• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Timbal Balik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Timbal Balik"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

A. Syarat Peraturan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang

Dalam ilmu hukum dagang, penundaan kewajiban pembayaran utang ini

dikenal juga dengan Surseance Van Betaling atau Suspension Of Payment. 32 Ada dua cara yang disediakan oleh UUK-PKPU agar debitor dapat terhindar dari

ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika debitor telah atau akan berada

dalam keadaan insolven. Cara yang pertama adalah dengan mengajukan

penundaan kewajiban pembayaran utang disingkat PKPU. PKPU diatur dalam bab

III, Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 Undang-Undang No. 37 tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya

disingkat UUK-PKPU).33

Tujuan pengajuan PKPU, menurut Pasal 222 ayat (2) Undang-Undang No.

37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

adalah untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran

sebagian atau seluruh utang kepada kreditor. Menurut penjelasan Pasal 222 ayat

(2) Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, yang dimaksud dengan kreditor adalah baik

kreditor konkuren maupun kreditor yang didahulukan.

32 ฀

Sunarmi, Op. Cit. hal. 200.

33 ฀

(2)

Cara yang kedua yang dapat ditempuh oleh debitor agar harta kekayaan

terhindar dari likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara debitor dengan para

kreditornya setelah debitor dinyatakan pailit oleh pengadilan. Perdamaian itu

memang tidak dapat menghindarkan kepailitan, karena kepailitan itu sudah

terjadi, tetapi apabila perdamaian itu tercapai maka kepailitan debitor yang telah

diputuskan oleh pengadilan itu menjadi berakhir.34

PKPU adalah prosedur hukum (atau upaya hukum) yang memberikan hak

kepada setiap debitor maupun kreditor yang tidak dapat memperkirakan

melanjutkan pembayaran utangnya, yang sudah jatuh tempo.

Dengan kata lain, dengan cara

ini pula debitor dapat menghindarkan diri dari pelaksanaan likuidasi terhadap

harta kekayaannya sekalipun kepailitan sudah diputuskan oleh pengadilan.

Perdamaian tersebut dapat mengakhiri kepailitan debitor hanya apabila

dibicarakan bersama melibatkan semua kreditor. Apabila perdamaian hanya

diajukan dan dirundingkan dengan hanya satu atau beberapa kreditor, maka

kepailitan debitor tidak dapat diakhiri.

35

PKPU terbagi dalam dua (2) tahap, yaitu tahap PKPU Sementara dan

tahap PKPU Tetap. Berdasarkan Pasal 225 ayat (2) UUK-PKPU, pengadilan niaga

harus mengabulkan permohonan PKPU sementara. PKPU sementara diberikan

untuk jangka waktu 45 hari, sebelum diselenggarakan rapat kreditor untuk

memberikan kesempatan kepada debitor untuk mempresentasikan rencana PKPU dapat

diajukan secara sukarela oleh debitur yang telah memperkirakan bahwa ia tidak

akan dapat membayar utang-utangnya.

(3)

perdamaian yang diajukannya. Sedangkan PKPU tetap diberikan untuk jangka

waktu maksimum 270 hari, apabila pada hari ke-45 atau rapat kreditor belum

dapat memberikan suara mereka terhadap rencana perdamaian tersebut (Pasal 228

(6) UUK-PKPU).

PKPU adalah suatu keringanan yang diberikan kepada suatu debitur untuk

menunda pembayaran utangnya, si debitur mempunyai harapan dalam waktu yang

relatif tidak lama akan memperoleh penghasilan yang akan cukup melunasi semua

utang-utangnya.36

Berbagai asas hukum yang dapat digunakan dalam keadaan PKPU, adalah:

1. Asas good faith (itikad baik), yang memberikan perlindungan hukum bagi

pihak beritikad baik. Asas ini berkaitan dengan asas equity / reasonableness

(kepatutan) dalam arti, jika asas itikad baik merupakan keinginan secara

pribadi yang subjektif, maka asas kepatuhan mengandung unsure objektif,

sehingga suatu keadaan wanprestasi harus dilihat dari keadaan perjanjian itu

dibuat. R. Subekti mendefinisikan itikad baik dengan uraian, sebagai berikut:

“Dalam melaksanakan hak-haknya seorang kreditur di dalam keadaan tertentu

harus memperhatikan kepentingan debitornya. Kreditor yang mengklaim

hak-haknya pada saat-saat yang tidak menguntungkan bagi debitor, harus

dipertimbangkan sebagai perbuatan yang beritikad buruk”.

35 ฀

Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal 37.

36 ฀

Robinton Sulaiman dan Joko Prabowo, Lebih Jauh Tentang Kepailitn, Tinjauan

Yuridis: Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan pemegang Saham Terhadap Perusahaan Pailit,

(4)

2. Asas Pacta Sunt Servanda (Perjanjian Harus Ditaati).

Perjanjian yang dibuat antara debitor dan kreditor pada proses PKPU,

didalamnya terdapat rencana perdamaian yang diusulkan oleh debitor, maka

harus dijalankan sesuai dengan rencana yang telah disepakati.

Kewajiban seseorang terhalang dengan adanya keadaan memaksa. Kriteria

tentang kaadaan memaksa tersebut, antara lain:

a. Keadaan itu terjadi setelah dibuatkannya persetujuan;

b. Keadaan yang menghalangi itu harus mengenai prestasinya sendiri.

c. Debitur telah cukup berusaha menghindari peristiwa yang menghalangi

tersebut.

d. Debitur tidak harus menanggung resiko.

e. Debitur tidak dapat menduga akan terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.

PKPU diberikan hanya pada saat-saat debitur benar-benar sudah tidak

mampu yang harus dibuktikan dengan putusan pengadilan. Putusan pengadilan

yang menyatakan penerimaan PKPU sementara.

