• Tidak ada hasil yang ditemukan

Involusi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Involusi Pendidikan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fokus penelitian ini adalah mengenai hubungan antara aktifitas mahasiswa

di luar kelas dengan kelancaran studi mahasiswa tersebut. Pada umumnya,

mahasiswa di Fisip tergolong standar1

Apabila data borang FISIP di atas benar, kurangnya perhatian dari

mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahannya akan berdampak terhadap dirinya

maupun tempat di mana dia menuntut ilmu. Dampak yang terjadi pada seseorang

tersebut yakni, usia semakin bertambah sedangkan proses perkuliahan belum juga

selesai. Dengan demikian usia yang sudah bertambah akan mengurangi daya

saing mereka dalam mencari pekerjaan.

yaitu tidak terlalu cepat dan juga tidak

terlalu lama dalam menyelesaikan studinya. Ada juga sebagian kecil dari

mahasiswa tersebut yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya.

Menurut borang FISIP USU (2012: 12), kurangnya perhatian dari

mahasiswa tersebut dengan keadaan perkuliahannya, hal ini didasari oleh aktifitas

yang mereka jalani di luar kelas yang lebih banyak menyita waktu mereka

sehingga mengakibatkan intensitas mereka berkurang untuk belajar dan

(2)

Dengan lamanya mahasiswa menyelesaikan kuliahnya, biaya yang

dibutuhkan menjadi membesar. Pembesaran biaya sangat terasa bagi mahasiswa

yang kos-kosan, baik itu biaya untuk membayar tempat tinggal setiap bulannya

maupun untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Rasa malu juga melekat pada diri mahasiswa yang lama menyelesaikan

perkuliahan. Rasa malu di sini dimaksudkan lebih kepada perasaan rendah diri

atau minder terhadap teman-teman yang seusia yang telah menyelesaikan

kuliahnya. Hal ini tidak menutup kemungkinan ada yang menganggap biasa

dengan lamanya mahasiswa tersebut menyelesaikan perkuliahan.

Selain berdampak pada diri sendiri, lamanya mahasiswa dalam

menyelesaikan kuliahnya berdampak juga kepada perguruan tinggi di mana dia

menuntut ilmu. Dampak tersebut terlihat dalam hal akreditasi perguruan tinggi

tersebut. Sehingga dewasa ini ada perguruan tinggi yang menghalalkan segala

cara agar akreditasi naik minimal tetap apalagi kalau perguruan tinggi tersebut

baru terbentuk.

BAN-PT2 yang dalam hal ini sebagai wakil dari pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional memiliki wewenang untuk melakukan sistem

akreditasi3

2

Satu-satunya badan akreditasi yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional

3

Pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria tertentu

pada pendidikan tinggi baik untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN),

Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Perguruan Tinggi Agama (PTA) dan Perguruan

(3)

Yang di mana dalam PP No. 60 tahun 1989 disebutkan bahwa BAN-PT

merupakan badan yang mandiri (independen) yang diangkat dan melaporkan

tugasnya kepada Menteri Pendidikan Nasional. Dan berfungsi sebagaimana yang

ada pada UU No. 20 tahun 2003, PP No. 60 tahun 1999, SK Menteri Pendidikan

Nasional No. 118/U/2003 adalah membantu Menteri Pendidikan Nasional dalam

pelaksanaan salah satu kewajiban perundangannya, yaitu penilaian mutu

perguruan tinggi, yaitu Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, Kedinasan serta

Keagamaan.

Dimana proses akreditasi program studi dimulai dengan evaluasi diri di

program studi yang bersangkutan. Evaluasi diri tersebut mengacu pada pedoman

evaluasi diri yang telah diterbitkan BAN-PT, namun jika dianggap tidak perlu,

pihak pengelola program studi dapat menambahkan unsur-unsur yang akan

dievaluasi sesuai dengan kepentingan program studi maupun institusi perguruan

tinggi yang bersangkutan.

Menurut Subandi Direktur Pendidikan Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional, indeks tingkat pendidikan tinggi di Indonesia juga dinilai

rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah

memiliki indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33

persen4

Selayaknya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dalam

rentang waktu cepat atau pun normal yaitu 10 semester. Namun, tidak sedikit

mahasiswa yang termasuk lama dalam menyelesaikan studinya, cepat atau .

(4)

tidaknya seorang mahasiswa merupakan pilihan yang telah dipilih oleh mahasiswa

tersebut berdasarkan berbagai alasan yang menjadi dasar bagi mereka di dalam

menentukan pilihan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas,

peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai apa yang

menjadi alasan mahasiswa sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam

menyelesaikan studinya.

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Kelancaran

Kelancaran dalam arti luas adalah tidak tersendat-sendat. Kelancaran

terjadi ketika seseorang atau kelompok akan mencapai tujuan. Kelancaran ini

bersifat positif, karena sebagai suatu pemicu untuk mencapai tujuan yang dicapai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lancar adalah tidak tersendat-tersendat

atau tersangkut-sangkut. Kelancaran memiliki arti yang sangat penting dalam

setiap pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan akan

terlaksana apabila ada kelancaran pekerjaan tersebut. Kelancaran merupakan

keadaan yanag dapat menyebabkan pelaksanaan terlaksana dengan baik dan

maksimal5.

Dengan demikian kelancaran adalah suatu yang dapat mendorong kegiatan

yang akan dikerjakan oleh mahasiswa sehingga akan berpangaruh pada

pencapaian hasil yang akan diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

(5)

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang

dilakukan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan

aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Yang termasuk faktor internal

adalah :

1) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang

sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian

tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau

mengabaikan siswa memperoleh kesempatan belajar.

Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau

mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sikap menerima, menolak, atau

mengabaikan suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa.

Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar

tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian. Oleh karena

itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan matang-matang akibat sikap

terhadap belajar.

2) Motifasi belajar

Motifasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Motifasi belajar pada diri siswa dapat menjadi

lemah. Lemahnya motifasi, atau tiadanya motifasi belajar akan

melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya kualitas hasil belajar akan

(6)

diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motifasi belajar yang kuat,

pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian

pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar

maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada

pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi

belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar dan selingan istirahat.

Dalam pengajaran klasikal, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit

telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan selingan istirahat

selama beberapa menit.

4) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk

menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna

bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai

keagamaan, nilai kesenian, serta ketrampilan mental dan jasmani.

Kemampuan menerima dan cara pemerolehan tersebut dapat

dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa

mengolah bahan tersebut menjadi semakin baik, bila siswa berpeluang

aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan

(7)

5) Menyimpan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan

menyimpan isi pesan cara perolehan dalam waktu pendek dan waktu yang

lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar

cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu yang lama berarti

hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu

bertahun-tahun, atau bahkan sepanjang hayat. Proses belajar di ranah kognitif

tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan.

Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input process), proses

pengolahan kembali dan hasil (output process), dan proses penggunaan

kembali (activation process).

b.Faktor-faktor eksternal

Proses belajar didorong oleh oleh motifasi intrisik siswa. Disamping itu,

proses belajar dapat juga terjadi atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh

lingkungan. Faktor-faktor eksternal meliputi

1) Guru

5

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar

bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik

penerus muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian

pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar.

(8)

Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa

di sekolahnya.

Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh

menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang

pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang

diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah

pengembangan diri, pemenuhan hidup sebagai manusia. Dengan

penghasilan yang diterimanya setiap bulan, ia dituntut berkemampuan

hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Tuntutan hidup layak tersebut

sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Tinggal di

sub-kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan daereah asalnya merupakan

persoalan penyesuaian diri.

Ada perilaku, norma, nilai, sub-kebudayaan lokal yang masih harus

dipelajari oleh guru yang bersangkutan. Di satu pihak, guru mempelajari

perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Di lain pihak, pada

tempatnya warga masyarakat setempat perlu memahami dan menerima

guru sebagi pribadi yang sedang tumbuh. Guru adalah seorang yang belum

sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut perlu dipahami, dan emansipasi

guru menjadi pribadi yang utuh juga perlu dibantu oleh warga masyarakat

tempatnya bertugas.

2) Sarana prasarana pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar,

(9)

pembelajarab meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas

laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran yang lain.

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi

pembelajaran yang baik. Justru disinilah timbul masalah “bagaimana

mengelola prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara

proses belajar yang baik”5

3) Kebijakan penilaian .

