PENGARUH KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM ORGANISASI
KEMAHASISWAAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROPOSAL PENELITIAN
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Akuntansi)
Oleh:
Widia Damayanti
NIM 1505098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah tuhan semesta alam yang telah
memberikan kenikmatan luar biasa sehingga peneliti bisa menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Keaktifan Mahasiswa dalam Organisasi Kemahasiswaan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi di Universitas Pendidikan Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
keaktifan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan dan prestasi belajarnya,
dimana objek dari penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan
akuntansi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Peneliti berharap penelitian ini akan bermanfaat khususnya bagi para
mahasiswa agar mereka menyadari seberapa berpengaruhkah keikutsertaan
mereka dalam suatu organisasi terhadap prestasi belajar mereka.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah Penelitian Akuntansi Bapak Drs. H. Ajang Mulyadi, M.M. dan Ibu Dr.
Heni Mulyani, S.Pd, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan serta arahan
kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Bandung, 17 Desember 2017
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 2
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II ... 6
KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Teori Belajar ... 6
B. Prestasi Belajar ... 10
C. Keaktifan Mahasiswa Dalam Organisasi ... 14
D. Penelitian Terdahulu ... 20
E. Kerangka Pemikiran ... 21
F. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III ... 24
METODELOGI PENELITIAN ... 24
A. Desain Penelitian ... 24
B. Operasionalisasi Variabel ... 24
C. Populasi Dan Sampel ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Teknik Analisis Data ... 28
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rata-Rata IPK Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi...2
Tabel 2.1 Indikator Prestasi Belajar...13
Tabel 2.2 Patokan Penilaian di Universitas Pendidikan Indonesia... 14
DAFTAR GAMBAR
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Universitas Pendidikan Indonesia merupakan lembaga pendidikan tinggi
kependidikan (LPTK) yang telah berkiprah cukup lama dalam mencetak para
guru. Para mahasiswa dibekali berbagai macam keahlian dengan nuansa ilmiah,
edukatif dan religius. Dengan proses pendidikan yang baik, harapannya para
lulusan yang dicetak oleh UPI memenuhi kualifikasi yang ditetapkan.
Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indikator
yang penting untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Hamalik
(2011) menjelaskan, bahwa tujuan dari pembelajaran adalah suatu perubahan
tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh seseorang setelah melakukan suatu
proses pembelajaran.
Prestasi belajar dapat dinilai dari tiga aspek, Benjamin Bloom dan
kawan-kawannya telah membuat kategori prestasi atau hasil belajar (Taxonomy
Bloom) yang banyak digunakan sampai masa kini. Dimana prestasi atau hasil
belajar dikategorikan menjadi kognitif, afektif dan psikomotor (Hasan, H:2008).
Prestasi belajar kognitif berkenaan dengan kemampuan otak dalam
menerima, mengolah dan menggunakan informasi. Prestasi belajar afektif
berkenaan dengan kemampuan untuk menginternalisasi nilai, sikap, moral dan
nurani yang tercipta selama proses pembelajaran sehingga menghasilkan
kebiasaan. Sedangkan prestasi belajar psikomotor berkenaan dengan kemampuan
menggerakan otot tangan, kaki, muka dan anggota tubuh lainnya yang terpadu
dengan kemampuan kognitif dan afektif.
Pada perguruan tinggi sendiri, prestasi belajar dicerminkan dalam Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK), yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian
antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan Satuan Kredit Semester
(SKS) mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang
diambil yang telah ditempuh.
Melihat hal itu, berikut adalah data IPK mahasiswa pada Program Studi
2
Tabel 1.1 Rata-Rata IPK Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2015 selama empat semester
IPK JUMLAH MAHASISWA PERSENTASE
>3,30 55 Orang 68%
<3,30 26 Orang 32%
TOTAL 81 Orang 100%
Sumber: Catatan Sub. Bagian Akademik FPEB UPI
Dalam Rencana Strategis Universitas Pendidikan Indonesia (RENSTRA
UPI) untuk Tahun 2015-2020 sendiri, tercatat bahwa 75% lulusan memperoleh
IPK di atas 3,3 (pada skala 4). Melihat data diatas, maka perolehan IPK tersebut
belum mencapai target 75%.
Data diatas menunjukan bahwa hanya 68% Mahasiswa Pendidikan
Akuntansi Angkatan 2015 yang IPK-nya melebihi target yang tercantum dalam
RENSTRA UPI. Meskipun hasil ini hanya menunjukan IPK disemester empat,
tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab akan berdampak pada tidak
terlaksananya rencana strategis UPI dimasa depan. Maka dari itu, mulai sekarang
harus dicari solusinya bagaimana agar Mahasiswa Pendidikan Akuntansi
Angkatan Tahun 2015, sebanyak 75% Mahasiswanya memperoleh IPK minimal
3,3. Sebelum mencari solusi, maka penting untuk mengetahui apa penyebab dari
masih rendahnya persentase IPK Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan
Tahun 2015 yang diatas 3,3.
B. Identifikasi Masalah
Prestasi belajar sangat berkaitan erat dengan proses belajar itu sendiri,
Pada prinsipnya menurut Slameto (2010:17) ada dua faktor yang mempengaruhi
keberhasilan mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri mahasiswa itu
sendiri, seperti: motivasi, minat, bakat, sikap, intelegensi, dan cara belajar.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri
mahasiswa, seperti: keadaan sosial ekonomi, lingkungan, sarana prasarana, dosen.
