Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 71 HUBUNGAN PERSEPSI DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0-6 BULAN DI KABUPATEN KAMPAR RIAU
Nur Afrinis1, John Taruna2
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia
ABSTRACT
Nutritional status is one measure to assess the development of the baby's health. Many factors affect the nutritional status of infants, including the mother's perception about exclusive breastfeeding and exclusive breastfeeding, mother's education level and economic status of the family. The purpose of this study was to examine the relationship between perception and practice of exclusive breastfeeding and nutritional status of infants aged 0-6 months in Kampar regency of Riau. This type of research is quantitative with cross sectional design. The study population was all mothers with babies aged 0-6 months in Kampar regency 2015. The sampling technique is simple random sampling of 120 people. Collecting data using questionnaires. The data were analyzed using univariate and bivariate by using chi squrae. The results showed that no significant relationship between the perception of mothers on exclusive breastfeeding (P value 0.002 <α 0:05), and the practice of exclusive breastfeeding (p value (0.002 <α 0007), on the nutritional status of infants aged 0-6 months. It is recommended to provide counseling about the importance of exclusive breastfeeding puntuk get optimal nutritional status of infants.
Bibliography : 18 (2002-2011)
Keywords : Perception mother, exclusive breastfeeding practices, nutritional status of infants
PENDAHULUAN
Masih tingginya prevalensi gizi
salah (malnutrisi) merupakan faktor
risiko yang berkontribusi paling
signifikan terhadap angka kematian
bayi. Salah satu upaya untuk
meningkatkan status gizi bayi adalah
dengan memberikan Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif.
ASI Eksklusif adalah memberikan
ASI sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal
dan tidak diberikan makanan lain
walaupun hanya air putih sampai
bayi berusia 6 bulan. Bayi yang
diberi ASI Eksklusif akan
mengalami pertumbuhan yang sangat
Nur Afrinis1, Jhon Taruna2
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 72 tubuh yang baik, kenaikan berat
badan stabil dan jarang mengalami
sakit (Husnaria, 2011).
Pemberian ASI eksklusif akan
membuat bayi jauh lebih sehat,
memiliki daya tahan tubuh yang
tinggi, serta kecerdasan emosional
dan spiritual lebih baik. IQ bayi yang
diberi ASI eksklusif bisa lebih tinggi
jika dibandingkan dengan anak-anak
yang ketika bayi tidak diberikan ASI
esklusif. Selain itu ASI merupakan
makanan bagi bayi yang kaya gizi,
serta melindungi bayi dari kematian
dan kesakitan. Bayi yang mendapat
ASI eksklusif kemungkinan
menderita diare dan infeksi
pernapasan hanya seperempat dari
seluruh kejadian yang diderita bayi
yang tidak di beri ASI. Program
peningkatan penggunaan ASI
menjadi prioritas karena dampaknya
yang luas terhadap status gizi dan
kesehatan bayi.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah,
wawasan pengetahuan terbatas dan
tradisi turun temurun merupakan
faktor yang mendukung timbulnya
anggapan bahwa ASI saja tidak
cukup sebagai makanan bayi.
Akibatnya para ibu memberikan
bentuk cairan sebagai makanan
pendamping ASI sebelum bayi
mencapai umur 4 bulan. Jadi anjuran
pemberian ASI eksklusif minimal 6
bulan sangat sulit di laksanakan
sesuai harapan (Roesli, 2005).
Pemerintah telah menetapkan target
cakupan pemberian ASI Eksklusif
pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan
sebesar 80%. Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di
Indonesia, pemberian ASI baru
mencapai 15,3% dan pemberian susu
formula meningkat tiga kali lipat dari
10,3% menjadi 32,5%.
Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kampar tahun
2013, cakupan ASI eksklusif di
Kabupaten Kampar masih dibawah
target nasional yaitu masih dibawah
80%. Di beberapa wilayah di
Kabupaten Kampar, cakupan ASI
Eksklusif masih sangat rendah yaitu
hanya 18,35%.
