• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA SISTEM KEAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA SISTEM KEAD"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA SISTEM KEADILAN NEO-LIBERALISME, SOSIALISME DAN ISLAM

Oleh : Yeni Indriana, S.Pd Email : indriayenni177@yahoo.co.id

Pasca Sarjana IAIN Salatiga

Abstrak :

Keadilan ekonomi merupakan basic need semua manusia di muka bumi dalam rangka memenuhi kesejahteraan hidupnya. Apapun bentuk permasalahan ekonomi kontemporer utamanya adalah bersumber pada masalah ketidakadilan. Makalah ini membahas peta analisis konsep keadilan di antaranya menurut pandangan neo-liberalisme, sosialis dan Islam. Karena peta dunia ekonomi saat ini telah digelayuti tiga sistem tersebut. Tolok ukur konsep keadilan antara lain keadilan kepemilikan, keadilan produksi, keadilan konsumsi, keadilan distribusi dan redistribusi, keadilan peran pasar dan negara.

Kata Kunci : Keadilan, neo-liberalisme, sosialisme, ekonomi Islam

A. Pendahuluan

Problem universal yang dihadapi semua sistem ekonomi kontemporer hingga saat ini pada dasarnya sama, yaitu ketidakadilan ekonomi. Sistem – sistem yang telah berjalan hanya berlandaskan pada ketamakan atau kerakusan sehingga dalam proses perjalanan mengalami kebuntuan dalam menciptakan keadilan. Sistem – sistem yang telah berjalan tersebut berakar pada ideologi – ideologi ekstrem dalam dasar logika manusia semata sehingga kurang berhasil bahkan gagal mengantarkan kondisi ekonomi yang lebih baik bagi ummat manusia (pengikutnya).

(2)

2 neoliberal menitik beratkan pada metode pasar bebas (free trade) yang diserahkan pada mekanisme pasar dan tidak dibatasi oleh aturan-aturan positif maupun normatif (www.detikfinance.com) 1 . Institusi komplementer neoliberalisme menggunakan istilah pasar bebas dan globalisasi sebagai gaya modern untuk menutupi keburukannya. Neoliberalisme, pasar bebas, dan globalisasi adalah wujud baru penjajahan masa kini dari segi ekonomi, sosial, politik, dan budaya (neoimprealisme). Sulitnya mendapatkan transparansi statement atau informasi proses kebijakan dari lembaga-lembaga pemerintah merupakan salah satu bukti kongkret dari rupa baru neoliberalisme. Kebijakan-kebijakan yang dibuat dengan mengatas namakan globalisasi dan pasar bebas itu telah berhasil menciptakan ketimpangan sosial ekonomi, sehingga si kaya semakin menjadi kaya dan sebaliknya si miskin kian terpuruk dengan kondisi ekonominya.

Neoliberalisme sebelumnya merupakan bentuk awalnya kapitalisme (laissez faire). Setelah krisis selama 25 tahun terakhir dan semakin berkurangnya tingkat profit yang berakibat jatuhnya akumulasi kapital, meneguhkan tekad korporasi besar untuk kembali ke sistem liberalisme.2 Melalui corporate globalization mereka merebut kembali ekonomi dan berhasil mengembalikan paham Liberalisme, bahkan dalam skala global. Sejak 1970-an Keynesianisme yang menjadi fondasi welfare State telah masuk dalam catatan kaki sejarah. Panggung kini menjadi milik dua bapak ekonom Neoliberalisme Friederich August Von Hayek dan Milton Friedman. Mulai dekade 1980-an aliran kanan baru yang diwakili oleh Margaret Thatcher dan Ronald Reagen memperjuangkan pasar bebas dan menolak dengan tegas paham negara intevensionis. Satu dekade kemudian, tepatnya pada tahun 1990-an, kapitalisme neoliberalisme pasar bebas dari dua tokoh tersebut telah menjadi ideologi dunia yang dominan.

Sistem keadilan Negara sejahtera ( welfare state) dianggap sebagai langkah maju kapitalisme dengan tujuan untuk meredam ekses kapitalisme yang berlebihan dan mengurangi daya tarik sosialisme. Sistem ini cukup menarik bagi

1 Hendri Hermawan Adinugraha, “NEOLIBERALISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM,” MEDIA 19, no. 2

(2015), http://dinus.ac.id/wbsc/assets/dokumen/majalah/3._Hendri_Hermawan-1_.pdf.

