HUBUNGAN ANTARA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI IBU-ANAK DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA
“FAKULTAS X” UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
1
Zaujatul Amna, 2Tri Rejeki Andayani, 3Achmad Mujab Masykur 1
Psychology Department in Counseling and Clinical Psychology Asia University,Taiwan- ROC.
2.3
Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang. amnazaujatul@gmail.com
Abstrak
Maraknya kasus perilaku seksual yang terjadi di kalangan masyarakat, dan juga dikalangan mahasiswa. Beragam perilaku menyimpang remaja kerap kali menjadi topik pembahasan yang umum dibicarakan baik dalam penelitian maupun pemberitaan media massa terutama di Indonesia. Salah satu sumber informasi tentang seksualitas diperoleh dari keluarga. Di lingkungan keluarga, ibu memiliki peran yang cukup penting dan memiliki kedekatan yang sangat intens dengan anaknya, sehingga kedekatan tersebut mampu menciptakan hubungan yang terbuka, simpati dan empati, sehingga mampu menciptakan komunikasi yang cukup efektif antara Ibu dan anak. Faktor komunikasi menjadi salah satu hal yang memengaruhi determina sikap anak, sehingga komunikasi yang berupa informasi tentang seksualitas dari ibu kepada anak dapat menyebabkan perubahan sikap terutama yang berkaitan dengan perilaku seksual pranikah. Penelitian ini menggunakan 160 sampel penelitian yang dipilih secara acak dari empat angkatan mahasiswa pada Fakultas X Universitas Diponegoro Semarang dengan menggunakan teknik sampling srata nonproportional. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala Efektivitas komunikasi Ibu-Anak dan skala Sikap terhadap Perilaku Seksual Pranikah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara efektivitas komunikasi Ibu-anak dengan sikap terhadap perilaku seksual pranika dengan nilai korelasi r= -0.59 (p<0,05), artinya semakin efektif komunikasi ibu-anak maka akan semakin negatif sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Fakultas X Universitas Diponegoro Semarang dan hipotesis yang diajukan dapat diterima. Secara keseluruhan efektifitas komunikasi ibu anak memberikan kontribusi sebesar 44% terhadap sikap perilaku seksual pranikah, dan 56% lainnya berasal dari faktor-faktor lainnya yang tidak diungkap di dalam penelitian ini.
RELATIONSHIP BETWEEN THE EFFECTIVENESS OF COMMUNICATION MOTHER – CHILD WITH PREMARITAL SEXUAL ATTITUDES IN STUDENTS
“FACULTY X” DIPONEGORO UNIVERSITY, SEMARANG
Abstract
The rise of sexual behavior cases that occurs in the community, and also from the students. A variety of deviant behavior adolescents often become a topic of public discussion discussed both in research as well as the mass media, especially in Indonesia. One source of information about sexuality derived from the family. In the family, the mother has an important role and has very intense closeness with her son, so the proximity is capable of creating an open relationship, sympathy, and empathy, so as to create a fairly effective communication between mother-child. This study aims to determine the relationship between the effectiveness of communication Mother-child with attitudes toward premarital sexual behavior X student of the Faculty of Diponegoro University in Semarang. This study using 160 samples from the population of students at Faculty “X” using disproportional stratified sampling. Methods of data collection by using 2 scales, the scale of communication effectiveness Mother - Child, and scale Attitudes towards Premarital Sexual Behavior. Analysis of data using statistical test Pearson Product Moment showed that there was a significant correlation between the effectiveness of communications’ mother - child with attitudes toward premarital sexual behavior. The results showed that there was a negative and significant relationship between the effectiveness of communications’ mother - child with attitudes toward premarital sexual behavior with correlation coefficient r= -0.59 (p<0,05),
this means that higher the effectiveness of communicatoins’ mother – child, then would increasingly the negative attitudes toward premarital sexual behavior of students. Overall the effectiveness of communications mother-child contributes by 44 % to the attitudes of premarital sexual behavior, and 56 % comes from other factors that are not disclosed in this study.
Keywords : The effectiveness of communications’ Mother - Child , Attitudes toward premarital sexual behavior , Students.