Selain itu, dikenal pula empat (4) kualifikasi suatu perusahaan berdasarkan

ukuran solvabilitas dengan likuiditas, yaitu:

1. Solvabel Likuid, jika jumlah seluruh harta kekayaan perusahaan itu lebih besar

dari jumlah utangnya dan perusahaan itu mampu melunasi utang-utang dan

kewajiban-kewajibannya yang lain tepat pada waktunya.

(5)

2. Solvabel Illikuid, jika seluruh harta kekayaan perusahaan (berikut utangnya)

lebih besar dari utang-utangnya, tetapi perusahaan itu tidak dapat melunasi

utang-utangnya tepat pada waktunya.

3. Insolvabel Likuid, jika seluruh harta kekayaan perusahaan (berikut utangnya)

lebih kecil dari utang-utangnya, tetapi perusahaan tersebut masih dapat

melunasi utang-utangnya tepat pada waktunya.

4. Iinsolvable Illikuid, jika seluruh harta kekayaan perusahaan termasuk piutang,

lebih kecil dari jumlah seluruh utang-utangnya dan perusahaan itu tidak

mampu dan berada dalam keadaan berhenti membayar/ pailit (disebut

insolvensi).

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, upaya yang dapat dilakukan oleh

debitor untuk dapat menghindari kepailitan adalah dengan melakukan upaya yang

disebut PKPU, upaya tersebut hanya dapat diajukan oleh debitor sebelum putusan

pernyataan pailit ditetapkan oleh pengadilan, karena berdasarkan Pasal 229 ayat

(3) UUK-PKPU, permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu apabila

permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU sedang diperiksa pada saat

yang bersaamaan.

Permohonan PKPU yang diajukan setelah adanya permohonan pernyataan

pailit yang diajukan terhadap debitor, dapat diputus terlebih dahulu sebelum

permohonan pernyataan pailit diputuskan, maka menurut Pasal 229 ayat (4) wajib

(6)

pernyataan pailit.37

Pada hakikatnya PKPU berbeda dengan kepailitan, PKPU tidak

berdasarkan pada keadaan dimana debitor tidak membayar utangnya atau insolven

dan juga tidak bertujuan dilakukannya pemberesan budel pailit. PKPU tidak

dimaksudkan untuk kepentingan debitor saja, melainkan juga untuk kepentingan

para kreditornya. Menurut Fred B.G. Tumbuan, PKPU bertujuan menjaga jangan

sampai seorang debitor, yang karena suatu keadaan semisal keadaan likuid dan

sulit memperoleh kredit, dinyatakan pailit, sedangkan bila ia diberi waktu besar

kemungkinan ia akan mampu untuk melunaskan utang-utangnya, jadi dalam hal

ini akan merugikan para kreditor juga.

Dalam penjelasan UUK-PKPU tidak secara tegas menyatakan

tentang hal itu namun memerlukan analogi atau penafsiran yang lebih luas yaitu

sebelum ada keputusan pernyataan pailit oleh hakim maka pemohonan PKPU

masih bisa diajukan ke pengadilan yang sama, dan dalam hal ini hakim tetap harus

mendahulukan permohonan PKPU.

38

Kartini Muljadi, menambahkan bahwa debitor selama PKPU tidak

kehilangan penguasaan dan hak (beheer en beschikking) atas kekayaannya, tetapi

hanya kehilangan kebebasannya dalam menguasai kekayaannya.

Oleh karenanya dengan memberi waktu

dan kesempatan kepada debitor melalui PKPU maka debitor dapat melakukan

reorganisasi usahanya ataupun restrukturisasi utang-utangnya, sehingga ia dapat

melanjutkan usahanya dan dengan demikian ia dapat melunasi utang-utangnya.

39

37 ฀

Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 329

Apabila dalam

kepailitan debitor tidak lagi berwenang mengurus dan memindahtangankan

(7)

kepemilikan atas harta kekayaannya asalkan hal tersebut disetujui oleh pengurus

PKPU (Pasal 240 ayat (1) PKPU). Selanjutnya Pasal 240 ayat (4)

UUK-PKPU menyebutkan, bahkan atas dasar kewenangan yang diberikan oleh

pengurus PKPU, debitor dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga

semata-mata dalam rangka meningkatkan nilai harta debitur. Dalam hal ini bila untuk

mendapatkan pinjaman dimintakan jaminan atau agunan maka yang dapat

dijaminkan adalah terhadap harta debitor yang belum dijadikan jaminan utang

sebelumnya.

Dengan demikian jelaslah perbedaan antara PKPU dan kepailitan, dimana

dalam PKPU debitor tetap memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan

hukum mengalihkan dan mengurus kekayaannya sepanjang hal itu dilakukan

dengan persetujuan pengurus PKPU yang ditunjuk secara khusus oleh pengadilan

berkenaan dengan prose PKPU tersebut. Sedangkan dalam hal debitor dinyatakan

pailit oleh pengadilan, maka debitor tersebut tidak lagi berwenang untuk

mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya yang telah menjadi harta pailit.

Kewenangan tersebut sepenuhnya berada ditangan kurator.

Prinsip PKPU jelas berbeda dengan prinsip kepailitan, yaitu untuk

memperoleh pelunasan secara proporsional dari utang-utangn debitor. Meskipun

pada prinsipnya kepailitan masih membuka pintu menuju perdamaian.40

39 ฀

Ibid, hal 330.

40 ฀

Adrian Sutedi, Op. Cit., hal. 37.

PKPU

dan kepailitan adalah dua hal yang berbeda, dimana PKPU jelas sangat

bermanfaat, karena perdamaian yang dilakukan melalui PKPU akan mengikat

(8)

usahanya, tanpa takut direcoki oleh tagihan-tagihan kreditor yang berada di luar

PKPU. Selain itu, kreditor juga seharusnya terjamin melalui PKPU, karena bila

terjadi pelanggaran terhadap perjanjian perdamaian tersebut, maka kreditor dapat

mengajukan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian kepada pengadilan

niaga dan debitor otomatis dinyatakan pailit. Hal ini juga berbeda dengan proses

restructuring biasa, yang apabila terjadi breach perjanjian, tentunya harus dilalui

proses gugat perdata yang berliku-liku dan waktunya panjang. Proses

restructuring hanya mengikat kreditor tertentu saja namun dalam PKPU mengikat

semua kreditor. Sedangkan dalam kepailitan, walaupun juga ada mengenal

perdamaian, namun pada dasarnya kepailitan itu ditujukan pada pemberesan harta

pailit yang dilakukan dengan cara menjual seluruh boedel pailit dan membagikan

hasil penjualan tersebut kepada para kreditor yang berhak menurut urutan yang

ditentukan dalam Undang-Undang.

