BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa
di luar kelas dengan kelancaran studi mahasiswa tersebut. Pada umumnya,
mahasiswa di Fisip tergolong standar1
Apabila data borang FISIP di atas benar, kurangnya perhatian dari
mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahannya akan berdampak terhadap dirinya
maupun tempat di mana dia menuntut ilmu. Dampak yang terjadi pada seseorang
tersebut yakni, usia semakin bertambah sedangkan proses perkuliahan belum juga
selesai. Dengan demikian usia yang sudah bertambah akan mengurangi daya
saing mereka dalam mencari pekerjaan.
yaitu tidak terlalu cepat dan juga tidak
terlalu lama dalam menyelesaikan studinya. Ada juga sebagian kecil dari
mahasiswa tersebut yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya.
Menurut borang FISIP USU (2012: 12), kurangnya perhatian dari
mahasiswa tersebut dengan keadaan perkuliahannya, hal ini didasari oleh aktifitas
yang mereka jalani di luar kelas yang lebih banyak menyita waktu mereka
sehingga mengakibatkan intensitas mereka berkurang untuk belajar dan
Dengan lamanya mahasiswa menyelesaikan kuliahnya, biaya yang
dibutuhkan menjadi membesar. Pembesaran biaya sangat terasa bagi mahasiswa
yang kos-kosan, baik itu biaya untuk membayar tempat tinggal setiap bulannya
maupun untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Rasa malu juga melekat pada diri mahasiswa yang lama menyelesaikan
perkuliahan. Rasa malu di sini dimaksudkan lebih kepada perasaan rendah diri
atau minder terhadap teman-teman yang seusia yang telah menyelesaikan
kuliahnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap biasa
dengan lamanya mahasiswa tersebut menyelesaikan perkuliahan.
Selain berdampak pada diri sendiri, lamanya mahasiswa dalam
menyelesaikan kuliahnya berdampak juga kepada perguruan tinggi di mana dia
menuntut ilmu. Dampak tersebut terlihat dalam hal akreditasi perguruan tinggi
tersebut. Sehingga dewasa ini ada perguruan tinggi yang menghalalkan segala
cara agar akreditasi naik minimal tetap apalagi kalau perguruan tinggi tersebut
baru terbentuk.
BAN-PT2 yang dalam hal ini sebagai wakil dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional memiliki wewenang untuk melakukan sistem
akreditasi3
2
Satu-satunya badan akreditasi yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional
3
Pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu
pada pendidikan tinggi baik untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN),
Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Agama (PTA) dan Perguruan
Yang di mana dalam PP No. 60 tahun 1989 disebutkan bahwa BAN-PT
merupakan badan yang mandiri (independen) yang diangkat dan melaporkan
tugasnya kepada Menteri Pendidikan Nasional. Dan berfungsi sebagaimana yang
ada pada UU No. 20 tahun 2003, PP No. 60 tahun 1999, SK Menteri Pendidikan
Nasional No. 118/U/2003 adalah membantu Menteri Pendidikan Nasional dalam
pelaksanaan salah satu kewajiban perundangannya, yaitu penilaian mutu
perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Kedinasan serta
Keagamaan.
Dimana proses akreditasi program studi dimulai dengan evaluasi diri di
program studi yang bersangkutan. Evaluasi diri tersebut mengacu pada pedoman
evaluasi diri yang telah diterbitkan BAN-PT, namun jika dianggap tidak perlu,
pihak pengelola program studi dapat menambahkan unsur-unsur yang akan
dievaluasi sesuai dengan kepentingan program studi maupun institusi perguruan
tinggi yang bersangkutan.
Menurut Subandi Direktur Pendidikan Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional, indeks tingkat pendidikan tinggi di Indonesia juga dinilai
rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah
memiliki indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33
persen4
Selayaknya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam
rentang waktu cepat atau pun normal yaitu 10 semester. Namun, tidak sedikit
mahasiswa yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya, cepat atau .
tidaknya seorang mahasiswa merupakan pilihan yang telah dipilih oleh mahasiswa
tersebut berdasarkan berbagai alasan yang menjadi dasar bagi mereka di dalam
menentukan pilihan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas,
peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai apa yang
menjadi alasan mahasiswa sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam
menyelesaikan studinya.
1.2. Tinjauan Pustaka
1.2.1. Kelancaran
Kelancaran dalam arti luas adalah tidak tersendat-sendat. Kelancaran
terjadi ketika seseorang atau kelompok akan mencapai tujuan. Kelancaran ini
bersifat positif, karena sebagai suatu pemicu untuk mencapai tujuan yang dicapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lancar adalah tidak tersendat-tersendat
atau tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki arti yang sangat penting dalam
setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan akan
terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut. Kelancaran merupakan
keadaan yanag dapat menyebabkan pelaksanaan terlaksana dengan baik dan
maksimal5.