PENDAHULUAN
Maraknya kasus perilaku seksual yang terjadi di kalangan masyarakat, dan juga tidak
luput dari mahasiswa. Beragam perilaku menyimpang remaja kerap kali menjadi topik
pembahasan yang umum dibicarakan baik dalam penelitian maupun pemberitaan media
massa terutama di Indonesia yaitu maraknya perilaku seksual pranikah yang terjadi pada
mahasiswa. Di Indonesia dilaporkan 15% remaja sudah melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Laporan United Nations For Population Activities (UNFPA) menyebutkan bahwa
remaja di Indonesia sudah mulai melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun sebanyak
7,9%, sedang usia 18 tahun ada 40,02% (UNFPA, 2009). Beberapa hasil penelitian
mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup
bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Diantaranya yaitu sebagai berikut
penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun
1993-2005, menemukan bahwa lima sampai sepuluh persen wanita dan delapan belas sampai
tiga puluh delapan persen pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual
pranikah dengan pasangan yang seusianya (Budiharsana, & Lestari, 2004; Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah, 2005; Hatmadji & Rochani, 1993). Penelitian senada juga dilakukan
pernah dilakukan oleh sahabat remaja (Tito, 2007) tentang perilaku seksual pranikah di empat
kota di Indonesia, dan hasil menunjukkan bahwa 3,6% remaja kota Medan; 9% remaja kota
Yogyakarta; 3,5% remaja kota Surabaya; dan 31,1% remaja kota Kupang telah terlibat
hubungan seksual secara aktif dengan lawan jenisnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kependudukan UGM di dua kota besar di Indonesia, yaitu Bali danYogyakarta menemukan
bahwa 34% laki-laki di daerah perkotaan Bali terlibat perilaku sexual pranikah, sedangkan di
pedesaan Bali mencapai 24%. Sedangkan di Yogyakarta, di daerah perkotaan sebesar 20%,
dan 1% di daerah pendesaan remaja terlibat aktif dalam perilaku seksual pranikah.
Berdasarkan angka presentase tersebut di atas menunjukkan bahwa kasus perilaku
seksual pranikah merupakan hal yang biasa terjadi dikalangan remaja. Remaja dan dorongan
seksual adalah dua hal yang sangat berhubungan erat sehingga tidak bisa dipisahkan. Hal itu
disebabkan pada fase remaja, mereka umumnya memiliki dorongan seksual yang sangat kuat,
sedangkan resiko akibat kegiatan seksual yang menjurus pada hubungan seks belum
sepenuhnya dipahami (Surbakti, dalam Wismajayanto 2005). Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya perilaku seksual pranikah dikalangan remaja diantaranya, yaitu
perkembangan jaman, arus globalisasi serta pesatnya kemajuan teknologi memberikan
pengaruh terhadap kehidupan remaja, sehingga ini berdampak pada terbentuknya sikap baru
terhadap perilaku seksual pada remaja. Penelitian Wong menyatakan remaja yang telah
memulai hubungan seksual memegang sikap-sikap yang lebih bebas dari pada remaja yang
tidak pernah melakukan hubungan seksual pranikah. (Wong, 2012) . Kurangnya pengawasan
orangtua menjadikan salah satu faktor penting yang menyebabkan remaja rentan dengan
kehidupan perilaku seksual (Bachtiar, 2004). Faktor lainnya yang menentukan suatu perilaku
terjadi atau tidak yaitu adanya niat, sedangkan niat untuk berperilaku berdampak positif atau
negatif sangat bergantung dari sikapnya dalam merespon terhadap stimulus. Kaitan antara
sikap dan perilaku saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga dikatakan bahwa sikap
merupakan salah satu prasyarat terbentuknya perilaku. Keterkaitan antara sikap dan perilaku
diantaranya yaitu sikap selalu berkaitan dengan kecenderungan dalam berperilaku, sikap
dilatarbalakangi oleh sikap (Faturrachman, 1995; Azwar 1998). Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa prediktor yang paling dekat perilaku
adalah niat dan sikap, karena niat dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku atau norma
subjektif dari dalam diri individu.
Berdasarkan data dan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kasus perilaku
seksual pranikah yang terjadi sedikitnya dtentukan oleh sikap negatif atau positif terhadap
perilaku seksual pranikah tersebut. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan Faturrachman (2002) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja. Sehubungan
dengan hal tersebut sikap terhadap perilaku seksual pranikah, individu memiliki sikap yang
berbeda-beda di setiap individu, hal ini sesuai dengan pernyataan Hartono (2004) yang
menyatakan bahwa sebagian mahasiswa memiliki sikap yang permisif terhadap perilaku
seksual pranikah dengan beberapa pernyataan sikap: asal tidak hamil (42,9%), berhubungan
seks adalah tuntutan perkembangan (29%), sesuai kebutuhan dasar (66.6%), dan 10.1%
wanita dan 16,7% laki-laki tidak menyetujui perilaku seksual pranikah.
Sarwono (2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi perilaku
seksual pada individu yaitu adanya rasa ingin tahu yang besar dalam dirinya. Rasa ingin tahu
yang besar dalam diri individu berkaitan dengan informasi yang diterima salah satunya dari
orangtua. Pengaruh orang terdekat misalnya orangtua memiliki peranan yang cukup besar
dalam memberikan informasi tentang perilaku seksual terhadap anaknya, karena individu
akan cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan orang yang dianggap
penting (Azwar, 2013, & Sakti dan Ganjar, 2006). Menurut Bronfenbrenner (1994) keluarga
merupakan lingkungan terdekat yang sangat memengaruhi perkembangan seorang remaja.
Intensitas hubungan remaja dengan keluarga secara intens seiring perkembangannya mampu
menciptakan hubungan yang harmonis, saling terbuka dan terbentuk komunikasi yang cukup
efektif antara remaja dan keluarga. Dalam lingkungan keluarga, terutama ibu memiliki peran
yang cukup penting dan memiliki kedekatan (faktor kelekatan) yang sangat intens dengan
anaknya (Bowbly, 1980). Kedekatan Ibu dan anak yang terjalin secara intens tersebut mampu
menciptakan hubungan yang terbuka, simpati dan empati, sehingga mampu menciptakan
komunikasi yang cukup efektif antara Ibu dan anak. Hal senada juga diungkapkan
Supratiknya (2003) bahwa suatu komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi dengan
intensitas yang dekat dan disertai dengan adanya sikap saling percaya dan adanya umpan
balik dengan segera antara si penerima dan penyampai pesan. Faktor komunikasi menjadi
informasi tentang seksualitas dari ibu kepada anak dapat menyebabkan perubahan sikap
terutama yang berkaitan dengan perilaku seksual pranikah. Hal ini senada dengan pendapat
Sakti dan Ganjar (2006) yang menyatakan bahwa kunci pengendalian prilaku seksual dalam
diri remaja adalah dengan tetap berada dalam perilaku yang sehat, jauh dari perilaku
menyimpang yaitu dengan adanya komunikasi yang efektif antara remaja dan orangtuanya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa pentingnya komunikasi
ibu dan anak, terutama berhubungan dengan sikap dalam hal bereaksi, bertindak ataupun
berperilaku terhadap objek sikap. Selain itu yang paling penting adalah kedekatan yang
tercapai dari adanya komunikasi yang efektif antara ibu dan anak dapat memunculkan
keterbukaan dan kepercayaan diri anak, sehingga anak mau mengemukakan semua masalah
yang dialaminya kepada ibu. hal ini akan berpengaruh dan sangat berguna terutama dalam
pembentukan sikap sebelum terjadinya suatu perilaku tertentu. Dengan mengetahui sikap,
maka pengendalian psikologis terhadap perilaku bisa dilakukan, khususnya yang berkaitan
dengan perilaku seksual pranikah.
