• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN DIRECT TRAINING MODEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN DIRECT TRAINING MODEL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 1 MODEL PEMBELAJARAN

DIRECT TRAINING : MODEL PELATIHAN

(DESAIN, UNJUK KERJA PRAKTEK, DAN UMPAN BALIK)

Initiators : Gagne Smith and Smith https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/

PENDAHULUAN

Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan ketrampilan adalah model pelatihan (Training Model). Training model bukanlah model pembelajaran baru, yang bahkan mungkin sudah diterapkan sebagian atau seluruhnya oleh para guru SPP. Tetapi mungkin penerapan itu tanpa pengetahuan tentang teori teori yang mendukung model itu dan hanya diajarkan karena “ begitulah dulu guru itu diajar”.

Tidak banyak tulisan baru tentang model pembelajaran ini. Mungkin karena telah banyak model pembelajaran baru yang dianggap efektif untuk diterapkan. Tetapi training model masih menjadi model yang banyak digunakan, terutama oleh para pelatih dan guru olah raga, instruktur pada kursus ketrampilan, widya iswara pada pelatihan teknis dan lain lain.

DUKUNGAN TEORITIS

Training model adalah salah satu model pembelajaran yang didasari pemikiran

behavioristik. Dalam training model, observasi dan latihan adalah alat untuk mencapai perilaku baru dan mengeliminasi yang sudah ada. Kontrol stimulus dan feed back juga selalu ada dalam pembelajaran model ini.

Stimulus adalah berbagai kondisi, kejadian atau perubahan di lingkungan seseorang yang menyebabkan perubahan pada diri seseorang. Stimulus bisa verbal (lisan dan tertulis) atau fisik.

Bagian pokok atau inti dari training model adalah logika dan teknik-teknik yang bisa mengeliminasi perilaku dengan cepat. Oleh karena itu hampir tidak mungkin kalau guru tidak menggunakan cara yang sistematis pada saat aplikasi model ini.

(2)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 2 SKENARIO

Tim dan Mary Callahan adalah pasangan setengah baya yang tinggal dipinggiran kota Santa Barbara, California. Keduanya telah bermain tenis secara sporadis (tidak teratur) selama bertahun-tahun tetapi dalam beberapa bulan terakhir telah mulai bermain secara teratur. Mereka menikmatinya, namun mereka merasa bahwa permainannya kurang berkembang dibandingkan dengan pasangan lain yang telah bermain sepanjang hidup dan anak-anak yang belajar bermain di sekolah atau di klub.

Tim dan Maria pun memutuskan untuk menghabiskan liburan musim panas di sebuah sekolah tinggi bidang tenis, sekitar 50 mil sebelah selatan Los Angeles. Mereka akan tinggal di apartemen dekat kampus dan menjalani kursus lima hari. Mereka tiba pada Minggu malam dibulan Juni, dan keesokan harinya setelah sarapan, dengan mengenakan pakaian tenis dan membawa raket, mereka bergabung dengan kelompok dari sekitar lima puluh orang yang sudah saling bertemu di luar ruang kuliah. Sebuah video tentang kejuaraan dunia tahun sebelumnya juga akan ditampilkan di ruang kuliah. Kursus dimulai dengan paparan tujuan-tujuan kursus. Penekanannya adalah pada aneka jenis ketrampilan memukul bola yang mengutamakan strategi dan prinsip-prinsip memukul bola.

Mereka kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok, dan Tim dan Mary bergabung dengan grup pada jalur mesin bola. Mesin bola menembakkan bola pada setiap jalur 6 hingga 900 tembakan per jam. Selama empat puluh menit mereka mempraktekkan pukulan forehand dan backhand melawan mesin bola tersebut. Mereka dibantu pelatih cara memegang raket, membidik sasaran dan memukul bola dengan benar. Mereka diajarkan cara memukul bola dengan cara yang lebih baik dan lebih tinggi dari sebeklumya. Mereka berlatih dan terus berlatih. Setelah istirahat 10 menit, merekapun kembali ke lapangan.