B. Prosedur Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang memberikan kemungkinan penundaan kewajiban

pembayaran utang dapat diajukan baik oleh debitor maupun oleh kreditor (Pasal

222 ayat (1) UUK-PKPU). Syarat bagi kreditor untuk dapat mengajukan

penundaan kewajiban pembayaran utang apabila secara nyata debitor tidak lagi

membayar piutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Sedangkan bagi

debitor sendiri untuk dapat mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang

(9)

juga apabila debitor memperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar

utang-utangnya itu ketika utang-utang-utangnya itu jatuh waktu dan dapat ditagih.

41 ฀

Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 333.

41

Sebaiknya dalam hal ini dimungkinkan pula bagi kreditor apabila dari

laporan keuangan yang dikirim oleh debitor kepada kreditor seperti dalam

perjanjian kredit yang diberikan oleh bank ditentukan bahwa dalam waktu-waktu

tertentu wajib menyampaikan laporan keuangannya kepada bank (kreditor), maka

kreditor dapat pula untuk mengajukan permohonan PKPU, sama halnya seperti

debitor. Maka dalam hal ini tidak menolak permohonan PKPU oleh kreditor

apabila kreditor dapat membuktikan bahwa debitor diperkirakan tidak dapat

melanjutkan pembayaran utang-utangnya ketika utang-utang itu sudah jatuh

waktu dan dapat ditagih.

Menurut Pasal 222 ayat (1), debitor dapat mengajukan PKPU hanya

apabila debitor mempunyai lebih dari satu kreditor, selain itu menurut Pasal 222

ayat (2) debitor juga sudah dalam keadaan tidak dapat membayar utang-utangnya

yang sudah:

a. Mempunyai lebih dari satu kreditor, dan

b. Sudah dalam keadaan tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya

yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, atau

c. Memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang

(10)

Jatuh waktu dan dapat ditagih artinya adalah debitor telah berada dalam

keadaan berhenti membayar utang-utangnya. Seorang debitor dapat mengajukan

PKPU apabila: Menurut Pasal 222 ayat (1) dan ayat (3) UUK-PKPU, dapat

diketahui juga bahwa selain debitor maka kreditor juga dapat mengajukan PKPU.

Untuk jelasnya isi Pasal 222 ayat (3) adalah sebagai berikut: “Kreditor yang

memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang

sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon agar kepada debitor diberi

PKPU, untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang

meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditornya”.

Dari ketentuan Pasal 222 ayat (3) diatas, maka pengajuan PKPU dapat saja

diajukan oleh kreditor namun rencana perdamaian tetap diajukan oleh debitor dan

kreditor tinggal menyetujui atau tidak rencana perdamaian tersebut.

Seorang debitor yang diperkirakan tidak akan dapar melanjutkan

membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dalam

UUK-PKPU tidak ditentukan mengenai tolak ukurnya, maka dalam hal ini

menurut Sutan Remi Syahdeini haruslah berdasarkan financial audit dan analisis

keuangan yang dilakukan oleh suatu akuntan public. Jadi dalam hal ini bukan

berdasarkan pertimbangan subjektif dari kreditor semata. Dalam hal debitor yang

berbentuk Perseroan Terbatas, penyerahan laporan keuangan yang diaudit oleh

akuntan publik tidak merupakan masalah karena menurut Undand-undang tentang

Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa perseroan terbatas harus menunjuk akuntan

publik guna melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangannya. Dan bagi

(11)

Modal juga menentukan hal yang sama guna kepentingan para pemegang saham.

Perbedaan antara PKPU dengan kepailitan juga terdapat dalam bidang

prosedur yang harus ditempuh. Peraturan prosedur pada PKPU kurang luas

dibandingkan dengan peraturan prosedur dalam kepailitan.42

b. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga, dan

sementara permohonan pernyataan pailit itu sedang diperiksa oleh pengadilan

niaga, debitor atau kreditor yang bukan pemohon kepailtan juga mengajukan

PKPU.

PKPU diajukan

sebelum debitor dinyatakan pailit, sebab apabila PKPU diajukan setelah debitor

dinyatakan pailit, maka hal ini tidak ada gunanya lagi. Oleh karena itu, PKPU

harus diajukan sebelum debitor dinyatakan pailit.

Permohonan PKPU dapat diajukan oleh debitor baik sebelum permohonan

pernyataan pailit diajukan maupun setelah permohonan pernyataan pailit diajukan

sebagimana ketentuan Pasal 222 jo Pasal 229 ayat (4) UUK-PKPU, yang penting

sebelum adanya keputusan hakim yang tetap menyatakan debitor pailit.

Sehubungan dengan dimungkinkannya permohonan PKPU diajukan setelah

pengadilan niaga menerima permohonan pernyataan pailit, dapat terjadi

kemungkinan sebagai berikut:

a. Permohonan pernyataan pailit telah diterima oleh pengadilan niaga tetapi

belum diperiksa, dan sementara permohonan pernyataan pailit belum

diperiksa, pengadilan niaga menerima pula permohonan PKPU dari debitor

atau dari kreditor yang bukan pemohon kepailitan.

42 ฀

Sunarmi, Op.Cit., hal 202.

