakata karena tujuan utamanya adalah untuk menghibur.

Walaupun sifatnya rekreatif, namun teka-teki silang dapat digunakan untuk mengasah otak dan melatih konsentrasi. TTS melibatkan partisipasi peserta didik sejak kegiatan pembelajaran. Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan (Septianingrum, dkk. 2014).

Selain itu, TTS adalah media pembelajaran yang digunakan untuk meninjau ulang materi-materi yang sudah disampaikan. Peninjauan ini berguna untuk memudahkan peserta didik dalam mengingat-ingat kembali materi apa yang telah disampaikan. Sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Fungsi kegunaan dari teka-teki silang itu sendiri yaitu membangun saraf-saraf otak yang memberikan efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus menerus belajar dengan santai. Karena belajar dengan santai inilah dapat membuat siswa tidak mudah lupa dengan materi yang sudah diajarkan. 2.6 Materi Senyawa Karbon

Dalam kurikulum SMA, materi senyawa karbon diajarkan pada kelaas XII semester genap. Adapun sub materi yang di pelajari dalam pokok bahasan ini adalah tatanama, isomer, sifat fisik dan sifat kimia, serta kegunaan dari senyawa karbon. Dimana senyawa karbon ini terdiri atas alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat dan ester. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang dengan materi terlampir. 2.7 Kerangka Konseptual

(22)

menyangkut perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif). Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran disertai media yang tepat. Semakin baik model serta media yang digunakan maka akan semakin efektif pencapaian tujuan pembelajaran, untuk membiasakan siswa lebih aktif selama proses belajar mengajar berlangsung sekaligus mengembangkan keterampilan siswa, pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang adalah pilihan yang tepat.

Dengan dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang akan memacu siswa lebih aktif dan meningkatkan daya ingat dan pemahamannya dalam mengisi soal dalam Teka Teki Silang. Sehingga keterampilan sosial dan hasil belajar siswa akan meningkat.

2.8 Hipotesis Penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) tanpa menggunakan media.

BAB III

METODE PENELITIAN

(23)

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Rantau Utara, Kabupaten Labuhan Batu yang beralamatkan jalan menara no 4 kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhan Batu pada bulan Februari sampai Juli 2016 tahun ajaran 2016/2017.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XII di Sumatera Utara pada Tahun Ajaran 2016/2017.

Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMAN 2 Rantau Utara sebanyak 2 kelas yang diambil secara cluster random sampling. Dimana satu kelas nya terdiri dari 40 siswa

3.3 Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian ini terbagi tiga yaitu, variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan menggunakan media Teka Teki Silang.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada pokok bahasan senyawa karbon.

Variabel control dalam penelitian ini adalah materi yang diajarkan, guru yang mengajar, buku pegangan siswa, soal tes awal dan tes akhir siswa

3.4 Desain Penelitian

Desain (rancangan) penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Control group pre-test-post-test (Arikunto, 2006). Dalam desain penelitian ini, kelas sampel 1 menjadi kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan media TTS, sedangkan kelas sampel 2 menjadi kelas kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Desain penelitian ditunjukkan pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

(24)

T2 = Pemberian test akhir (postest)

X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen selama penelitian berlangsung dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) menggunakan Teka Teki Silang

X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas control selama penelitian berlangsung dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) tanpa menggunakan media TTS

3.5 Instrumen Penlitian

Instrument penelitian ini adalah evaluasi belajar berupa pretest dan postest. Untuk kelas eksperimen dan kelas control dengan materi yang sama. Jumlah soal yang digunakan dalam bentuk uraian. Sebelum soal diujikan pada sampel, maka terlebih dahulu soal diuji cobakan pada siswa diluar sampel.

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal. Dengan demikian akan diperoleh soal yang memenuhi kualitas yang akan diujikan pada kelas eksperimen dan control.

3.5. 1 Uji Validitas Tes

Validitas adalah ketelitian dan ketetapan suatu alat pengukur (instrument) dimana jika instrumen tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sesuai dengan besar kecilnya gejala yang diukur. Suatu instrument dikatakan “valid” apabila tes tersebut tepat dan teliti mengukur apa yang hendak diukur. Penentuan validitas butir tes dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi (koefisien validitas) antara skor butir tes dengan skor total, dengan rumus:

Product Moment:

Keterangan:

N = Banyak data rxy = Koefisien korelasi

Σx = Jumlah jawaban benar kelompok x

Σy

= Jumlah jawaban benar kelompok y

(25)

Koefisien validitas yang diperoleh (rxy) dibandingkan dengan nilai r tabel Product Moment dengan derajat bebas (db=N-2) pada α = 0,05, dengan kriteria jika rhitung > rtabel maka butir tes tersebut dikatakan valid (Silitonga, 2011).

3.5. 2 Uji Reliabitas Tes

Uji ini dilakukan tes tersebut mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi sehingga dapat memberikan hasil yang tepat. Untuk menguji reliabitas, maka digunakan rumus KR=20 yang dikemukakan oleh Kude Richardson yaitu:

r

11

=

(

n

n

1

)

(

S

2

pq

S

2

)

Keterangan:

n = Jumlah item q = Kontribusi skor salah (1-p)

s2 = Standar deviasi r

11 = Reliabitas p = Kontribusi skor yang benar

Varians dapat dihitung dengan rumus: (Silitonga, 2011)

S2 =

Untuk menentukan tingkat kesukaran masing-masing soal digunakan rumus:

P =

B JS

Keterangan: P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah Siswa (Silitonga, 2011)

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah:

1. Soal dengan P = 0,00 – 0,30 adalah sukar 2. Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah sedang 3. Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah mudah 3.5. 4 Uji Daya Beda

Untuk menentukan daya beda masing-masing soal digunakan rumus:

D =

BA JA

BB JB

(26)

JB = Banyaknya peserta kemompok bawah

BA = Banyaknya peserta kemompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kemompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya beda tes:

D = 0,00 – 0,20 : jelek D = 0,20 – 0,40 : cukup D = 0,40 – 0,70 : baik D = 0,70 – 1,00 : baik sekali 3.6 Pelaksanaan Penelitian

Sampel yang diambil dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kelas. Kelas ekperimen dalam proses belajar mengajar diberi perlakuan menggunakan media Teka Teki Silang dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD). Sedangkan kelas control diberi perlakuan tanpa media pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Tahapan penelitiannya adalah:

3.6. 1 Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas eksperimen Tahapan pelaksaan kegiatan penelitian pada kelas eksperimen adalah:

1. Menyusun dan mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran

2. Memberikan pretest kepada siswa. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dari sampel penelitian

3. Membagi siswa menjadi 8 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5 orang 4. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Team Achievement Division (STAD).

5. Guru memberikan Teka Teki Silang untuk dikerjakan secara kelompok dengan kelompok masing-masing.

6. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor paling tinggi. 7. Menyimpulkan materi pembelajaran senyawa karbon

8. Melakukan posttest pada kelas eksperimen. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir dari sampel penelitian.

9. Melakukan pengolahan data pretest dan posttest dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

10. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan. 3.6. 2 Pelaksanaan kegiatan penelitian pada kelas kontrol

(27)

1. Menyusun dan mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran

2. Memberikan pretest kepada siswa. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dari sampel penelitian.

3. Membagi siswa menjadi 8 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 5 orang 4. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Team Achievement Division (STAD) tanpa menggunakan media Teka Teki Silang dengan pokok bahasan senyawa karbon.

5. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki skor paling tinngi. 6. Menyimpulkan materi pembelajaran senyawa karbon

7. Melakukan posttest pada kelas eksperimen. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir dari sampel penelitian.

8. Melakukan pengolahan data pretest dan posttest dengan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

9. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Penelitian yang dilakukan dapat disusun dalam bentuk skema penelitian dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:

23 Postest

Uji Normalitas

Uji Homogenitas Populasi

Sampel

Pretest

Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan

menggunakan media TTS

Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD tanpa

(28)

Gambar 3 Pelaksanaan Penelitian

3.7 Teknik pengumpulan Data

(29)

Observasi dilakukan untuk mengambil data siswa dari pihak sekolah sehubungan dengan penentuan sampel dan populasi. Hasil observasi berupa jumlah siswa populasi dan sampel, jam belajar siswa, guru yang mengajar di sekolah.

2. Metode Tes

Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang dilaksanakan pada pretest dan postest.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data bersumber pada benda yang tertulis. Peneliti secara langsung dapat mengambil bahan dokumentasi yang sudah ada dan memperoleh data yang diperlukan. Dokumentasi ini diperlukan untuk mendapatkan data berupa daftar nama siswa dan daftar nilai. Data ini akan digunakan untuk analisis populasi yaitu untu menentukan normalitas, homogenitas, dan uji keadaan awal populasi 3.8 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dari kelas sampel dan eksperimen. Setelah data diperoleh, maka akan dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis, menghitung peningkatan hasil belajar sebagai berikut:

3.8. 1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normalit, jika terbukti data tersebut berdistribusi normal maka analisis data selanjutnya dapat dilanjutkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan “Uji Lilliefors” dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun skor siswa dari skor yang terendah ke skor yang tertinggi

b. Skor mentah x 1 , x 2 ,….xn dijadikan bilangan baku z

1

¿¿¿¿ , x 2 ,…,zn dengan

rumus :

z

i

=|

x

i

x

s

|

Keterangan : Zi = Bilangan Baku

x

= Rata-rata skor siswa

s = Simpangan baku sampel.

(30)

c. Menghitung proporsi z1, z2, ….., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. jika proporsi dinyatakan dengan S(zi), maka:

S (zi) =

d. Menghitung selisih F(zi) – S(zj) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

e. Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, yang disebut namanya Lhitung. Membandingkan Lhitung (α = 0,05).

Jika Lhitung < Ltabel maka data berdistribusi normal dan jika Lhitung > Ltabel maka data tidak berdistribusi normal (Sudjana, 2005).

3.8. 2 Uji Homogenitas

Uji ini bertujuan untuk melakukan kegiatan pengujian mengenai kesamaan dua varians dengan rumus sebagai berikut:

F = Varians TerbesarVarians Terkecil

Kriteria pengujian adalah jika Fhit< Ftabel (α) (db) = (n1 – 1)(n2 -1) maka H0 diterima (data homogen). (Silitonga, 2011)

3.8. 3 Uji Hipotesis

Uji hiotesis dilakukan dengan uji-t satu pihak. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji hipotesis adalah:

1. Menuliskan Ha dan Ho dalam bentuk kalimat 2. Menuliskan Ha dan Ho dalam bentuk statistic 3. Hitung t dengan uji satu pihak yaitu dengan rumus:

t =

Keterangan: X1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen.

X

2 = rata-rata hasil belajar kelas control

n1 = jumlah siswa kelas kesperimen n2 = jumlah siswa kelas control

(31)

5. Mencari ttabel.

6. Menentukan kriteria pengujian, yaiutu: jika thitung< ttabel maka H0 diterima. Tetapi jika thitung. ttabel maka Ha diterima. Pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = (n1 + n2 – 2) 7. Membuat kesimpulan

3.8. 4 Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan media Teka Teki Silang pada model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division

(STAD) dilihat dengan menggunakan gain (pencapaian): g = skor postestskor pretest

skor maksimumskor pretest

Dengan kriteria g (gain ternormalisasi): g < 0,3 = rendah 0,3 ≤ g ≤ 0,7 = sedang g > 0,7 = tinggi Peningkatan hasil belajar: rata-rata gain kelas eksperimen x 100% 3.9 Jadwal Kegiatan

Penelitian tentang efektifitas media Teka Teki Silang pada model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan senyawa karbon akan dilaksanakan di SMAN 2 Rantau Prapat dan direncanakan selama 6 bulan kerja dengan perincian pelaksanaan kegiatan diperlihatkan pada tabel 3

3.10 Personalia Peneliti

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan oleh 1 orang mahasiswa pendidikan kimia dengan personalia peneliti sebagai berikut:

a. Nama lengkap dan gelar : Rini Yulia Samosir b. Tempat/Tanggal Lahir : Rantauprapat, 25 Juli 1994

c. NIM : 4123131077

d. Mata Pelajaran yang Diasuh : Kimia SMA

e. Fakultas/Program Studi : MIPA/Pendidikan Kimia

(32)

Tabel 3 Jadwal kegiatan penelitian efektifitas media Teka Teki Silang pada model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan senyawa karbon.

No Komponen Kegiatan Tahun 2016 pada bulan

2 3 4 5 6 7

1 PersiapanPelaksanaanPenelitian IIII

a.Penyusunan materi pada pokok bahasan struktur atom melalui model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) sesuai KTSP.

IIII

III I

b.Pembuatan evaluasi (pretest, poetest) IIII

c.Standarisasi evaluasi IIII

2 Pengumpulan data penelitian IIII

a. Pelaksanaan pretest IIII

b.Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Teka Teki Silang pada model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) sesuai KTSP.

IIII

c.Pelaksanaan evaluasi ( posttest ) IIII IIII IIII

d.Pengolahan data hasil penelitian

3 Menyusun laporan hasil penelitiian III

I

4 Presentasi hasil penelitian III

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Aderson, R.H., (1976), Selecting and Developing Media for Instruction, American Society for Trainging and Development, Wesiosin.

Adesoji, A.T., Ibraheem, L.T., (2009), Effect of Student Team Achievement Division Strategy and Mathematic Kowlegde on Learning Outcomes in Chemical Kinetics, The Journal of International Social Research 2: 16-25

Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Bumu Aksara, Jakarta Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta

Arsyad, A., (2009), Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ayu, I.k., Sugiharto., Masykuri, M., (2013), Pembelajaran Kooperatif Grup Investigation (GI) Menggunakan Media Teka-Teki Silang dan Peta Konsep pada Materi Pokok Koloid Kelas XI Semester II SMA Negeri 4 Surakarta, Jurnal Pendidikan Kimia 2: 92-99 Basuki, W., Farida, M., (2001), Media Pengajaran, CV Maulana, Bandung.

Davis, T.M., Shepherd, B., dan Zwiefelhofer, T., (2009), Reviewing for Exams: Do Crossword Puzzles Help in The Student Learning, Journal of Effective Teaching 9(3): 4-10

Daryanto., (2010), Media Pembelajaran, Gava Media, Yogyakarta.

Dimyanti, dan Mudjiono., (2006), Belajar dan Pembeajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Djamarah., Syaifu, B., dan Aswan, Z., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Fajri, L., Martini, K.S., dan Nugroho, A.C.S., (2012), Upaya Peningkatan Proses Dan Hasil Belajar Kimia Materi Koloid Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Dilengkapi Dengan Teka-Teki Silang (TTS) Bagi Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali Pada Tahun Ajaran 2011/2012, Jural Pendidikan Kimia

(34)

Fatonah, R.S., Sugiharto., dan Utomo, B.S., (2013), Studi Komprasi Penggunaan Media Teka-Teki Silang (TTS) Dengan Kartu Pada Pembelajaran Kimia Melalui Pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa PAda Materi Zat Adiktif Dan Psikotropika Kelas VIII SMP N 2 Ngadirojo, Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia 2: 68-76

Haryanto., (1997), Perencanaan Pengajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Khan, G.N., Inamullah, H.M., (2011), Efeect of Student’s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Student, Journal of Science and Education 7: 211-215

Latuheru, D.J., (1988), Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar, Depdikbud, Jakarta.

Lie, A., (2007), Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelasi, Penerbit Grasindo, Jakarta

Nana, S., dan Rivai, A., (2005), Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya), Sinar Baru Aigesindo, Bandung.

Padmaningrum, R.T., Widjayanti, E., Sukarna, I.M., (2010), Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Kontruktivisme, Jurnal Pendidikan Kimia

8: 61-70

Rakhmadhani, N., Yamtina, S., Utomo, S.B., (2013), Pengaruh Penggunaan Metode TGT Berbantuan Media Teka Teki Silang dan Ular Tangga dengan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa pada Materi Koloid Kelas XI SMA Negeri 1 Simo Tahun Peajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia 4: 190-197

Sastradiraja, T., (1971), Pedoman Pembuatan dan Pemakaian Alat-Alat Peraga Pendidikan, Depdikbud, Jakarta

(35)

Setiawati, N.T., Ashadi., Nugroho, C.S.A., (2013), Studi Komparasi Tipe STAD dan TGT pada Materi Koloid Ditinjau dari Kemampuan Memori Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia 2: 92-99

Sihkabuden., Setyosari., dan Punadji., (1985), Media Pembelajaran, Depdikbud, Jakarta. Siswoyo., Dwi, T., Sulistyono, Dardiri, A., Rohman, A., Wibowo, L.H., dan Sidharto, S.,

(2011), Ilmu Pendidikan Edisi 1, UNY Press, Yogyakarta.

Silitonga, P.M., (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan

Slavin, R.E., (2008), Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, penerbit Nusa Media, Bandung

Sudijono, A., (2008), Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Sudjana, N., (2005), Metode Statistika, Penerbit Tarsindo, Bandung

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rodaskarya, Bandung.

Sugiharti, S., Saputro, S., dan Sugiharto., (2013), Studi Komparasi Penggunaan Media Teka-Teki Silang (TTS) dan LKS Pada Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) Pada Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Kelas X Semester Gasal SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia 2: 73-79.

Tarigan, D., (1990), Proses belajar Mengajar Pragmatik, Angkasa, Badung

Gambar

Tabel 2.1 Skor perkembangan individu
Table 2.5.4 Golongan Media Pembelajaran
Tabel 3.4 Desain Penelitian
Tabel  3  Jadwal  kegiatan  penelitian  efektifitas  media  Teka  Teki  Silang  pada  model

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

Hal ini ditunjukan dari proses pembelajaran kedua kelas, dimana kelas eksperimen lebih aktif dalam bertanya dan memberi umpan balik kepada guru dibandingkan kelas

Penelitian mengenai komposisi proksimat, asam lemak, dan jaringan baby fish ikan nila berdasarkan perbedaan umur panen masih belum ada, sehingga perlu dilakukan

bahwa ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya

melakukan penelitian lanjutan tentang “Analisis Komitmen Organisasional, Komitmen Profesional, Motivasi, Kesempatan Kerja, Kepuasaan Kerja Terhadap Auditor

Tren  nilai  CPUE  dari  ikan  teri  terlihat  mengalami  peningkatan  yang  sangat  signifikan  sejak  tahun  2006.  Hal  ini  disebabkan  oleh  jumlah  catch

AND Y AGDJIAN K., L p − L q estimates for the solutions of hyperbolic equa- tions of second order with time dependent coefficients - oscillations via growth, Preprint Fakult¨at

Pengeplotan ini adalah untuk memvisualisasikan hasil pengolahan data, yanag pertama yaitu nilai anomali TEC di setiap stasiun pengamatan, dan yang kedua adalah posisi