2 Zakiyuddin Baidhawy, “Distributive Principles of Economic Justice: An Islamic Perspective,”

(3)

3 semua lapisan masyarakat baik pekerja maupun kapitalis. Dari segi filosofisnya, Negara sejahtera meyakini bahwa kesejahteraan individu merupakan tujuan yang sangat penting yang tidak mungkin bergantung pada operasi kekuatan – kekuatan pasar, kemiskinan dan ketidakmampuan seseorang tidak harus merupakan bukti dari kegagalannya. Karenanya sistem ini mengakui full employment dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil sebagai bagian dari tujuan pokok kebijakan negara. Seperti dicontohkan dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat era Rosevelt yang mengamini pemikiran Keynes, AS mengalami perbaikan kondisi ekonomi yang sangat baik antara 1950 – 1960 an, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata serta inflasi yang terkendali.3 Masa keemasan tersebut berakhir pada awal tahun 1970-an setelah terjadi penumpukan modal pada segolongan kapitalis, meningkatnya pengangguran dan berbagai permasalahan yang timbul pada APBN. Dari sinilah kemudian muncul faham neoliberalisme.

Secara umum konsep – konsep neoliberalisme dapat dilihat dengan indikator : pasar harus bekerja secara bebas tanpa campur tangan negara, menekan pengeluaran upah dan melenyapkan hak – hak buruh, menghilangkan control atas harga, mengurangi pemborosan anggaran negara dengan memangkas semua subsidi untuk pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial dan pada saat yang sama subsisi besar – besaran diberikan kepada perusahaan transnasional (TNCs) melalu tax holidays, mempercayai deregulasi ekonomi, privatisasi adalah jalan menuju persaingan bebas yang dibungkus dengan efisiensi dan mengurangi korupsi, meski kenyataannya terjadi konsentrasi kapital di tangan sedikit orang dan memaksa rakyat kecil membayar lebih mahal kebutuhan dasar mereka, dan memprioritaskan paham tentang publics good dan solidaritas sosial dan menggantinya dengan tanggung jawab individual.4

Setiap sistem pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menghilangkan kefakiran dan kemiskinan, sebagaimana sistem kapitalisme dalam perjalanannya ternyata banyak meninggalkan strata dalam masyarakat, dimana yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Walaupun telah dimodifikasi dengan peluncuran welfare state dengan memainkan peran negara tetap

(4)

4 meninggalkan masalah yang tidak ada ujungnya menggapai kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia dan pengikutnya.

Sistem sosialis dan marxisme sebagai lawan dari kapitalisme pun pernah memainkan perannya selama 60 tahun dan memberi kontribusi perkembangan komunisme. Selama 44 tahun partai komunis menerapkan dasar – dasar sosialis, dan dalam perkembangannya pun sistem sosialis pun runtuh lebih cepat dari yang diprediksikan. 5 Dalam Zakiyuddinn dipaparkan kelemahan – kelemahan utama sistem sosialis karena, Pertama, ideologi ini mengimplikasikan ketidakpercayaan pada kemampuan manusia untuk mengelola kepemilikan pribadi dalam batasan – batasan kesejahteraan sosial, Kedua, Mesin kekuasaan negara dijalankan oleh sekelompok orang yang kepentingannya selaras dengan kepentingan seluruh masyarakat. Dalam praktik yang terjadi sebaliknya, sekelompok orang yang mengendalikan kekuasaan negara memanfaatkan kekayaan dan pendapatan negara untuk kepentingan mereka sendiri, Ketiga, subsidi umum yang besar hanya menguntungkan si kaya dan orang – orang istimewa dibanding si miskin yang daya belinya terbatas.6

Paparan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa sistem ekonomi yang bersumber dari ideologi – ideologi kapitalis, neoliberal, negara sejahtera, sosialis masih menyisakan sejumlah masalah dalam hubungannya dengan keadilan ekonomi dalam soal produksi, distribusi dan konsumsi. Perlu dicari dan diberi ruang alternatif – alternatif sistem ekonomi yang dibingkai dengan semangat etis dan nilai – nilai moral tinggi yang menjadi pedoman.

(5)

5

B. Teori - teori Keadilan Ekonomi Kontemporer

Sistem – sistem ekonomi yang telah disebutkan di muka - kapitalis, sosialis, neoliberalisme, Marxisme, Welfare State – pada dasarnya mempunyai tujuan dan paham yang sama tentang keadilan. Akan tetapi dalam perdebatannya telah melahirkan perbedaan cukup mendasar dalam menentukan makna dan definisi yang tepat tentang keadilan.7 Selanjutnya teori – teori keadilan yang menjadi landasan pijak sistem – sistem ekonomi kontemporer itu meliputi Prinsip Egalitarianisme Radikal, Prinsip Perbedaan, Prinsip Berbasis Sumber Daya, Prinsip Berbasis Kesejahteraan, Prinsip Berbasis Balasan, dan Prinsip Libertian.

