BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari daging buah kelapa yang sudah tua tetapi masih segar adalah Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni. VCO merupakan salah satu minyak yang memiliki banyak manfaat dalam bidang industri farmasi maupun kesehatan. Dalam dunia industri farmasi VCO digunakan sebagai bahan dasar kosmetik sedangkan di dunia kesehatan sebagai makanan fungsional. Itulah sebabnya saat ini permintaan VCO terus meningkat baik di dalam maupun di luar negeri (Mentawai, 2005; Nevin dan Rajamohan, 2004).
Pada dasarnya cara pembuatan VCO yang banyak dilakukan Indonesia dibedakan menjadi fermentasi, pemanasan bertahap, pemancingan, sentrifugasi. Proses ekstraksi minyak secara fermentasi melibatkan enzim-enzim pemecah emulsi santan. Aktifitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, enzim, suhu, dan lamanya reaksi enzimatik. Biakan mikroba yang digunakan diharapakan memiliki aktifitas proteolitik, amilolitik yang berperan dalam menghidrolisis protein, karbohidrat (Iswanto, 2001; Darmoyuono, 2006).
VCO termasuk lemak jenuh, tetapi asam lemak jenuh di dalamnya adalah asam lemak jenuh rantai sedang (MCT) lebih dari 80%, asam lemak rantai pendek sekitar 10%, dan hanya sedikit asam lemak jenuh rantai panjang seperti asam palmitat (5%). VCO yang termasuk asam lemak jenuh rantai sedang, di dalam mulut dan lambung akan mudah dihidrolisis menjadi asam lemak rantai pendek dan sedang, tidak bersifat aterogenik, karena dengan cepat dicerna dan diserap melalui vena porta ke hati dan segera dioksidasi menjadi energi. Oleh karena itu metabolisme VCO berbeda dengan minyak lainnya. Berdasarkan metabolisme yang demikian ini VCO tidak memicu aterosklerosis (tidak bersifat aterogenik) dan bersifat protektif terhadap resiko penyakit jantung koroner (PJK), mencegah diabetes, infeksi dan bersifat menghambat virus HIV/AIDS (Gopala, et al., 2010; Silalahi dan Nurbaya, 2011; Silalahi, 2012).
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang terdiri atas sedikitnya dua fase cair taktercampurkan, salah satunya terdispersi sebagai globul (fase terdispersi) dalam fase cair lainnya (fase kontinu); emulsi distabilkan dengan adanya bahan pengemulsi. Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung (Florence dan Attwood, 2006; Martin, et al., 2011).
memiliki potensi yang rendah untuk menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Kombinasi emulgator Tween 80 dan gom arab mampu membentuk emulsi minyak dalam air (Rowe, et al., 2009; Yaghmur, et al., 2002; Campo, et al., 2004).
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah pembuatan VCO dengan metode fermentasi menghasilkan minyak yang baik?
b. Apakah Tween 80 dan gom arab dapat digunakan sebagai emulgator untuk membuat sediaan emulsi VCO?
1.3 Hipotesis
a. Penggunaan ragi tempe pada metode fermentasi menghasilkan VCO yang memenuhi standart.
b. Tween 80 dan gom arab dapat digunakan sebagai emulgator untuk membuat sediaan emulsi VCO.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui kualitas VCO yang diperoleh dengan metode fermentasi menggunakan ragi tempe.
b. Mengetahui stabilitas fisik sediaan emulsi VCO dengan menggunakan emulgator Tween 80 dan gom arab selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
1.5 Manfaat Penelitian
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir atau road map penelitian ini adalah tertera pada Gambar 1.1.
Latar Tujuan Variabel Variabel Parameter Belakang Bebas Terikat
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian Membuat
6. Ukuran partikel
dan distribusi