3
stimulus, proses dan respon yang ditunjukan dalam tabel dibawah ini (Syah, M,
2003:165): Kapasitas (IQ) Guru, metode, teknis, media Bahan dan sumber Program tugas
Bakat khusus Instrumen
tal Input Sarana
Perilaku
kognitif
Motivasi Raw input
(siswa) PBM
Expected output (hasil belajar yang diharapka n) Perilaku afektif Minat Enviromen tal input (Lingkung an) Perilaku psikomot orik Kematangan Kesiapan Sikap/kebias aan Sosial, fisik, kultural
Gambar 1.1 Komponen-Komponen Proses Belajar Dari gambar diatas tampak bahwa:
a. Expected output menunjukan tingkat kualifikasi ukuran baku yang
4
b. Raw input menunjukan kepada faktor yang terdapat dalam diri individu
yang memberikan fasilitas, pembatas dan motivasi yang merupakan
stimulus.
c. Instrumental input menununjukan kepada kelengkapan sarana yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar.
d. Environmental input menunjukan situasi dan keadaan fisik (kampus,
sekolah, iklim, letak sekolah dsb), hubungan antar insani (teman, guru,
dsb) yang dapat menjadi faktor penghambat atau faktor penunjang.
Untuk menciptakan lingkungan yang mampu mendorong prestasi belajar
sehingga mencetak para mahasiswa yang kompetitif, UPI memberikan layanan
dalam hal pembinaan kemahasiswaan. Sasaran pengembangan kegiatan
kemahasiswaan UPI tahun 2015-2020 tersebut lebih rincinya adalah agar
terbentuknya kepribadian mahasiswa UPI sebagai insan cita yang memiliki
ciri-ciri: beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; tangguh, unggul dan
mandiri; memiliki tingkat kedewasaan yang serasi dengan norma yang berlaku;
berdaya juang, berdedikasi dan memilki jiwa kepeloporan yang tinggi; berfisik
dan bermental yang prima; peka, peduli dan kritis terhadap perubahan lingkungan.
Kebijakan Dan Program Peningkatan Mutu Pembinaan Kemahaiswaan,
sesuai RENSTRA UPI 2015-2020 salah satunya adalah pemberdayaan
program-program kreativitas, penalaran, minat, bakat dan kewirausahaan melalui
pengembangan organisasi dan fasilitas kegiatan mahasiswa. Keaktifan para
mahasiswa dalam berbagai organisasi kemahasiswaan diharapkan mampu
memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Haryono (2014:77) bahwa organisasi
adalah suatu sarana dan wahana untuk mengembangkan bakat, minat serta potensi
diri bagi para aktivis yang ada dalam organisasi tersebut.
Keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi mempunyai pengaruh yang
besar untuk prestasi belajar mahasiswa. Dari sekian banyak kegiatan yang ada di
kampus, mahasiswa yang aktif dalam organisasi harus bisa membagi waktunya
antara kuliah dan berorganisasi. Karena hal ini akan berpengaruh pada prestasi
5
organisasi dengan kuliah kemungkinan besar prestasi belajarnya lebih baik
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bisa membagi waktunya dengan baik.
C. Rumusan Masalah
Apakah keaktifan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keaktifan
mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan terhadap prestasi belajar pada
mahasiswa.
E. Manfaat Penelitian
Dengan diketahui ada atau tidak adanya hubungan antara keaktifan
mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan, maka akan menjadi bahan evaluasi
bagi mahasiswa itu sendiri mengenai perlu atau tidaknyakah aktif dalam suatu
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar
1. Fungsional
Sepanjang sejarah, ilmu pengetahuan terus mengalami perubahan sehingga
melahirkan berbagai macam teori-teori yang menjelaskan berbagai fenomena
yang terjadi di dunia ini. Tidak terkecuali fenomena belajar, dimana terdapat
beberapa teori belajar yang telah dilahirkan sampai saat ini.
Teori belajar fungsional atau behaviorisme yang dianut oleh tokoh-tokoh
seperti Edward Lee Thorndike (1871-1949), Burrhus Frederic Skinner
(1904-1990), dan Clark Leonard Hull (1884-1952) berusaha untuk menjadikan ranah
psikologi benar-benar ilmiah, dimana untuk menjadikan sesuatu bersifat ilmiah
maka membutuhkan suatu ukuran. Pokok persoalan psikologi yang dapat diukur
adalah prilaku yang nampak.
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh stimulus berupa dorongan dari luar
diri peserta didik, niat dan transfer training (kesamaan kondisi saat belajar dengan
kondisi saat ujian). Hasil dari belajar atau respon menurut teori ini dipengaruhi
oleh latihan yang berulang. Dari respon tersebut juga dapat menghadirkan stimuli
selanjutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam teori belajar fungsional adalah
sebagai berikut:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan (teman, guru, ruang kelas dan
sekolah)
b. Penyampaian dan pengulangan materi harus dilaksanakan secara
sistematis
c. Mekanisme pembentukan hasil belajar melalui stimulus dan respon
d. Materi yang dipelajari akan membentuk kebiasaan
e. Materi sebelumnya harus dikuasai terlebih dahulu
f. Hasil belajar merupakan perilaku yang diharapkan
Teori belajar kognitif yang dipelopori oleh Teori Gestalt (1912), Jean
Peaget, Edward Chace Tolman, dan Albert Bandura, secara umum, menanggapi
bahwa otak secara otomatis mengubah dan menata pengalaman serta menambah
kualitas yang tidak ada dalam pengalaman indrawi. (Hergenhahn, 2009: 308).
Piaget berpendapat bahwa belajar terjadi kurang lebih secara kontinyu dan
belajar melibatkan akuisisi informasi dan representasi kognitif dari informasi itu.
Secara spesifik, Piaget mempunyai perspektif bahwa asimilasi dan akomodasi
mengidentifikasi dua tipe pengalaman belajar.
Masih dalam teori yang sama, Tolman berpandangan bahwa belajar bukan
hanya soal memberi respon atau strategi yang benar tetapi juga menghilangkan
respons atau strategi yang salah, dan penguatan ekstrinsik tidak diperlukan untuk
memicu proses belajar, karena belajar terjadi secara konstan.