TINJAUAN TEORI
Efektivitas komunikasi ibu-anak
DeVito (2011) menyatakan bahwa komunikasi efektif merupakan suatu proses pengiriman
dan penerimaan pesan antara dua individu atau lebih atau antara suatu kelompok kecil
individu dengan beberapa respon dan umpan balik segera, serta komunikasi yang efektif
mengandung arti bahwa adanya proses pengiriman dan penerimaan informasi yang paling
cermat, pengertian pesan yang mendalam oleh kedua belah pihak dan pengambilan tindakan
yang tepat terhadap penyelesaian pertukaran informasi. Tubbs dan Moss (2000) dan Gunarsa
(dalam Rahmat, 2005) mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif akan menimbulkan
lima hal yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan
tindakan, serta komunikasi yang efektif memiliki tanda-tanda menimbuIkan pengertian,
adanya kesenangan, mempengaruhi sikap dan hubungan sosial yang baik antara penerima
pesan dengan penyampai pesan
Sikap terhadap perilaku seksual pranikah Sikap
Sikap merupakan suatu respon evaluatif dalam diri individu yang ditimbulkan apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus dalam bentuk nilai setuju-tidak setuju,
potensi reaksi terhadap obyek sikap (Azwar, 2013). Walgito (2003) menyatakan bahwa sikap
merupakan organisasi pendapat, keyakinan seserang mengenai objek yang disertai dengan
perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada individu untuk membuat respon atau
berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Perilaku seksual pranikah
Perilaku seksual pranikah merupakan suatu aktivitas drongan seksual yang diawali
dengan kissing, necking, petting, dan intercourse yang dilakukan serang wanita dan pria
tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah, baik menurut agama, hukum dan norma-norma
yang berlaku dalam tatanan masyarakat (Sakti & Ganjar, 2006). Senada dengan pendapat
Sambas (2005) yang menyatakan bahwa perilaku seksual pranikah segala bentuk perilaku
yang didasari oleh dorngan seksual dan berhubungan dengan fungsi reporduksi yang dapat
merangsang sensasi pada reseptor-reseptor yang terletakpada atau sekitar organ-organ
reproduksi untuk mendapatkan kenikmatan atau kesenangan seksual yang dilakukan oleh
laki-laki dan wanita sebelum adanya ikatan atau perjanjian sebagai suami istri secara resmi
dan tidak bertujuan untuk membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Sikap terhadap perilaku seksual pranikah
Sikap terhadap perilaku seksual pranikah merupakan respon evaluatif dalam diri individu
yang memberi reaksi atau kesimpulan terhadap stimulus berupa setuju atau tidak setuju dalam
kecenderuangan berekasi terhadap segala aktivitas dorongan seksual yang diawali dengan
yaitu berciuman (kissing), berciuman hingga ke daerah dada (necking), menggesekkan alat
kelamin (petting) dan bersenggama atau bersetubuh (intercourse), (Azwar, 2013., & Sakti
dan Ganjar, 2006).
Hubungan antara efektifitas komunikasi ibu-anak dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah
Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada individu yaitu rasa ingin tahu
yang besar dalam dirinya. Rasa ingin tahu yang besar dalam diri individu berkaitan dengan
informasi yang diterima salah satunya dari orangtua. Pengaruh orang terdekat misalnya
orangtua memiliki peranan yang cukup besar dalam memberikan informasi tentang perilaku
seksual terhadap anaknya, karena individu akan cenderung memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan orang yang dianggap penting (Azwar, 1998, & Sakti dan Ganjar, 2006).
merupakan sumber utama anak mengenai informasi tentang seksualitas dan mampu
memberikan pendidikan seks (sex education ) sejak dini bagi anak-anaknya. Mappiare (2006)
menyatakan bahwa orangtua merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi anak
maka cara yang dgunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada sikap,
pribadi, dan kemampuan yang dimiliki oleh orangtua tersebut. Pendapat tersebut di dukung
oleh Deutsch (dalam Yahya, 2001) yang menyatakan bahwa ibu memiliki peran yang cukup
penting dan memiliki kedekatan yang sangat intens dengan anaknya, sehingga kedekatan
tersebut mampu menciptakan hubungan yang terbuka, simpati dan empati, sehingga mampu
menciptakan komunikasi yang cukup efektif antara Ibu dan anak dan sangat berdampak
positif bagi anak dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan, membangun relasi sosial,
dan memengaruhi pola pikir anak.
Sears, Freedman, & Peplau ( 2005) menyatakan bahwa berdasarkan teori respon
kognitif menyatakan bahwa teori tersebut mengasumsikan bahwa seseorang ajab
nenerberikan respon terhadap suatu komunikasi dengan beberapa pikiran positif atau negatif
sehingga pikiran-pikiran tersebut akan berdampak pada perilaku seseorang, dikarenakan
respon-respon kognitif yang terjadi selama proses komunikasi akan menentuyksan apakah
seseorang akan mengubah sikapnya terhadap suatu obyek berdasarkan komunikasi yang
dilakukan. Sarwono (2000) menambahkan bahwa apabila remaja mampu menjalin
komunikasi yang baik dengan orangtuanya secara terbuka dan bebas mengenai seksualitas
maka remaja tersebut akan cenderung tidak aktif secara seksual, sebaliknya remaja yang
jarang berkomunikasi dengan orangtuanya akan cenderung aktif secara seksual.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian kuantitatif,
dengan populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Fakultas X yang berada pada rentang
usia 18-20 tahun dan sedang menempuh pendidikan di salah satu Fakultas di Universitas
Diponegoro Semarang. Sebanyak 160 mahasiswa (yang terdiri dari empat angkatan
mahasiswa yaitu mahasiswa angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008) telah dipilih secara acak
dengan menggunakan teknik non proportional stratified random sampling untuk dijadikan
sebagai sampel penelitian. Sumber data penelitian menggunakan data primer , dengan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan juga pemberian skala
psikologis kepada sampel penelitian. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas,
sedangkan teknik pengolahan data yang digunakan yakni melakukan pemeriksaan data dan
dan kemudian akan dijelaskan dalam bentuk teks dengan menggunakan kata-kata berupa
narasi.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala Efektivitas Komunikasi
Ibu-Anak dan skala Sikap terhadap Perilaku Seksual Pranikah, kedua skala tersebut disusun oleh
peneliti, kedua skala tersebut merupakan jenis skala Likert yang terdiri dari lima pilihan
jawaban sangat sesuai diberi kode (SS), Sesuai diberi kode (S), Netral diberi kode (N), Tidak
Sesuai diberi kode (TS) dan Sangat Tidak Sesuai diberi kode (STS) yang diberi skor 1
sampai 5. Skala Sikap terhadap Perilaku Seksual Pranikah mengacu pada aspek-aspek sikap
menurut Azwar (1998) yaitu kompnen kognitif, afektif, dan konasi, yang dikaitkan dengan
bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah menurut Sakti dan Ganjar (2006) yaitu berciuman
(kissing), berciuman hingga ke daerah dada (necking), menggesekkan alat kelamin (petting)
dan bersenggama atau bersetubuh (intercourse). Skala tersebut merupakan jenis skala
Semantic Differensial, yaitu setiap aitem disusun dengan menggunakan dua buah kata yang
berlawanan arti, masing-masing kata sifat tersebut menggambarkan kondisi yang dialami
subjek. kata sifat yang mendukung (favorable) pernyataan sikap terhadap perilaku seksual
pranikah akan mempereh skor yang lebih tinggi dari pada kata sifat yang tidak mendukung
(unfavorable) pernyataan sikap tersebut. Skala ini menggunakan 7 (tujuh) nilai skala pada
setiap lawan kata, dimana nilai tinggi pad setiap aitem adalah 7 untuk yang mendukung
pernyataan dan skor terendah yaitu 1 pada setiap pernyataan yang tidak mendukung
pernyataan aitem tersebut. Thompsom (2002, p. 205) menyatakan bahwa reliabilitas adalah
"...the degree of which test score are free from error measurement". Nilai reliabilitas pada
skala Efektivitas komunikasi Ibu-anak adalah 0.81, dan nilai reliabilitas pada skala Sikap
terhadap perilaku seksual pranikah adalah 0.89.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yaitu dengan menggunakan uji statistik Product Moment Pearson
untuk menguji korelasi pada kedua variable penelitian tersebut dengan tingkat kepercayaan
HASIL PENELITIAN Deskripsi Data
Rentang usia subjek dalam penelitian ini berkisar antara 18 sampai dengan 20 tahun.
Pada penelitian ini terdapat 40 mahasiswa angkatan 2005 yang terdiri dari 22 subjek
perempuan dan 18 subjek laki-laki, 40 mahasiswa angkatan 2006 yang terdiri dari 25 subjek
perempuan dan 15 subjek laki-laki, 40 mahasiswa angkatan 2007 yang terdiri dari 20 subjek
perempuan dan 20 subjek laki-laki, dan 40 mahasiswa angkatan 2008 yang terdiri dari 25
subjek perempuan dan 15 subjek laki-laki.
Berdasarkan kategorisasi efektifitas komunikasi ibu-anak sebanyak 66,6% berada
pada kategori tinggi, dengan jumlah subyek yang berada pada kategori tersebut sebanyak 80
subjek (M=157,7). Sedangkan sikap terhadap perilaku seksual pranikah sebanyak 70%
berada pada kategori sangat rendah, dengan jumlah subyek yang berada pada kategori
tersebut sebanyak 85 subjek (M=109,95).
Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang sangat
signifikan antar a efektifias komunikasi ibu anak dengan sikap terhadap perilaku seksual
pranikah diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (p <0,05), dengan nilai koefisien korelasi antar
kedua variabel yaitu sebesar -0.587. Artinya bahwa ada hubungan negatif dan signifikan
antara efektifitas komunikasi ibu-anak dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa Fakultas X Universitas Diponegoro Semarang.
DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif antara efektifitas
komunikasi ibu-anak dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa
Fakultas “X” Universitas Diponegoro Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara efektifitas
komunikasi ibu-anak dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah dengan nilai r2 = 0,44, sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi efektifitas komunikasi ibu-anak terhadap perilaku
seksual pranikah yaitu sebesar 44%,.
Penelitian lain yang dikemukakan oleh Indrijati (2001) yang menyatakan bahwa sikap
terhadap seks pranikah remaja dapat dipengaruhi oleh kualitas komunikasi remaja dengan
orang tua. Semakin efektif komunikasi remaja dan orangtuanya maka sikapnya semakin
ini juga senada dengan pernyataan dari Situmorang (2001) dan PKBI (2000) yang
menyatakan bahwa komunikasi orangtua akan mementuk dan menentukan perilaku posoof
atau negatif terhadap sesuatu, dimana sikap dan perilaku yang diajarkan orang tua
memengaruhi secara langsung keputusan sepanjang hidupnya. Dengan memberikan informasi
pada remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan
reproduksi cenderung memahami risiko perilaku serta alternatif cara yang digunakan untuk
menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. Hasil penelitian ini juga
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pawestri pada tahun 2015 dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan
perilaku seks pranikah pada siswa di SMA Negeri 1 Godong, artinya semakin positif sikap
siswa, berarti semakin baik perilaku siswa untuk menjauhi seks pranikah.
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini merupakan
penelitian dengan menggunaka pendekatan kuantitatif, artinya data yang dikumpulkan hanya
diolah ke dalam angka dan persentase yang kemudian dideskripsikan berdasarkan hasil skor
yang diperoleh sehingga tidak mampu melihat lebih luas dinamika yang terjadi dalam
prosesnya. Kedua, penelitian ini hanya difokuskan pada lingkungan tertentu sehingga kurang
representatif untuk diaplikasikan secara umum.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas komunikasi
ibu-anak cukup berperan penting dalam menyingkapi perilaku seksual pranikah, hal ini
dinyatakan dalam hasil interpretasi berdasarkan uji hipotesis penelitian, yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan negatif dan singnifikan antara efektifitas kmunikasi ibu-anak
dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
efektif komunikasi ibu-anak, maka akan semakin negatif sikap terhadap perilaku seksual
pranikah. Selain itu, ibu memiliki peran yang cukup penting dan memiliki kedekatan yang
sangat intens dengan anaknya, sehingga kedekatan tersebut mampu menciptakan hubungan
yang terbuka, simpati dan empati, sehingga mampu menciptakan komunikasi yang cukup
efektif antara ibu dan anak. Faktor komunikasi menjadi salah satu hal yang memengaruhi
determina sikap anak, sehingga komunikasi yang berupa informasi tentang seks dari ibu
terhadap anak dapat menyebabkan pembentukan sikap terutama yang berkaitan dengan
perilaku seksual pranikah, semakin efektif kmunikasi ibu-anak semakin negatif sikap
terhadap perilaku seksual pranikah, dan sebaliknya semakin tidak efektif komunikasi
dapat dikatakan bahwa komunikasi yang terjalin diantara ibu dan anak terjalin cukup efektif
dan terbuka, adanya perhatian, umpan balik, dan saling pengertian. Sehingga berdasarkan
hasil analisis didapatkan bahwa komunikasi antara ibu dan anak remaja dapat membentuk
sikap negatif (menolak) terhadap perilaku seksual pranikah.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan ada penelitian lanjutan tentang efektivitas
komunikasi Ibu-Anak dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah terutama pada
mahasiswa disarankan untuk dapat mempertimbangkan variabel lainnya yang berkontribusi
langsung dengan sikap atau perilaku seksual pranikah misalnya factor-faktor yang
menyebabkan perilaku seksual pranikah, atau faktor eksternal lainnya seperti religiusitas,
sehingga dengan berbagai variabel yang lain serta dapat lebih memperluas baik dari segi
pembahasan maupun karakteristik populasi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: teori dan pengukurannya. edisi revisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Bachtiar, A. (2004). Cinta Remaja: Mengungkap pola dan perilaku cinta remaja. Yogyakarta:
Sanjana Yogyakarta
Bobbie, E. (2004). The Practice of Research. Singapore: Thompson Learning, Inc
Bowlby, J. (1980) Atatchment and Loss. New York: Tanvistock Institute of Human Relation
Library.