Kendala yang dihadapi dalam
praktek ASI eksklusif adalah
kurangnya pengetahuan ibu dan
dukungan dari lingkungan,
pemberian makanan dan minuman
terlalu dini, serta maraknya promosi
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 73 Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini dengan
judul “hubungan persepsi dan
praktik pemberian ASI Ekskusif
dengan status gizi balita usia 0-6
bulan di Kabupaten Kampar Riau
Riau”.
Penelitian ini bertujuan menganalisis
hubungan pengetahuan dan praktik
pemberian ASI Ekskusif dengan
status gizi balita usia 0-6 bulan di
Kabupaten Kampar Riau Riau.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain penelitian analitik dengan
rancangan Crossectional, karena
pengukuran variabel bebas (persepsi
ibu dan praktik pemberian ASI
eksklusif) dengan variabel terikat (
status gizi bayi) dilakukan sekali
waktu pada saat yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini
dilaksanakan di pusksesmas yang
ada di Kabupaten Kampar, pada
bulan April – Juni 2015.
Sampel padalah ada penelitian ini
sebagian ibu menyusui yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan yang
ada di beberapa Puskesmas di
Kabupaten Kampar yang ditentukan
yang dianggap dapat mewakili
populasi. Adapun puskesmasnya
yaitu puskesmas Bangkinang,
Puskesmas Kuok, dan Puskesmas
Kampar Utara. Jumlah sampel yang
diambil masing-masing puskesmas
adalah 40 ibu menyusui, sehingga
jumlah sampel keseluruhan adalah
120 ibu menyusui yang memiliki
bayi usia 0-6 bulan.
Data dikumpulkan dari responden
melalui penyebaran kuesioner
penelitian dan wawancara yang
berkaitan dengan karakteristik ibu
menyusui (umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan), persepsi ibu
menyusui tentang ASI Eksklusif,
distribusi pemberian ASI Eksklusif
dan status gizi bayi usia 0-6 bulan.
Untuk melihat status gizi bayi
menggunakan timbangan bayi dan
menggunakan indikator BB/U.
Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan analisis Univariat
untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dari variabel persepsi ibu
tentang ASI eksklusif, praktik
pemberian ASI eksklusif dan status
gizi bayi usia 0-6 bulan, serta analisis
Nur Afrinis1, Jhon Taruna2
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 74 hubungan secara statistik antara
variabel independen (persepsi dan
praktik pemberin ASI eksklusif)
dengan variabel dependen (staus gizi
bayi). Analisis bivariat menggunakan
uji Chi-Square (X2) dengan
menggunakan tingkat kepercayaan
95% (α = 0,05).
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan tentang hubungan persepsi
dan praktik pemberian ASI
Eksklusif dengan Status Gizi Bayi
usia 0 – 6 bulan di Kabupaten
Kampar Riau. Penelitian ini
dilakukan di tiga Puskesmas yang
dianggap mewakili Kabupaten
Kampar yaitu Puskesmas Kuok,
puskesmas Bangkinang dan
puskesmas Kampar Utara dengan
jumlah sampel sebanyak 120 ibu
menyusui yang memiliki bayi usia 0
– 6 bulan didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Analisa Univariat
1. Persepsi Ibu tentang ASI Eksklusif Tabel 1. Distribusi persepsi ibu tentang
Sumber : penyebaran kuisioner
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa sebagian besar ibu memiliki
persepsi negatif tentang ASI
eksklusif sebanyak 73 ibu (60,83%).
2. Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
Tabel 2. Distribusi praktek pemberian ASI Eksklusif
No Praktek Pemberian ASI Eksklusif
n %
1 Tidak ASI Eksklusif 82 68,33 2 Ya ASI Eksklusif 38 31,6
Total 120 100
Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa sebagian besar bayi tidak
mendapatkan ASI ekslusif sebanyak
82 bayi (68,33%).
Sumber : penyebaran kuisioner Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa sebagian besar bayi memiliki
status gizi normal sebanyak 90 bayi
(75%).
