• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 71 HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN KAMPAR RIAU

Nur Afrinis1, John Taruna2

Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRACT

Nutritional status is one measure to assess the development of the baby's health. Many factors affect the nutritional status of infants, including the mother's perception about exclusive breastfeeding and exclusive breastfeeding, mother's education level and economic status of the family. The purpose of this study was to examine the relationship between perception and practice of exclusive breastfeeding and nutritional status of infants aged 0-6 months in Kampar regency of Riau. This type of research is quantitative with cross sectional design. The study population was all mothers with babies aged 0-6 months in Kampar regency 2015. The sampling technique is simple random sampling of 120 people. Collecting data using questionnaires. The data were analyzed using univariate and bivariate by using chi squrae. The results showed that no significant relationship between the perception of mothers on exclusive breastfeeding (P value 0.002 <α 0:05), and the practice of exclusive breastfeeding (p value (0.002 <α 0007), on the nutritional status of infants aged 0-6 months. It is recommended to provide counseling about the importance of exclusive breastfeeding puntuk get optimal nutritional status of infants.

Bibliography : 18 (2002-2011)

Keywords : Perception mother, exclusive breastfeeding practices, nutritional status of infants

PENDAHULUAN

Masih tingginya prevalensi gizi

salah (malnutrisi) merupakan faktor

risiko yang berkontribusi paling

signifikan terhadap angka kematian

bayi. Salah satu upaya untuk

meningkatkan status gizi bayi adalah

dengan memberikan Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif.

ASI Eksklusif adalah memberikan

ASI sedini mungkin setelah

persalinan, diberikan tanpa jadwal

dan tidak diberikan makanan lain

walaupun hanya air putih sampai

bayi berusia 6 bulan. Bayi yang

diberi ASI Eksklusif akan

mengalami pertumbuhan yang sangat

(2)

Nur Afrinis1, Jhon Taruna2

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 72 tubuh yang baik, kenaikan berat

badan stabil dan jarang mengalami

sakit (Husnaria, 2011).

Pemberian ASI eksklusif akan

membuat bayi jauh lebih sehat,

memiliki daya tahan tubuh yang

tinggi, serta kecerdasan emosional

dan spiritual lebih baik. IQ bayi yang

diberi ASI eksklusif bisa lebih tinggi

jika dibandingkan dengan anak-anak

yang ketika bayi tidak diberikan ASI

esklusif. Selain itu ASI merupakan

makanan bagi bayi yang kaya gizi,

serta melindungi bayi dari kematian

dan kesakitan. Bayi yang mendapat

ASI eksklusif kemungkinan

menderita diare dan infeksi

pernapasan hanya seperempat dari

seluruh kejadian yang diderita bayi

yang tidak di beri ASI. Program

peningkatan penggunaan ASI

menjadi prioritas karena dampaknya

yang luas terhadap status gizi dan

kesehatan bayi.

Tingkat pendidikan ibu yang rendah,

wawasan pengetahuan terbatas dan

tradisi turun temurun merupakan

faktor yang mendukung timbulnya

anggapan bahwa ASI saja tidak

cukup sebagai makanan bayi.

Akibatnya para ibu memberikan

bentuk cairan sebagai makanan

pendamping ASI sebelum bayi

mencapai umur 4 bulan. Jadi anjuran

pemberian ASI eksklusif minimal 6

bulan sangat sulit di laksanakan

sesuai harapan (Roesli, 2005).

Pemerintah telah menetapkan target

cakupan pemberian ASI Eksklusif

pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan

sebesar 80%. Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di

Indonesia, pemberian ASI baru

mencapai 15,3% dan pemberian susu

formula meningkat tiga kali lipat dari

10,3% menjadi 32,5%.

Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Kampar tahun

2013, cakupan ASI eksklusif di

Kabupaten Kampar masih dibawah

target nasional yaitu masih dibawah

80%. Di beberapa wilayah di

Kabupaten Kampar, cakupan ASI

Eksklusif masih sangat rendah yaitu

hanya 18,35%.