Selepas berlatih, tak lama kemudian mereka dibawa ke ruangan kecil dan diperlihatkan rekaman latihan mereka. Sang pelatih menganalisis penampilan mereka yang baik dan kurang baik.

Sekarang target ditempatkan di lapangan, dan pemain berusaha untuk memukul target tersebut dalam setiap tembakan mereka. Mereka lalu istirahat 15 menit sebelum kembali ke kelas untuk menerima penjelasan tentang teori pukulan volley..

Di Sekolah Tinggi Tenis Braden Vic di Trabuco Canyon, California, mereka diperlihatkan metode pengajaran yang diawali dengan teori, demonstrasi, dan latihan dengan umpan balik, yang mengambil satu keterampilan pada satu waktu. Secara berkala mereka akan terus mengulang pukulan yang telah diperkenalkan, sehingga dalam waktu tiga hari mereka sudah menguasai enam jenis pukulan. Adapun sisa dua hari berikutnya akan dilanjutkan dengan kerja individual, dan bermain di bawah pengawasan. Dalam "waktu istirahat" mereka, mereka akan dipertontonkan video mendengarkan ceramah tentang strategi.

(3)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 3 kompleks seperti menerbangkan pesawat atau bermain tenis. Akibatnya, beberapa tahun terakhir muncullah rekayasa pelatihan pendidikan yang baru - yakni pelatihan dengan sistem dan

prosedur yang terangkai dengan baik, media pembelajaran yang beragam, mesin pengajaran yang kompleks, dan sistem managemen yang memungkinkan peserta mengerjakan tugas-tugas dan merekam kemajuan mereka.

ORIENTASI MODEL

Empat Arah Pemikiran

Ada empat aliran pemikiran yang saling melengkapi mulai datang bersama-sama di akhir 1950-an, menciptakan kategori pendekatan khas terhadap pendidikan, masalah-masalah

organisasi, atau pelatihan, yakni pelatihan psikologi, psikologi cybernetic, analisis sistem, dan psikologi perilaku. Keempatnya memiliki gagasan bahwa orang dapat digambarkan dalam bentuk perilaku nyata mereka; setiap upaya untuk mengubah perilaku nyata dari individu dihubungkan dengan fungsi domain tertentu seperti membaca, memecahkan masalah matematika, dsb. Inti dari pendekatan ini adalah bahwa kita belajar melalui observasi dan praktek.

Pelatihan psikologi menekankan analisis tugas dan desain antar komponen pelatihan; psikolog cybernetic berfokus pada pengaturan diri, pengembangan sistem menekankan pada analisa sistem, dan behavioris menekankan pada demonstrasi dan praktek.

Sebagian besar psikologi pelatihan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan militer, seperti pelatihan anggota awak kapal selam atau bomber. Waktu untuk melatih para anggota kru adalah relatif singkat. Psikolog menemukan bahwa pengetahuan pembelajaran manusia berasal dari stimulus-respon. Namun, latihan sederhana dari laboratorium pembelajaran tidak cukup untuk sebuah desain komponen pelatihan yang lebih kompleks.

Prinsip-prinsip dasar desain pelatihan terdiri dari: (a) mengidentifikasi tugas2 unjuk kerja akhir , (b) menjamin bahwa masing-masing tugas komponen sepenuhnya tercapai, dan (c) mengatur situasi belajar untuk menjamin optimalisasi penugasan.

Psikologi sibernetik memiliki duapemikiran yang dikembangkan selama Perang Dunia II yang didasarkan pada rekayasa konseptualisasi. Manusia dalam hal ini disamakan dengan mesin listrik, "sistem sibernetik" yang menggunakan proses umpan balik dan sensorik untuk mengontrol dan mengubah perilakunya sendiri.