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Persepsi Ibu tentang ASI eksklusif dengan Status Gizi Dari hasil penelitian, untuk
mengetahui hubungan persepsi ibu
tentang ASI esksklusif dengan status
gizi bayi usia 0 – 6 bulan dengan
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 75 (X2), dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Tabel 4.3 Hubungan persepsi ibu tentang ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi Persepsi Status Gizi Total P value
Tidak Normal Normal
n % n % n % Negatif 26 35,6 47 64,4 73 100
0,002 Positif 4 8,5 43 91,5 47 100
Total 30 25 90 75 120 100
Berdasarkan tabel di atas, dari 73
ibu yang mempunyai persepsi
negatif, sebanyak 47 (64,4%) status
gizi bayinya normal dan 26 (35,6%)
status gizi bayinya tidak normal.
Sedangkan dari 47 ibu yang
mempunyai persepsi positif,
sebanyak 4 (8,5%) status gizi
bayinya tidak normal dan 43 (91,5%)
status gizi bayinya normal.
Berdasarkan uji Chi-Square
diperoleh P value 0,002. Oleh karena
itu P value (0,002) < α (0,05) maka
Ho ditolak dan dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan yang
bersignifikan antara persepsi ibu
tentang ASI eksklusif dengan status
gizi bayi usia 0 – 6 bulan di
Kabupaten Kampar Riau.
2. Hubungan Praktik Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi bayi
Dari hasil penelitian, untuk
mengetahui hubungan praktik
pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 0 – 6 bulan
dengan menggunakan uji statistik
Chi-square (X2), dengan derajat
kepercayaan 95% (α = 0,05).
Tabel 4.3 Hubungan praktik pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi
Praktik Status Gizi Total P value
Tidak Normal Normal
n % n % n %
Tidak ASI Eksklusif 27 32,9 55 67,1 82 100
0,007 Ya ASI Eksklusif 3 7,9 35 82,1 38 100
Total 30 25 90 75 120 100
Berdasarkan tabel di atas, dari 82
bayi yang tidak diberikan ASI
Eksklusif, sebanyak 55 bayi (67,1%)
status gizinya normal dan 27 bayi
(32,9%) status gizi bayinya tidak
normal dan 26 (35,6%). Sedangkan
dari 38 bayi yang mendapatkan ASI
Nur Afrinis1, Jhon Taruna2
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 76 status gizi bayinya tidak normal dan
35 (82,1%) status gizi bayinya
normal. Berdasarkan uji Chi-Square
diperoleh P value 0,007. Oleh karena
itu P value (0,007) < α (0,05) maka
Ho ditolak dan dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan yang
bersignifikan antara praktik
pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di
Kabupaten Kampar Riau.
PEMBAHASAN
a. Hubungan Persepsi Ibu tentang
ASI Eksklusif dan Status Gizi
Bayi Usia 0 – 6 Bulan
Berdasarkan hasil penelitian pada
tabel 5.4 dapat diketahui bahwa ibu
dengan persepsi negatif sebagian
besar memiliki memiliki bayi dengan
status gizi normal, yaitu sejumlah 47
orang (64,4%) dan sebanyak 26
orang (35,6%) status gizi bayinya
tidak normal. Hal ini dikarenakan
persepsi negatif ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif, sehingga
membuat ibu beranggapan bahwa
pemberian ASI secara eksklusif ini
tidak terlalu penting dan ini akan
berdampak pada status gizi bayinya.
Sedangkan ibu dengan ibu dengan
persepsi positif dalam pemberian
ASI Eksklusif, yaitu sejumlah 43
bayinya berstatus gizi normal
(91,5%). Hal ini karena persepsi
yang baik tentang pemberian ASI
eksklusif menjadikan ibu selalu
berpandangan bahwa ASI itu sangat
penting bagi pertumbuhan bayinya
dan ASI memang makanan yang
terbaik bagi bayinya, sehingga ibu
merasa sangat perlu dan bersikap
baik serta berkeinginan untuk
memberikannya.
Berdasarkan uji Chi-Square
diperoleh P value 0,004 < α (0,05)
maka dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan yang bersignifikan antara
persepsi ibu tentang ASI eksklusif
dengan status gizi bayi usia 0 – 6
bulan di Kabupaten Kampar Riau.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
apa yang dikatakan Wawan (2010),
bahwa persepsi ibu dalam
memandang pelaksanaan pemberian
ASI eksklusif sangat penting karena
jika persepsi ibu baik tentang
pelaksanaan pemberian ASI
eksklusif berdampak terhadap sikap
ibu yang kemudian akan
berpengaruh terhadap perilaku ibu
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 77 yang akan tampak aktual apabila
kesempatan untuk mengatakan
terbuka luas (Anwar, 2005).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan
sumber makanan yang mengandung
nutrisi yang lengkap untuk bayi
(Anggraini, 2010). Air Susu Ibu
bukan minuman, namun ASI
merupakan satu-satunya makanan
tunggal paling sempurna bagi bayi
hingga berusia 6 bulan. ASI
eksklusif berarti memberikan hanya
ASI saja kepada si kecil, (tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air putih, air
teh, maupun makanan lain, seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, tim dan lain-lain) hingga usia 6
bulan (Arif, 2009).
Pemberian ASI secara eksklusif
seringkali tidak dapat terlaksana
akibat banyak pengaruh. Menurut
Streger (2010), gagalnya pemberian
ASI eksklusif seringkali terjadi
akibat adanya persepsi dan sikap ibu
yang menganggap bahwa susu botol
kepada anak sebagai salah satu
simbol bagi kehidupan tingkat sosial
yang lebih tinggi, terdidik dan
mengikuti perkembangan zaman.
Ada pula yang beranggapan dengan
menyusui membuat bentuk payudara
rusak dan kecantikannya akan hilang.
Para ibu sering keluar rumah karena
bekerja maupun karena tugas-tugas
sosial, maka susu sapi adalah
satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang
ditinggalkan di rumah.
Menurut Siregar (2010), pengaruh
melahirkan di rumah sakit atau klinik
bersalin juga dapat mengakibatkan
sikap ibu yang kurang baik terhadap
ASI eksklusif. Misalnya: belum
semua petugas paramedis diberi
pesan, diberi cukup informasi agar
menganjurkan setiap ibu untuk
menyusui bayi mereka, serta praktek
yang keliru dengan memberikan susu
formula botol kepada bayi yang baru
lahir. Sikap sementara penanggung
jawab ruang bersalin dan perawatan
rumah sakit, rumah bersalin yang
berlangsung memberikan ASI
kepada bayinya, serta belum
diterapkannya pelayanan rawat
gabung di sebagian besar rumah
sakit/klinik bersalin.
Pelaksanaan ASI eksklusif
memerlukan komitmen dan kesiapan
dari banyak pihak, antara lain
Nur Afrinis1, Jhon Taruna2
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 78 pengetahuan, persepsi positif tentang
ASI oleh ibu, sikap positif dari
tenaga kesehatan dan institusi
pelayanan kesehatan, serta adanya
kebijakan pemerintah yang
menjamin setiap ibu dan bayi
mendapatkan kesempatan untuk
melaksanakan program ASI
eksklusif.
Salah satu faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan ASI
eksklusif adalah sumber dan cara
penyampaian informasi tentang ASI
eksklusif. Sumber informasi utama
dari ibu dalam hal pelaksanaan ASI
eksklusif adalah petugas kesehatan,
yakni bidan yang membantu sejak
pemeriksaan kehamilan sampai
persalinan maka peran bidan. Dalam
penyampaian informasi ini maka
peran bidan sangat diperlukan.
Kemajuan di bidang kesehatan
lingkungan dan industri makanan
sapihan membuat segalanya menjadi
sangat praktis sehingga para ibu
lebih cenderung menggunakan susu
formula. Ibu-ibu yang mampu harus
dihimbau agar kembali pada praktek
menyusui anaknya, karena hal itu
mendatangkan keuntungan bagi
hubungan ibu dan anak.
b.Hubungan Praktik ASI
Eksklusif dan Status Gizi Bayi
Usia 0 – 6 Bulan
Berdasarkan uji Chi-Square
diperoleh P value 0,007 < α (0,05)
maka ada hubungan yang
bersignifikan antara praktik
pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di
Kabupaten Kampar Riau.
ASI merupakan makanan terbaik
untuk bayi. ASI sangat dibutuhkan
untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan bayi secara optimal.
Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif akan memperoleh semua
kelebihan ASI serta terpenuhi
kebutuhan gizinya secara maksimal
sehingga akan lebih sehat, lebih
tahan terhadap infeksi, tidak mudah
terkena alergi, dan lebih jarang sakit.
Bayi yang mendapatkan ASI secara
eksklusif maka status gizinya akan
baik, serta mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal.
Pertumbuhan dapat dilihat dari
penambahan berat badan, tinggi
badan, ataupun lingkar kepala,
sedangkan perkembangan yang
optimal dapat dilihat dari adanya
Hubungan Persepsi Dan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi usia 0-6 Bulan di Kabupaten Kampar Riau
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 79 psikomotorik dan bahasa
(Sulistyoningsih, 2011).
Berat badan bayi yang mendapat ASI
eksklusif meningkat lebih lambat
dibanding bayi yang mendapat susu
formula (MPASI). Hal ini tidak
berarti bahwa berat badan yang lebih
besar pada bayi yang mendapat susu
formula lebih baik dibanding bayi
yang mendapat ASI. Berat badan
berlebih pada bayi yang mendapat
susu formula justru menandakan
terjadinya kegemukan (obesitas).
Karena dengan pemberian ASI
eksklusif status gizi bayi akan baik
dan mencapai pertumbuhan yang
sesuai dengan usianya (Hariyani,
2011).
Boyle (2003) menyatakan,
pertumbuhan bayi sangat tergantung
dari diet atau asupan makanan. Bayi
yang diberi makan selain ASI
sebelum waktunya berisiko tinggi
terkena infeksi. Hal ini dapat
menjadi dugaan bahwa pemberian
makanan selain ASI serta kejadian
infeksi atau status kesehatan bayi
dapat berhubungan dengan status
gizi bayi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Sebagian besar persepsi ibu
menyusui yang memiliki bayi usia
0 – 6 bulan tentang ASI eksklusif
adalah negatif sebanyak 73 orang
(60,83%).
2. Sebagian besar bayi tidak
mendapatkan ASI ekslusif
sebanyak 82 bayi (68,33%).
3. Sebagian besar status gizi bayi
usia 0 - 6 bulan adalah normal
sebanyak 90 orang (75%).
4. Terdapat hubungan yang
bersignifikan antara persepsi ibu
tentang ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di
Kabupaten Kampar Riau dengan
P value 0,004 < α (0,05)
5. Terdapat hubungan yang
bersignifikan antara praktik
pemberian ASI eksklusif dengan
status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di
Kabupaten Kampar Riau dengan
Nur Afrinis1, Jhon Taruna2
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 80 DAFTAR PUSTAKA
Almatzier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Arif, Nuraeni. 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Jogjakarta : Media Pressindo
Arikunto Suharsimi, 2003, Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktkek, Jakarta : Rineka Cipta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu . Jakarta: Depkes.
Habib Rachmat, R.Hapsara. 2004. Pembangunan Kesehatan Di Indonesia,Prinsip Dasar,Kebijakan,Perencana an dan Kajian Masa Depannya. Gajah Mada Universiti Press.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.
Kristiyanasari, W. 2009. ASI Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika.
Laporan Program Gizi Kabupaten Kampar. 2013 Laporan Tahunan. 2013. Dinkes Propinsi Riau.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta
Prasetyono Sunar, 2012. ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press.
Pudjadji, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Gizi pada Anak. Jakarta : FKUI.
Rahmawati, Eka. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prasetyo, B & Jannah, L. M. 2005. Metode Penelitian Kuantitif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Fajar Interpratama offset.
Riyanto, Agus. 2009. Pengolaha dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika.
Roesli, Utami. 2009. ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.