Budiharsana, M., dan Lestari, H. (2004) Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Yayasan
AIDS Indonesia dan BKKBN
Bronfenbrenner, U. (1994). The ecology of human development. International Encyclopedia
of Education. Vol. 3 No.2 1994.
Devito, J. A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Tangerang Selatan: Karisma Publishing
Group
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. (2005). Laporan Tahunan Kasus HIV/AIDS di Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
Fatturachman. (1992). Sikap dan Perilaku Seksual remaja di Bali. Jurnal Psikologi Anima,
Vol X.
Hatmadji., dan Rochani, S. (1993) Adolescent Reproductive Health in Indonesia. Research
Report of Joint Cooperation. Jakarta: Demographic Institute Faculty of Economic
University of Indonesia, The Ford Foundation, RAND Corporation, The World
Health Organization, Yayasan Kusuma Buana.
Hartono, S. (2004) Perilaku Seksual pranikah pada mahasiswa di Surabaya. Jurnal Anima,
Vol 19, No 3.
Lunandi, A. G. (1997). Komunikasi Mengenai Peningkatan Efektifitas Komunikasi Antar
Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
Mappiere, A. (2006). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
PKBI. (2000). Kesehatan Reproduksi dan Seksual untuk Remaja dan Kelompok Marginal.
Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Priyonggo
Pawestri, W. (2015). Pengetahuan, Sikap dan perilaku Remaja Tentang Seks Pranikah.
Semarang: Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal Unimus online:
Jurnal.unimus.ac.id. /index.php/JK MB/article/download/940/992. Vol 1(1); 46-54
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi, Ed. Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sakti, H., dan Ganjar, T. (2006). Antara Dua Sisi: Sebuah kajian psikologi tentang free sexs
dan video porno. Yogyakarta: Sahabat Setia.
Sambas, R. I., Andayani, T. R., & Astuti, T. P. (2005). Hubungan antara mengakses situs
porno internet dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Univeristas
Diponegoro Semarang. Jurnal Psikologi UNDIP, vol. 2, No. 2.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Saringendyati, W. E. (1998). Pendidikan Seks Untuk Anak dan remaja. Jakarta Puspa warna
Sarwono, S. W. (2000). Psikologi Remaja, Ed. Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A. (2005). Psikologi Sosial. Jilid 1., Ed. 5. Alih
Bahasa: Adryanto. Jakarta: Gramedia.
Supraktiknya. (2003). Komunikasi Antar Pribadi: Tinjauan psikologis, Ed. Revisi.
Yogyakarta: Kanisius.
Situmorang , A. (1998). Virginity and Premarital Sex: Attitudes and Experiences of
Indonesian Young People in Medan. Proceeding of Ninth National Conference
Australian Population Association: Brisbane, Australia.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo
Tito. (2007, 3 Agustus). Potret remaja dalam data. Artikel Harian Kompas (Online). Diakses
tanggal 30 Mei 2007.
Tukan, J. S. (1994). Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Thompson, B. (2002). Score Reliability: Contemporary thinking on reliability issues. United
Tubbs, S., and Moss, S. 2000. Human Commnunication Konteks-Konteks
Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Utamadi, G. (2002, 5 April). Remaja dan “Kecelakaan”. Opini, Harian Kompas, hal. 35. UNFPA. (2009). The Adolescent Experience In Depth : Using Data to Identity and reach The
Most Vulnerable Young People. In: UNFPA, editor. New York: New York The
population Council.
Walgito, B. (2003). Psikologi sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Widjayanto, I. (2003, 31 Agustus). Perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Yogyakarta.
Suara Merdeka (online). Diakses tanggal 1 Juli 2008 dari
http://www.suaramerdeka.com/perilakuseksualpranikahpadamahasiswasurabaya/htm
l.
Wismayanto, Y. B. (2005). Pengaruh sikap terhadap perilaku, kajian meta analisis korelasi.
Jurnal Penelitian (online). Diakses tanggal 1 Juli 2007 dari
http://www.unika.ac.id/fak/psikologi/_jurnal/bw-1.pdf.
Wong L, P. (2012). An exploration of knowledge, attitudes and behaviours of young
multiethnic Muslim- majority society in Malaysia in relation to reproductive and
premarital sexual practices. BMC public health. 12(1):865
Yahya, S. (2001). Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja: Kumpulan artikel psikologi.