43 ฀

(12)

Sehubungan dengan kemungkinan-kemungkinan diatas, maka berdasarkan

Pasal 229 ayat (3) UUK-PKPU menentukan bahwa” apabila permohonan

pernyataan pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan,

maka permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu”. Dengan demikian,

asas hukum yang berlaku ialah permohonan PKPU harus diperiksa terlebih dahulu

oleh pengadilan niaga mendahului pemeriksaan terhadap permohonan peryataan

pailit.

Prosedur permohonan PKPU diuraikan berdasarkan ketentuan Pasal 224

UUK-PKPU yang berbunyi sebagai berikut:

1. Permohonan PKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan

kepada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan

ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokadnya.

2. Dalam hal pemohon adalah debitor, permohonan PKPU harus disertai daftar

yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitor beserta surat bukti

secukupnya.

3. Dalam hal pemohon adalah kreditor, pengadilan wajib memanggil debitor

melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7(tujuh) hari

sebelum sidang.

4. Pada sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), debitor mengajukan daftar

yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang debitor beserta surat bukti

secukupnya dan, bila ada Rencana Perdamaian.

5. Pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

(13)

6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2) , ayat (3),

ayat (4) dan ayat (5) berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan

PKPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Berdasarkan ketentuan Pasal 224 UUK-PKPU tersebut, maka permohonan

PKPU harus diajukan secara tertulis kepada pengadilan niaga disertai dengan

daftar uraian mengenai harta pailit (lihat Pasal 102 UUK-PKPU) beserta

surat-surat bukti selayaknya. Surat permohonan itu harus ditandatangani baik oleh

debitor maupun penasehat hukumnya.44

44 ฀

Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal 341.

Dengan demikian, debitur harus

menunjuk penasehat hukum bila ingin mengajukan permohonan PKPU.

Permohonan tersebut juga tidak dapat diajukan sendiri oleh penasehat hukum

tetapi juga harus bersama-sama dengan debitor. Pada surat permohonan tersebut

dapat juga dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal

222.

Pada dasarnya PKPU bertujuan untuk mencapai perdamaian antara debitor

dan para kreditornya, maka apabila pengajuan permohonan PKPU sekaligus

dilampiri juga dengan rencana perdamaian, agar para kreditor dapat mengambil

sikap untuk menerima atau menolak permohonan PKPU tersebut. Tetapi

sebaliknya apabila permohonan PKPU tidak disertai rencana perdamaian maka

para kreditor akan mengalami kesulitan dalam pengambilan sikap, dan sebaiknya

(14)

Sehubungan dengan kesepakatan mengenai rencana perdamaian hanya

akan mempunyai arti apabila setiap kreditor terikat yaitu baik kreditor konkuren

maupun kreditor preferen. Apabila tidak setiap kreditor terikat dengan perdamaian

yang tercapai, maka kedudukan debitor dan kepentingan para kreditor dapat

dibahayakan oleh kreditor yang tidak terikat.45

Selama PKPU, debitor tanpa persetujuan pengurus PKPU tidak dapat

melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian

hartanya.

Kreditor yang tidak terikat dengan

perdamaian itu, misalnya apabila ditentukan perdamaian itu hanya berlaku bagi

kreditor konkuren, tetapi tiba-tiba kreditor yang tidak terikat mengajukan

permohonan pernyataan pailit tanpa mempedulikan sedang berlangsungya PKPU,

dan apabila permohonan tersebut dikabulkan oleh hakim maka sia-sia saja

perdamaian yang telah disepakati antara debitor dan kreditor konkuren. Oleh

karena itu adalah tepat pemberlakuan UUK-PKPU yang menentukan bahwa

pengajuan rencana perdamaian dalam rangka PKPU harus diajukan kepada semua

kreditor, baik kreditor konkuren maupun kreditor preferen.

C. Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

46

45 ฀

Sutan Remi Syahdeini, Op. Cit., hal. 334.

Berdasarkan ketentuan Pasal 240 ayat (1), apabila debitor melakukan

tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya

tanpa persetujuan pengurus PKPU maka hal-hal yang dapat dilakukan oleh

pengurus PKPU adalah: (1). Pengurus PKPU berhak untuk melakukan segala

(15)

karena tindakan debitor tersebut, dan ayat (3) menentukan bahwa kewajiban

debitor yang dilakukan tanpa mendapatkan persetujuan dari pengurus yang timbul

setelah dimulainya PKPU, hanya dapat dibebankan kepada harta debitor sejauh

hal itu menguntungkan harta debitor.

Apabila tercapainya kesepakatan mengenai rencana perdamaian dalam

rangka PKPU diharapkan oleh para kreditor agar usaha debitor tetap berjalan

demi meningkatkan nilai harta kekayaan debitor, yaitu dengan cara mengadakan

pinjaman seperti memperoleh kredit dari bank, maka UUK-PKPU memberikan

kemungkinan untuk itu melalui Pasal 240 ayat (4) yang menyatakan bahwa atas

dasar persetujuan yang diberikan oleh pengurus, debitor dapat melakukan

pinjaman dari pihak ketiga sepanjang perolehan pinjaman tersebut bertujuan

untuk meningkatkan harta kekayaan debitor, dan ayat (5) menentukan bahkan

apabila dalam melakukan pinjaman sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4)

memerlukan diberikannya agunan, maka debitor dapat membebani hartanya

dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak kebendaan lainnya tetapi

hanya terhadap bagian harta debitor yang belum dijadikan jaminan utang sebelum

PKPU berlangsung (lihat Pasal 240 ayat (5) UUK-PKPU). Namun demikian

pembebanan harta kekayaan debitor dengan hak-hak jaminan tersebut bukan

hanya disetujui oleh pengurus saja tetapi juga disetujui oleh hakim pengawas.

Selama berlangsungnya PKPU, menurut Pasal 242 ayat (1) UUK-PKPU

debitor tidak dapat dipaksa untuk membayar utang-utangnya. Selain itu, semua

tindakan eksekusi yang telah dimulai dalam rangka pelunasan utang harus

(16)

Sementara maupun selama PKPU Tetap.