Dengan demikian kelancaran adalah suatu yang dapat mendorong kegiatan
yang akan dikerjakan oleh mahasiswa sehingga akan berpangaruh pada
pencapaian hasil yang akan diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang
dilakukan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan
aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Yang termasuk faktor internal
adalah :
1) Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang
sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian
tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan siswa memperoleh kesempatan belajar.
Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap menerima, menolak, atau
mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa.
Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar
tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh karena
itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan matang-matang akibat sikap
terhadap belajar.
2) Motifasi belajar
Motifasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motifasi belajar pada diri siswa dapat menjadi
lemah. Lemahnya motifasi, atau tiadanya motifasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya kualitas hasil belajar akan
diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motifasi belajar yang kuat,
pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3) Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada
pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi
belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar dan selingan istirahat.
Dalam pengajaran klasikal, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit
telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan selingan istirahat
selama beberapa menit.
4) Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk
menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna
bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai
keagamaan, nilai kesenian, serta ketrampilan mental dan jasmani.
Kemampuan menerima dan cara pemerolehan tersebut dapat
dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa
mengolah bahan tersebut menjadi semakin baik, bila siswa berpeluang
aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan
5) Menyimpan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan cara perolehan dalam waktu pendek dan waktu yang
lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar
cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu yang lama berarti
hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu
bertahun-tahun, atau bahkan sepanjang hayat. Proses belajar di ranah kognitif
tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan.
Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input process), proses
pengolahan kembali dan hasil (output process), dan proses penggunaan
kembali (activation process).
b.Faktor-faktor eksternal
Proses belajar didorong oleh oleh motifasi intrisik siswa. Disamping itu,
proses belajar dapat juga terjadi atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh
lingkungan. Faktor-faktor eksternal meliputi
1) Guru
5
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar
bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik
penerus muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian
pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar.
Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa
di sekolahnya.
Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh
menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang
pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang
diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah
pengembangan diri, pemenuhan hidup sebagai manusia. Dengan
penghasilan yang diterimanya setiap bulan, ia dituntut berkemampuan
hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut
sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Tinggal di
sub-kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan daereah asalnya merupakan
persoalan penyesuaian diri.
Ada perilaku, norma, nilai, sub-kebudayaan lokal yang masih harus
dipelajari oleh guru yang bersangkutan. Di satu pihak, guru mempelajari
perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Di lain pihak, pada
tempatnya warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima
guru sebagi pribadi yang sedang tumbuh. Guru adalah seorang yang belum
sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut perlu dipahami, dan emansipasi
guru menjadi pribadi yang utuh juga perlu dibantu oleh warga masyarakat
tempatnya bertugas.
2) Sarana prasarana pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar,
pembelajarab meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas
laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran yang lain.
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Justru disinilah timbul masalah “bagaimana
mengelola prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara
proses belajar yang baik”5
3) Kebijakan penilaian .
Dengan tersedianya saran dan prasarana belajar berarti menuntut
guru dan siswa dalam menggunakannya. Peranan guru adalah sebagai
berikut: (i) memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana
belajar yang menggembirakan, (ii) memelihara dan mengatur sasaran
pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan belajar siswa, dan (iii)
mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan sarana dan prasarana secara
tepat guna. Peranan siswa sebagi berikut: (i) ikut serta dan berperan aktif
dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara baik, (ii) ikut serta dan
berperan aktif dalam pemanfaatan prasaran dan sarana secara tepat guna,
dan (iii) menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka
pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.
Dalam berperan serta tersebut siswa akan mengatasi masalah
kebiasaan menggunakan sarana dan prasarana yang kurang baik yang
ditemukan di sekitar sekolah. Dalam hal ini siswa belajar memelihara
Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau
unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut,
proses belajar berhenti untuk sementara dan terjadilah penilaian. Dengan
penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang
berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain.
4) lingkungan sosial siswa di sekolah
Siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang
dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut
ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu.
5) Kurikulum
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada
kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum
nasional yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum disusun
berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Kemajuan masyarakat
didasarkan suatu rencana pembangunan lima tahunan yang diberlakukan
oleh pemerintah. Kurikulum tersebut berisi tujuan pendidikan, isi
pendidikan, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi5
1.2.2. Kejenuhan
.
Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak
mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan.
Peristiwa jenuh kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar
(kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan
usahanya.
Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk
belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber dalam Syah 1995). Seorang siswa
yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan
kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya
kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi
dalam rentang waktu tertentu saja. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami
rentang yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam suatu periode belajar
tertentu. Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak
dapat berkerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses informasi atau
pengalaman baru, sehingga kemauan belajarnya seakan-akan jalan ditempat.
Faktor penyebab kejenuhan dan mengatasi kejenuhan belajar
Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan
motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat ketrampilan tertentu
sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat ketrampilan berikutnya (Chaplin
dalam Syah 1995). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar
siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan
keletihan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang
melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan
bosan pada siswa yang bersangkutan.
keletihan mental siswa. Keletihan fisik dan indera dalam hal ini mata dan telinga
pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa
tersebut beristirahat cukup, terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya keletihan mental tidak dapat diatasi
dengan cara yang sesederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah
sebabnya keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya
kejenuhan belajar.
Sedikitnya ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa
1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang
ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri
2. Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan keberhasilan
bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika
siswa tersebut sedang bosan mempelajari bidang studi tersebut.
3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat
dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat
4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang
optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya
berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri (self-imposed).
Selanjutnya, kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang
menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu, antara lain sebagi berikut
1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman
2. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari
belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa kembali belajar
lebih giat
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang
meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat
perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa
merasa di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk
belajar
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa
terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya
5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam)
dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
1.2.3. Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan
perbuatan mendidik6.
Menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989: pendidikan adalah usaha
sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat6
Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 tahun 1985 yaitu
mencerdaskan kehidupan berbangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan berbangsa
.
6
Mengidentifikasi peran pendidikan adalah sebagai : a) memasyarakatkan
ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja
untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan
c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan
fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi .
7
1.3. Rumusan masalah
.
Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar
penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang
tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah,
diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan aktifitas di luar kelas dengan
6
kelancaran studi bagi mahasiswa FISIP USU. Rumusan masalah tersebut
diuraikan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa saja aktifitas mahasiswa FISIP USU di luar kelas?
2. Apa saja yang menyebabkan mahasiswa FISIP USU lebih memilih
aktifitas di luar kelas?
3. Apa hubungan antara aktifitas mahasiswa FISIP USU di luar kelas
dengan kelancaran studinya?
1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai bentuk tulisan ilmiah yang bermaksud
dapat menghadirkan suasana dan gambaran mengenai apa saja aktifitas mahasiswa
di luar kelas dan hubungannya dengan kelancaran studi mereka secara utuh dan
menyeluruh.
Diharapkan setelah penelitian ini dilakukan dapat memberi manfaat untuk
menambah wawasan bagi pembaca tentang hubungan aktifitas dan kelancaran
studi mahasiswa FISIP USU dan menambah kepustakaan dibidang yang
bersangkutan dengan penelitian ini.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah suatu jenis penelitian kualitatif yang meneliti suatu
fenomena sosial tertentu yang terjadi ditengah-tengah mahasiswa, khususnya
itu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan di
lapangan antara lain observasi atau pengamatan terhadap fokus kajian penelitian,
dalam hal ini mahasiswa FISIP USU yang termasuk lama dalam hal
menyelesaikan perkuliahannya. Selain itu wawancara intensif dengan informan
penelitian untuk mendapatkan kedalaman data yang mengungkapkan tujuan dari
penelitian ini.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah
meodel studi kasus. Studi kasus adalah strategi penelitian yang terfokus pada
pemahaman terhadap sesuatu yang dinamis yang melibatkan satu kasus atau lebih
dengan tingkat analisa yang berbeda-beda dan dapat memberikan gambaran
terhadap suatu masalah.
Adapun tekhnik penelitian yang digunakan dalam mencari data di
lapangan ini adalah sebagai berikut:
1.5.1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung berbagai gejala
pada suatu penelitian. Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat
langsung, mendengarkan, dan mencatat aktivitas yang dilakukan mahasiswa di
luar kelas. Observasi ini juga digunakan untuk melakukan pendekatan awal
dengan objek pengamatan, hal ini tentunya penting untuk memudahkan peneliti
pada awalnya sebelum kegiatan wawancara dilakukan dan tentu saja untuk
menggambarkan kondisi awal penelitian di lapangan. Salah satu peranan pokok
dalam observasi adalah menemukan interaksi yang kompleks dengan latar
1.5.2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara
dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007: 107). Wawancara berguna
untuk memperoleh data dari para informan. Hasil wawancara tersebut nantinya
akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara
digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas dan mendalam (depth
interview).
Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara peneliti dan informan, dimana peneliti dan informan terlibat percakapan
yang cukup lama. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun
dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intensitas yang tinggi.
Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada, peneliti juga
menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang
dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu.
Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan
si informan
1.5.3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi
buku, surat kabar, jurnal, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan yang
relevan dengan masalah penelitian. Selain data kepustakaan, peneliti juga akan
menggunakan tape recorder untuk mencaegah kealpaan data dan penggunaan
kamera digital sebagai penguat data hasil wawancara dan observasi.
1.5.4. Analisis Data
Data – data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa
secara kualitatif . Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara
tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap – tiap data yang dikumpulkan .
Kemudian menguraikan pada bagian – bagian permasalahan dengan membuat sub
– sub judul pada bab – bab dalam penulisan penelitian . Analisa data yang
dilakukan sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang
ada . Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses