• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ekstrak Buncis (Phaseolus Vulgaris L) Terhadap Kadar Ldl Dan Oxldl Serta Kaitannya Dengan Polimorfisme Gen Lox-1 3’utr188c T Sebagai Upaya Preventif Risiko Aterosklerosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Ekstrak Buncis (Phaseolus Vulgaris L) Terhadap Kadar Ldl Dan Oxldl Serta Kaitannya Dengan Polimorfisme Gen Lox-1 3’utr188c T Sebagai Upaya Preventif Risiko Aterosklerosis"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit aterotrombosis merupakan penyebab kematian dan

morbiditas yang tinggi. Walaupun dapat mengakibatkan gangguan pada

pembuluh darah di seluruh tempat di dalam tubuh, tetapi manifestasi klinis

yang utama adalah penyakit jantung koroner (PJK), penyakit serebro

vaskular dan penyakit arteri perifer pada ekstremitas bawah (Miettinen, et

al., 2005; Falk, et al., 2006).

Aterosklerosis, suatu penyempitan pada pembuluh darah,

merupakan hasil kombinasi abnormalitas metabolisme lipoprotein, stres

oksidatif, dan inflamasi kronis serta kemungkinan untuk terjadi trombosis.

Keseluruhan proses ini berperan dalam timbulnya penyakit kardiovaskular

(Fraley & Tsimikas, 2006; Steinberg, 2002; Libby, 2005; Heinecke, 2006).

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi

pada sebagian besar negara berkembang. Berdasarkan hasil Riskesdas

2013, didapati prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun

berdasarkan diagnosis dokter atau gejala adalah 0,5% dan 1,5%.

Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak

bekerja. Kebanyakan kematian akibat penyakit kardiovaskular dapat

dicegah melalui perbaikan gaya hidup seperti diet, olahraga, dan

(2)

jantung pada wanita berhubungan dengan kelebihan berat badan. Selain

itu, hiperkolesterolemia, yang merupakan faktor risiko untuk penyakit

kardiovaskular dapat diatasi melalui diet yang baik pada kira-kira 75%

individu. Penurunan masukan lemak jenuh, kolesterol, dan peningkatan

masukan makanan yang dapat menurunkan kolesterol seperti kacang

haruslah mendapat prioritas utama sebagai pencegahan untuk terjadinya

penyakit kardiovaskular. Penurunan berat badan juga mempengaruhi

peningkatan produksi superoxide dismutase (SOD) yang mencegah

oksidasi LDL (Riskesdas, 2013; Anderson & Major, 2004; Holvoet, et al.,

2004; Verreth, et al., 2004).

Konsumsi diet yang tinggi padi telah dilaporkan memiliki manfaat

yang baik untuk kesehatan, seperti penurunan risiko penyakit

kardiovaskular. Manfaat ini terutama didapat dari efek serat yang terdapat

pada padi dalam menurunkan kolesterol. Manfaat lain yang bisa didapat

termasuk mengurangi waktu transit makanan yang menurunkan risiko

karsinoma kolon dan mengurangi penyerapan zat makanan yang dapat

menurunkan respon glukosa dan insulin sehingga akhirnya mengurangi

risiko obesitas (Behall, et al., 2004; Truswell, 2002; Rimm, et al., 2006;

Behall, et al., 2007; Leinonen, et al., 2003).

Berbagai penelitian terbaru mengenai aterosklerosis berfokus pada

proses inflamasi, sehingga memberikan gambaran yang baru mengenai

mekanisme penyakit ini. Sitokin inflamasi yang terlibat dalam proses

inflamasi pada pembuluh darah menstimulasi pembentukan molekul

(3)

sirkulasi darah dalam bentuk yang terlarut. Sitokin ini menginduksi

produksi Interleukin–6, yang menstimulasi hati untuk meningkatkan

produksi reaktan fase akut seperti C-reactive protein. Sebagai tambahan,

platelet dan jaringan adiposa dapat menginduksi mediator inflamasi

sehingga terjadi aterotrombosis (Packard & Libby, 2008).

Pada beberapa dekade ini, pemahaman terhadap patogenesis

aterosklerosis telah mengalami revolusi. Sebelumnya diperkirakan

aterosklerosis memiliki masalah dasar dengan pembuluh darah saja.

Pemahaman terhadap patofisiologi penyakit ini telah memasuki era baru

dengan memahami patobiologi aterotrombosis. (Packard & Libby, 2008).

Aterosklerosis adalah penyakit yang disebabkan oleh proses inflamasi dan

kelainan pada metabolisme lemak. Awalnya pemahaman terhadap

patofisiologi aterosklerosis hanya ditujukan pada hipotesis kolesterol.

Karena tingginya konsentrasi kolesterol plasma, terutama LDL kolesterol,

adalah merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya

aterosklerosis (Packard & Libby, 2008; Ross, 2009; Reiss, et al., 2009).

Kejadian awal pada aterosklerosis adalah perubahan LDL menjadi

bentuk yang teroksidasi (OxLDL) oleh beberapa faktor seperti radikal,

lipooksigenasi, sehingga menyebabkan terpecahnya asam lemak yang

tidak tersaturasi ke dalam partikel LDL. OxLDL memiliki peran yang

penting dalam perkembangan aterosklerosis. OxLDL meningkatkan

ekspresi enzim proinflamasi sehingga menyebabkan masuknya monosit

ke dinding pembuluh darah dan disfungsi sel endotel vaskular. OxLDL

(4)

aterosklerosis. Kadar OxLDL meningkat pada keadaan patologi tertentu

termasuk infark miokard akut (IMA) dan penyakit arteri koroner (PAK).

Aktivitas OxLDL dimediasi oleh berbagai reseptor yang disebut sebagai

reseptor scavenger (SR), seperti SR-AI/II, SR-BI, CD36, MARCO,

marcosialin (CD68), dan lectin-like oxidized low-density lipoproteins

receptor-1 (LOX-1). Sawamura, dkk, (1997), pertama kali mengidentifikasi

LOX-1 sebagai reseptor utama untuk sel endotel di OxLDL ( Dunn, et al.,

2008 ; Kurnaz, et al., 2011; Amaki, et al., 2004; Raczkowska, et al., 2006,

Gordon, et al., 2009).

Lectin-like oxidized low-density lipoproteins receptor-1 (LOX-1)

telah dikenal sebagai sebuah membran protein dengan kemampuan untuk

berikatan dan mendegradasi LDL yang teroksidasi (OxLDL). Reseptor

LOX-1 diekspresikan di sel endotel vaskular, makrofag, dan sel otot polos

vaskular, adalah yang pertama kali terlibat pada fungsi sistem imun dan

proses yang mengembangkan aterogenesis. Pada sel endotel arteri

koroner manusia, aktivasi LOX-1 oleh OxLDL meningkatkan kadar

reactive oxygen species (ROS) intraselular melalui aksi oksidase NADPH

sedangkan LDL yang tidak teroksidasi tidak memiliki efek apapun. Pada

sel otot polos vaskular, OxLDL menginduksi terjadinya apoptosis melalui

pembentukan ROS. Apoptosis yang diinduksi oleh OxLDL juga dimediasi

oleh LOX-1 di sel endotel vena umbilikalis manusia. Apoptosis atau

kematian sel yang terprogram menciptakan spesies oksidatif yang

(5)

penyakit kardiovaskular (Reiss, et al., 2009; Yoshimoto, et al., 2011;

Sawamura, et al., 2007).

LOX-1 termasuk kedalam subgrup reseptor scavenger kelas E,

yang merupakan gen manusia dengan kluster gen lectin tipe C pada

kromosom 12 yang mengandung gen reseptor untuk mengenal sistem

imun. Mango, dkk, menyampaikan sampai saat ini ada 7 polimorfisme

yang telah dapat diidentifikasi pada gen LOX-1. Salah satunya adalah

3‟UTR188C/T (substitusi C ke T pada 3‟untranslated region yang berlokasi

pada 188 bp). Chen, dkk, mendapati bahwa frekuensi alel 3‟UTR/T secara

bermakna meningkat sesuai dengan peningkatan derajat keparahan

stenosis pada penyakit arteri koroner pada wanita berkulit putih,

sedangkan pada wanita berkulit hitam tidak dijumpai peningkatan yang

bermakna, yang kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah sampel yang kecil.

Hal yang sama juga dijumpai oleh Mango, dkk, bahwa polimorfisme

3‟UTR188C/T menunjukkan hubungan yang bermakna ketika

dibandingkan antara pasien dengan infark miokard akut dan kontrol

normal. Sedangkan Kurnaz, dkk, mendapati bahwa polimorfisme gen

3‟UTR188C/T sebagai predisposisi berkembangnya hipertrofi ventrikel kiri

pada penyakit arteri koroner (Dunn, et al., 2008; Kurnaz, et al., 2011;

Mango, et al., 2003; Chen, et al., 2003).

Pemerintah, dalam hal ini, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 381 tahun 2007 tentang

Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Di dalam salah satu subsistem SKN

(6)

peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang

bermutu tinggi, aman, dan memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah.

Dengan demikian obat tradisional dapat bermanfaat secara luas, baik

untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam

pelayanan kesehatan formal. Penggunaan obat tradisional di Indonesia

merupakan bagian budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat

sejak berabad yang lalu. Namun demikian pada umumnya efektivitas dan

keamanannya belum didukung oleh penelitian yang memadai

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).

Konsumsi tanaman polong yang telah diketahui banyak

mengandung protein dan serat yang larut dalam air dapat menurunkan

risiko penyakit jantung koroner. Serat yang larut telah ditunjukkan dapat

menurunkan kolesterol total dan LDL kolesterol. Selain itu, tanaman

polong secara keseluruhan rendah garam dan kaya mineral seperti

kalium, kalsium, dan magnesium. Diet rendah garam dan diet yang

mengandung tinggi kalium, kalsium, dan magnesium telah diketahui

berhubungan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular (Bazzano,

et al., 2007; Bazzano, et al., 2011).

Kacang kering dan kacang kedelai adalah makanan yang unik

karena kaya zat gizi. Penambahan kacang pada diet dapat menurunkan

kadar kolesterol darah. Kacang–kacangan ini mengandung karbohidrat

yang kompleks, protein nabati, serat makanan, oligosakarida, fitokimia

(terutama isoflavon dalam kedelai), dan mineral. Kompleks karbohidrat

(7)

memiliki indeks glikemik yang rendah, yang bermanfaat bagi penderita

diabetes dan mengurangi risiko untuk terkena diabetes. Protein yang

terkandung dalam kedelai sekarang diakui sebagai protein yang lengkap.

Sayuran yang digunakan untuk menggantikan protein hewani dapat

mengurangi ekskresi kalsium urin dan mengurangi risiko untuk

berkembangnya osteoporosis. Komponen diet yang mengandung serat,

baik yang larut maupun yang tidak larut, memberikan banyak manfaat bagi

kesehatan. Pentingnya prebiotik sebagai oligosakarida dan perannya

dalam fungsi usus besar secara luas telah diakui. Kemudian, mineral yang

dijumpai dalam kacang penting dalam mengurangi risiko untuk terjadinya

osteoporosis dan hipertensi (Anderson, et al., 2009, Lovegrove, et al.,

2000).

Buncis (Phaseolus vulgaris L) merupakan suatu jenis tanaman

polong yang telah diketahui memiliki efek dan khasiat sebagai diuretik.

Komposisi buncis yaitu: folat, serat, alkaloid, flavonoida, saponin,

triterpenoida, steroida, stigmasterin, trigonelin, arginin, asam amino,

asparagin, kholina, tanin, fasin, zat pati, vitamin A, vitamin C, dan mineral

(tembaga, magnesium, besi, kalium, kalsium) (Ipteknet Sentra Informasi

IPTEK, 2005; Kabagambe, et al., 2005).

Selain itu, buncis kering juga telah diketahui dapat memperbaiki

profil lipid serum pada pasien dengan penyakit jantung koroner.

Kandungan fitosterol buncis adalah lebih kurang 125 mg per 100 gram

(8)

Efek penurunan kolesterol pada makanan yang kaya serat terjadi

melalui beberapa mekanisme. Termasuk kedalam hal ini adalah efek serat

dapat mengurangi lemak pada diet, ikatan langsung diet kolesterol oleh

serat yang berada pada usus halus, terhalangnya sirkulasi enterohepatik

asam empedu, dan penghambatan pembentukan kolesterol endogen oleh

asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids) (Winhan, et al., 2007).

Selain efek di atas, tanaman polong juga diketahui memiliki khasiat

sebagai anti oksidan, mengurangi risiko berkembangnya diabetes,

meningkatkan sensitivitas insulin, dan juga mencegah berkembangnya

penyakit ginjal pada penderita diabetes serta terbukti efektif untuk

memperlambat progresifitas kelainan ginjal pada penderita diabetes

(Anderson, et al., 2009; Kabagambe, et al., 2005).

Berdasarkan uraian di atas sampai saat ini sepanjang penelurusan

kepustakaan yang dilakukan oleh peneliti, penelitian tentang efek ekstrak

buncis terhadap faktor yang mempengaruhi parameter inflamasi, dalam

hal ini adalah kadar LDL dan OxLDL serta kaitannya dengan polimorfisme

gen LOX-1 3‟UTR188C/T, sebagai upaya preventif risiko aterosklerosis

belum pernah diteliti. Oleh karenanya penelitian ini akan melakukan uji

fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa aktif ekstrak buncis;

menentukan frekuensi distribusi polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T di

Medan, meneliti tentang efek ekstrak buncis terhadap kadar LDL dan

OxLDL serta kaitannya dengan polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T

(9)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka perumusan masalah yang menjadi pertanyaan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Apakah polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T ditemukan di

Medan?

2. Apakah terdapat hubungan antara kadar LDL dan OxLDL dengan

polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T?

3. Apakah ekstrak buncis memiliki efek yang dapat mempengaruhi

kadar LDL dan OxLDL serta kaitannya dengan polimorfisme gen

LOX-1 3‟UTR188C/T pada manusia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan peran ekstrak buncis pada pencegahan risiko

berkembangnya aterosklerosis pada subjek yang normal yang

berbeda dalam polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menentukan efek ekstrak buncis terhadap kadar LDL dan OxLDL.

b. Menentukan frekuensi distribusi polimorfisme gen LOX-1

(10)

c. Menentukan hubungan antara perubahan kadar LDL dan OxLDL

dengan genotipe subyek.

d. . Membuktikan peran ekstrak buncis pada pencegahan risiko

berkembangnya aterosklerosis pada subjek yang normal

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis: Dari penelitian ini diharapkan hasil bahwa

buncis dapat menurunkan kadar LDL dan OxLDL pada

polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T pada manusia.

1.4.2. Manfaat aplikatif: a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

membantu masyarakat untuk lebih sering mengkonsumsi buncis

karena mempunyai efek yang baik untuk perlindungan terhadap

penyakit jantung. b. Penelitian ini merupakan penelitian awal,

sehingga diharapkan bagi perguruan tinggi dapat

mengembangkan penelitian terhadap bahan tradisional sebagai

suatu tanaman berkhasiat farmakologis.

1.5 Orisinalitas

Berdasarkan penelusuran secara kepustakaan yang berbasis

bahasa Inggris serta publikasi yang telah diabstrakkan dalam bahasa

Inggris, peneliti belum menemukan penelitian tentang efek ekstrak buncis

(Phaseolus vulgaris L.) terhadap kadar LDL dan OxLDL pada polimorfisme

gen LOX-1 3‟UTR188C/T. Yang telah diteliti adalah efek buncis terhadap

(11)

1.6 Potensi hak atas kekayaan intelektual (HAKI)

a. Mendapatkan frekuensi distribusi polimorfisme gen LOX-1

3‟UTR188C/T pada subyek di Medan.

b. Membuktikan ekstrak buncis mempengaruhi kadar LDL dan OxLDL

pada subyek pembawa polimorfisme gen LOX-1 3‟UTR188C/T.

c. Ditemukannya suatu formula fitofarmaka baru yang efektif dan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian jus kacang hijau dan jus jambu biji terhadap kadar hemoglobin (Hb) darah tikus dan untuk menemukan dosis

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa efek α-mangostin terhadap penurunan kadar kolesterol total darah rata-rata mencit kelompok dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB

Saya telah mendapatkan penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian “Korelasi Parameter Antropometri Terhadap Profil Lipid, Kadar hs-CRP, Kadar Glukosa Darah dan

(2012) juga telah melakukan observasi klinis terhadap penggunaan serbuk simplisia daun puguntano dan mendapatkan efek dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes

Namun, informasi mengenai pengaruh minyak ikan toman yang mengandung asam lemak tak jenuh terhadap kadar LDL dan HDL darah sampai saat ini belum diteliti, penelitian ini

Tujuan Penelitian adalah untuk :(1) Mengetahui pengaruh macam pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.(2) Mengetahui pengaruh macam pupuk

Grafik Kadar Air, Total Padatan Terlarut dan Total Asam Pada Berbagai Grade Buncis Selama Penyimpanan Dingin 7 Hari Tingkat Kesukaan Terhadap Warna Buncis Hasil analisis statistik