KESESUAIAN KEBIJAKAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) BANK INDONESIA
DALAM MENJAGA TINGKAT INFLASI TAHUN 2014
Nur Sasongko S Kelas IX-A DIV Reguler
(e-mail:
Abstrak – Inflasi merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai asumsi dasar ekonomi makro APBN dalam skala tahunan (year on year). Kementerian Keuangan sebagai perwakilan pemerintah melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk menentukan besaran tingkat inflasi yang akan digunakan dalam asumsi dasar ekonomi makro APBN. Sudah sewajarnya asumsi inflasi yang ada pada APBN sejalan dengan Inflation Targeting Framework yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Atas dasar itulah Penulis melakukan analisis kesesuaian kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga tingkat inflasi. Dalam tulisan ini, Penulis menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai elemen tunggal yang dijadikan variabel independen yang mempengaruhi inflasi sebagai variabel dependennya. LDR dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga LDR menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inflasi.
Kata Kunci : Kebijakan Moneter, Loan to Deposit Ratio, Inflasi
1. PENDAHULUAN
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai otoritas dalam kebijakan moneter. Otoritas kebijakan moneter Bank Indonesia ditunjukkan dengan wewenangnya dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa tercermin pada
perkembangan laju inflasi. Sedangkan aspek kedua yaitu kestabilan terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
Perumusan otoritas dalam kebijakan moneter tersebut dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia akan dapat diukur dengan lebih mudah.
Dalam tulisan ini, Penulis lebih condong dalam aspek pertama yaitu peranan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang tercermin pada perkembangan laju inflasi. Salah satu indikator pemicu tumbuhnya inflasi adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Secara sederhana, LDR dapat diartikan sebagai perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan jumlah simpanan dari masyarakat yang dikumpulkan bank dalam bentuk tabungan. Oleh karena itu, LDR sedikit banyak ikut mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga LDR juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inflasi.
kesesuaian kebiajakan LDR tersebut dengan target inflasi yang ada pada APBN 2014.
2. LANDASAN TEORI
a. LDR dan Pertumbuhan LDR
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank. LDR Target adalah kisaran rasio LDR yang dibatasi oleh batas bawah dan batas atas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam rangka perhitungan Giro Wajib Minimum (GWM) LDR.
LDR ikut mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga LDR merupakan unsur yang dapat mempengaruhi inflasi. Oleh karena itu, besarnya LDR perlu dikontrol agar tidak menyebabkan terjadinya hiperinflasi atau deflasi.
Pertumbuhan LDR adalah persentase perubahan LDR pada tahun tertentu dibandingkan dengan LDR pada tahun sebelumnya. LDR dan pertumbuhan LDR dapat dinotasikan dalam formula sebagai berikut:
���= ������
������ � 100%
����=�����− ���(�−1)
���(�−1) � �
100%
LDR = Loan to Deposit Ratio
Credit = Jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat
Saving = Jumlah simpanan masyarakat PLDR = Pertumbuhan LDR
LDRT = LDR tahun yang bersangkutan
LDR(T-1) = LDR tahun sebelumnya
b. Inflasi
Secara sederhana, inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada
barang lainnya.
Inflasi adalah peningkatan harga secara umum dan terus-menerus yang dapat disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, serta peningkatan biaya produksi atau ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung pada tingkat keparahannya. Apabila inflasi itu ringan, inflasi mampu mendorong perekonomian masyarakat, meningkatkan pendapatan nasional, dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan berinvestasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian akan mengalami kelesuan.
Kebalikan dari inflasi adalah deflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat tersebut menyebabkan harga-harga secara umum jatuh.
3. METODOLOGI PENELITIAN a. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia yang
di-download melalui website Jenis data adalah time series dari tahun 2005 hingga 2013.
b. Perumusan Hipotesis dan Teknik Analisis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan LDR memiliki pengaruh terhadap inflasi (cateris paribus). Pertumbuhan LDR merupakan variabel independen, sementara inflasi merupakan
variabel dependen. Analisis yang digunakan adalah regresi linear dengan estimasi model:
Y = inflasi
X1 = pertumbuhan LDR a = intersep
b = koefisien pertumbuhan LDR E = faktor-faktor lain yang berpengaruh
Hasil analisis selanjutnya akan digunakan untuk mengukur apakah kebijakan pengaturan batas atas dan batas bawah LDR (LDR Target) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sudah sesuai dengan asumsi dasar yang ada pada APBN 2014. Jika hasil analisis adalah 5,5% sesuai dengan target APBN 2014 atau mendekati itu, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan LDR yang ditetapkan Bank Indonesia tersebut sudah sesuai.
4. PEMBAHASAN
a. Data
Berikut adalah data inflasi, LDR, dan pertumbuhan LDR tahun 2006 hingga 2013 (data pada tiap bulan Desember dengan kriteria objek Bank
Umum Konvensional):
Tahun Inflasi (%)
LDR (%) Pertumbuhan LDR (%)
2006 6.60 61.56 3.18
2007 6.59 66.32 7.74
2008 11.06 74.58 12.46
2009 2.78 72.88 (2.29)
2010 6.96 75.21 3.20
2011 3.79 78.77 4.74
2012 4.30 83.58 6.10
2013 8.38 89.70 7.33
b. Hasil Analisis Data
Hasil analisis regresi linear pertumbuhan LDR terhadap inflasi adalah sebagai berikut:
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0,789(a) 0,623 0,560 1,78
Intersep = 3,690; Koefisien X1 = 0,493
Sehingga model regresi yang didapat adalah sebagai berikut:
dimana,
Y = 3,690 + 0,493X1 + E
Y = inflasi
X1 = pertumbuhan LDR
E = faktor-faktor lain yang mempengaruhi
c. Interpretasi Hasil
Interpretasi dari model sebagaimana di atas adalah sebagai berikut:
1) angka R sebesar 0,789 menunjukkan bahwa hubungan antara inflasi dengan pertumbuhan LDR adalah sangat kuat, sementara besarnya pengaruh pertumbuhan LDR terhadap inflasi adalah sebesar R2 = 0,623, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain
2) angka intersep 3,690 menunjukkan bahwa apabila tidak ada pertumbuhan LDR (LDR sama dengan tahun sebelumnya) dan faktor-faktor
lainnya tetap, maka inflasi akan naik sebesar 3,690%
3) koefisien pertumbuhan LDR sebesar 0,493 menunjukkan bahwa setiap 1% pertumbuhan LDR akan meningkatkan inflasi sebanyak 0,493% (cateris paribus)
d. Analisis Kebijakan LDR Target Berdasarkan Model Regresi
perhitungan Pertumbuhan LDR (PLDR) adalah sebagai berikut:
���� 2014 =����2014− ���2013
���2013 � �
100%
Dengan range LDR target adalah sebesar 78% hingga 92% dan dengan asumsi bahwa faktor-faktor lain dianggap tetap, maka estimasi besarnya pertumbuhan LDR akhir tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan LDR batas bawah (78%):
������� 2014 =�78−89,70
89,70 � � 100%
������� 2014 = −13,043%
2) Pertumbuhan LDR batas atas (92%):
������� 2014 =�92−89,70
89,70 � � 100%
������� 2014 = 2,564%
Sehingga estimasi inflasi (Y) pada Desember 2014 (cateris paribus) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
standard error of estimate = 1,78% Y = 3,690 + 0,493X1,
Perhitungan estimasi inflasi dengan memasukkan standar error of estimate adalah sebagai berikut:
• Inflasi dengan LDR batas bawah = 3,690 + 0,493 x (-13,043) = -2,740%
Minus standar error of estimate = -2,740% – 1,78% = -4,520%
Plus standar error of estimate = -2,740% + 1,78% = -0,960%
• Inflasi dengan LDR batas atas = 3,690 + 0,493 x (2,564) = 4,954%
Minus standar error of estimate = 4,954% - 1,78% = 3,174%
Plus standar error of estimate = 4,954% + 1,78% = 6,734%
Berdasarkan analisis regresi linier, kebijakan
LDR target Bank Indonesia memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap inflasi. Pengaruh tersebut Penulis deskripsikan sebagai berikut:
• Ketika LDR berada pada atau mendekati batas bawah dari yang ditentukan (78%), maka akan terjadi inflasi negative atau biasa disebut dengan istilah deflasi. Besarnya deflasi tersebut akan berada pada range antara -4,520% hingga -0,960%. Hal ini tidak sesuai dengan tingkat inflasi yang ada pada asumsi dasar APBN 2014.
• Ketika LDR berada pada atau mendekati batas atas dari yang ditentukan (92%), maka akan terjadi inflasi dengan range antara 3,174% hingga 6,734%. Hal tersebut sesuai dengan tingkat inflasi yang ada pada asumsi dasar APBN 2014 karena besarnya inflasi yang ditargetkan pada APBN 2014 (5,5%) masih berada pada range hasil analisis tersebut.
5. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis regresi linier, diketahui bahwa pertumbuhan LDR memiliki pengaruh sebesar 62,30% terhadap besarnya inflasi sementra sisanya
Pengaruh pertumbuhan LDR terhadap inflasi dalam analisis tersebut juga bisa menjadi gambaran bahwa kebijakan pemerintah dalam menentukan batas
bawah dan batas atas LDR (LDR Target) efektif dalam mengendalikan tingkat inflasi. Kebijakan terkait LDR Target tersebut tergolong efektif dalam mengontrol jumlah uang yang beredar di masyarakat.
B. Saran
Sebaiknya Bank Indonesia sebagai bank sentral melakukan pengetatan agar LDR berada pada posisi atau mendekati posisi batas atas yaitu 92% karena pada posisi tersebut, target inflasi sebesar 5,5% yang ada pada APBN 2014 kemungkinan besar dapat tercapai.
Dalam mengontrol tingkat inflasi, sebenarnya Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan-kebijakan lain sesuai dengan otorotasnya dalam kebijakan moneter. Penetapan LDR target sebenarnya hanya salah satu elemen yang merupakan bagian dari wewenang Bank Indonesia dalam penetapan Giro Wajib Minimum (GWM) bank-bank umum. Pengawasan secara ketat terhadap bank-bank umum
perlu dilakukan agar kewajiban-kewajiban bank-bank umum dapat dipenuhi khususnya terkait LDR dan GWM sehingga dapat sejalan dengan kebijakan-kebijakan moneter pemerintah.
Pada tulisan ini, Penulis melakukan analisis hanya menggunakan LDR sebagai fokus utama penelitian yang mempengaruhi inflasi. Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, elemen-elemen kebijakan moneter lain seperti BI rate yang juga berpengaruh terhadap inflasi, sebaiknya juga perlu dilakukan analisis sehingga dapat menhasilkan informasi yang lebih representative.
***
DAFTAR REFERENSI
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2013. Dasar-Dasar Praktik Penyusunan APBN di Indonesia.
Fuad, Norr, dkk. 2006. Keuangan Publik: Teori dan Praktik. Jakarta: BPPK.
http://id.wikipedia.org/wiki/Deflasi