Beberapa keterbatasan dalam prinsip – prinsip tersebut di antaranya adalah :

1. Pertama, dalam hala kepemilikan, Prinsip Egalitarianisme Radikal dan Prinsip Libertian berada pada posisi saling bertentangan. Egalitarianisme mementingkan kepemilikan kolektif, sedangkan libertian mengedepankan kepemilikan pribadi dan self-interest. Tapi keduanya juga mengalami kebuntuan dalam mengatasi masalah keadilan dalam kepemilikan.

2. Kedua, dalam hal sumber daya, prinsip Libertarianisme menyatakan bahwa duni ini pada asalnya tidak ada yang memiliki, jika demikian , dengan cara apapun bukan hal yang masalah jika sumber daya ini diperlakukan sesuai kemauan manusia. Perbedaan terpenting antara liberalisme dan libertarianisme adalah pandangan tentang kebebasan individu. Menurut libertarianisme, kebebasan yang menjadi hak individu merupakan satu bentuk properti privat, tidak seorang pun atau apa pun yang dapat merampas dan mencabutnya dari seseorang tanpa dianggap telah melanggar hak orang tersebut. Seperti libertarianisme, liberalisme juga mengutamakan kebebasan.8 Kebebasan menurut liberalisme tidak dapat dikorbankan untuk nilai yang lain, untuk nilai ekonomi, sosial dan politik. Kebebasan hanya dapat dibatasi dan dikompromikan ketika ia konflik dengan kebebasan dasar yang lain yang lebih luas. Karenanya, kebebasan menurut liberalisme bukan sesuatu yang absolut, kebebasan hanya dapat dibatasi demi kebebasan itu sendiri.

7 Ibid.

8 Ridha Ahida, “Liberalisme Dan Komunitarianisme: Konsep Tentang Individu Dan Komunitas,” Jurnal

(6)

6 3. Ketiga, ada beberapa teori keadilan yang terlalu menekankan pada sau aspek semata dari fakta dan problem keadilan ekonomi sehingga kurang dapat memberikan jawaban secara tepat atas masalah keadilan itu sendiri, : Prinsip Berbasis Sumber Daya secara nyata tidak memberikan tempat bagi tanggung jawab sosial atas mereka yang kurang beruntung, dan tidak ada subsidi bagi mereka yang kurang pendapatannya; Prinsip Berbasis Kesejahteraan (Utilitarianisme), dengan berpedoman pada the great happiness for the great number, mengorbankan sekelompok kecil orang atas nama kepentingan atau kesejahteraan mayoritas; dan Prinsip Berbasis Balasan juga tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan bila setiap orang harus menerima balasan atau upah sesuai dengan usaha dan kontribusi aktualnya bagi masyarakat, lalu siapakah yang bertanggung jawab atas kondisi mereka yang kurang beruntung dalam masyarakat?.

4. Keempat, dalam Prinsip Egalitarianisme Radikal, bila setiap orang harus memiliki tingkat yang sama dalam kebutuhan barang dan jasa, di manakah penghargaan atas kenyataan adanya perbedaan antar orang perorang dan atas mereka yang secara ekonomi lebih produktif?

5. Kelima, berdasarkan kompetisi, pasar bebas secara moral dikehendaki sebagai alat yang dipercaya untuk mengalokasikan dan mendistribusikan sumber daya secara adil. Fakta menunjukkan kekuatan pasar tidak sepenuhnya dapat memenuhi tugas alokasi dan distribusi secara adil. Dalam kondisi demikian, siapakah yang bertanggung jawab atas redistribusi bagi mereka yang kurang beruntung?.

(7)

7 7. Terakhir, hampir semua teori keadilan di atas cenderung fokus pada keadilan distributif, sehingga aspek-aspek lain dari kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan soal perlakuan atas sumber daya alam dan lingkungan luput dari perhatian.9

Dalam sistem ekonomi konvensional para pakarnya berbeda pendapat tentang keadilan distribusi. Setidaknya ada empat konsep keadilan distribusi yang berkembang: Konsep Egalitarian: Setiap orang dalam kelompok masyarakat menerima barang sejumlah yang sama. Konsep Revolution: Memaksimalkan utility orang paling miskin. Konsep Utilitarian : memaksimalkan konsep utility dari setiap orang dalam kelompok masyarakat. Konsep market oriented: hasil pertukaran melalui mekanisme pasar adalah yang paling adil.10

C. Konsep Keadilan Neoliberalisme

Dalam hal konteks kepemilikan, Adam Smith sebagai penggagas Liberalisme Klasik meletakkan kepentingan diri (self –interest) sebagai basis kepemilikan, sehingga asumsi tersebut dipakai Libertian dijadikan prinsip pertama dalam keadilan, yaitu setiap orang memiliki dirinya sendiri. Bias antroposentris mengarahkan prinsip keadilan Liberalisme Klasik dan Libertarianisme meletakkan manusia sebagai tujuan dalamm dirinya sendiri, bukan sesuatu yang pada akhirnya kembali kepada asal ciptaan sebagai tujuan akhir. Prinsip keadilan kedua menyatakan dunia pada awalnya tidak dimiliki oleh siapapun.