Kendala yang dihadapi dalam

praktek ASI eksklusif adalah

kurangnya pengetahuan ibu dan

dukungan dari lingkungan,

pemberian makanan dan minuman

terlalu dini, serta maraknya promosi

(3)

Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 73 Berdasarkan latar belakang di atas,

maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian ini dengan

judul “hubungan persepsi dan

praktik pemberian ASI Ekskusif

dengan status gizi balita usia 0-6

bulan di Kabupaten Kampar Riau

Riau”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis

hubungan pengetahuan dan praktik

pemberian ASI Ekskusif dengan

status gizi balita usia 0-6 bulan di

Kabupaten Kampar Riau Riau.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

desain penelitian analitik dengan

rancangan Crossectional, karena

pengukuran variabel bebas (persepsi

ibu dan praktik pemberian ASI

eksklusif) dengan variabel terikat (

status gizi bayi) dilakukan sekali

waktu pada saat yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini

dilaksanakan di pusksesmas yang

ada di Kabupaten Kampar, pada

bulan April – Juni 2015.

Sampel padalah ada penelitian ini

sebagian ibu menyusui yang

memiliki bayi usia 0-6 bulan yang

ada di beberapa Puskesmas di

Kabupaten Kampar yang ditentukan

yang dianggap dapat mewakili

populasi. Adapun puskesmasnya

yaitu puskesmas Bangkinang,

Puskesmas Kuok, dan Puskesmas

Kampar Utara. Jumlah sampel yang

diambil masing-masing puskesmas

adalah 40 ibu menyusui, sehingga

jumlah sampel keseluruhan adalah

120 ibu menyusui yang memiliki

bayi usia 0-6 bulan.

Data dikumpulkan dari responden

melalui penyebaran kuesioner

penelitian dan wawancara yang

berkaitan dengan karakteristik ibu

menyusui (umur, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan), persepsi ibu

menyusui tentang ASI Eksklusif,

distribusi pemberian ASI Eksklusif

dan status gizi bayi usia 0-6 bulan.

Untuk melihat status gizi bayi

menggunakan timbangan bayi dan

menggunakan indikator BB/U.

Analisa data dalam penelitian ini

menggunakan analisis Univariat

untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dari variabel persepsi ibu

tentang ASI eksklusif, praktik

pemberian ASI eksklusif dan status

gizi bayi usia 0-6 bulan, serta analisis

(4)

Nur Afrinis1, Jhon Taruna2

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 74 hubungan secara statistik antara

variabel independen (persepsi dan

praktik pemberin ASI eksklusif)

dengan variabel dependen (staus gizi

bayi). Analisis bivariat menggunakan

uji Chi-Square (X2) dengan

menggunakan tingkat kepercayaan

95% (α = 0,05).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan tentang hubungan persepsi

dan praktik pemberian ASI

Eksklusif dengan Status Gizi Bayi

usia 0 – 6 bulan di Kabupaten

Kampar Riau. Penelitian ini

dilakukan di tiga Puskesmas yang

dianggap mewakili Kabupaten

Kampar yaitu Puskesmas Kuok,

puskesmas Bangkinang dan

puskesmas Kampar Utara dengan

jumlah sampel sebanyak 120 ibu

menyusui yang memiliki bayi usia 0

– 6 bulan didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Analisa Univariat

1. Persepsi Ibu tentang ASI Eksklusif Tabel 1. Distribusi persepsi ibu tentang

Sumber : penyebaran kuisioner

Dari tabel diatas dapat diketahui

bahwa sebagian besar ibu memiliki

persepsi negatif tentang ASI

eksklusif sebanyak 73 ibu (60,83%).

2. Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

Tabel 2. Distribusi praktek pemberian ASI Eksklusif

No Praktek Pemberian ASI Eksklusif

n %

1 Tidak ASI Eksklusif 82 68,33 2 Ya ASI Eksklusif 38 31,6

Total 120 100

Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui

bahwa sebagian besar bayi tidak

mendapatkan ASI ekslusif sebanyak

82 bayi (68,33%).

Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui

bahwa sebagian besar bayi memiliki

status gizi normal sebanyak 90 bayi

(75%).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Persepsi Ibu tentang ASI eksklusif dengan Status Gizi Dari hasil penelitian, untuk

mengetahui hubungan persepsi ibu

tentang ASI esksklusif dengan status

gizi bayi usia 0 – 6 bulan dengan

(5)

Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 75 (X2), dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Tabel 4.3 Hubungan persepsi ibu tentang ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi Persepsi Status Gizi Total P value

Tidak Normal Normal

n % n % n % Negatif 26 35,6 47 64,4 73 100

0,002 Positif 4 8,5 43 91,5 47 100

Total 30 25 90 75 120 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 73

ibu yang mempunyai persepsi

negatif, sebanyak 47 (64,4%) status

gizi bayinya normal dan 26 (35,6%)

status gizi bayinya tidak normal.

