• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peran Kredit Modal Kerja dari Bank BRI Cabang Sibuhuan Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha UMKM di Kabupaten Padang Lawas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peran Kredit Modal Kerja dari Bank BRI Cabang Sibuhuan Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha UMKM di Kabupaten Padang Lawas"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

Apabila membahas tentang bank sebagai lembaga yang menjalankan usaha dibidang jasa keuangan, maka bank bukanlah sembarang usaha melainkan yang secara hukum memiliki status yang kuat dengan kekayaan sendiri yang mampu melayani kebutuhan masyarakat. Bank dikenal sebagai lembaga keuagan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masayarakat yang membutuhkannya. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran sperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2008 : 25).

Menurut Kasmir (2008) defenisi umum bank adalah

a. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

(2)

kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dilihat dari segi fungsinya, berbagai macam defenisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

1. Bank dilihat dari segi penerimaan kredit. Dalam pengertian ini bank menerima uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditannya secara pasif dengan menghimpun dana pihak ketiga.

2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Bank melaksanakan operasi secara aktif, jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada pemberian kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.

3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat yang berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat.

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari :

a. Bank Umum

(3)

Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari Segi Fungsinya a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank Umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

3. Dilihat dari Segi Status

(4)

berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu.

1.2 Kredit

1.2.1 Pengertian Kredit

Secara etimologi, istilah kredit berasal dari Bahasa Latin, yaitu “credere”, yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

1.2.2 Unsur-Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

(5)

2. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dangan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

1.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

(6)

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Menurut Kasmir (2008) ada beberapa keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah :

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.

(7)

e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

Disamping tujuan di atas, menurut suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut (Kasmir, 2008 :101) :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Untuk meningkatkan daya guna barang.

d. Meningkatkan peredaran barang. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. g. Untuk meingkatkan pemerataan pendapatan. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

2.2.4 Jenis-Jenis Kredit Bank

Dilihat dari macam jenis kredit yang dapat diajukan kepada bank, maka secara garis besar kredit tersebut dapat digolongkan kepada kredit tunai (cash loan) dan kredit tidak tunai (non cash loan).

(8)

Jenis kredit ini perlu diketahui guna melihat jenis kredit apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan perorangan pada suatu waktu tertentu dan mengetahui perkembangan selanjutnya dari kredit tersebut ataupun kebutuhan kredit lain yang akan muncul dikemudian hari.

Jenis Kredit secara umum :

o Kredit Komersial, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan atau perorangan untuk tujuan komersial. Dengan mendapatkan fasilitas kredit ini maka perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan yang sekaligus juga meningkatkan perolehan laba usaha. Pelunasan kredit dan pembayaran bunga kredit berasal dari hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan.

o Kredit Konsumsi, yaitu jenis kredit yang diberikan biasanya kepada perorangan untuk tujuan konsumsi. Misalnya kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan, kredit untuk anak sekolah dan lain-lain. Sumber dana untuk angsuran kredit dan pembayaran bunganya berasal dari pendapatan tetap yang diterima oleh debitur perorangan tersebut setiap bulannya.

Jenis Kredit berdasarkan tujuan pembiayaan:

(9)

o Kredit Investasi, adalah kredit yang diberikan oleh bankn kepada perusahaan untuk pembelian barang modal. Misalnya kredit untuk pembelian mesin-mesin, kendaraan, peralatan dan pembangunan gedung pabrik.

Kredit ini berjangka penjang, melebihi jangka waktu satu tahun dan pelunasannya melalui angsuran.

Kredit dibedakan dari segi waktunya yaitu (Warman Djohan, 2000 : 42) :

o Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit berjangka waktu sampai dengan satu tahun, biasanya kredit modal kerja.

o Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit dengan jangka waktu di atas satu tahun sampai dengan 5 (lima) tahun, biasanya kredit yang digunakan untuk pembelian kendaraan, peralatan, dan mesin-mesin secara partial.

o Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit dengan jangka waktu di atas 5 (lima) tahun, yaitu kredit yang diberikan untuk pembiayaan pembangunan pabrik baru dan pembiayaan proyek jangka panjang (project financing).