Dalam hal produksi, produksi adalah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan sumber daya alam sebagai sarana dan faktor – faktor produksi yang lain. Kegiatan produksi melibatkan banyak unsur sehingga harus diletakkan dalam kerangka keadilan. Penggunaan sumber daya alam tidak mengganggu keseimbangan alam, penguasaan faktor – faktor produksinya.

9 Baidhawy, “Distributive Principles of Economic Justice.”

10 Ma’ruf Abdullah, “Perbedaan Paradigma Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Islam Dalam Teori

(8)

8 Faham neoliberal bermula dari faham liberal, pada tahun 1776 Adam Smith mempromosikan faham liberali dalam bukunya “The Wealth of Nations”. Smith beropini bahwa kebebasan dalam produksi dan perdagangan tanpa intervensi pemerintah (laissez faire) merupakan cara terbaik untuk membangun ekonomi suatu Negara. Smith percaya pada doktrin invisible hands (tangan gaib) akan menciptakan keseimbangan dengan sendirinya atau secara otomatis. Kemudian kebebasan tersebut menimbulkan dampak domino pada kebebasan berusaha dan bersaing, sehingga para pemilik modal/capital berlomba-lomba memaksimalkan keuntungan.

Di Indonesia dampak negatif neoliberal dirasakan oleh bangsa Indonesia hingga sekaranga yang diawali dari Konsensus Washington pada akhir tahun 1980 – an. Garis besar agenda pokok paket kebijakan Konsensus Washington meliputi pelaksanaan: (1) kebijakan efisiensi anggaran secara ketat, termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai formulasinya, (2) liberalisasi sektor keuangan, (3) liberalisasi sektor perdagangan, dan (4) privatisasi BUMN. 11

Dalam hal di atas maka dapat dikatakan bahwa kepemilikan faktor – faktor produksi dimiliki oleh sebagian kecil atau segelintir orang atau kelompok tertentu, sehingga jurang kesenjarangan sosial makin melebar terutama kesenjangan pendapatan di Indonesia. Alasan – alasan yang melatarbelakanginya diketahui dari beberapa berikut ini :12

Pertama, kebijakan noliberal selalu mengagung-agungkan perdagangan bebas tanpa batas, dengan alasan demi pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Efek selanjutnya yang muncul ialah penghapusan segala bentuk tariff dan bea impor. Hal ini berdampak berantai terhadap kondisi ekonomi rakyat. Misal kemerosotan pendapatan produsen atau UMKM, kemandulan pertanian lokal, dan instabilitas industri dalam negeri. Situasi ini mendorong proses penyingkiran rakyat dari alat-alat produksi. Di sektor industri, produsen kecil tersingkir dari lapangan produksi. Di sektor pertanian, peningkatan drastis jumlah petani tak bertanah. Kedua, pemerintah sangat ketergantungan terhadap kapital asing. Oleh karena itu, pemerintah menghalalkan segala cara untuk menarik

(9)
(10)

10 kepada mekanisme pasar. Akhirnya, di mata dan fikiran rakyat layanan mendasar tersebut menjadi komoditi mewah dan merekalah yang akan menanggung kenaikan harga layanan tersebut, karena masyarakat diasumsikan sebagai konsumen sejati.

Menurut Revrisond Baswir (Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM), inti kebijakan ekonomi pasar neoliberal bertumpu kepada : (1) pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara bebas dan sempurna ; (2) kepemilikan pribadi terhadap faktor-faktor produksi diakui dan (3) pembentukan harga pasar bukanlah sesuatu yang alami, melainkan hasil dari penertiban pasar yang dilakukan oleh negara melalui penerbitan undang-undang. Dalam sistem ekonomi neoliberal tidak ada wilayah kehidupan yang tidak bisa dijadikan komoditi dan barang jualan. Semangat neoliberalisme adalah melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba korporasi. Misalnya dengan sektor sumber daya air, program liberalisasi sektor sumber daya air yang implementasinya dikaitkan oleh Bank Dunia dengan skema watsal atau water resources sector adjustment loan. Air dinilai sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya pun harus dilakukan sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. 13