Sedangkan Bandura menyatakan bahwa ada interaksi konstan antara
lingkungan, perilaku dan orang. Teori Bandura dinamakan Kognitif Sosial karena
ia menekankan bahwa hampir semua informasi kita peroleh dari interaksi dengan
orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa konsep teori kognitif adalah sebagai berikut:
a. Teori ini menganggap bahwa dalam diri manusia terdapat mind / pikiran
(proses yang tidak dapat dilihat tapi bisa dijelaskan)
b. Memusatkan perhatian untuk membuka pikiran agar mengetahui cara
orang belajar
c. Belajar dipengaruhi oleh mental proses
d. Tidak menyamakan manusia dengan hewan
e. Teori ini menganggap manusia seperti halnya komputer
f. Teori ini menganggap bahwa pengetahuan dapat dikontruksikan
g. Guru tidak sekedar memberi ilmu dengan cara memberikan pelatihan,
tapi guru berusaha membuat peserta didik belajar
h. Belajar dipengaruhi oleh motivasi intrinstik
3. Neurofisiologis
Teori selanjutnya adalah neurofisiologis yang digagas oleh Donald Olding
Hebb, yang meyakini bahwa otak tidak bekerja seperti papan penghubung yang
utama Hebb adalah kumpulan sel dan sekuensi fase yang diasosiasikan dengan
suatu objek lingkungan. Ada dua jenis belajar menurut Hebb, yang pertama ada
pembentukan kumpulan sel dan sekuensi fase secara pelan diawal kehidupan.
Kedua, ada jenis belajar yang lebih mendalam dan berwawasan yang menjadi ciri
kehidupan orang dewasa. Belajar orang dewasa melibatkan penataan ulang atas
kumpulan sel dan sekuensi fase.
Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengacu pada teori belajar Hebb
yang biasa disebut teori belajar neurofisiologi. Pada teori ini, Hebb membuat tiga
observasi yaitu:
a. Otak tidak berperan seperti stasiun (penghubung), seperti yang diyakini
oleh behavioris dan asosiasionis. Karena jika itu benar, hilangnya
sebagian jaringan otak akan sangat mengganggu.
b. Intelegensi atau kecerdasan berasal dari pengalaman dan karenanya
tidak ditentukan secara genetik.
c. Pengalaman masa kanak-kanank sangat penting dalam mempengaruhi
kecerdasan ketimbang pengalaman masa dewasa.
Di laboratorium Hebb membuat suatu percobaan dengan hasil bahwa
anjing yang dibesarkaan dalam isolasi parsial tampak kurang mengenal rasa sakit
dan kurang agresif dibanding anjing lain yang dibesarkan secara normal
(Hergenhahn, 2009:398).
Percobaan lain yang dilakukan oleh Hebb adalah meneliti efek jenis
kondisi pengasuhan yang berbeda terhadap perkembangan intelektual dengan
menggunakan dua kelompok tikus. Kelompok pertama dibesarkan disangkar
laboratorium Hebb dan kelompok yang kedua dibesarkan di rumah Hebb oleh
kedua putrinya. Tikus kelompok kedua ini diberikan kebebasan untuk berkeliaran
disekitar rumah dan bermain-main dengan putri Hebb, setelah beberapa minggu
tikus kelompok kedua ini dibawa ke laboratorium Hebb dan dibandingkan dengan
tikus kelompok peratama. Hasilnya adalah kinerja tikus kelompok kedua dalam
memecahkan jalur teka-teki jauh lebih baik dari pada tikus yang dibesarkan
disangkar laboratorium.
Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Hebb bahwa diversitas sensori yang
banyak sirkuit neural atau jaringan saraf yang lebih kompleks. Setelah
berkembang, sirkuit neural ini akan dipakai dalam proses belajar yang baru.
Pengalaman sensori sederhana dalam lingkungan yang miskin akan
membatasi sirkuit neural atau menunda perkembangannya dan hewan yang
dibesarkan dalam lingkungan ini akan kurang bagus dalam memecahkan problem.
Implikasi riset Hebb terhadap pendidikan adalah semakin kompleks lingkungan
sensori awal, semakin baik perkembangan keterampilan pemecahan masalahnya.
Konsep kunci dalam teori ini adalah kumpulan sel dan sekuensi fase.
Hebb menerangkan bahwa kumpulan sel adalah paket neurologis yang saling
terkait yang dapat diaktifkan oleh stimulasi eksternal maupun internal atau
kombinasi keduanya, ketika suatu kumpulan sel aktif kita akan megaktifkan juga
pemikiran tentang kejadian yang direpresentasikan oleh kumpulan tersebut.
Menurut Hebb, kumpulan sel adalah basis neurologis dari ide atau pemikiran.
Kempulan sel yang aktif pada saat bersamaan akan menjadi saling
terkoneksi dan membentuk suatu urutan fase ( sekuensi fase). Hal ini dapat
dibuktikan ketika seorang bayi mendengar suara langkah kaki maka satu
kumpulan akan aktif, saat kumpulan ini masih aktif bayi melihat wajah dan
merasakan tangan menggendongnya yang membangkitkan kumpulan yang baru,
sehingga kumpulan langkah kaki, menjadi terkoneksi dengan kumpuln wajah dan
kumpulan digendong.
Setelah itu terjadi, ketika bayi tersebut mendengar langkah kaki saja,
ketiga kumpulan itu akan aktif bersama-sama dan bayi akan mempunyai persepsi
wajah dan kontak tangannya sebelum orang tersebut dilihat langsung oleh si bayi.
Hebb menuturkan bahwa terdapat dua jenis belajar. Pertama adalah belajar
yang melibatkan pembentukan kumpulan sel secara pelan-pelan diawal masa
kehidupan yang terjadi pada anak-anak. Selanjutnya seseorang akan belajar secara
lebih kognitif dan terjadi dengan lebih cepat.
Hebb juga mengatakan bahwa karakteristik fisik dari lingkungan belajar
sangatlah penting. Untuk tugas dan peserta didik tertentu ada level kewaspadaan
atau kesiapan optimal yang membuat proses belajar jadi efisien. Karena level
dalam lingkungan belajar akan menentukan seberapa besar proses belajar
berlangsung.