Pasal 242 ayat (2) UUK-PKPU menentukan:

47

48

Ketentuan Pasal 242 ayat (1) dan (2) berlaku juga terhadap eksekusi dan

sita yang telah dimulai atas benda yang tidak dibebani, sekalipun eksekusi dan sita

tersebut berkenaan dengan tagihan kreditor yang dijamin dengan gadai, fidusia,

hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, atau dengan hak

yang diistimewakan berkaitan dengan kekayaan tertentu berdasarkan UUK-PKPU

pasal 242 ayat (3).

a. Kecuali telah ditetapkan tanggal yang lebih awal oleh pengadilan berdasarkan permintaan pengurus, semua sita yang telah dipasang gugur (berakhir), dan b. Dalam hal debitor disandera, debitor harus dilepaskan segera setelah

diucapkannya putusan PKPU Tetap, atau

c. Setelah putusan pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap, dan atas permintaan pengurus atau hakim pengawas, jika masih diperlukan, pengadilan wajib mengangkat sita yang telah diletakkan atas benda yang termasuk harta debitor.

Apabila debitor telah menikah dalam persatuan harta, harta debitor mencakup

semua aktiva dan passive persatuan (pasal 241 UUK-PKPU). Dan penjelasan

Pasal 241 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan aktiva adalah seluruh

49

Selain hal-hal diatas, akibat-akibat hukum PKPU meliputi:

1. Terhadap Harta Persatuan.

PKPU akan membawa akibat hukum terhadap segala harta kekayaan debitor,

untuk itu UUK-PKPU membedakan antara debitor yang telah menikah dengan

persatuan harta dan yang menikah tanpa persatuan harta.

47 ฀

Sutan Remi Syahdeini,Op.Cit., hal. 357.

48

(17)

kekayaan debitor, sedangkan pasiva adalah seluruh utang debitor.

c. Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitor

maupun terhadap seluruh harta debitor yang tidak tercakup pada ayat (1)

50

2. Terhadap Perkara yang Sedang Berjalan.

PKPU tidak menghentikan berjalannya perkara-perkara yang sudah mulai

diperiksa oleh pengadilan, maupun menghalangi diajukannya perkara baru

Pasal 243 ayat (1). Namun, jika perkara tersebut mengenai gugatan

pembayaran suatu piutang yang sudah diakui debitor, sedangkan penggugat

tidak mempunyai kepentingan untuk memperoleh suatu putusan untuk

melaksanakan hak terhadap pihak ketiga, setelah dicatatnya pengakuan

tersebut. Hakim dapat menangguhkan putusan sampai berakhirnya PKPU.

Dalam hal ini debitor tidak dapat menjadi penggugat ataupun tergugat dalam

perkara mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta kekayaannya

tanpa persetujuan pengurus.

3. Kreditor pemegang jaminan dan biaya pemeliharaan. PKPU tidak berlaku

terhadap:

a. Tagihan yang dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek atau

hak atas kebendaan lainnya.

b. Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan atau pendidikan yang sudah

harus dibayar dan hakim pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang

sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU yang bukan merupakan

tagihan dengan hak untuk diisteimewakan; dan

50 ฀

(18)

huruf b Pasal 242 UUK-PKPU, dalam PKPU pelaksanaan hak kreditor

pemegang jaminan dan kreditor yang diistimewakan ditangguhkan selama

berlangsungnya PKPU (Pasal 246 UUK-PKPU).

4. Terhadap Pembayaran Utang.

Pembayaran semua utang, selain yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 244

yang sudah ada sebelum diberikannya PKPU, selama berlangsungnya PKPU

tidak boleh dilakukan, kecuali pembayaran utang tersebut dilakukan kepada

semua kreditor menurut perimbangan piutang masing-masing, tanpa

mengurangi berlakunya juga ketentuan Pasal 245 ayat (3) UUK-PKPU.

Pembayaran yang dilakukan kepada debitor, setelah diucapkannya putusan

PKPU sementara yang belum diumumkan untuk memenuhi perikatan yang

terbit sebelum putusan PKPU sementara, membebaskan pihakyang telah

melakukan pembayaran terhadap debitor, kecuali dapat dibuktikan bahwa

pihak tersebut telah mengetahui adanya putusan PKPU sementara.

Pembayaran yang dilakukan setelah pengumuman, hanya membebaskan orang

yang melakukan pembayaran tersebut, apabila ia dapat membuktikan bahwa

meskipun telah dilakukan pengumuman menurut Undang-Undang, akan tetapi

ia tidak mungkin dapat mengetahui pengumuman yang dimaksud ditempat

kediamannya, dengan tidak mengurangi hak pengurus PKPU untuk dapat

membuktikan sebaliknya (Pasal 253 UUK-PKPU).

5. Perjumpaan Utang.

Perjumpaan utang dapat dilakukan bila baik utang maupun piutangnya telah

(19)

tersebut akan dihitung menurut ketentuan Pasal 274 dan Pasal 275

UUK-PKPU.

Orang yang mengambil alih dari pihak ketiga atas utang kepada debitor atau

piutang terhadap debitor dari pihak ketiga sebelum PKPU, tidak dapat

melakukan perjumpaan utang apabila dalam pengambialihan utang-piutang

tersebut tidak beritikad baik. Piutang atau utang yang diambil alih setelah

dimulainya PKPU tidak dapat diperjumpakan (Pasal 248 UUK-PKPU).

6. Perjanjian Timbal Balik.

Bila pada saat putusan PKPU diucapkan terdapat perjanjian timabal balik yang

belum atau baru sebagian dipenuhi, maka pihak yang mengadakan perjanjian

dengan debitor dapat meminta kepada pengurus untuk memberikan kepaastian

tentang kelanjutan pelaksanaan dari perjanjian tersebut dalam jangka waktu

yang disepakati oleh pengurus dan pihak tersebut. Bila tidak tercapai

kesepakatan mengenai jangka waktu, maka hakim pengawas yang menetapkan

jangka waktu tersebut. Bila dalam jangka waktu tersebut, pengurus tidak

memberikan jawaban atau tidak bersedia melaksanakan perjanjian tersebut,

perjanjian berakhir dan pihak tersebut dapat menuntut ganti rugi sebagai

kreditor konkuren. Bila pengurus menyatakan kesanggupannya, maka

pengurus memberikan jaminan atas kesanggupannya untuk melaksanakan

perjanjian tersebut. Ketentuan ini tidak berlaku terhadap perjanjian yang

mewajibkan debitor melakukan sendiri perbuatan yang diperjanjikan (Pasal

(20)

7. Perjanjian Penyerahan Benda.

Apabila telah diperjanjikan penyerahan benda yang biasa diperdagangkan

dengan suatu jangka waktu dan sebelum penyerahan dilakukan telah

diucapkan putusan PKPU Sementara, maka akibatnya perjanjian menjadi

hapus, dan dalam hal pihak lawan dirugikan karena penghapusan tersebut, ia

boleh mengajukan diri sebagai kreditor konkuren untuk mendapat ganti rugi.

Dalam hal harta kekayaan perusahaan yang dirugikan karena penghapusan

tersebut, maka pihak lawan wajib membayar kerugian tersebut (Pasal 250

UUK-PKPU).

8. Perjanjian Sewa Menyewa.

Dalam hal debitor telah menyewa suatu benda, maka debitor dengan

persetujuan pengurus, dapat menghentikan perjanjian sewa menyewa dengan

syarat pemberitahuan penghentian dilakukan sebelum berakhirnya perjanjian

sesuai dengan adapt kebiasaan setempat. Jika dilakukannya penghentian maka

harus diindahkan jangka waktu menurut perjanjian itu atau menurut

kelaziman, dengan ketentuan bahwa jangka waktu 90 (sebilan puluh) hari

adalah cukup. Bila telah dibayar uang sewa dimuka (sebagai uang muka),

maka sewa tidak dapat dihentikan lebih awal sebelum berakhirnya jangka

waktu sewa yang telah dibayar uang tersebut. Sejak hari putusan PKPU

sementara diucapkan maka uang sewa merupakan utang harta debitor (Pasal

(21)

9. Pemutusan Hubungan Kerja.

Segera setelah diucapkannya putusan PKPU Sementara maka debitor berhak

untuk memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya, dengan

mengindahkan ketentuan Pasal 240 dan jangka waktu menurut persetujuan

atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan pengertian

pemutusan hubungan kerja tersebut dapat diputuskan dengan pemberitahuan

paling singkat 45 (empat puluh lima) hari sebelumnya. Sejak dimulainya

PKPU Sementara maka gaji dan biaya lain yang timbul dalam hubungan kerja

tersebut menjadi utang harta debitor (Pasal 252 UUK-PKPU). PKPU tidak

berlaku bagi keuntungan sesama debitor dan penanggung (Pasal 254

UUK-PKPU).

Pengurus dalam PKPU harus mengetahui tingkatan para kreditor dalam

PKPU yaitu mana yang memiliki hak untuk didahulukan dan mana yang

digolongkan sebagai kreditor konkuren yaitu kreditor yang tidak memegang hak

agunan dan yang tidak mempunyai hak yang istimewa, dan yang tagihannya telah

diakui atau yang diakui secara bersyarat.

Dalam hukum kepailitan terdapat dua macam perdamaian yaitu

perdamaian yang diajukan dalam proses kepailitan dan perdamaian yang diajukan

dalam proses PKPU.

Dalam proses kepailitan, permohonan perdamaian diajukan

pada saat verifikasi, sedangkan perdamaian dalam proses PKPU diajukan sebelum

dinyatakan pailit, biasanya pada saat putusan PKPU Sementara. Dalam hal PKPU

(22)

ditawarkan oleh debitor dan ternyata ditolak oleh kreditor, maka perdamaian

tersebut tidak dapat lagi ditawarkan lagi dalam proses PKPU. Itu artinya debitor

tidak mempunyai kesempatan lagi untuk melakukan perdamaian yang bertujuan

pada rescedulling dan restrukturisasi utang-utangnya. Terhadap rencana

perdamaian tersebut maka pengadilan niaga hanya mengesahkan atau melakukan

konfirmasi saja terhadap hasil kesepakatan antara debitor dan para kreditor.

Dari ketentuan Pasal 224 ayat (4), Pasal 265 dan Pasal 266 UUK-PKPU

dapat diketahui bahwa rencana perdamaian dalam PKPU dapat diajukan pada

saat-saat sebagai berikut:

a. Bersamaan dengan diajukannya permohonan PKPU (Pasal 265).

b. Sesudah permohonan PKPU diajukan, namun rencana itu harus diajukan

sebelum tanggal hari sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226

UUK-PKPU.

c. Setelah tanggal hari sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226 dengan

tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228 ayat

(4) UUKPKPU, yaitu selama berlangsungnya PKPU Sementara itu, yang tidak

boleh melebihi 270 (dua ratus tujuh puluh) hari terhitung sejak PKPU

Sementara ditetapkan termasuk masa perpanjangannya.

Rencana perdamaian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 266 ayat

(1) UUK-PKPU dapat disimpulkan, dapat disediakan oleh kepaniteraan

pengadilan niaga untuk dapat diperiksa oleh siapapun tanpa dikenakan biaya.

(23)

disampaikan kepada hakim pengawas, dan pengurus serta para ahli bila ada.

Selanjutnya Pasal 267 UUK-PKPU menentukan bahwa rencana

perdamaian akan gugur demi hukum apabila sebelum putusan PKPU berkekuatan

hukum tetap, dan ternyata kemudian datang keputusan yang berisikan penghentian

PKPU tersebut.