D. Konsep Keadilan Ekonomi Sosialisme

Sosialisme muncul sebagai antithesis dari kapitalisme.ia lahir didorong oleh fenomena kemelaratan kaum buruh dan petani yang terkena dampak revolusi industry yang telah menyebar ke seantero eropa, Sosialisme mengajak umat manusia meninggalkan kepemilikan individu atas alat-alat produksi.Ciri Utama sosialisme yaitu berada pada hilangnya kepemilikan individu atas alat-alat produksi dan sangat mengandalkan peran pemerintah sebagai pelaksana perekonomian dan meninggalkan pasar.14

Afsalur Rahman dalam Economic Doctrines of Islam juga mengatakan, bahwa prinsip dasar ekonomi sosialis itu ada tiga antara lain:

13 “BAHAYA NEOLIBERALISME | Menggapai Ridha Allah,” accessed June 12, 2017,

https://amiur.wordpress.com/2010/10/20/bahaya-neoliberalisme/.

14 “Konsep Ekonomi Syariah Diantara Konsep Ekonomi Sosialis Dan Liberalis,” Nonkshe, March 13,

(11)

11 (1) Pemilikan harta oleh negara; Seluruh bentuk dan sumber pendapatan menjadi milik negara atau masyarakat keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta atau memanfaat produksi tidak diperbolehkan. Dengan demikian individu secara langsung tidak mempunyai hak pemilikan, (2) Kesamaan ekonomi; Sistem ekonomi sosialis menyatakan (walaupun sulit ditemui di negara komunis) bahwa hak-hak individu dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Setiap individu disediakan kebutuhan hidup menurut keperluan masing-masing, dan (3) Disiplin Politik; Untuk mencapai tujuan di atas, keseluruhan negara diletakkan di bawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak pemilikan harta dihapuskan sama sekali. 15

Konsep keadilan Sosialisme pada dasarnya bersandar pada prinsip Egalitarianisme radikal. Dengan dimotori tokoh Karl Marx yang menyatakan negara adalah pemilik tunggal atas aset – aset dan kegiatan ekonomi, individu dilarang mempunyai kepemilikan dan kebebasan untuk bertransaksi. Penentuan konsumsi bagi masyarakat juga ditentukan oleh negara, selera dan pendapatan ditentukan oleh pusat pemerintah (negara).

“Sosialisme Islam Menurut Sayyid Qutb”

Ada yang berpendapat Sosialisme juga pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan Islam dengan dimotivatori oleh pemikiran sosialisme Sayyid Qutb. 16 Sosialisme merupakan salah satu ajaran yang menginginkan penghapusan terjadinya kesenjangan sosial dalam masyarakat. Ajaran ini mengelaborasikan antar kehidupan mewah dengan kehidupan kelas bawah, sehingga melahirkan keseimbangan hidup dalam sebuah tatanan masyarakat. Mengamati hal tersebut, maka sistem sosial menganalisis tiga aspek penting, yaitu: pertama, hubungan umum dari berbagai sistem; kedua, situasi normal atau situasi keseimbangan, sejajar dengan kondisi normal, dan ketiga, semua sistem melakukan reintegrasi kepada sistem normal. Karena itu, sosialisme pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk mensejahterakan seluruh masyarakat, sehingga dapat menumbuhkan

15 Ibid.

16 Asnawiyah Asnawiyah, “KONSEP SOSIALISME ISLAM MENURUT SAYID QUTHB,” Substantia 15, no.

(12)

12 dan mendorong perkembangan ekonomi secara merata. Oleh karena itu, Sayyid Quthb menerangkan bahwa “pada tahap berikutnya sosialisme adalah proses memberikan kesejahteraan kepada rakyat dalam mencapai taraf kesejahteraan yang abadi”.

Sayyid Quthb menjelaskan sebuah sistem yamg berbeda dengan sistem yang disodorkan oleh Kristen dan Komunisme. Di mana Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan antara kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmaniahnya, antara kebutuhan spiritual dan kebutuhan materialnya. Di sini Islam memandang alam semesta dan kehidupan di dalamnya dengan universal, tidak parsial dan terpisah-pisah. Sebuah analisis menyatakan ada kesamaan karakter perjuangan Islam dan sosialis, yakni sama-sama memperjuangkan "kaum tertindas". Yang perlu digaris bawahi antara Islam dan Sosialisme adalah gambaran yang berbeda dalam lingkaran kehidupan umat manusia baik dari sumber maupun nilai. Akan tetapi ada kesamaan spirit keduanya dalam menegakkan keadilan dalam realitas sosial.

Sosialisme Sayyid Quthb berorientasi kepada ayat-ayat al-Qur’an yang di dalamnya disebutkan konsep-konsep kehidupan sosial yang telah digariskan Allah. Dan ini merupakan aturan kehidupan sosial yang berlandaskan petunjuk Ilahi. Sebagai contoh, persoalan yang umumnya terjadi adalah kemiskinan yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi antara kalangan kaya dengan miskin. Hal ini merupakan masalah umum dihadapi oleh masyarakat dunia. Umat Islam merupakan bagian dari penduduk dunia yang juga memiliki pandangan hidup sosialis.17

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep sosialisme yang dimotori pemikiran Marx dengan sosialisme dalam Islam mempunyai perbedaan dalam hal sumber pijakannya dan memandang keadilan. Dimana sosialisme konvensional lebih melandaskan pada materi semata, sedangkan sosialisme Islam berpijak pada ayat – ayat Al Qur’an yang menanamkan nilai – nilai kebaikan, kemaslahatan dan keadilan.

(13)

13

E. Konsep Keadilan Ekonomi Islam

Konsep kepemilikan dalam Islam tertuang dalam QS Al A’raf : 128 ,” sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba – hamba-Nya. Dan sesungguhnya yang baik adalah bagi orang – orang yang bertakwa”. Dalam ayat lain Allah berfirman : “Dan Sesungguhnya benar – benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami Pulalah yang mewarisi,” (QS Al Hijr : 23 ). 18 Sehingga setelah Allah menciptakan bumi, Allah tidak begitu saja tanpa menyediakan fasilitas yang dibutuhkan manusia untuk menjaga eksistensinya dalam kehidupan, 19 fasilitas berupa oksigen, air, tumbuh-tumbuhan, sumber daya alam yang lainnya, QS Qaaf : 7-11 Allah berfirman ,

“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung – gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap – tiap hamba kembali (mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit, air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon – pohon dan biji – biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi – tinggi yang mempunyai mayang yang disusun – susun, untuk menjadi rizki bagi hamba – hamba (Kami) dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati ( kering ). Seperti itulah terjadi kebangkitan”.

Atas dasar dalil di atas maka konsep kepemilikan oleh kaum Libertianisme dimentahkan, bahwa semua dunia awalnya tidak dimiliki siapapun, bahwa semua sumber didunia yang ada dapat dieksplorasi sebesar – besar untuk kepentingan pribadi, semangat kompetisi yang tinggi tanpa batas. Islam dengan rujukan wahyu telah diatur bagaimana mensikapi dunia dan seluruh isinya hanya untuk beribadah kepada-Nya.

(14)

14 Islam sebagai way of life bagi kehidupan manusia sehingga Islam hadir sesuai dengan fitrah manusia, tidak menafikkan bahwa manusia juga mempunyai kecenderungan untuk memiliki harta. Kefitrahan manusia ditindaklanjuti dengan bekerja dengan kesungguhan, meningkatkan produktivitas dan profesionalismenya untuk kesejahteraan dirinya dan orang lain. Konsep kepemilikan dalam Islam tetap memperbolehkan bahwa tiap manusia berhak atas tanah pribadi, warisan harta , hibah, jual beli. Konsep kepemilikan dalam Islam ada terbagi menjadi dua: kepemilikan individu dan kepemilikan umum (publik). Islam mengatur kepemilikan tersebut dikelola dengan proporsional sesuai kebutuhan dan mengedepankan kemaslahatan ummat.

Prinsip Keadilan dalam produksi, Islam memandang bahwa sumber daya alam adalah sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara universal, karenanya pemakaia sumber daya alam , dan faktor – faktor produksi yang terlibat mempunyai hak dan kewajiban yang proporsional. Pada dasarnya sumber alam didunia ini banyak dan luas, akan tetapi yang menjadi ketidak seimbangan dan kelangkaan adalah pada kerakusan manusia itu sendiri.

Produksi adalah manifestasi manusia bekerja. Islam mewajibkan setiap manusia bekerja untuk mencari harta yang halal. Dalam proses produksi darimana sumber daya diperoleh, bagaimana mengelola dan mengolahnya serta untuk siapa dan bagaimana mengkonsumsi dan mendistribusikan secara adil kepada segenap masyarakatnya. Menggunakan sumber daya alam serta faktor produksi harus dalam kerangka keadilan, keseimbangan alam sebagai bentuk eksplorasi manusia terhadap alam harus diperhatikan sehingga tidak terjadi bencana, pengupahan buruh dan tenaga kerja harus proporsional sesuai haknya, mencari modal harus dilandaskan kehalalan tidak merugikan pihak lain.

Kahf dalam tema Teori Produksinya menyatakan bahwa produksi bisa ditilik dari dua aspek, kajian positif hukum – hukum benda dan hukum – hukum ekonomi yang menentukan fungsi produksi, dan kajian normatif yang membahas dorongan – dorongan dan tujuan – tujuan produksi. 20 Selanjutnya

20 Monzer Kahf, Ekonomi Islam ( Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam ), cetakan 1

(15)

15 dipaparkan bahwa motif – motif produksi ditujukan agar tidak terjadi kemalasan dan ketidakseunggugan dalam perikehidupan ummat manusia itu sendiri.