Meskipun beberapa teori berbeda-beda dalam menjelaskan belajar, namun
pada akhirnya semuanya bermuara pada satu suara bahwa proses belajar akan
menimbulkan perubahan perilaku yang disebut hasil belajar.
B. Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat direpresentasikan dalam bentuk perolehan informasi
dan penguasaan keterampilan atau suatu penambahan informasi dan keterampilan
yang telah ada sebelumnya. Serta penghilangan perilaku tertentu yang tidak sesuai
dengan perilaku yang seharusnya.
James Chaplin (2002: 5) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar
yang telah dicapai atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh
guru atau dosen, lewat tes-tes yang dilakukan atau lewat kombinasi kedua hal 13
tersebut.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Hamdani, 2011:
11).
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Adanya motivasi, Hebb menuturkan bahwa kegairahan adalah motif
yang signifikan dalam perilaku manusia. Sehingga peserta didik harus
mampu menghadirkan sesuatu yang dikehendaki sehingga dia tetarik
untuk melakukan proses belajar.
b. Adanya perhatian dan mengetahui sasaran, Hebb percaya bahwa agar
fungsi petunjuk dari suatu stimulus memberikan efek secara penuh,
maka harus ada optimal level of arousal (level kewaspadaan optimal).
c. Adanya usaha, jadi peserta didik harus melakukan sesuatu.
d. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil.
Sementara Slameto (2010;17) berpendapat bahwa prestasi belajar sangat
a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, terdiri dari:
1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
2) Faktor psikologis (Inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan)
3) Faktor kelelahan
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada diluar individu, terdiri dari:
1) Faktor keluarga (cara mendidik, suasana rumah, relasi antar anggota
keluarga, keadaan ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang
budaya).
2) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
peserta didik, fasilitas sekolah, metode dan media, waktu dan standar
pelajaran)
3) Faktor masyarakat (kegiatan siswa didalam masyarakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat)
2. Penilaian Prestasi Belajar
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu proses belajar, maka perlu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui bagaimana hasil belajar. Tentu saja dalam
menentukan hasil belajar perlu mengacu kepada indikator tertentu yang mendasari
proses evaluasi hasil belajar (Syah, 2003:147)
HASIL BELAJAR INDIKATOR CARA PENGUKURAN
KOGNITIF
- Pengamatan
- Hafalan
- Pemahaman
- Aplikasi
- Dapat menjukan,
membandingkan,
menghubungkan
- Dapat
menyebutkan,
menunjukan lagi
- Dapat menjelaskan
dengan kata-kata
sendiri
- Dapat memberikan
- Tugas, tes,
observasi
- Pertanyaan, tugas,
tes
- Soalan
- Analisis
- Sintesis
- Evaluasi
contoh dan
menggunakan
dengan tepat
- Dapat menguraikan,
mengklasifikasikan - Dapat menghubungkan, menyimpulkan, menggeneralisasika n - Dapat menginterpretasikan
, memberi kritik,
memberikan
pertimbangan dan
penilaian
tes
- Tugas, persoalan,
tes
- Tugas, persoalan,
tes
- Tugas, persoalan,
tes AFEKTIF - Penerimaan - Sambutan - Penghargaan - Pendalaman - Penghayatan
- Bersikap menerima,
meyetujui /
sebaliknya
- Bersedia terlibat,
partisipatif,
memanfaatkan atau
sebaliknya
- Memandang
penting, berfaedah,
bernilai, indah atau
sebaliknya
- Mengakui,
mempercayai atau
sebaliknya
- Melembagakan,
- Pertanyaan, tes,
skala sikap
- Tugas/observasi
- Skala penilaian,
tugas, observasi
- Tugas ekspresif,
kala sikap, proyektif
- Tugas ekspresif,
membiasakan, atau
sebaliknya
PSIKOMOTORIK
- Keterampilan
bergerak/
bertindak
- Keterampilan
ekspresi verbal
atau nonverbal
- Koordinasi mata,
kaki dan tangan
- Gerak, mimik,
ucapan
- Tugas, observasi,
tes, tindakan
- Tugas, observasi,
tes, tindakan
Tabel 2.1 Indikator Prestasi Belajar
UPI sendiri memiliki aturan tersendiri dalam penilaian prestasi belajar para
mahasiswanya. Secara operasional, penilaian terdiri atas penilaian mata kuliah,
penilaian semester, penilaian kelayakan melanjutkan studi, dan penilaian akhir
program. Keempat penilaian ini merupakan satu kesatuan yang terintegrasi.
Keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti suatu mata kuliah dinyatakan dengan
nilai akhir sesuai patokan berikut ini:
Kategori Nilai Tingkat
Kemampuan Keterangan
Huruf Angka Derajat Mutu
A 4,0 Istimewa 92-100
A- 3,7 Hampir
Istimewa
86-91
B+ 3,4 Baik Sekali 81-85
B 3,0 Baik 76-80
B- 2,7 Cukup Baik 71-75
C+ 2,4 Lebih dari
Cukup
66-70
C 2,0
Cukup 60-65 Batas minimum
kelulusan jenjang S-2
dan S-3
kelulusan jenjang D-3
dan S-1.
E <1,0 Gagal Lebih kecil
dari 55
Harus mengontrak
ulang
Tabel 2.2 Patokan Penilaian di Universitas Pendidikan Indonesia C. Keaktifan Mahasiswa Dalam Organisasi
1. Teori Organisasi modern
Ada banyak paradigma dalam menggambarkan apa itu organisasi, dan dari
waktu kewaktu terus mengalami perkembangan. Teori-teori yang menjelaskan
organisasi diantaranya adalah sebagai berikut:
Teori organisasi klasik dan teori organisasi neoklasik ternyata dinilai
belum memuaskan untuk tuntutan manajemen modern. Banyak kelemahan dan
ketimpangan yang masih ditemukan sehingga mendorong munculnya teori
organisasi modern pada 1950. Teori organisasi modern ini kemudian dikenal dengan nama ”analisis sistem” atau ”teori terbuka” yang memandang organisasi sebagai satu kesatuan dari berbagai unsur yang saling bergantung.
Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai
satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan
sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan dan
apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi
dengan lingkungan.
Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai
bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan
manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi
(organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau
analisis organisasi (organization analysis).
Davis (1962: 15-19) mengungkapkan bahwa:
pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu
keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan
seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang
konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi
anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
a. Karakteristik Teori Modern
Karakteristik dari teori organisasi Modern, antara lain:
1) Kadang-kadang disebut analisis sistem organisasi,
2) Mempertimbangkan semua elemen organisasi,
3) Memandang organisasi sebagai suatu sistem,
4) Penyesuaian diri agar organisasi itu dapat bertahan lama dalam hidupnya,
harus disesuaikan dengan perubahan lingkungannya,
5) Organisasi dan lingkungannya harus dilihat sebagai sesuatu yang saling
ketergantungan.
b. Ciri-Ciri Organisasi Modern
Organisasi telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan dalam
dunia modern ini. Ciri-ciri organisasi modern adalah :
1) Organisasi bertambah besar
2) Pengolahan data semakin cepat
3) Penggunaan staff lebih intensif
4) Kecenderungan spesialisasi
5) Memiliki prinsip-prinsip organisasi
6) Memiliki unsur-unsur organisasi yang lebih lengkap
c. Bentuk-Bentuk Organisasi
1) Organisasi politik
2) Organisasi sosial
3) Organisasi mahasiswa
4) Organisasi olahraga
5) Organisasi sekolah
7) Organisasi pemuda
8) Organisasi agama
Pada penelitian ini akan berfokus pada bentuk organisasi mahasiswa.
Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat, minat dan potensi mahasiswa yang dilaksanakan di dalam
kegiatan ko dan ekstra kurikuler. Organisasi Mahasiswa di Indonesia dapat
dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu organisasi mahasiswa internal kampus dan
eksternal kampus.
Organisasi Mahasiswa Internal-Kampus adalah Organisasi mahasiswa
yang melekat pada pribadi kampus atau universitas, dan memiliki kedudukan
resmi di lingkungan perguruan tinggi. Bentuknya dapat berupa Ikatan Organisasi
Mahasiswa, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa tingkat
fakultas dan Himpunan mahasiwa jurusan(HMJ), dan Para Ketua Tingkat.
Kewenangan pengaturan sepenuhnya ada di tangan pemimpin perguruan tinggi
yang dituangkan dalam Statuta (UU No. 12 Tahun 2012).
Organisasi internal kampus pada suatu perguruan tinggi dapat bergabung
dalam skala daerah, nasional dan bahkan internasional. Gabungan organisasi
internal-kampus beberapa perguruan tinggi ini disebut organisasi antar-kampus.
Organisasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat secara luas,
termasuk didalam kehidupan mahasiswa disetiap lembaga pendidikan tinggi
khususnya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang merupakan program
dari pembinaan kemahasiswaan yang diwujudkan dalam kelembagaan Organisasi
Mahasiswa (Ormawa) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Berdasarkan peraturan rektor No. 8052 Tahun 2010 tentang Organisasi
Kemahasiswaan Pasal 4 mengenai bentuk organisasi dalam hal ini ormawa
berbentuk Badan, Himpunan, Lembaga, Dewan, Majelis, Forum dan Unit
Kegiatan Mahasiswa.
Organisasi kemahasiswaan terdiri dari Ormawa tingkat Universitas,
Sekolah Pascasarjana, Fakultas, Jurusan/Program Studi dan Kampus Daerah.
Ormawa tingkat universitas yaitu:
b. Dewan Perwakilan Mahasiswa UPI (DPM UPI)
c. Badan Eksekutif Mahasiswa UPI (BEM UPI)
d. Unit Kegiatan Mahasiswa UPI (UKM UPI)
e. Forum Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa (FK UKM)
Sedangkan disetiap Departemen/ Program Studi terdapat ormawa sebagai
berikut:
a. Dewan Perwakilan Mahasiswa
b. Badan Eksekutif Mahasiswa
Pembinaan dan pengembangan kemahasiswaan lebih spesifik terdapat di
FPEB (Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis) yang dikoordinasikan oleh
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPEB dibantu oleh Ketua
Departemen /Progam Studi, para pembinan, dan pembimbing kemahasiswaan
Departemen /Program Studi di lingkungan FPEB. Kegiatan Pembinaan
kemahasiswaan di lingkungan FPEB meliputi :
1) Kegiatan yang di lakukan mahasiswa dalam rangka mengembangkan diri di
lingkungan Prodi, Fakultas, bentuk pengembangannya lebih condong
kearah peningkatan mutu akademis dan aktualitas diri dalam berorganisasi,
karya ilmiah, Pertemuan Ilmiah, Seminar, Pemilihan Mahasiswa
Berprestasi, GKI dengan membangun potensi Mahasiswa.
2) Kegiatan Mahasiswa yang berhubungan dengan sosialisasi terhadap
lingkungan masyarakat di sekitarnya seperti Penalaran keilmuan, minat dan
kegemaran serta upaya bakti social.
Saat ini Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis ada beberapa organisasi
kemahasiswaan yang aktif dalam berbagai kegiatan baik internal maupun
eksternal. Dalam hal Organisasi antar Perguruan Tinggi Mahasiswa, FPEB sudah
aktif sejak menjadi bagian dari Fakultas Pendidikan IPS. Seperti ikatan
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi se-Indonesia (IMAPESI), Jaringan Mahasiswa
Akuntansi Indonesia (JMAI) dan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM).