Sedangkan dari 47 ibu yang

mempunyai persepsi positif,

sebanyak 4 (8,5%) status gizi

bayinya tidak normal dan 43 (91,5%)

status gizi bayinya normal.

Berdasarkan uji Chi-Square

diperoleh P value 0,002. Oleh karena

itu P value (0,002) < α (0,05) maka

Ho ditolak dan dapat dinyatakan

bahwa ada hubungan yang

bersignifikan antara persepsi ibu

tentang ASI eksklusif dengan status

gizi bayi usia 0 – 6 bulan di

Kabupaten Kampar Riau.

2. Hubungan Praktik Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi bayi

Dari hasil penelitian, untuk

mengetahui hubungan praktik

pemberian ASI eksklusif dengan

status gizi bayi usia 0 – 6 bulan

dengan menggunakan uji statistik

Chi-square (X2), dengan derajat

kepercayaan 95% (α = 0,05).

Tabel 4.3 Hubungan praktik pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi

Praktik Status Gizi Total P value

Tidak Normal Normal

n % n % n %

Tidak ASI Eksklusif 27 32,9 55 67,1 82 100

0,007 Ya ASI Eksklusif 3 7,9 35 82,1 38 100

Total 30 25 90 75 120 100

Berdasarkan tabel di atas, dari 82

bayi yang tidak diberikan ASI

Eksklusif, sebanyak 55 bayi (67,1%)

status gizinya normal dan 27 bayi

(32,9%) status gizi bayinya tidak

normal dan 26 (35,6%). Sedangkan

dari 38 bayi yang mendapatkan ASI

(6)

Nur Afrinis1, Jhon Taruna2

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 76 status gizi bayinya tidak normal dan

35 (82,1%) status gizi bayinya

normal. Berdasarkan uji Chi-Square

diperoleh P value 0,007. Oleh karena

itu P value (0,007) < α (0,05) maka

Ho ditolak dan dapat dinyatakan

bahwa ada hubungan yang

bersignifikan antara praktik

pemberian ASI eksklusif dengan

status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di

Kabupaten Kampar Riau.

PEMBAHASAN

a. Hubungan Persepsi Ibu tentang

ASI Eksklusif dan Status Gizi

Bayi Usia 0 – 6 Bulan

Berdasarkan hasil penelitian pada

tabel 5.4 dapat diketahui bahwa ibu

dengan persepsi negatif sebagian

besar memiliki memiliki bayi dengan

status gizi normal, yaitu sejumlah 47

orang (64,4%) dan sebanyak 26

orang (35,6%) status gizi bayinya

tidak normal. Hal ini dikarenakan

persepsi negatif ibu terhadap

pemberian ASI eksklusif, sehingga

membuat ibu beranggapan bahwa

pemberian ASI secara eksklusif ini

tidak terlalu penting dan ini akan

berdampak pada status gizi bayinya.

Sedangkan ibu dengan ibu dengan

persepsi positif dalam pemberian

ASI Eksklusif, yaitu sejumlah 43

bayinya berstatus gizi normal

(91,5%). Hal ini karena persepsi

yang baik tentang pemberian ASI

eksklusif menjadikan ibu selalu

berpandangan bahwa ASI itu sangat

penting bagi pertumbuhan bayinya

dan ASI memang makanan yang

terbaik bagi bayinya, sehingga ibu

merasa sangat perlu dan bersikap

baik serta berkeinginan untuk

memberikannya.

Berdasarkan uji Chi-Square

diperoleh P value 0,004 < α (0,05)

maka dapat dinyatakan bahwa ada

hubungan yang bersignifikan antara

persepsi ibu tentang ASI eksklusif

dengan status gizi bayi usia 0 – 6

bulan di Kabupaten Kampar Riau.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

apa yang dikatakan Wawan (2010),

bahwa persepsi ibu dalam

memandang pelaksanaan pemberian

ASI eksklusif sangat penting karena

jika persepsi ibu baik tentang

pelaksanaan pemberian ASI

eksklusif berdampak terhadap sikap

ibu yang kemudian akan

berpengaruh terhadap perilaku ibu

(7)

Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 77 yang akan tampak aktual apabila

kesempatan untuk mengatakan

terbuka luas (Anwar, 2005).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan

sumber makanan yang mengandung

nutrisi yang lengkap untuk bayi

(Anggraini, 2010). Air Susu Ibu

bukan minuman, namun ASI

merupakan satu-satunya makanan

tunggal paling sempurna bagi bayi

hingga berusia 6 bulan. ASI

eksklusif berarti memberikan hanya

ASI saja kepada si kecil, (tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, madu, air putih, air

teh, maupun makanan lain, seperti

pisang, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, tim dan lain-lain) hingga usia 6

bulan (Arif, 2009).