Konsumsi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari konsep produksi. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi adalah permintaan (demand) sedangkan produksi adalah penawaran (supply). Konsumsi adalah tahapan akhir dan terpenting dalam produksi kekayaan. Kekayaan diproduksi untuk dikonsumsi. 21

Manusia dengan segala fitrahnya tentu mempunyai kebutuhan serta keinginan yang berbeda – beda dalam berkonsumsi. Namun Islam mengatur bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia itu tidaklah banyak hanya terkadang keinginan – keinginan yang berlebih diluar batas kebutuhannyalah yang membuat pola konsumsi manusia menjadi tidak terbatas. Ketidak terbatasan konsumsi manusia itu pun mempengaruhi pola produksi manusia untuk merampas segala kekayaan alam dn sumbernya hanya untuk memenuhi dunia yang tidak terbatas. Polanya tidak lagi menjadikan konsumsi adalah bagian dari ibadah akan lebih karena gaya hidup (prestige) semata.

Membahas konsumsi dalam Islam tidak terlepas dari konsep harta. Bagaimana seharusnya manusia memandang harta dalam kacamata Islam. Harta yang melimpah yang dimiliki sebagian orang atau manusia adalah dipandang sebagai anugrah dari Allah, bukans semata – mata kepemilikan dan konsumsi pribadi yang mana orang lain tidak punya hak atasnya. Agar terjadi keseimbangan dalam hidup berekonomi Islam telah mengatur dengan konsep Zakat, Infaq dan shadaqah serta qurban.

Di dalam masyarakat Islam tidak memungkiri adanya strata dalam kepemilikan harta, masyarakat miskin dalam masyarakat muslim saat ini pun dapat dikatakan menempati peringkat tinggi dalam lingkup dunia. Islam menekankan adanya pemberantasan kemiskinan, pemberantasan kesenjangan antara kaya dan miskin, sehingga konsep zakat, infaq dan shadaqoh serta Qurban adalah konsep mulia yang telah Allah tetapkan untuk menjaga keseimbangan sosial ummat manusia di dunia. Kemiskinan adalah persoalan utama di dalam semua sistem ekonomi baik Sosialisme , welfare state, neoliberalisme. Tapi Islam datang memberi sistem keadilan sosial dengan jalan membagikan harta lewat jalur zakat,

(16)

16 infaq dan shadaqoh serta Qurban. Kemiskinan harus diberantas karena kefakiran (kemiskinan) lebih dekat dengan kekufuran (pengingkaran) terhadap Islam.

Demikian Islam memandang bahwa konsep konsumsi harus ditujukan semata – mata untuk kemaslahatan, untuk tujuan tidak hanya dunia tapi juga akhirat. Islam mempunyai etika tentang konsumsi, Islam tidak memperkenankan berlebih – lebihan dalam konsumsi (isrof atau pemborosan) dan juga tidak mempergunakan harta dengan cara yang salah atau Tabzir. Tabzir disini bisa dalam bentuk untuk tujuan – tujuan yang terlarang yaitu seperti penyuapan, korupsi dan segala macam bentuknya.

Konsep Wakaf, Infaq dan shadaqoh serta qurban pada dasarnya melahirkan konsep baru yang perlu banyak dikaji dalam bab khusus selanjutnya, dimana konsep kesejahteraan Islam menjadi wadahnya. Kemiskinan mempunyai porsi cara dan penanganan khusus terutama dalam manajemennya. Seperti yang ditulis oleh Zakiyah dalam artikelnya bahwa kemiskinan memerlukan strategi khusus dalam penanganannya. 22

Untuk memahami konsep kesejahteraan dalam Islam, penting untuk mempelajari sifat manusia seperti yang Azmi (1991) sebutkan dalam artikelnya. Manusia, dalam hal ini, digambarkan sebagai bukan hanya materi tetapi juga makhluk spiritual yang mengacu pada wahyu Ilahi. Dengan demikian, kesejahteraan individu terdiri dari dua hal yaitu: (1) implementasi nilai spiritual syariah yang lebih lengkap dalam kehidupan sehari-hari, (2) pencapaian yang cukup dari semua kebutuhan bahan dasar kehidupan.