Kredit dapat pula dibedakan atas pembiayaan berdasarkan sektor ekonomi, yaitu : o Kredit Pertanian, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor

pertaniaan termasuk perkebunan, perikanan dan kehutanan. Kredit dapat diberikan dalam bentuk kredit modal kerja atau kredit investasi.

o Kredit Pertambangan, adalah kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertambangan meliputi eksplorasi dan eksploitasi.

(10)

o KreditKonstruksi adalah kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk pembiayaan pembangunan proyek sampai dengan proyek selasai (building

finance). Pembangunan proyek ini meliputi pembangunan gedung, jalan

danjembatan serta prasarana lainnya.

o Kredit perdagangan, restoran dan hotel adalah kredit yang diberikan untuk membantu kebutuhan modal perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan lokal serta untuk restoran dan hotel-hotel.

o Kredit pengangkutan, pergudangan adalah kredit yang diberikan untuk pengangkutan, distribusi barang-barang dan pergudangan. Termasuk didalamnya kredit distribusi, yaitu pembelian barang-barang dalam jumlah besar dan kemudian dijual dalam jumlah kecil.

o Kredit jasa-jasa dunia usaha, adalah kredit yang diberikan untuk perusahaan jasa seperti konsultan, akuntan, dokter pengacara dan pendidikan.

Dilihat dari sifatnya, kredit yang diberikan oleh bank digolongkan menjadi (Warman Djohan, 2000 : 44) :

o Kredit revolving, yaitu fasilitas kredit yang diberikan atas dasar limit atau plafon tertentu dapat dipakai berulang-ulang sampai dengan batas limityang telah ditentukan tersebut. Kredit ini biasanya dalam bentuk kredit modal kerja atas rekening koran dengan jangka waktu tidak melebihi satu tahun.

o Kredit aflopend, yaitu fasilitas kredit yang diberikan satu kali penggunaan atau sesuai skedul dan tidak dapat dipakai berulang.

(11)

o Kredit usaha, adalah kredit yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk modal kerja atau investasi. Pembayaran bungan dan pelunasan kredit berasal dari keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha perusahaan.

o Kredit konsumsi, adalah kredit yang digunakan untuk pembelian barang-barang konsumsi bukan untuk usaha. Misalnya kredit pemilikan rumah, kredit kendaraan dan kredit untuk pembeliaan peralatan rumah tangga. Sumber pembayaran bunga dan angsuran kredit berasal dari pendapatan tetap debitur.

2.2.5 Prinsip-Prinsip Dasar Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P (Kasmir, 2008 : 109). Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut:

1. Character, dalam hal ini pihak bank akan menilai sifat dan watak calon debitur

seperti latar belakangcalon, pekerjaan maupun kepribadian seperti cara/gaya hidup, hoby, keadaan keluarga dan sebagainya. Character calon ini diyakini akan berpengaruh kepada kemauan membayar kembali kredit yang akan diperolehnyadari bank.

2. Capacity, analisis capacity ini adalah menyangkut kemampuan calon debitur

(12)

mendukung kearah keberhasilan bisnis dan sebagainya. Analisis ini akan bermuara kepada kesimpulan mampu atau tidak calon debitur membayar kembali angsuran kredit sekiranya permohonan diterima.

3. Capital, sumber-sumber dan penggunaan modal calon debitur akan dianalisis

perbankan untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang calon debitur. Sekiranya bisnis calon debitur telah berjalan sebelumnya, maka kondisi akan keefektifan modal calon debitur dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaannya seperti tingkat likuiditas, solvabilitas dan juga rentabilitasnya.

4. Collateral, bermakna bahwa jaminan yang akan diberikan calon debitur kepada

pihak perbankan jika permohonan kreditnya disetujui. Jaminan ini misalnya surat-surat berharga seperti sertifikat tanah, surat-surat tanda nomor kendaraan dan sebagainya. Pihak bank akan memastikan keabsahan jaminan tersebut dan memastikan bahwa nilai jaminan salalu lebih besar daripada jumlah kredit yang akan diberikan oleh bank. Pihak bank akan menggunakan jaminan tersebut jika debitur gagal mengembalikan pinjaman kreditnya dengan melakukan penyitaan.

5. Condition, pihak bank akan mengkaji tentang kondisi perekonomian saat ini dan

(13)

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut:

1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya

seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi sesuatu.

2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau

golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif dan produktif.

4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang

(14)

6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari nasabah. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kedit yang akan diperolehnya.

7. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan

mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.3 Kredit Modal Kerja

2.3.1 Pengertian Kredit Modal Kerja

Kredit Modal kerja merupakan bagian dari kredit koorporasi, yang khusus diberikan kepada Badan Usaha untuk membeli barang-barang modal maupun membiayai modal kerja.

Pengertian Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit yang digunakan untuk menutupi kebutuhan modal kerja dalam rangka membiayai kegiatan usahanya sehari-hari dengan jangka waktu paling lama 1 tahun. Misalnya membeli bahan baku, bahan penolong, untuk mengupah tenaga kerja, membiayai persediaan, untuk membiayai hutang dan kebutuhan akan uang tunai. Kredit modal kerja biasanya berjangka pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal kerja nasabah.

(15)

Tujuan dari diberikannya kredit modal kerja adalah untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif. Peningkatan kuantitatif produksi dimaksudkan untuk jumlah dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan peningkatan kualitatif dimaksudkan untuk meningkatkan mutu atau kualitas produk yang dihasilkan.

2.3.2 Jenis Kredit Modal Kerja

Pembagian jenis kredit modal kerja secara umum adalah berdasarkan jangka waktunya. Ditinjau dari jangka waktunya, kredit modal kerja terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu:

a. Kredit Modal Kerja Revolving

Apabila kegiatan usaha debitur dapat diharapkan berlangsung secara kontiniu dalam jangka panjang dan pihak bank cukup mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka fasilitas kredit modal kerja nasabah dapat diperpanjang setiap periodenya tanpa harus mengajukan permohonan kredit baru. Kredit modal kerja semacam ini disebut sebagai kredit modal kerja Revolving. Bank hanya perlu secara berkala meninjau kinerja nasabah berdasarkan laporan kegiatan usaha yang wajib diserahkan nasabah secara rutin, hanya apabila pihak bank mulai meragukan kinerja nasabah, maka bank dapat saja meninjau kembali pemberian fasilitas kredit modal kerja revolving kepada nasabah.

b. Kredit Modal Kerja Einmaleg

(16)

pihak bank merasa lebih aman kalau memberikan kredit modal kerja Einmaleg. Fasilitas kredit modal kerja ini hanya diberikan sebatas satu kali perputaran usaha nasabah, dan apabila pada periode selanjutnya nasabah menghendaki kredit modal kerja lagi maka nasabah harus mengajukan permohonan kredit baru. Kredit Modal Kerja jenis ini juga dapat diberikan kepada debitur yang kegiatan usahanya sangat tergantung pada proyek yang diperoleh.

2.3.3 Bentuk-Bentuk Kredit Modal Kerja

Terdapat berbagai macam bentuk-bentuk kredit modal kerja seperti kredit modal kerja untuk perdagangan, kredit modal kerja bidang industri, perkebunan/pertanian dan lain-lainnya. Bentuk-bentuk kredit modal kerja tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

a. Kredit modal kerja untuk perdagangan, antara lain: 1. Kredit Ekspor

2. Kredit pertokoan, dll.

b. Kredit modal kerja bidang industri, antara lain:

1. Kredit modal kerja pabrik makanan/minumandalam kemasan. 2. Kredit modal kerja pabrik tekstil, dll.

c. Kredit modal kerja untuk bidang perkebunan/pertanian, antara lain: 1. Kredit untuk membeli pupuk

(17)

e. Kredit modal kerja untuk perbengkelan atau service station. f. Dan sebagainya.

2.3.4 Ketentuan Umum Kredit Modal Kerja

Ketentuan umum kredit modal kerja dilihat dari dua hal berikut :

a. Dalam pemberian kredit modal kerja kepada pemborong/rekanan, bank pelaksana hendaknya tetap memperhatikan bonafiditas dan kriteria-kriteria yang lazim berlaku dalam dunia perbankan.

b. Dalam penilaian kredit hendaknya diperhatikan bahwa pemborong/rekanan tersebut benar-benar mengutamakan pemakaian barang-barang hasil produksi dalam negeri.

2.4 Pendapatan

2.4.1 Pengertian Pendapatan

Menurut Rahardja dan Manurung (2006: 292) pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni:

(18)

2. Pendapatan dari aset produktif, Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial dan aset bukan financial.

3. Pendapatan dari Pemerintah, Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga, secara berurutan. Dalam analisis Ekonomi Makro menurut Mankiw (2007 : 17) pendapatan nasional (nationalincome) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB dipakai berhubungan dengan pendapatan

agregat suatu Negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, namun tidak termasuk

pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya).

2.4.2 Sumber-Sumber Pendapatan

(19)

1. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan (pemberian), dan

2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda yakni:

a. Permintaan dan Penawaran Tanah, tanah dan kakayaan yang ada didalamnya mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi.

b. Permintaan dan Penawaran Modal, modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk digunakan di pabrikpabrik baru, seperti membeli mesin– mesin (yaitu investasi).

c. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja, tenaga kerja mempunyai penawaran yang cenderung terus menerus naik (pertumbuhan penduduk) sehingga ada kecenderungan bagi upah yang semakin menurun.

(20)

sangat kecil pada negara-negara yang berkembang. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses cukup besar di negara berkembang.

2.5 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

2.5.1 Defenisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Defenisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perjalanan sejarahnya telah berkembang dan berubah-ubah sesuai perekonomian dan kebijakan pemerintah. Usaha Kecil pertama kali diatur oleh Undang-Undang No.9 Tahun 1995, Usaha Menengah sesuai Instruktur Presiden No. 10 Tahun 1999 dan terakhir diubah Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, sebagai berikut :

a. Usaha Mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.

b. Usaha Kecil dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.

c. Usaha Menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 miliar sampai paling tinggi Rp 50 miliar.

2.5.2 Manfaat Memiliki Izin UMKM

(21)

menimpa para pedagang kecil dimanapun mereka berada baik di Jakarta, Surabaya, Medan atau kota-kota lainnya. Miris sekali kedengarannya. Namun, penertiban hanya akan diberlakukan lantaran tidak ada unsur legalitas dalam usaha yang didirikan.

Untuk itu, keberadaan izin usaha dalam melengkapi kegiatan perdagangan yang dilakukan sangat memiliki arti penting. Izin usaha memiliki beberapa manfaat, manfaat izin usaha sebagai berikut :

1. Sarana perlindungan hukum 2. Sarana promosi

3. Bukti kepatuhan terhadap aturan hukum 4. Mempermudah mendapatkan suatu proyek 5. Mempermudah pengembangan usaha

2.5.3 Jenis-jenis UMKM

Berdasarkan total asset, total penjualan dan status usaha, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, mengelompokkan UMKM menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

1. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum tercatat dan belum berbadan hukum. Hasil penjualan bisnis tersebut paling banyak Rp 100.000.000,00.

2. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

(22)

b. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00. c. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang yang dimiliki,

dikuasai atau berafiliasi baik secara langsung dengan usaha menengah atau skala besar.

d. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 3. Usaha menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar Rp 200.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.

b. Usaha yang berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan berafiliasi baik secara langsung dengan usaha menegah atau skala besar.

c. Berbentuk usaha yang dimiliki orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Berdasarkan skala usahanya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu skala rumahan dan skala toko.

1. Skala rumahan

(23)

untuk menyewa tempat untuk keperluan pengadaan bahan-bahan dagangan. Selain faktor keuangan, UMKM skala rumahan dipilih karena faktor kemudahan dalam mengawasinya.

2. Skala toko

Jika usaha yang dijalankanmengalami kemajuan, tidak ada salahnya menyewa sebuah tokodengan tujuan mengembangkan usaha. Sebab, kemajuan tanpa dibarengi dengan tindakan merupakan kesempatan yang sia-sia. Kepemilikan toko akan membantu untuk mempromosikan komoditas lebih jauh. Dengan keberadaan toko maka usaha akan makin dikenal oleh konsumen. Usaha yang dijalani pun akan menghasilkan keuntungan yang berlipat.

Pada prinsipnya ada empat jenis usaha, yaitu produksi, perdagangan dan jasa. 1. Produksi, usaha produksi adalah jenis usaha yang bergerak dalam kegiatan proses

perubahan suatu bahan/produk menjadi produk baru yang berbeda bentuknyadan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi pangan, peralatan rumah tangga, kerajinan, dan lain-lain.