Dengan tersedianya saran dan prasarana belajar berarti menuntut

guru dan siswa dalam menggunakannya. Peranan guru adalah sebagai

berikut: (i) memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana

belajar yang menggembirakan, (ii) memelihara dan mengatur sasaran

pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan belajar siswa, dan (iii)

mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan sarana dan prasarana secara

tepat guna. Peranan siswa sebagi berikut: (i) ikut serta dan berperan aktif

dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara baik, (ii) ikut serta dan

berperan aktif dalam pemanfaatan prasaran dan sarana secara tepat guna,

dan (iii) menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka

pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.

Dalam berperan serta tersebut siswa akan mengatasi masalah

kebiasaan menggunakan sarana dan prasarana yang kurang baik yang

ditemukan di sekitar sekolah. Dalam hal ini siswa belajar memelihara

(10)

Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau

unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut,

proses belajar berhenti untuk sementara dan terjadilah penilaian. Dengan

penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang

berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain.

4) lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang

dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut

ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu.

5) Kurikulum

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada

kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum

nasional yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum disusun

berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Kemajuan masyarakat

didasarkan suatu rencana pembangunan lima tahunan yang diberlakukan

oleh pemerintah. Kurikulum tersebut berisi tujuan pendidikan, isi

pendidikan, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi5

1.2.2. Kejenuhan

.

Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak

mampu lagi memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan.

Peristiwa jenuh kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar

(11)

(kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan

usahanya.

Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk

belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil (Reber dalam Syah 1995). Seorang siswa

yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan

kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya

kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi

dalam rentang waktu tertentu saja. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami

rentang yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam suatu periode belajar

tertentu. Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak

dapat berkerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses informasi atau

pengalaman baru, sehingga kemauan belajarnya seakan-akan jalan ditempat.

Faktor penyebab kejenuhan dan mengatasi kejenuhan belajar

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan

motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat ketrampilan tertentu

sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat ketrampilan berikutnya (Chaplin

dalam Syah 1995). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar

siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan

keletihan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang

melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan

bosan pada siswa yang bersangkutan.

(12)

keletihan mental siswa. Keletihan fisik dan indera dalam hal ini mata dan telinga

pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa

tersebut beristirahat cukup, terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan

dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya keletihan mental tidak dapat diatasi

dengan cara yang sesederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah

sebabnya keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya

kejenuhan belajar.

Sedikitnya ada empat faktor penyebab keletihan mental siswa

1. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang

ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri

2. Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan keberhasilan

bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika

siswa tersebut sedang bosan mempelajari bidang studi tersebut.

3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat

dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat

4. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang

optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya

berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri (self-imposed).

Selanjutnya, kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang

menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu, antara lain sebagi berikut

1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman

(13)

2. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari

belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa kembali belajar

lebih giat

3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang

meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat

perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa

merasa di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk

belajar

4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa

terdorong untuk belajar lebih giat daripada sebelumnya

5. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam)

dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.

1.2.3. Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan

perbuatan mendidik6.

Menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989: pendidikan adalah usaha

sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

(14)

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat6

Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No. 2 tahun 1985 yaitu

mencerdaskan kehidupan berbangsa dan mengembangkan manusia yang

seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani

dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan berbangsa

.

6

Mengidentifikasi peran pendidikan adalah sebagai : a) memasyarakatkan

ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa, b) mempersiapkan tenaga kerja

untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan

c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan

fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi .

7

1.3. Rumusan masalah

.

Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar

penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang

tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah,

diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan aktifitas di luar kelas dengan

6

(15)

kelancaran studi bagi mahasiswa FISIP USU. Rumusan masalah tersebut

diuraikan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja aktifitas mahasiswa FISIP USU di luar kelas?

2. Apa saja yang menyebabkan mahasiswa FISIP USU lebih memilih

aktifitas di luar kelas?

3. Apa hubungan antara aktifitas mahasiswa FISIP USU di luar kelas

dengan kelancaran studinya?