Ikatan Senat Mahasiswa Fakultas dan Ekonomi, Bidang Kegiatan Penulisan
Karya Imiah, Seminar Nasional dan Internasional saat ini sedang di garap dan di
2. Pengertian Keaktifan
Suryobroto (1997: 279) mengungkapkan keaktifan sebagai berikut:
Keaktifan dalam hal ini memiliki arti yang sama dengan partisipasi. Adapun keaktifan atau partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Menuruth Keith Davis ada tiga unsur penting partisipasi atau keaktifan
(Davis, 1962:15-19). Unsur pertama, bahwa partisipasi sesungguhnya merupakan
suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih daripada semata-mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu
sumbangan kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat
rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok. Unsur ketiga adalah unsur
tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”. Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi, yaitu sebagai berikut:
a. Pikiran (psychological participation)
b. Tenaga (physical partisipation)
c. Pikiran dan tenaga
d. Keahlian
e. Barang
f. Uang
Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif,
membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu:
a. Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang
dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan
oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan
bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta
b. Bila mana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang,
c. Subjek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi di
mana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang
menjadi perhatiannnya.
d. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti
kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan pengalaman
yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada, maka
unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.
e. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi
timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang
sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau
berhasil.
f. Para pihak yang bersangkutan bebas di dalam melaksanakan peran serta
tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
g. Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya
didasarkan pada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan
pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau
gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini
didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.
h. Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang atau
tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud
meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih
jelas.
Menurut Suryobroto (1997: 288) pengukuran partisipasi atau keaktifan
anggota dalam organisasi ditentukan oleh beberapa indikator, yaitu:
a. Tingkat kehadiran dalam pertemuan
b. Jabatan yang dipegang
c. Pemberian saran, usulan, kritik dan pendapat bagi peningkatan
organisasi
d. Kesediaan anggota untuk berkorban
e. Motivasi anggota
Hal-hal yang mempengaruhi keaktifan atau partisipasi menurut Noeng
a. Partisipasi tanpa mengenal objek partisipasi yang berpatisipasi karena
diperintahkan untuk ikut.
b. Berpatisipasi karena yang bersangkutan telah mengenal ide baru
tersebut, ada daya tarik dari objek da nada minat dari subjek.
c. Berpatisipasi karena yang bersangkutan telah meyakini bahwa ide
tersebut memang baik.
d. Berpatisipasi karena yang bersangkutan telah melihat lebih detail
tentang alternatif pelaksanaan dan penerapan ide tersebut.
e. Berpatisipasi karena yang bersangkutan langsung memanfaatkan ide
dan usaha pembangunan tersebut untuk dirinya, keluarganya dan
masyarakat.
Dalam berorganisasi tentu akan terdapat beberapa yang tidak aktif dan
beberapa yang lebih aktif dari yang lainnya. Hal tersebut adalah wajar karena
perbedaan latar belakang dan beberapa masalah pribadi maupun kelompok.
Ratminto dan Atik (2012: 181-182) menyebutkan bahwa:
Untuk mengukur aktif atau tidaknya seseorang dalam berorganisasi, dibutuhkan beberapa ukuran.
Ukuran aktif berorganisasi adalah sebagai berikut:
a. Responsivitas, yaitu kemampuan menyusun agenda dan prioritas
kegiatan.
b. Akuntabilitas, yaitu ukuran yang menunjukkan tingkat kesesuaian
kinerja dengan ukuran eksternal, seperti nilai dan norma dalam masyarakat.
c. Keadaptasian, yaitu mampu atau tidaknya beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.
d. Empati, yaitu kepekaan terhadap isu-isu yang sedang berkembang di
lingkungan sekitar.
e. Keterbukaan atau transparasi, yaitu mampu atau tidaknya seseorang
bersikap terbuka dengan sekitar.
D. Penelitian Terdahulu
1. Pengaruh Organisasi Kemahasiswaan terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP UNTAN Pontianak oleh
Septian Rivaldi Tahun 2013 (Skripsi).
2. Pengaruh Keaktifan Mahasiswa dalam Organisasi dan Motivasi
Universitas Negeri Yogyakarta oleh Siska Sinta Pratiwi Tahun 2016
(Skripsi).
E. Kerangka Pemikiran
Tugas mahasiswa yang utama adalah belajar agar mampu meningkatkan
kapasitas dirinya sebelum beranjak kedunia masyarakat yang lebih luas. Proses
belajar mahasiswa ini tentu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam unsur baik
yang berasal dari dalam diriya maupun dari luar dirinya. Pengaruh unsur-unsur
tersebut dapat terlihat dari hasil belajar mahasiswa itu sendiri.
Setiap akhir dan tengah semester, mereka dituntut untuk mengikuti
serangkaian tes yang nantinya akan diakumulasikan dalam bentuk nilai rentang A
sampai E oleh dosen masing-masing mata kuliah. Belum sampai disitu, nilai-nilai
tersebut kemudian akan terakumulasi lagi sehingga menghasilkan apa itu yang
disebut Indeks Prestasi Kumulati (IPK) yang mencerminkan prestasi belajar
mahasiswa selama berkuliah.
IPK pun sering diartikan sebagai gambaran dari kualitas seorang
mahasiswa sehingga setelah mereka lulus kemudian mencari pekerjaan, IPK
menjadi salah-satu pertimbangan para penyedia lapangan pekerjaan dalam
memilih pekerja di perusahaan mereka.
Sehingga cukup penting bagi mahasiswa untuk minimal mempertahankan
IPK mereka supaya tidak turun bahkan lebih baik dapat naik secara kontinyu.
Untuk menjaga agar perolehan IPK mahasiswa tetap sesuai standar kelulusan.
Unsur-unsur diluar diri mahasiswa dianggap penting diperhatikan karena
dapat mempengaruhi bagaimana mahasiswa belajar dan tentu pada akhirnya
berdampak pada prestasi belajarnya. Unsur dari luar mahasiswa ini terutama
adalah lingkungan kampus sebagai tempat yang paling dekat dengan kehidupan
mahasiswa.