22 Zakiyah Zakiyah, “Islamic Welfare System Dealing with the Poor in Rural Area,” Indonesian Journal

(17)

17 F. Kesimpulan

Berdasar uraian di atas tentang analisis perbandingan konsep keadilan Neoliberalisme, Sosialisme dan Islam adalah sebagai berikut :

1. Ketidakadilan adalah persoalan universal yang dialami oleh segala sistem ekonomi yang telah ada di seluruh dunia.

2. Konsep keadilan masing – masing sistem pada dasarnya mempunyai persamaan tujuan cita – cita dan pandangan untuk menegakkan keadilan, akan tetapi dalam pelaksanaannya mempunyai perbedaan mendasar dalam menentukan makna dan definisi tentang keadilan. Dikarenakan landasan teori berpijak yang berbeda – beda.

3. Teori – teori keadilan kontemporer yang menjadi landasan sistem – sistem ekonomi kontemmporer antara lain , : Prinsip Egalitarianisme Radikal, PrinsipPerbedaan, Prinsip Berbasis sumber daya, Prinsip berbasis kesejahteraan, Prinsip berbasis balasan, dan prinsip Libertarianisme.

4. Aspek – aspek keadilan dalam semua sistem ekonomi antara lain : konsep keadilan kepemilikan, Konsep keadilan produksi, konsep keadilan konsumsi dan distribusi.

5. Islam adalah agama yang menawarkan konsep menyeluruh dalam berbagai aspek untuk menjadi problem solving atas terjadinya ketidakadilan yang ditimbulkan dari konsep – konsep sistem kontemporer yang telah gagal mencapai keadilan.

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ma’ruf. “Perbedaan Paradigma Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Islam Dalam Teori Dan Realita (Perspektif Mikro).” At-Taradhi: Jurnal Studi Ekonomi, June 9, 2016. http://idr.iain-antasari.ac.id/5008/.

Adinugraha, Hendri Hermawan. “NEOLIBERALISME DALAM PERSPEKTIF ISLAM.” MEDIA 19, no. 2 (2015).

http://dinus.ac.id/wbsc/assets/dokumen/majalah/3._Hendri_Hermawan-1_.pdf.

Ahida, Ridha. “Liberalisme Dan Komunitarianisme: Konsep Tentang Individu Dan Komunitas.” Jurnal Demokrasi 4, no. 2 (October 1, 2005).

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/view/1063.

Al Mishri, Abdul Sami’. Pilar - pilar Ekonomi Islam. Cetakan 1. Pustaka Pelajar, 2006.

Asnawiyah, Asnawiyah. “KONSEP SOSIALISME ISLAM MENURUT SAYID QUTHB.” Substantia 15, no. 1 (April 1, 2013).

http://substantiajurnal.org/index.php/subs/article/view/6.

“BAHAYA NEOLIBERALISME | Menggapai Ridha Allah.” Accessed June 12, 2017. https://amiur.wordpress.com/2010/10/20/bahaya-neoliberalisme/. Baidhawy, Zakiyuddin. “Distributive Principles of Economic Justice: An Islamic

Perspective.” Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies 2, no. 2 (December 1, 2012): 241–66. doi:10.18326/ijims.v2i2.241-266.

Depag, RI. Al Qur;an Dan Terjemahnya. Edisi Revisi 1989. CV Toha Putra, Semarang, 1989.

Kahf, Monzer. Ekonomi Islam ( Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam ). Cetakan 1. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995.

“Konsep Ekonomi Syariah Diantara Konsep Ekonomi Sosialis Dan Liberalis.”

Nonkshe, March 13, 2012.

https://nonkshe.wordpress.com/2012/03/13/konsep-ekonomi-syariah-diantara-konsep-ekonomi-sosialis-dan-liberalis/.

Zakiyah, Zakiyah. “Islamic Welfare System Dealing with the Poor in Rural Area.”

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun

e. Memperoleh informasi akademik dan non akademik dengan cepat dan transparan baik secara lisan maupun tulisan. Memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapai sesuai

1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Prinsip kerja konsentrasi dapat menaikan laju reaksi

Dalam penelitian maupun penulisan skripsi yang berjudul Tembang Cianjuran Pangapungan (Wanda Papantunan) dalam Tradisi Mamaos di Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC),

2. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar merupakan bentuk pengaalaman. Pengalaman pada dasarnya

fitur – fitur untuk berinteraksi di antara sesama pengguna yaitu wall/dinding, in- box, chatting, dan lain – lain. Facebook mudah diakses mulai dari

söyleyebilme becerisini değil, aynı zamanda „ilmini göstermeye adadı. Kadılık kariyerinde yaĢadığı olumsuzluklar, açıkça talep ettiği payitahtta görev alma

Hasil isolasi menunjukkan bahwa populasi bakteri bervariasi pada masing- masing sampel tanah yang diamati (Tabel 1.). Hasil isolasi bakteri dari 5 titik sampling