2. Perdagangan, jenis usaha ini merupakan usaha yang bergerak dalam memindahkan barang dari produsen/tempat ke konsumen/tempat lain yang membutuhkan. Jenis usaha ini berupa toko, warung, rumah makan, penyalur, pedagang, dan lain-lain.

(24)

sapi. Dan perikanan misalnya untuk darat/laut seperti tambak udang, kolam ikan, dan lain-lain.

4. Jasa. usaha jasa meupakan usaha yang bergerak dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa. Contohnya, asuransi, konsultan, biro perjalanan, benkel, salon, dan lain-lain.

2.5.4 Kekuatan Dan Kelemahan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

Menurut Alma (2005) dapat dikatakan ada empat (4) faktor umum yang mempengaruhi kegagalan usaha kecil, yaitu :

1. Manajerial yang tidak kompeten. 2. Kurang memberi perhatian. 3. Sistem kontrol yang lemah. 4. Kurangnya modal.

Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil ada empat (4) faktor dasar yaitu :

1. Kerja keras, motivasi, dan dedikasi.

2. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan. 3. Kompetensi manajerial.

4. Keberuntungan.

(25)

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Rasidah Armaini (2007), dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Modal kerja PT Bank Sumut oleh Usaha Kecil dan Menengah di Medan” menyimpulkan bahwa :

a. Variabel tingkat suku bunga kredit modal kerja (X1) dan variable jaminan/agunan yang harus diberikan usaha kecil dan menengah (X2) berpengaruh cukup nyata terhadap permintaan kredit modal kerja PT Bank Sumut cabang Medan oleh usaha kecil dan menengah.

b. Koefisien tingkat suku bunga kredit modal kerja PT Bank sumut dan besarnya jumlah jaminan /agunan yang harus diberikan usaha kecil dan menengah berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit modal kerja PT bank Sumut oleh usaha kecil menengah.

c. Koefisien determinasi (r2- 0,193) atau sebesar 19,30% menunjukkan kemampuan variabel tingkat suku bunga kredit dan jumlah jaminan/agunan yang harus diberikan usaha kecil dan menengah hanya mampu memberikan penjelasan terhadap permintaan kredit modal kerja usaha kecil dan menengah sebesar 19,30%. Sedangkan sisanya sebesar 80,70% (100%-19,30%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. d. Hasil uji F diketahui bahwa Fhitung adaalah 3,956. Sedangkan Ftabel diperoleh

(26)

besarnya permintaan kredit modal kerja PT Bank Sumut Cabang Medan oleh usaha kecil dan menengah pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%).

2. Elmeria L.Hutagalung (2004) dengan judul “Peranan PT.Bank Bukopin Sebagai Lembaga Pemberi Kredit Terhadap Perkembangan Pengusaha kecil” menyimpulkan bahwa :

a. Keterbatasan faktor modal yang dimiliki pengusaha golongan ekonomi lemah dalam meningkatkan produksinya maka mereka memerlukan modal dari luar seperti lembaga-lemabaga keuangan. Kredit yang disalurkan BUKOPIN Cabang Medan secara nyata mempunyai hubungan positif dalam meningkatkan pendapatan pengusaha golongan ekonomi lemah, dimana dengan penambahan modal kredit dapat meningkatkan pendapatan.

Referensi

Dokumen terkait

Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank

Ciri kedua yang menurut beliau membedakan perjanjian kredit dengan perjanjian peminjaman uang adalah bahwa kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah

“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah” :Jaminan secara

Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Makassar yaitu dengan cara Reschedulling dengan memperpanjang jangka waktu kredit terhadap debitur, jangka waktu kredit yang di

Bank Mandiri Cabang Medan Imam Bonjol Medan untuk mencegah terjadinya kelalaian debitur dalam perpanjangan kredit modal kerja adalah melakukan monitoring kepada tiap-tiap debitur

Hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, proses pemberian kredit modal kerja kepada nasabah Bank SulutGo, rata-rata lebih tinggi apa yang diharapkan nasabah

Faktor kompetensi karyawan merupakan manfaat utama yang diharapkan nasabah usaha kecil ketika mendapatkan layanan kredit dalam jangka waktu tertentu, diwujudkan

Diharapkan dengan adanya beberapa ketentuan di dalam proses penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan oleh pihak kreditur dan debitur, dapat membuat para