Pemberian ASI secara eksklusif

seringkali tidak dapat terlaksana

akibat banyak pengaruh. Menurut

Streger (2010), gagalnya pemberian

ASI eksklusif seringkali terjadi

akibat adanya persepsi dan sikap ibu

yang menganggap bahwa susu botol

kepada anak sebagai salah satu

simbol bagi kehidupan tingkat sosial

yang lebih tinggi, terdidik dan

mengikuti perkembangan zaman.

Ada pula yang beranggapan dengan

menyusui membuat bentuk payudara

rusak dan kecantikannya akan hilang.

Para ibu sering keluar rumah karena

bekerja maupun karena tugas-tugas

sosial, maka susu sapi adalah

satu-satunya jalan keluar dalam

pemberian makanan bagi bayi yang

ditinggalkan di rumah.

Menurut Siregar (2010), pengaruh

melahirkan di rumah sakit atau klinik

bersalin juga dapat mengakibatkan

sikap ibu yang kurang baik terhadap

ASI eksklusif. Misalnya: belum

semua petugas paramedis diberi

pesan, diberi cukup informasi agar

menganjurkan setiap ibu untuk

menyusui bayi mereka, serta praktek

yang keliru dengan memberikan susu

formula botol kepada bayi yang baru

lahir. Sikap sementara penanggung

jawab ruang bersalin dan perawatan

rumah sakit, rumah bersalin yang

berlangsung memberikan ASI

kepada bayinya, serta belum

diterapkannya pelayanan rawat

gabung di sebagian besar rumah

sakit/klinik bersalin.

Pelaksanaan ASI eksklusif

memerlukan komitmen dan kesiapan

dari banyak pihak, antara lain

(8)

Nur Afrinis1, Jhon Taruna2

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 78 pengetahuan, persepsi positif tentang

ASI oleh ibu, sikap positif dari

tenaga kesehatan dan institusi

pelayanan kesehatan, serta adanya

kebijakan pemerintah yang

menjamin setiap ibu dan bayi

mendapatkan kesempatan untuk

melaksanakan program ASI

eksklusif.

Salah satu faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan ASI

eksklusif adalah sumber dan cara

penyampaian informasi tentang ASI

eksklusif. Sumber informasi utama

dari ibu dalam hal pelaksanaan ASI

eksklusif adalah petugas kesehatan,

yakni bidan yang membantu sejak

pemeriksaan kehamilan sampai

persalinan maka peran bidan. Dalam

penyampaian informasi ini maka

peran bidan sangat diperlukan.

Kemajuan di bidang kesehatan

lingkungan dan industri makanan

sapihan membuat segalanya menjadi

sangat praktis sehingga para ibu

lebih cenderung menggunakan susu

formula. Ibu-ibu yang mampu harus

dihimbau agar kembali pada praktek

menyusui anaknya, karena hal itu

mendatangkan keuntungan bagi

hubungan ibu dan anak.

b.Hubungan Praktik ASI

Eksklusif dan Status Gizi Bayi

Usia 0 – 6 Bulan

Berdasarkan uji Chi-Square

diperoleh P value 0,007 < α (0,05)

maka ada hubungan yang

bersignifikan antara praktik

pemberian ASI eksklusif dengan

status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di

Kabupaten Kampar Riau.

ASI merupakan makanan terbaik

untuk bayi. ASI sangat dibutuhkan

untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan bayi secara optimal.

Bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif akan memperoleh semua

kelebihan ASI serta terpenuhi

kebutuhan gizinya secara maksimal

sehingga akan lebih sehat, lebih

tahan terhadap infeksi, tidak mudah

terkena alergi, dan lebih jarang sakit.

Bayi yang mendapatkan ASI secara

eksklusif maka status gizinya akan

baik, serta mengalami pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal.

Pertumbuhan dapat dilihat dari

penambahan berat badan, tinggi

badan, ataupun lingkar kepala,

sedangkan perkembangan yang

optimal dapat dilihat dari adanya

(9)

Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 79 psikomotorik dan bahasa

(Sulistyoningsih, 2011).

Berat badan bayi yang mendapat ASI

eksklusif meningkat lebih lambat

dibanding bayi yang mendapat susu

formula (MPASI). Hal ini tidak

berarti bahwa berat badan yang lebih

besar pada bayi yang mendapat susu

formula lebih baik dibanding bayi

yang mendapat ASI. Berat badan

berlebih pada bayi yang mendapat

susu formula justru menandakan

terjadinya kegemukan (obesitas).

Karena dengan pemberian ASI

eksklusif status gizi bayi akan baik

dan mencapai pertumbuhan yang

sesuai dengan usianya (Hariyani,

2011).

Boyle (2003) menyatakan,

pertumbuhan bayi sangat tergantung

dari diet atau asupan makanan. Bayi

yang diberi makan selain ASI

sebelum waktunya berisiko tinggi

terkena infeksi. Hal ini dapat

menjadi dugaan bahwa pemberian

makanan selain ASI serta kejadian

infeksi atau status kesehatan bayi

dapat berhubungan dengan status

gizi bayi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka

dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Sebagian besar persepsi ibu

menyusui yang memiliki bayi usia

0 – 6 bulan tentang ASI eksklusif

adalah negatif sebanyak 73 orang

(60,83%).

2. Sebagian besar bayi tidak

mendapatkan ASI ekslusif

sebanyak 82 bayi (68,33%).

3. Sebagian besar status gizi bayi

usia 0 - 6 bulan adalah normal

sebanyak 90 orang (75%).

4. Terdapat hubungan yang

bersignifikan antara persepsi ibu

tentang ASI eksklusif dengan

status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di

Kabupaten Kampar Riau dengan

P value 0,004 < α (0,05)

5. Terdapat hubungan yang

bersignifikan antara praktik

pemberian ASI eksklusif dengan

status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di

Kabupaten Kampar Riau dengan

(10)

Nur Afrinis1, Jhon Taruna2

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 80 DAFTAR PUSTAKA

Almatzier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Arif, Nuraeni. 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Jogjakarta : Media Pressindo

Arikunto Suharsimi, 2003, Prosedur

Penelitian Suatu

Pendekatan Praktkek, Jakarta : Rineka Cipta.

Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu . Jakarta: Depkes.

Habib Rachmat, R.Hapsara. 2004. Pembangunan Kesehatan Di Indonesia,Prinsip Dasar,Kebijakan,Perencana an dan Kajian Masa Depannya. Gajah Mada Universiti Press.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.

Kristiyanasari, W. 2009. ASI Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika.

Laporan Program Gizi Kabupaten Kampar. 2013 Laporan Tahunan. 2013. Dinkes Propinsi Riau.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Prasetyono Sunar, 2012. ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press.

Pudjadji, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Gizi pada Anak. Jakarta : FKUI.

Rahmawati, Eka. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prasetyo, B & Jannah, L. M. 2005. Metode Penelitian Kuantitif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Fajar Interpratama offset.

Riyanto, Agus. 2009. Pengolaha dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika.

Roesli, Utami. 2009. ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) cara belajar matematika siswa kelas X3 secara keseluruhan cukup baik dengan persentase sebesar 61% (2) terdapat hubungan

Jika panjang diameter masing-masing kaleng cat adalah 14 cm, berapakah panjang plester minimal yang diperlukan untuk dililitkan pada ketiga kaleng cat tersebut ?...

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa dalam pembelajaran praktikum Manajemen Aktif Kala III, mengetahui hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran

menunjukkan bahwa untuk nomor 2 subjek kelima berada pada kreativitas tingkat.

Praktik Pengalaman Lapangan itu meliputi kegiatan yang harus dilakukan oleh praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester-semester

Jumlah fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang berbeda disetiap kecamatan akan menyebabkan terjadinya ranking atau tingkatan jumlah dari fasilitas sosial ekonomi yang ada di

• A student takes a group of Papua students and a group of Java students and test whether they have a same consumption behavior two samples from different population. to

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai “ studi komparasi pendidikan kesehatan multimedia pembelajaran dan metode