Menurut Sutan Remi Syahdeini, utang debitor dianggap layak untuk

restrukturisasi apabila:

a. Perusahaan debitor masih memiliki prospek usaha yang baik untuk mampu

melunasi utang-utang tersebut, apabila perusahaan debitor diberi PKPU dalam

jangka waktu tertentu, baik dengan atau tanpa diberi keringanan-keringanan

persyaratan dan atau diberi tambahan utang baru. Pada waktu yang lalu The

Jakarta Inisiative (Prakarsa Jakarta) menentukan jangka waktu untuk restrukturisasi utang tidak lebih dari delapan tahun.

b. Selain hal tersebut diatas, utang-utang debitor dianggap layak untuk

direstrukturisasi apabila para kreditor akan memperoleh pelunasan

utang-utang mereka yang jumlahnya lebih besar melalui restrukturisasi daripada

perusahaan debitor dinyatakan pailit, atau

c. Apabila syarat-syarat utang berdasarkana kesepakatan restrukturisasi menjadi

lebih menguntungkan bagi para kreditor daripada apabila tidak dilakukan

(24)

Restrukturisasi utang dapat diikuti dengan atau tanpa restukturisasi atau

penyehatan perusahaan. Apabila untuk keberhasilan restreukturisasi utang debitor

perlu dilakukan upaya-upaya untuk penyehatan perusahaan debitor, maka

hendaknya restrukturisasi utang juga dilengkapi dengan restrukturisasi

perusahaan.

53

Restrukturisasi atau penyehatan perusahaan debitor dapat ditempuh

dengan cara melakukan salah satu atau lebih bentuk-bentuk berikut ini:

a. Perubahan visi perusahaan.

b. Perubahan strategi perusahaan.

c. Perubahan struktur organisasi perusahaan.

d. Perubahan budaya kerja perusahaan (corporate culture).

e. Pemasangan perangkat keras teknologi sepanjang perusahaan memang belum

menggunakan perangkat teknologi, seperti komputer, atau melakukan

perubahan atau penggantian terhadap teknologi yang telah digunakan.

f. Penggantian anggota direksi dan komisaris perusahaan.

g. Pembuatan atau perubahan system dan prosedur perusahaan.

h. Penggabungan (merger) dengan perusahaa lain.

i. Akuisisi sebagian saham (acquisition of stock) oleh pihak lain.

j. Perubahan atau penambahan ketentuan-ketentuan baru dalam anggaran dasar

perusahaan.

(25)

l. Tindakan-tindakan lain yang bertujuan meningkatkan kinerja keuangan dan

kinerja bisnis perusahaan.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 268 ayat (1) UUK-PKPU, apabila rencana

perdamaian telah diajukan kepada panitera, hakim pengawas harus menentukan:

a. Hari terakhir sebagai batasan untuk menyampaikan tagihan kepada pengurus.

b. Tanggal dan waktu akan dibicarakan dan diputuskannya rencana perdamaian

yang diusulkan itu dalam rapat kreditor yang dipimpin oleh hakim pengawas.

Tenggang waktu antara hari tersebut paling singkat 14 (empat belas) hari,

hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 268 ayat (2).54 Berdasarkan ketentuan pasal tersebut maka tenggang waktu yang dimaksud adalah antara tanggal

pemberitahuan tagihan-tagihan yang terkena PKPU sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 268 ayat (1) huruf (a) dan tanggal akan dibicarakan dan

diputuskannya rencana perdamaian itu oleh majelis hakim sebagaimana dimaksud

dalam huruf (b).

Sejak diundangkannya Undang–Undang Kepailitan, maka pengadilan

yang berhak memutus pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran

uang adalah Pengadilan Niaga yang berada di lingkungan peradilan umum. Untuk

pertama kalinya Pengadilan Niaga yang dibentuk adalah pengadilan niaga pada

pengadilan negeri Jakarta Pusat. Hukum acara yang dipakai pada pengadilan

niaga ini adalah hukum acara perdata yang umum berlaku pada pengadilan umum.

55

D. Upaya Hukum Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

54 ฀

Sunarmi, Op.Cit., hal 219.

55 ฀

(26)

Atas putusan pengadilan niaga hanya dapat diajukan upaya hukum Kasasi ke

Mahkamah Agung. Selanjutnya atas putusan pengadilan niaga yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut tetap dapat diajukan upaya hukum

lain yaitu Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung dengan syarat :

1. Terdapat bukti tertulis baru;

2. Pengadilan Niaga telah melakukan kesalahan berat dalam penetapan

hukumnya.

Hakim pengadilan niaga dapat diangkat berdasarkan surat keputusan

Ketua Mahkamah Agung dan harus mempunyai syarat-syarat yang telah

ditentukan, yaitu :

1. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum;

2. Mempunyai dedikasi dan menguasai pengetahuan di bidang masalah-masalah

yang menegnai lingkup kewenangan pengadilan niaga;

3. Berwibawa, jujur, dan berkelakuan tidak tercela;

4. Telah berhasil menyelesaikan program pelatihan khusus sebagai hakim pada

pengadilan niaga.

PKPU diajukan oleh Debitur yang mempunyai lebih dari satu kreditur atau

oleh Kreditur. Debitur yang tidak akan dapat melanjutkan membayar

utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon PKPU,

dengana maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran

(27)

1. Selama PKPU, Debitur tanpa persetujuan pengurus tidak dapat melakukan

tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya.

2. Selama PKPU, Debitur tidak dapat dipaksa membayar utang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 245 dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai

untuk pelunasan utang, harus ditangguhkan.

3. PKPU tidak menghentikan perkara yang sudah dimulai oleh Pengadilan atau

menghalangi diajukannya perkara baru.

Dalam PKPU dikenal yang namanya Pengurus, tugasnya hampir sama

dengan kurator dalam kepailitan. Begitu putusan PKPU sementara dikabulkan,

pengadilan wajib mengangkat pengurus yang akan membantu debitor

menjalankan kegiatannya. Sama halnya dengan kurator, pengurus pun harus

independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan kreditor atau debitor.

Bila terbukti pengurus tidak independen dikenakan sanksi pidana dan/atau perdata

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengurus bertanggungjawab

terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan yang

menyebabkan kerugian terhadap harta Debitor. Syarat untuk menjadi pengurus

ialah sebagai berikut:

a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian

khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta

pailit;

b. Terdaftar pada pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengenai

tata cara pendaftaran kurator diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak

(28)

tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus.

Dalam PKPU ini tidak dikenal adanya pengurus sementara, dan pengurus

ini pun hanya dari pengurus swasta. Balai harta peninggalan tidak dapat menjadi

pengurus dalam PKPU. Pengurus bertanggungjawab terhadap kesalahan atau

kelalaian dalam melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian

terhadap harta debitor. Tentang imbalan jasa pengurus ini ditetapkan berdasarkan

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M. 09-HT.05.10 Tahun 1998 tentang

Pedoman Besarnya Imbalan Jasa Kurator dan Pengurus.

Apabila diangkat lebih dari satu pengurus, untuk melakukan tindakan yang

sah dan mengikat, pengurus memerlukan persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua)

jumlah pengurus. Apabila suara setuju dan tidak setuju sama banyaknya, tindakan

tersebut harus memperoleh persetujuan hakim pengawas. Pengadilan setiap waktu

dapat mengabulkan usul penggantian pengurus, setelah memanggil dan

mendengar pengurus, dan mengangkat pengurus lain dan atau mengangkat

pengurus tambahan berdasarkan:

a. Usul Hakim Pengawas;

b. Permohonan Kreditor dan permohonan tersebut hanya dapat diajukan apabila

didasarkan atas persetujuan lebih dari 1/2 (satu perdua) jumlah Kreditor yang

hadir dalam rapat Kreditor;

c. Permohonan pengurus sendiri; atau

(29)

E. Berakhirnya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Setelah PKPU diberikan, PKPU itu dapat diakhiri baik atas permintaan

hakim pengawas atau atas permohonan pengurus atau atas permohonan satu atau

lebih kreditor, atau atas prakarsa pengadilan sendiri dalam hal-hai sebagai berikut:

1. Debitor selama waktu Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap

hartanya (Pasal 255 ayat (1a)).

2. Debitor telah atau mencoba merugikan para kreditornya (Pasal 255 ayat (1b)).

3. Debitor melakukan pelanggaran selama penundaan kewajiban pembayaran

utang berlangsung, debitor tanpa persetujuan pengurus melakukan tindakan

kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Dan jika

debitor melanggar ketentuan ini, pengurus berhak untuk melakukan segala

sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitor tidak

dirugikan karena tindakan debitor tersebut (Pasal 225 ayat (1c)) juncto Pasal

240 ayat (1).

4. Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya

oleh pengadilan pada saat atau setelah penundaan kewajiban pembayaran

utang diberikan, atau lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang disyaratkan

oleh para pengurus demi kepentingan harta debitor (Pasal 255 ayat (Id)).

5. Selama penundaan kewajiban pembayaran utang pada harta debitor ternyata

tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya penundaan kewajiban pembayaran

utang (Pasal 255 ayat (1e)),

(30)

terhadap para kreditor pada waktunya (Pasal 255 ayat (1f)).

Dalam hal debitor beritikad buruk dalam masa PKPU terhadap

kepengurusan harta bendanya, sehingga demikian rupa harta si debitor ternyata

tidak mampu lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU, maka pengurus wajib

rnengajukan permohonan pengakhiran PKPU, namun tentunya debitor dan

pengurus harus didengar terlebih dahulu oleh pihak pengadilan, dan jika PKPU ini

diakhiri berdasarkan hal demikian, maka debitor harus dinyatakan pailit dalam

putusan yang lama. Permohonan pengakhiran PKPU sebagaimana, dimaksud di

atas harus selesai diperiksa oleh pengadilan dalam jangka waktu 10 hari dan

putusan pengadilan harus diucapkan dalam jangka waktu 10 hari sejak selesainya

pemeriksaan. Putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan yang menjadi dasar

putusan tersebut. Disamping itu debitor setiap waktu dapat pula memohon kepada

pihak pengadilan agar Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dicabut

dengan alasan bahwa harta debitor memungkinkan dimulainya kembali

pembayaran utang-utangnya dengan ketentuan bahwa pengurus dan kreditor harus

dipanggil dan didengar sepatutnya sebelum putusan diucapkan.

Pada masa diberlakukannya ketentuan Faillisement Verordening yakni

pada Pasal 244 ayat (1) FV, setiap waktu debitor berhak memohonkan kepada

pengadilan niaga agar PKPU dicabut dengan alasan bahwa pada keadaan harta

debitor sudah sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat melakukan pembayaran

pembayaran lagi. Untuk keperluan itu, keterangan para pengurus dan para kreditor

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ICM dengan pendekatan problem posing berbantuan software MATLAB memiliki

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian dan pembahasan penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Siswa dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi: a) mampu

Kesimpulan: Dari perspektif gender, wanita lebih takut mengoperasikan komputer jka dibandingkan dengan pria; Kegelisahan atau ketakutan menggunakan komputer dapat menyebabkan

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia

Apabila di suatu daerah ada ulama yang sudah menjadi ulama karismatik yang dipercaya oleh masyarakat berasal dari pesantren tertentu, maka kehadiran dan kedudukan alumni

1.5.2 Adakah terdapat perbezaan yang signifikan antara skor kumpulan rawatan (pendekatan persidangan) dengan skor kumpulan kawalan (pendekatan konvensional) bagi

pekerjaan seseorang.. Jadi, pengambilan keputusan karir adalah suatu proses menentukan pilihan karier dari beberapa alternatif pilihan, berdasarkan pemahaman diri

Jika dibantu oleh orang awas, tunanetra merasa kurang puas karena jenis hidangan yang diambilkan tidak sesuai dengan selera, atau kondisi nasi dan lauk pauk yang diambilkan di