Secara garis besar, kehidupan mahasiswa dapat dikelompokan kedalam
dua kelompok besar, yaitu yang pertama mahasiswa yang pulang
kuliah-pulang, artinya setelah menyelesaikan kuliah dan tugas-tugasnya mahasiswa jenis
ini memilih untuk pulang baik itu beristirahat atau melanjutkan belajar ditempat
tinggalnya. Dan kelompok yang kedua adalah mahasiswa yang kuliah-rapat
untuk belajar memilih melanjutkan aktivitasnya dikampus yang terkait dengan
kegiatan keorganisasian.
Kegiatan organisasi mahasiswa ini tentu sangat luas dan beragam mulai
dari organisasi diluar kampus yang cakupannya sangat luas, organisasi intra
kampus tingkat universitas sampai tingkat jurusan. Untuk dapat bergabung dengan
organisasi mahasiswa tingkat universitas terutama BEM, DPM dan MPM,
biasanya dibutuhkan prasyarat yaitu perlunya bergabung didalam organisasi
tingkat jurusan, sehingga bisa dipastikan bahwa semua mahasiswa yang tergabung
dalam organisasi tingkat universitas adalah anggota dari organisasi tingkat
jurusannya masing-masing.
Seperti yang terjadi pada para mahasiswa pendidikan akuntansi, sebagian
dari mereka tergabung didalam REMA UPI dan hampir semua mahasiswa
pendidikan akuntasi bergabung dalam BEM HIMADIKSI (Badan Eksekutif
Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi).
BEM HIMADIKSI periode 2017 ini sekarang dipegang oleh mahasiswa
jurusan pendidikan akuntansi angkatan 2015 dan 2016 yang tergabung dalam satu
motto yaitu HIMADIKSI SABILULUNGAN yang akan direalisasikan melalui
kurang lebih 30 program kerja.
Dalam organisasi kemahasiswaan tentu memiliki tujuan yang tercantum
dalam visi dan misi para pimpinannya dan direalisasikan melalui berbagai macam
program kerja yang relevan dengan visi dan misi tersebut. Setiap usaha-usaha
yang dilakukan oleh para anggota organisasi dalam mencapai tujuannya akan
melibatkan dua aspek utama yaitu aspek fisik dan aspek mental yang keduanya
tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena saling mempengaruhi.
Aspek fisik ini dapat terlihat dari kegiatan-kegiatan mahasiswa seperti
melaksanakan rapat, melakukan persiapan ketika hendak melaksanakan program
kerja dan tentu ketika pelaksanaan program kerja. Dan yang paling utama menurut
peneliti adalah keterlibatan mental dalam organisasi cukup berperan besar,
sehingga banyak orang yang menyebutkan bahwa organisasi akan melatih soft
Soft skill ini berkaitan dengan kecerdasan emosional, kepribadian,
keterampilan sosial, komunikasi berbahasa dan optimisme yang mencirikan
kemampuan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.
Aspek mental ini terbentuk ketika mahasiswa memegang peran dalam
organisasi baik sebagai ketua pelaksana suatu pogram maupun sebagai anggota
dari divisi-divisi penunjang dalam suatu program. Berbagai macam rencana perlu
disusun secara bersama-sama dengan anggota lainnya supaya tujuan dari program
kerja dapat terealisasikan dengan baik. perencanaan tersebut terkait dengan
bagaimana suatu pogram dilaksanakan, rundown acara mana yang paling efektif,
berapa besar dana yang dibutuhkan, bagaimana sistem pembagian kerja, persiapan
barang-barang fisik untuk program tersebut, evaluasi terkait program yang telah
dilaksanakan sampai dengan pelaporan pertanggung jawabannya.
Keterlibatan mahasiswa dalam suatu organisasi seperti itulah yang akan
mengakibatkan terbentuknya kemampuan mahasiswa untuk mengatur emosinya,
keterampilannya, cara berkomunikasi, serta mampu berinteraksi dengan baik
dalam memecahkan suatu persoalan. Mental seperti ini jelas akan terbentuk
didalam organisasi dan secara signifikan akan mempengaruhi kegiatan mahasiswa
lainnya yaitu kegiatan belajar atau perkuliahan.
Dalam penelitia ini akan diteliti tentang bagaimana pengaruh keaktifan
mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan terhadap prestasi belajarnya,
sehingga hubungan variabelnya dapat digambarkan sebagai berikut:
F. Hipotesis Penelitian
Untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara keaktifan mahasiswa
dalam organisasi kemahasiswaan terhadap prestasi belajar mahasiswa, peneliti mengajukan hipotesis “ Adanya hubungan antara keaktifan mahasiswa dalam
organisasi kemahasiswaan terhadap prestasi belajar.”
Keaktifan dalam Organisasi Kemahasiswaan
24 BAB III
METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional yang bertujuan
untuk mengkaji karakteristik suatu fenomena atau hubungan antara suatu
fenomena dengan fenomena lain yang masih berlangsung saat penelitian
dilakukan. Pada penelitian ini, variabel dibiarkan seperti apa adanya dan data
dikumpulkan melalui proses pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut tanpa
ada manipulasi atau intervensi peneliti.
Selain itu metode ini juga akan membantu peneliti untuk mengetahui
tingkat keeratan hubungan antar variabel yang dinyatakan dalam koefisien
korelasi. Fungsi utama dari penelitian ini yaitu sebagai studi eksplanasi dan
prediksi.
Beberapa alasan penting pemilihan metode korelasional adalah sebagai
berikut:
1. Adanya kebutuhan informasi tentang hubungan antar variabel.
2. Variabel yang muncul kompleks dan peneliti tidak mungkin dapat
melakukan kontrol dan manipulasi variabel-variabel tersebut.
3. Tujuan dari penelitian yang menghendaki prediksi yang menunjukan
adanya asumsi hubungan antar variabel.