1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai bentuk tulisan ilmiah yang bermaksud

dapat menghadirkan suasana dan gambaran mengenai apa saja aktifitas mahasiswa

di luar kelas dan hubungannya dengan kelancaran studi mereka secara utuh dan

menyeluruh.

Diharapkan setelah penelitian ini dilakukan dapat memberi manfaat untuk

menambah wawasan bagi pembaca tentang hubungan aktifitas dan kelancaran

studi mahasiswa FISIP USU dan menambah kepustakaan dibidang yang

bersangkutan dengan penelitian ini.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah suatu jenis penelitian kualitatif yang meneliti suatu

fenomena sosial tertentu yang terjadi ditengah-tengah mahasiswa, khususnya

(16)

itu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan di

lapangan antara lain observasi atau pengamatan terhadap fokus kajian penelitian,

dalam hal ini mahasiswa FISIP USU yang termasuk lama dalam hal

menyelesaikan perkuliahannya. Selain itu wawancara intensif dengan informan

penelitian untuk mendapatkan kedalaman data yang mengungkapkan tujuan dari

penelitian ini.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan sebuah

meodel studi kasus. Studi kasus adalah strategi penelitian yang terfokus pada

pemahaman terhadap sesuatu yang dinamis yang melibatkan satu kasus atau lebih

dengan tingkat analisa yang berbeda-beda dan dapat memberikan gambaran

terhadap suatu masalah.

Adapun tekhnik penelitian yang digunakan dalam mencari data di

lapangan ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung berbagai gejala

pada suatu penelitian. Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat

langsung, mendengarkan, dan mencatat aktivitas yang dilakukan mahasiswa di

luar kelas. Observasi ini juga digunakan untuk melakukan pendekatan awal

dengan objek pengamatan, hal ini tentunya penting untuk memudahkan peneliti

pada awalnya sebelum kegiatan wawancara dilakukan dan tentu saja untuk

menggambarkan kondisi awal penelitian di lapangan. Salah satu peranan pokok

dalam observasi adalah menemukan interaksi yang kompleks dengan latar

(17)

1.5.2. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara

dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007: 107). Wawancara berguna

untuk memperoleh data dari para informan. Hasil wawancara tersebut nantinya

akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi data. Metode wawancara

digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas dan mendalam (depth

interview).

Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara peneliti dan informan, dimana peneliti dan informan terlibat percakapan

yang cukup lama. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun

dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intensitas yang tinggi.

Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada, peneliti juga

menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang

dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu.

Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan

si informan

1.5.3. Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

(18)

buku, surat kabar, jurnal, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan yang

relevan dengan masalah penelitian. Selain data kepustakaan, peneliti juga akan

menggunakan tape recorder untuk mencaegah kealpaan data dan penggunaan

kamera digital sebagai penguat data hasil wawancara dan observasi.

1.5.4. Analisis Data

Data – data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa

secara kualitatif . Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara

tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap – tiap data yang dikumpulkan .

Kemudian menguraikan pada bagian – bagian permasalahan dengan membuat sub

– sub judul pada bab – bab dalam penulisan penelitian . Analisa data yang

dilakukan sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang

ada . Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Naluri dalam hati memberi dorongan penulis untuk menggali unsur yang menarik pada objek dan diangkat pada penciptaan karya tugas akhir dengan judul “Objek Di

Dari proses diatas dalam poin penerimaan atlet diketahui bahwa padepokan Gajah Lampung belum memiliki adminstrasi dan pendataan yang baik untuk atlet yang berlatih

lata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian - bagian pabrik yang meliputi tempat bekerjanya karyawan, tempat peralatan dan tempat penyimpanan bahan baku dan produk.

Inspektorat Jenderal adalah Unit Eselon I dari Kementerian Perhubungan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi Raperda sebagaimana dimaksud pada angka 1 telah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang

Hasil penelitian terhadap perbanyakan tanaman krisan se-cara in vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe tanaman sangat berbeda satu dengan lainnya dalam

memaparkan bahwa angka kekerasan dalam pacaran dan kekerasan dalam rumah tangga tidak mengalami sedikitpun penurunan dari tahun ke tahun, kondisi ini diperburuk dengan

Kami berharap sejawat dokter, psikiater, psikolog dan profesi lain yang terkait dengan problem seksual dan marital memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan serta