Psikolog sibernetik sering menggunakan alat/perangkat seperti simulator untuk mempelajari perilaku manusia dan ini adalah bagian dari sistem pelatihan. Dengan demikian seorang psikolog sibernetik membangun konsep bahwasanya pembelajar merupakan sistem yang terus berusaha untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah mendapatkan umpan balik. Psikolog Sibernetik

(4)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 4 bahwa manusia adalah sistem yang bisa mengoreksi diri sendiri dan mengolah informasi, sehingga memberikan umpan balik sesegera mungkin dianggap lebih efektif.

Desain Sistem; disebut juga pengembangan sistem. Lambat laun psikolog, militer, industri, dan pendidikan menyadari bahwa setiap perilaku manusia bekerja sebagai bagian dari sebuah sistem yang terorganisasi. Sistem ini meliputi tidak hanya manusia yang berperilaku, tetapi juga

organisasi dimana dia menjadi bagian didalamnya, mesin dan sistem komunikasi yang membentuk sebuah organisasi.

Penelitian telah menunjukkan bahwa observasi saja tidaklah cukup untuk

mengembangkan sebuah perilaku. Yang paling efektif adalah modeling (demonstrasi) dan praktek.

Rimm dan Master mengidentifikasi empat faktor untuk mencapai efektivitas teknik modeling: (1) Peserta mengamati tidak adanya konsekuensi yang tidak baik; (2) Mereka memperoleh pengetahuan teknis dan informasi selama demonstrasi; (3) Peserta mengalami penningkatan Keterampilan selama fase latihan. Tingkat kecemasan berkurang, dan kepercayaan diri jadi meningkat; (4) Adanya dukungan instruktur sangat membantu peserta.

Psikologi tingkah laku. Cabang pemikiran keempat yang meneliti permasalahan pada pelatihan adalah teknik teknik modeling psikologi tingkah laku. Ciri ciri penting modeling adalah peserta pelatihan menampilkan demonstrasi baik secara langsung atau simbolis satu tingkah laku baru dan prakteknya dengan petunjuk dari instruktur. Meskipun penelitian menunjukkan bahwa observasi sangat berguna untuk mengembangkan tingkah laku baru, yang paling efektif adalah modeling (demonstrasi) dengan informasi dan praktek.

Modelling biasa digunakan untuk mempermudah pembentukan tingkah laku , mengurangi ketakutan dan kegelisahan, juga bisa untuk melatih tingkah laku baru seperti pengembangan bahasa dan kecakapan kecakapan psikomotor. Penarikan diri, isolasi dan tingkah laku hiperagresive juga menggunakan modeling untuk terapinya.

Tujuan dan Asumsi

Munculnya keempat bidang pemikiran tersebut berawal dari keprihatinan terhadap tujuan dan desain pelatihan. Psikolog Sibernetik, psikolog behavioristik, psikolog pelatihan dan perancang sistem membangun pekerjaan mereka yang berhubungan dengan studi desain pelatihan dan sudi perilaku manusia selama pelatihan.

Kelompok perancang pendidikan ini umumnya berkeinginan untuk memecahkan persoalan dlm skala luas, yakni persoalan yang terkait dengan Keterampilan psikomotor, kemampuan

(5)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 5 MODEL PEMBELAJARAN

Sintaksis

Model Pelatihan pengajaran memiliki lima tahapan: Menjelaskan tujuan, menjelaskan teori, menunjukkan unjuk kerja yang benar, praktek simulasi dengan umpan balik, dan pelatihan transfer pengetahuan. (Lihat tabel 21-1).

Tabel 21-1Sintaksis Model Pelatihan

FASE SATU : KLARIFIKASI Memperjelas tujuan.

FASE DUA : PENJELASAN TEORITIS Jelaskan teori atau dasar pemikiran sebuah unjuk kerja.

FASE TIGA: DEMONSTRASI Menunjukkan kinerja yang benar.

FASE EMPAT: PRAKTEK SIMULASI Berlatihlah dengan umpan balik

FASE LIMA: TRANSFER Pelatihan untuk mentransfer pengetahuan ke"dunia nyata."

SISTEM SOSIAL

Sistem pelatihan memang banyak memakasakan aturan struktur kepada peserta. Namun, sekalipun demikian, masih mungkin untuk menciptakan sistem kerjasama sosial dan untuk

mengubah struktur demi kepentingan peserta pelatihan. Jika peserta terlalu dikendalikan, mereka akan cenderung memberontak dan pemberontakan akan berpengaruh negatif terhadap hasil pelatihan. Mereka perlu diberi kebebasan yang lebih dalam mengerjakan tugas2 pembelajaran dan diberi umpan balik sesegera mungkin.

PRINSIP-PRINSIP REAKSI

Para pelatih, guru, atau guru menggunakan model pelatihan memberikan umpan balik sesuai dengan kinerja peserta. Pelatih menganalisa kinerja peserta dan memberikan umpan balik

(6)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 6 Umpan balik harus akurat, lengkap, dan rinci. Sebuah prinsip dalam teori mengatakan bahwa manusia bisa mengoreksi diri sendiri, artinya jika mereka diberi umpan balik tentang sifat dan hasil kinerja mereka, mereka akan memperbaiki diri.

SISTEM DUKUNGAN

Seorang guru atau pelatih yang baik dapat memberikan apa yang diperlukan dalam sistem pelatihan, semata-mata dengan cara mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

APLIKASI

Model pelatihan ini dipakai untuk berbagai masalah di bidang pendidikan. Banyak guru menggunakannya untuk mengajarkan keterampilan dasar membaca dan menulis. Hal ini membantu dalam mengembangkan perilaku sosial dan juga dalam menghilangkan ketakutan. Semisal guru pendidikan jasmani yang mengajari kita cara bermain olahraga tertentu atau instruktur sopir yang mengajarkan kita cara mengemudi mobil. Untuk perilaku yang sederhana, demonstrasi dan dipandu dengan praktek adalah semata yang diperlukan.

Contoh pertama, yang diambil dari Rimm dan Masters dan didasarkan pada karya Hunziker, adalah program renang untuk orang-orang yang takut air.

Daftar langkah Hunziker muncul dalam tabel 21-2.

NO URAIAN KEGIATAN

1 Duduk di tepi kolam.

2 Duduk di tepi kolam dengan kaki dalam air.

3 Duduk di tepi kolam dan percikan air pada diri sendiri. 4 Berdiri di kolam renang dan berpegangan.

5 Berdiri di kolam renang dari samping. 6 Pegang sisi dan percikan air di wajah Anda.

7 Tanpa memegang sisi kolam, percikan air di wajah Anda. 8 Pegang sisi dan pukul gelembung di dalam air.

9 Tidak memegang samping, meniup gelembung di dalam air. 10-12 Terus ke samping dan menempatkan wajah Anda di dalam air.

13-15 Tanpa memegang sisi kolam, menempatkan wajah Anda di dalam air. 16-18 Terus ke sisi dan benar-benar menenggelamkan.

19-21 Tanpa memegang samping, benar-benar tenggelamkan diri anda.

(7)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 7 25-27 Tahan samping dan menempatkan wajah Anda dalam air dengan kedua kaki. 28-30 Pegang papan tendangan dan menutup wajah Anda dalam air dengan satu

kaki.

31-33 Pegang papan tendangan dan menutup wajah Anda dalam air dengan kedua kaki dari bawah.

34-36 Pegang papan tendangan dengan satu tangan dan menutup wajah Anda dalam air dengan kedua kaki di lepas.

37-39 Tanpa dukungan apapun, menempatkan wajah Anda dalam air dan mengambil kedua kaki dari bawah.

40 Saat airnya sedalam 12 ', duduk di samping. 41 Saat airnya sedalam 12 ', turun tangga kolam. 42 Saat airnya sedalam 12 'terus ke samping.

43-45 Saat airnya sedalam 12 ', terus ke samping dan benar-benar tenggelamkan diri anda.

46-48 Saat airnya sedalam 12 ', terus ke kickboard dan benar-benar tenggelamkan diri anda.

49-51 Saat airnya sedalam 12 ', lepas samping dan benar-benar tenggelamkan diri anda.

52 Duduk di sisi air sedalam 12 ' dan mendorong dari samping ke dalam kolam. 53 Berlutut di sisi air sedalam 12 ' dan mendorong dari samping ke dalam kolam 54 Berdiri di sisi air sedalam 12 ' dan melompat ke dalam kolam.

TUJUH KETERAMPILAN

(DALAM EVALUASI PROGRAM INSTRUKSIONAL)

Anda harus dapat:

1. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi dan meningkatkan bahan ajar disiapkan.

2. Mengidentifikasi unsur-unsur uji materi 3. Menulis rencana uji prototipe.

4. Menganalisis rencana prototipe pengujian dan memperbaiki aspek-aspek dari rencana yang tidak memadai

5. Mengumpulkan data uji coba prototype.

6. Melakukan interpretasi data secara lisan dari berbagai sumber data. 7. Sarankan revisi sesuai instruksi.

(8)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 8 telah kita bahas. Bagian pertama menyajikan informasi dan masalah, mengidentifikasi prinsip-prinsip evaluasi pengembangan instruksional dan sumber data atau evaluasi (informasi dan demonstrasi). Selanjutnya, peserta diminta merancang tes prototipe untuk mengevaluasi materi (praktek simulasi). Setiap peserta pelatihan ditugasi mengkormasikan hasil dan analisis

kesalahan (umpan balik). Urutan informasi, demonstrasi, praktek simulasi, dan umpan balik diulang dalam setiap kesempatan.

PROSEDUR ADMINISTRASI UNTUK PENGUJIAN PROTOTIPE

Sebuah tes prototipe yang berhasil tidak hanya mengandalkan penggunaan prinsip-prinsip dan sumber data. Beberapa pertimbangan penting untuk diingat ketika merencanakan uji prototipe sendiri adalah:

1. Mengamankan lokasi ujian.

2. Mendapatkan izin pengelolaan dan penyelenggaraan ujian. 3. Menyediakan cadangan materi untuk mengantisipasi kesalahan. 4. Memeriksa bahan uji untuk memastikan kelengkapannya dan tanpa kesalahan.

Dibawah ini dua contoh pembelajaran yang menggunakan training model dengan metode yang disesuaikan dengan karakteristik materi ketrampilan.

CONTOH KETRAMPILAN

Mata Pelajaran : Teknologi Pasca Panen semester 3 Standar kompetensi : Pengolahan Daging

Kompetensi Dasar : Pembuatan chicken nugget

Langkah langkah

Tahap persiapan guru sebelum jam belajar. Sama dengan penggunaan model lain, pada penggunaan metode training model guru lebih memilih media yang akan digunakan. Untuk ketrampilan pasca panen, media video dan sekaligus alat dan bahan aslinya, merupakan

alternative yang bisa dipilih. Untuk pembuatan chicken nugget, guru menyiapkan alat dan bahan berupa daging ayam yang sudah digiling, tepung roti, keju atau bisa diganti tepung tapioca, telur, bawang putih lada, penyedap, plastic packing, plastic lembaran. Jumlah keperluan bahan

(9)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 9 Guru menentukan anggota kelompok (2-3 orang). Pembatasan anggota memungkinkan siswa untuk bekerja sama tanpa mengurangi kesempatan belajarnya (time on task).

Tahap tahap selama pembelajaran

1. Guru menjelaskan tujuan pembuatan chicken nugget

2. Guru menjelaskan mengapa siswa belajar membuat chicken nugget 3. Guru mendemonstrasikan pembuatan chicken nugget dengan:

 Menggunakan video pembelajaran. Merupakan aternatif pertama karena meskipun pembuatan awalnya memerlukan waktu dan biaya, tetapi sekali dibuat bisa digunakan berulang kali. Untuk mengajar langkah demi langkah suatu proses, guru dapat

menunjukkan dengan waktu yang sesungguhnya, tetapi dengan media proses bisa dipercepat atau diperlambat. Dalam hal ini, proses dipercepat untuk menghemat waktu.

 Atau menyiapkan bahan bahan, bahan setengah jadi dan nugget yang sudah jadi. Guru menunjukkan bahan yang diperlukan. Kemudian guru menunjukkan langkah langkahnya dengan praktek. Karena proses pembuatannya cukup lama, maka guru lebih dahulu menyiapkan bahan setengah jadi dan bahan jadi untuk mempersingkat waktu. Siswa mengamati tindakan guru.

4. Siswa mempraktekkan pembuatan chicken nugget dengan bimbingan guru (feed back). Pemberian umpan balik untuk prosedur yang merupakan urutan aksi, hendaknya

menunjukkan secara tepat dalam hal aplikasi itu tidak betul atau secara tepat bagaimana cepatnya suatu prosedur yang betul diterapkan (Dahar, 1988).

Guru bisa menggabungkan langkah ketiga dan keempat. Guru mempraktekkan langkah pertama. Siswa langsung mengikuti. Setelah langkah pertama diselesaikan siswa, guru melanjutkan ke langkah kedua, dan seterusnya sampai selesai.

Untuk ketrampilan ini bisa tanpa penggunaan langkah simulasi. Pertimbangannya adalah bahwa ketrampilan ini tidak beresiko dan pengadaan bahan bahannya mudah.

Pembelajaran pembuatan chicken nugget sampai pada tahap trampil untuk melaksanakan prosedur, cocok menggunakan traning model. Tetapi untuk selanjutnya dimana siswa

(10)

BAHRUR ROSYIDI | DIRECT TRAINING 10 Sebagai assessment yang terbaik dilakukan dengan uji kompetensi. Siswa melakukan pembuatan chicken nugget dengan penilaian mulai dari langkah kerja dan komposisi penggunaan bahan yang sesuai dengan saat pembelajaran dilakukan

SIMPULAN

Traning model merupakan model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk berbagai materi ketrampilan motorik di SPP. Penggunaan traning model lebih efisien untuk pembelajaran sampai tahap trampil. Untuk tahap yang menuntut pengembangan kreativitas, maka guru sebaiknya menggunakan model lain.

Guru bisa saja menyertakan pembentukan karakter siswa dalam pengajaran dengan training model. Karakter yang diajarkan bisa dihubungkan dengan materi pelajaran ketrampilan.

DAFTAR RUJUKAN

Joyce dan Weil. 1980. Models Of Theaching. Jakarta.

Akbar, Sa’dun. 2011. Pembelajaran Nilai dan Karakter: Pendekatan dan Strategi Pembelajaran

untuk Pengembangan dan Pembinaan karakter. Makalah seminar. Malang

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan terakhir dari proses isolasi nanoserat selulosa adalah proses sentrifugasi dengan kecepatan 8400 rpm selama 10 menit untuk memisahkan residu dari filtratnya, yang

The general introduction ends with an informative summation of the most rele- vant review articles and book chapters, which is followed by the listing of individual formulas grouped

Murid menyalin ayat dengan cara yang betul dari segi ketepatan huruf, huruf besar atau huruf kecil, tanda bacaan, jarak antara perkataan

Magi Sympathetic atau mantra simpatik Banjar merupakan bentuk puisi tradisional Banjar yang digunakan untuk kepentingan pemakainya, tetapi tidak merugikan orang lain.. Dalam

Metode iterative incremental bermula dari suatu proses perencanaan dan berakhir pada proses penempatan (deployment) yang di dalamnya terdapat interaksi. Metode ini dapat

Ketua prodi terbaik UNAIR tahun 2016 tersebut juga menuturkan keunggulan lain yang dimiliki prodi yang dipimpinnya untuk kali kedua ini.. Salah satunya adalah adanya

Nilai rata-rata dari tebal isolasi yang diukur sesuai dengan SPLN 39 tidak boleh kurang dari nilai nominal yang tercantum dalam Tabel I s/d 16 kolom 2. Walaupun demikian

[r]