B. Operasionalisasi Variabel 1. Definisi Variabel
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah keaktifan mahasiswa
dalam organisasi sebagai variabel bebas dan prestasi belajar mahasiswa sebagai
variabel terikatnya.
Peneliti menyimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu proses yang
tersusun oleh para individu yang saling mempengaruhi untuk berbagai tujuan.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan
yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur
dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi anggota,
orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.
Sedangkan prestasi belajar menurut peneliti merupakan perubahan
perilaku yang dialami seorang individu karena telah melewati proses belajar,
dimana proses belajar tersebut merupakan pembentukan kumpulan sel dan
sekuensi fase pada masa muda dan penataan ulang atas kumpulan sel dan sekuensi
fase dikemudian hari.
2. Operasionalisasi
a. Variabel Terikat (Prestasi Belajar)
PRESTASI BELAJAR INDIKATOR SKALA
Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik
IPK Interval
b. Variabel Bebas (Keterlibatan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan)
KETERLIBATAN
DALAM
ORGANISASI
INDIKATOR SKALA
Waktu Menggunakan
waktunya untuk
kegiatan-kegiatan
organisasi seperti rapat
dan mengadakan event
Nominal
Mental dan Perasaan Memiliki rasa senang
didalam organisasi
Pikiran - Menyusun
perencanaan
kegiatan
- Menyusun
pembagian kerja
antar anggota di
organisai
tenaganya untuk
menunjang kegiatan
organisasi
- Sukarela
menghadirkan
dirinya dalam
acara-acara organisasi
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek/ obyek itu (Sugiyono, 2016:117).
Pada penelitian ini populasi adalah mahasiswa pendidikan akuntansi di
Universitas Pendidikan Indonesia yang berjumlah 428 (sumber: fpeb.upi.edu).
2. Sampel
Sampling adalah suatu proses memilih sebagian dari unsur populasi yang
jumlahnya mencukupi secara statistik sehingga dengan mempelajari sampel
memahami karakteristik-karaktersitiknya akan diketahui tentang keadaan
populasi.
Pada penelitian ini ditentukan terlebih dahulu ukuran sampel
menggunakan formula slovin, sehingga dapat diketahui ukuran sampelnya sebagai
berikut:
Sedangkan untuk teknik pengambilan sampel, penelitian ni menggunakan
stratified sampling, dengan alasan elemen-elemen dalam populasi terbagi atas
beberapa angkatan, yaitu angkatan 2017, 2016, 2015, 2014 dan 2013. Sehingga
untuk memenuhi syarat keterwakilan maka subjek-subjek sampel juga harus
mencerminkan keberadaan strata populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, diperlukan terlebih dahulu suatu instrumen
yang akan memudahkan dalam pengumpulan data tersebut. Instrumen penelitian
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu fenomena baik alam
maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2016:148). Instrumen pada penelitian ini
adalah kuesioner.
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dimana data
dikumpulkan dengan cara memberikan seperangkt pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2016:199). Teknik ini
digunakan karena peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
mengetahui apa yang diharapkan dari responden.
Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala dichotomous skala
pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”;
“benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio. Skala ini digunakan karena
peneliti membutuhkan jawaban tegas dari responden.
1. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013: 173).
Uji validitas untuk variabel keaktifan mahasiswa dalam organisasi menggunakan
uji statistik Corrected Item Total Correlation. Kriteria dikatakan valid jika
koefisien korelasi lebih dari atau 52 sama dengan 0,3 (Ali Muhson, 2015: 58).
Butir pertanyaan yang tidak valid maka akan digugurkan atau dilakukan perbaikan
jika didalam satu instrument tidak ada butir pertanyaan yang valid.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
(Sugiyono, 2013: 173). Uji reliabilitas untuk variabel keaktifan mahasiswa dalam
organisasi menggunakan uji statistik Alpha Cronbach. Instrumen dapat dikatakan
reliabel jika nilai koefisien alpha melebihi 0,7.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
tentang gambaran yang diteliti berdasarkan data dari variabel yang diperoleh, dan
tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Hasil dari analisis deskriptif ini
adalah berupa frekuensi dan presentase, tabulasi silang, berbagai bentuk grafik
dan chart. Dalam penelitian ini, hasil analisis deskriptif akan disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram, hal tersebut akan mempermudah pembaca.
2. Analisis Inferensial
Pengolahan data pada tingkat inferensial dimaksudkan untuk mengambil
kesimpulan dengan pengujian hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki nilai
residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan Lillefors
yang menurut Sprent (1991) ialah dengan membandingkan Lhitung dengan
Ltabel.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linearitas
menggunakan uji F.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji
Parsial (Uji t) Untuk menguji bagaimana pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Sehingga bisa diketahui diterima atau tidaknya
hipotesis satu dan dua. Jika nilai sig t kurang dari 0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas
DAFTAR PUSTAKA
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson. (2009). Theories of Learning/ Teori
Belajar. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup.
Edi Haryono, Wakhid Akhdinirwanto, dan Ashari. 2014. Pengaruh Keaktifan Berorganisasi dan Konsep Diri terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo Tahun Akademik 2013/2014, Jurnal, Radiasi, Vol. 4 No. 1 September 2014, Hal. 77-80
Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta :PT Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Hasan, H.
(2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
James Chaplin. 2002. Kamus Lengkap Psikologi (Penerjemah: Kartini Kartono).
Jakarta: Rajawali Press.Keith Davis. (1962). Human Relations at Work.
[online]. Diakses dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi
Latief, M. (2013). Teori Organisasi Modern. [online]. Diakses
dari:https://muhamadmuslihlatief91.wordpress.com/2013/05/03/33-teori-organisasi-modern/
Sitepu, Y. (2011). Paradigma dalam Teori Organisasi dan Implikasinya pada
Komunikasi Organisasi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial,
1(2), hlm. 83-91
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha.
Suryobroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta