• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemeriksaan PPh Pasal 25 29 Badan Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemeriksaan PPh Pasal 25 29 Badan Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1.Pajak Penghasilan

2.1.1. Pengertian Pajak Penghasilan

Ada beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli antara lain :

Dalam Soemitro Mardiasmo (2006:1) menyebutkan bahwa “Pajak adalah

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang- undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum.”

Menurut Markus (2003:1)

”Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan Undang-Undang, wajib diberikan oleh rakyat kepada Negara tanpa mendapat kontraprestasi secara individual dan langsung dari Negara, serta bukan merupakan penalti, yang berfungsi sebagai:

a. Dana untuk penyelenggaraan Negara, dan sisanya jika ada, digunakan untukpembangunan, serta

b. Instrumen untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat”.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak hanyalah

negara, iuran tersebut dalam bentuk uang, bukan barang.

2. Berdasarkan Undang-Undang, pajak dipungut berdasarkan atau dengan

ketentuan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara

(2)

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pengeluaran

yang bermanfaat untuk masyarakat.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya bahwa pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin

maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya

memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dengan cara

ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan

peraturan berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan

Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, serta

Pajak Lainnya.

b. Fungsi Regulerend ( Mengatur )

Pajak mempunyai fungsi mengatur, artinya, bahwa pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi mengatur, adalah:

1. Tarif pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi

transaksi jual beli barang mewah, untuk menekan pembelian barang – barang

(3)

2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan agar pihak

yang memperoleh penghasilan yang tinggi memberikan kontribusi

(membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

3. Tarif pajak ekspor adalah 0%, dimaksudkan untuk meningkatkan gairah

ekspor pengusaha lokal.

c. Fungsi Sosial

Fungsi sosial artinya pemungutan pajak disesuaikan dengan kekuatan

seseorang untuk mencapai pemuasan kebutuhan setinggi-tingginya.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Mardiasmo ( 2006 : 2 ) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi :

1. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. 2. Self Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. With Holding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.4. Pengertian-Pengertian dalam Ketentuan Umum Perpajakan

Dengan mengacu pada Undang-undang No.6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-undang No.16

Tahun 2009 terdapat beberapa pengertian, meliputi :

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

(4)

dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan , meliputi pembayar

pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroaan terbatas, perseroaan komanditer,

perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,

dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk

badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap

4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan

takwim atau jangka waktu lainnya yang ditetapkan dengan keputusan

Menteri Keuangan paling lama tiga bulan takwim.

5. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

6. Surat Ketetapan Pajak ( SKP ) adalah surat ketetapan pajak yang meliputi

(5)

Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil , atau Surat Ketetapan

Pajak Lebih bayar.

2.1.5. Pengertian PPh Pasal 25/29 Badan

Definisi atau pengertian PPh Pasal 25/29 Menurut Waluyo dan Wirawan

B. Ilyas (2002,;204) dalam buku yang berjudul Perpajakan Indonesia,

menyatakan bahwa PPh Pasal 25 adalah:

“Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk

setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan. Dan angsuran pajak

penghasilan pasal 25/29 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak

terhadap pajak yang terhutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada

akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT)

Tahunan Pajak Penghasilan”.

” Kredit pajak adalah pajak yang telah dilunasi setiap bulan atau masa lain

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam tahun berjalan, baik yang

dibayar sendiri oleh Wajib Pajak maupun yang dipotong secara dipungut

oleh pihak lain”.

”PPh Pasal 25/29 Badan merupakan angsuran pajak yang dibayar sendiri

oleh Wajib Pajak Badan setiap bulan dan merupakan kredit pajak yang

dapat dikurangkan dari pajak yang terhutang pada akhir Tahun Pajak yang

(6)

2.2.Pemeriksaan Pajak

2.2.1. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Defenisi pemeriksaan menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 adalah ”serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Pada dasarnya pemeriksaan adalah pemeriksaan atas buku-buku

atau catatan-catatan yang dibuat oleh Wajib Pajak mengenai kegiatan

usahanya, kemudian menguji kebenaran formal/material dari pembukuan

tersebut, serta meneliti apakah kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang

bersangkutan telah dilaksanakan dan apakah pelaksanaan kewajiban itu

telah memenuhi ketentuan-ketentuan yuridis fiskal sesuai dengan

Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Di lain pihak defenisi di atas memberikan suatu pandangan bahwa

laporan keuangan yang disusun dengan berpedoman kepada Standar

Akuntansi dan telah di audit oleh kantor akuntan publik, dengan melakukan

prinsip-prinsip dasar dan teknik/prosedur audit seperti yang diatur dalam

Standar Profesional Akuntan Publik yang dinyatakan wajar tanpa syarat

oleh akuntan publiknya. Jumlah laba bersih yang dilaporkan masih

memerlukan beberapa penyesuaian yuridis fiskal.

(7)

Berdasarkan defenisi diatas pemeriksaan akuntan harus dilaksanakan

secara:

1. Objektif, artinya pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan data

dan bukti secara apa adanya, dan tidak didasarkan pada kehendak atau

prasangka subjektif dari pihak pemeriksa.

2. Independen, artinya pemeriksaan harus memiliki keabsahan di dalam

melaksanakan tugasnya, adil di dalam tindakannya serta tidak memihak

pada salah satu kepentingan.

3. Sistematis, artinya pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan

seperangkat kaidah formal yang harus dipatuhi sebagai kriteria, ukuran

mutu, dan pedoman bertindak dalam melakukan pemeriksaan.

2.2.2. Jenis Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui 2 (dua) jenis pemeriksaansebagaimana

dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor

17/PMK.03/2013, yang meliputi :

1) Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat

tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas Wajib Pajak,dan/atau tempat lain yang dianggap perlu

oleh Pemeriksa Pajak;atau

2) Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor

(8)

2.2.3. Prosedur Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan KEP-01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak,

tahapan pemeriksaan pajak meliputi kegiatan persiapan pemeriksaan,

pelaksanaan pemeriksaan, dan penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan

Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak. Masing-masing tahapan tersebut dirinci

menjadi tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan pemeriksaan

2. Pelaksanaan pemeriksaan

3. Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan

Pajak

2.2.3.1Persiapan pemeriksaan Pajak.

Tahapan persiapan pemeriksaan terdiri dari tahapan sebagai berikut:

(a) Mempelajari berkas Wajib Pajak termasuk berkas data.

(b) Menganalisis SPT Tahunan, SPT Masa, SPPT, dan Laporan Keuangan

Wajib Pajak.

(c) Mengidentifikasi masalah.

(d) Melakukan pengenalan lokasi.

(e) Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.

(f) Menyusun program pemeriksaan.

(g) Menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang

akan dilihat dan/atau dipinjam.

(9)

a. Mempelajari berkas Wajib Pajak/berkas data, tujuannya adalah

untuk memperolah gambaran umum mengenai kegiatan Wajib

Pajak antara lain kegiatan usaha, kewajiban perpajakan, organisasi

dan administrasi perusahaan, struktur permodalan dan susunan

direksi. Sedangkan dalam pelaksanaannya adalah untuk

mempelajari seluruh dokumen yang merupakan isi berkas Wajib

Pajak dan berkas data termasuk mencocokkan segi pembayaran

pajak. Hal ini dalam pelaksanaannya adalah membuat catatan

mengenai hal-hal penting yang diketahui setelah mempelajari

berkas Wajib Pajak yaitu berkas data, SPT dan laporan keuangan

Wajib Pajak dan menuangkannya kedalam kertas kerja

pemeriksaan.

b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak, tujuannya

adalah untuk menentukan hal-hal yang perlu diperhatikan pada

waktu melakukan pemeriksaan dan untuk menentukan

perkiraan-perkiraan yang diprioritaskan dan/atau dikembangkan

pemeriksaannya.

Pelaksanaan untuk menganalisis SPT dan laporan keuangan Wajib

Pajak, antara lain:

1). Melakukan perbandingan laporan keuangan tahun yang diperiksa

dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Apabila

memungkinkan agar dibuat perbandingan laporan keuangan untuk

(10)

vertikal maupun horizontal.

2). Membuat catatan mengenai perkiraan-perkiraan yang berdasarkan

hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang

cukup materil. Perkiraan tersebut merupakan perkiraan yang

diprioritaskan dan/atau dikembangkan pemeriksaannya.

3). Melakukan analisis ratio, antara lain:

a). Ratio rentabilitas ekonomis, yaitu perbandingan antara pendapatan

bersih setelah dikurangi pajak dengan investasi untuk mengetahui

kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan dengan

menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman. Ratio ini dapat

dipergunakan untuk menilai kewajiban laba bersih dengan

melakukan perbandingan dengan usaha sejenis.

b). Ratio rentabilitas modal sendiri, yaitu perbandingan antara

pendapatan bersih setelah dikurangi pajak dan modal sendiri untuk

mengetahui kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan

dengan menggunakan modal sendiri. Ratio ini dapat dipergunakan

untuk nilai kewajaran laba bersih dengan melakukan perbandingan

dengan usaha sejenis.

c). Ratio inventory turn over, yaitu perbandingan harga pokok

penjualan dengan persediaan rata-rata untuk mengetahui kecepatan

perputaran barang. Ratio ini dapat dipergunakan untuk menilai

penjualan.

(11)

antara pelunasan piutang dengan jumlah penjualan kredit yang

terjadi untuk meneliti kewajaran kebijaksanaan penjualan kredit.

e). Ratio antara biaya-biaya perbaikan aktiva yang bersangkutan yaitu

perbandingan antara jumlah biaya perbaikan aktiva dengan nilai

aktiva yang perbandingannya untuk jumlah biaya kewajaran

pengeluaran tersebut.

4). Memperhatikan perkiraan tertentu yang tidak sesuai dengan

sifat-sifat dan jenis-jenis usahanya.

5). Memperhatikan laporan pajak terdahulu serta mencatat

masalah-masalah dan temuan-temuan pada pemeriksaan terdahulu.

6). Membuat catatan mengenai hal penting yang diketahui dari hasil

analisis tersebut dan menuangkannya ke dalam kertas kerja

pemeriksaan.

c. Mengindentifikasi masalah, tujuannya adalah untuk menentukan

masalah yang memerlukan perhatian khusus dan sebagai bahan untuk

menentukan ruang lingkup pemeriksaan yang akan dilakukan.

Sedangkan pelaksanaannya adalah mempelajari dan

mengindentifikasi:

1) Masalah yang ditemukan dalam berkas Wajib Pajak/berkas data,

masalah yang ditemukan dalam SPT dan laporan keuangan dan

masalah yang ditemukan dari data/informasi lainnya.

2) Membuat catatan mengenai masalah tersebut dan menuangkannya

(12)

D. Melakukan pengenalan lokasi

Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian mengenai: alamat

Wajib Pajak, lokasi usaha, denah usaha dan kebiasaan lain yang perlu

diketahui misalnya jam kerja. Dalam pelaksanaanya adalah dengan

melakukan pengenalan lokasi setempat sepengetahuan Wajib Pajak,

apabila memungkinkan melakukan wawancara dengan pegawai Wajib

Pajak maupun penduduk di sekitar lokasi dan membuat catatan

mengenai hasil pengenalan lokasi dan menuangkannya ke dalam

kertas kerja pemeriksaan.

E. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.

Himpunan Peraturan Pepajakan Tentang Pemeriksaan (1997:240)

”Ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan dapat dilakukan :

3. Di lapangan, meliputi seluruh jenis pajak dan/atau tujuan lain baik tahun

berjalan dan/ atau tahun tahun sebelumnya yang dilakukan dengan

menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang

sederhana.

4. Di kantor, meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/atau tahun

tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik pemeriksaan

dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.”

Dari keterangan di atas, ada dua jenis pemeriksaan berdasarkan lokasi, yaitu

pemeriksaan kantor (room audit) dan pemeriksaan lapangan (field audit).

Pada pemeriksaan kantor ada dua cara pemeriksaan yaitu penelaahan

(13)

memanggil Wajib Pajak yang bersangkutan, atau Wajb Pajak diminta

datang dengan membawa berkas-berkasnya. Pada pemeriksaan lapangan

petugas pemeriksa pajak datang memeriksa ke lokasi usaha Wajib Pajak.

F. Menyusun program pemeriksaan.

Program pemeriksaan adalah suatu daftar prosedur-prosedur pemeriksaan

yang akan dilakukan oleh pemeriksa dalam suatu pemeriksaan. Sedangkan

prosedur pemeriksaan merupakan langkah-langkah pemeriksaan dan

pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program

pemeriksaan disusun berdasarkan hasil penelaahan yang diperoleh pada

tahap-tahap persiapan sebelumnya. Tujuan menyusun program

pemeriksaan ini adalah agar pemeriksaan dapat mencapai hasil yang

optimal, sebagai alat untuk mengawasi, menimbang, dan mengarahkan

pelaksanaan pemeriksaan serta dapat merupakan referensi untuk

pemeriksaan berikutnya.

G. Menentukan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang

akan dipinjamkan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan

sebelumnya, pemeriksa harus dapat menentukan buku-buku, catatan-catatan,

dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam, sekaligus menyusun daftar

pertanyaan yang akan diajukan kepada Wajib Pajak sesuai dengan program

pemeriksaan yang telah disusun. Pemeriksaan harus menghindari terjadinya

pinjaman buku-buku, catatan dan dokumen yang tidak diperlukan atau

(14)

diperlukan

H. Menyediakan sarana pemeriksaan.

Agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka sebelum melakukan

pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana sebagai berikut :

1) Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.

2) Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP).

3) Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Kantor

Pelayanan Pajak

4) Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak.

5) Formulir surat pernyataan penolakan pemeriksaan.

6) Formulir berita acara penolakan pemeriksaan.

7) Formulir surat pernyataan penolakan membantu kelancaran

pemeriksaan.

8) Formulir permintaan keterangan kepada pihak ketiga.

9) Formulir surat permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan,

dan dokumen lainnya.

10) Formulir daftar buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain yang

akan dipinjam oleh pemeriksa.

11) Formulir surat persetujuan/penolakan perpanjangan batas waktu

peminjaman buku, catatan dan dokumen lainnya.

12) Formulir bukti peminjaman buku-buku, catatan dan dokumen lainnya.

13) Formulir surat pernyataan telah menyerahkan foto copy buku-buku,

(15)

14) Formulir bukti pengembalian buku-buku, catatan dan dokumen

lainnya.

15) Formulir segel.

16) Formulir berita acara penyegelan.

17) Formulir kertas kerja pemeriksaan.

18) Formulir surat pernyataan mengenai persetujuan hasil pemeriksaan.

19) Formulir tanda terima penerimaan pemberitahuan hasil pemeriksaan

dan lembar pernyataan persetujuan.

20) Berita acara hasil pemeriksaan.

21) Formulir surat panggilan.

22) Formulir berita ketidakhadiran Wajib Pajak.

23) Formulir berita acara penolakan penandatanganan berita acara hasil

pemeriksaan.

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksaan dapat memperoleh

gambaran umum mengenai Wajib Pajak yang akan diperiksa, sehingga program

pemeriksaaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

2.2.5. Pelaksanaan pemeriksaan Pajak

Tahapan pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari tahap sebagai berikut:

(a) memeriksa di kantor pemeriksa dan atau di tempat Wajib Pajak.

(b) menilai sistem pengendalian intern.

(c) memutakhirkan cakupan dan program pemeriksaan.

(d) melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan

(16)

(e) melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.

(f) memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak.

(g) melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

pemeriksa yang meliputi :

a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak.

Memeriksa di tempat Wajib Pajak adalah pemeriksaan yang dilakukan

di Kantor atau Pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau

ditempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas Wajib Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat lain

yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Zulfikar Tahar (1999:13) Tujuan pemeriksaan di tempat lain adalah :

”1) Untuk mengetahui dan mendapatkan data-data/fakta-fakta mengenai

kegiatan Wajib Pajak yang sebenarnya.

2) Untuk dapat mengetahui dan menilai sistem pengendalian intern.

3) Untuk menyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva tetap

yang dilaporkan dan kepemiliknya.”

Pelaksanaan pemeriksaan adalah :

1) Sebelum memulai tugasnya, pemeriksa terlebih dahulu harus

memperkenalkan diri dengan menunjukkan tanda pengenal pemeriksa.

Menyampaikan Surat Pemberitahuan pemeriksaan dan Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak (SPPP), serta menjelaskan tujuan kedatangan

(17)

pemeriksaan yang akan dilakukan. Selanjutnya pemeriksa melakukan

wawancara/tanya jawab berdasarkan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan orang-orang

yang dianggap dapat mengungkapkan tambahan informasi yang akan

bermanfaat untuk keberhasilan pemeriksaan.

2) Melakukan pemeriksaan pada bagian-bagian yang ada pada perusahaan

sekaligus apabila diperlukan dan dimungkinkan melakukan pengujian

fisik atas besarnya persediaan saldo uang yang ada dalam kas.

3) Melakukan tindakan penyegelan terhadap tempat atau ruangan tertentu

yang diduga merupakan tempat penyimpanan buku-buku, catatan,

dokumen atau barang-barang lainnya yang berhubungan dengan kegiatan

Wajib Pajak apabila Wajib Pajak atau wakil kuasanya tidak memberikan

kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud atau tidak

berada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.

4) Melakukan peminjaman buku-buku, catatan, dan dokumen yang

diperlukan dengan membuat dan menyerahkan bukti peminjaman kepada

Wajib Pajak.

b. Melaksanakan penilaian atas sistem pengendalian intern.

Dilaksanakannya penilaian atas sistem pengendalian intern bertujuan

untuk mengetahui lemah/kuatnya sistem pengendalian intern sebagai dasar

untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang akan dilakukan.

Dalam pelaksanaan penilaian sistem pengendalian dilakukan berdasarkan :

(18)

Mengumpulkan informasi mengenai sistem pengendalian intern

dengan cara : mempelajari manual yang ada dalam perusahaan antara

lain struktur organisasi, bagan perkiraan arus dokumen dan arus

barang, melakukan wawancara mengenai pelaksanaan sistem

pengendalian intern dengan pejabat berkompeten dan mengamati

proses pelaksanaan sistem pengendalian intern.

2) Penelaahan.

Berdasarkan data yang telah terkumpul, pemeriksa melakukan

penelaahan dengan membuat catatan yang dapat berupa : uraian

singkat, bagan arus, daftar pertanyaan yang telah dijawab.

3) Penilaian sementara terhadap sistem pengendalian intern.

Berdasarkan hasil penelaahan, pemeriksa membuat penilaian

sementara mengenai sistem pengendalian intern yang akan digunakan

sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang

akan dilakukan.

4) Pengujian.

Berdasarkan hasil penilaian sementara terhadap sistem pengendalian

intern, pemeriksa melakukan pengujian mengenai kepatuhan dalam

mengikuti sistem/prosedur/metode/peraturan yang telah ditetapkan.

5) Penilaian akhir dari sistem pengendalian intern.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, pemeriksa dapat

menentukan penilaian akhir mengenai lemah/kuatnya sistem

(19)

c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.

Berdasarkan data/fakta yang diperoleh pada saat pemeriksaan setempat

dan setelah memperhatikan hasil penilaian sistem pengendalian intern,

pemeriksa menelaah dan menyusun kembali program pemeriksaan yang

dibuat pada tahap persiapan pemeriksaan.

d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan, dan dokumen

Tujuannya adalah :

1) Untuk meyakinkan kebenaran angka-angka yang dicantumkan dalam SPT

dengan membandingkannya terhadap angka-angka yang ada dalam

pembukuan dan dokumen-dokumen pendukungnya.

2) Untuk menentukan apakah angka-angka yang dilaporkan dalam SPT telah

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.

Tujuan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga adalah untuk

meneguhkan kebenaran data/informasi dari Wajib Pajak dengan bukti-bukti

yang diperoleh dari pihak ketiga.

Bohari (2004:160) Pelaksanaan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga

adalah dengan :

“1) Meminta informasi melalui surat kepada pihak ketiga.

2) Melakukan pemeriksaan terhadap pihak ketiga yang terkait.”

f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

Tujuannya adalah menjelaskan koreksi fiskal dari hasil pemeriksaan yang

(20)

pemeriksaan kepada Wajib Pajak adalah :

”1) Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal kepada Wajib Pajak.

2) Melakukan pembahasan atas koreksi fiskal dengan Wajib Pajak.

3) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Wajib Pajak untuk

menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan

lebih lanjut mengenai koreksi fiskal yang telah dilakukan.”

g. Melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

Tujuannya adalah untuk membuat berita acara hasil pemeriksaan yang

harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak, Pelaksanaannya

adalah :

1) Memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai tempat dan waktu

pertemuan.

2) Membuat dan menandatangani berita acara hasil pemeriksaan yang

memuat secara rinci seluruh koreksi baik yang disetujui oleh pemeriksa

maupun yang disanggah oleh Wajib Pajak tetapi sanggahan tersebut

tidak disetujui oleh pemeriksa.

3) Dalam hal Wajib Pajak menolak untuk menandatangani berita acara

hasil pemeriksaan, maka pemeriksa membuat berita acara penolakan

penandatangan berita acara hasil pemeriksaan.

Hasil akhir Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dalam rangka

ekstensifikasi Wajib Pajak adalah berupa pemberian NPWP dan/atau

pengukuhan PKP secara jabatan yang merupakan kesimpulan dalam LPP

(21)

ada data tentang objek pajak yang cukup material, baik untuk tahun yang

berjalan maupunn tahun-tahun sebelumnya.

4) Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan

Pajak

Sedangkan untuk tahap penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan

Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak terdiri dari:

(a) format LPP dan KKP.

(b) pengesahan LPP.

(c) pembuatan Nota Penghitungan dan LHP.

(d) pengiriman LPP, nota penghitungan dan berkas Wajib Pajak.

(e) perekaman SP3.

Penelitian ini tidak membahas kepuasan Wajib Pajak atas hasil dari

pemeriksaan pajak berupa Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak,

tetapi bertujuan untuk mengetahui ada tidak nya pengaruh pemeriksaan

pajak terhadap penerimaan pajak dan penelitian ini hanya mencakup

kejadian atau pengalaman yang dialami langsung oleh pemeriksa pajak

dalam melakukan pemeriksaan dari proses awal berupa tahap persiapan

pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, hingga penyusunan Laporan

Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak.

Menurut Mardiasmo (2004:231) ”laporan pemeriksaan pajak adalah

laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan

yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas

(22)

Laporan pemeriksaan pajak menyajikan penilaian serta pengujian atas

ketaatan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang diperiksa,

yang disarikan dari kertas kerja pemeriksa. Laporan pemeriksaan pajak

digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

2.3.Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan

2.3.1.Kriteria Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan

Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua Wajib

Pajak, namun karena keterbatasan sumber daya manusia atau tenaga

pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak, maka pemeriksaan tidak dapat

dilakukan terhadap semua Wajib Pajak. Pemeriksaan hanya dilakukan

terutama terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya menyatakan lebih bayar

karena hal ini telah diatur dalam UU KUP. Selain itu pemeriksaan dilakukan

juga terhadap Wajib Pajak tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat

kepatuhannya dianggap rendah. Pada masa yang akan datang dengan kuasa

Pasal 17 c UU KUP, pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya

menyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahnya, selanjutnya pemeriksaan

dapat lebih diarahkan kepada Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya

rendah atau Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria pemeriksaan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak

(SE-28/PJ/2013,Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak) adalah terdapat 2 (dua)

kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Rutin,merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan

(23)

Wajib Pajak dan,

2. Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk

based audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib

Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara

komputerisasi menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan.

2.3.2.Materi Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan

Dalam pelaksanaan pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan terdapat materi –

materi pemeriksaan yang harus diperiksa sesuai dengan prosedur pemeriksaan,

antara lain :

1. Laporan Keuangan

Pemeriksa melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan dokumen

dokumen pembukuan Wajib Pajak dan membuat catatan mengenai perkiraan

-perkiraan yang berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau

perubahan yang cukup materil. Perkiraan tersebut merupakan prioritas dalam

pemeriksaan untuk melakukan koreksi fiskal.

2. Daftar Pembayaran Wajib Pajak Badan

Mendapatkan daftar pembayaran bulanan PPh Pasal 25 Badan dengan rincian

sebagai berikut :

a. Pembayan angsuran untuk bulan Januari sampai Desember Tahun pajak

yang diperiksa.

b. Jumlah Pembayaran.

(24)

d. Nomor dan Tanggal STP (Surat Tagihan Pajak).

e. Pembayaran PPN

f. Faktur Pajak

3. Besarnya Angsuran

Meyakinkan bahwa besarnya angsuran pajak dalam Tahun berjalan (PPh Pasal

25 Badan ) untuk setiap bulan adalah sebesar pajak yang terhutang pada Tahun

Pajak yang lalu dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak ,Pasal

22, Pasal 23, (sebagai kredit pajak) dibagi dengan banyaknya masa pajak.

4. Bukti Pembayaran

Mencocokkan seluruh jumlah yang tercantum dalam daftar pembayaran

angsuran dengan bukti asli pembayaran PPh Pasal 25 Badan (arsip Wajib

Pajak).

5. Jumlah Kredit Pajak

Meyakinkan bahwa jumlah yang dikreditkan dengan hutang pajak penghasilan

Wajib Pajak untuk Tahun berjalan sesuai dengan jumlah daftar pembayaran

angsuran.

6. Alket (Alat Keterangan)

Memanfaatkan data (alket/alat keterangan) yang ada di master file Kantor

Pelayanan Pajak Madya Medan dan memperhitungkannya terhadap pajak yang

terhutang.

7. Dokumen Lain

(25)

yang berkaitan dengan transaksi keuangan wajib pajak badan seperti dokumen

PEB, akte perubahan perusahaan, dan sebagainya.

2.3.3.Laporan Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan

Setiap pemeriksaan selalu diakhiri dengan pertanggungjawaban yaitu

dengan menyusun laporan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan pajak,

pembuatan laporan pemeriksaan itu menjadi keharusan. Laporan ini akan

mencerminkan watak dan profesionalisme pemeriksa. Selain itu, dalam

laporan ini akan diketahui kekurangan yang ditemui oleh pemeriksa dalam

pembukuan atau diri Wajib Pajak yang berkaitan dengan Ketetapan Pajak.

Atas dasar hal itu, maka pemerintah perlu mengatur pedoman

laporan pemeriksaan. Sophar (1999:393) Pedoman laporan pemeriksaan

adalah sebagai berikut :

”1. Laporan pemeriksaan pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas,

memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat

kesimpulan pemeriksaan pajak yang didukung bukti yang kuat tentang

ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan

perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan dengan pengungkapan

penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan :

a. Berbagai faktor perbandingan.

b. Nilai absolut dari penyimpangan.

(26)

d. Bukti atau petunjuk adanya penyimpangan.

e. Pengaruh penyimpangan.

f. Hubungan dengan permasalahan lainnya.

3. Laporan pemeriksaan pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap

dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.”

Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan melalui beberapa

tahap sebagai berikut (Bambang,1999) :

” 1).Cara Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak.

2). Pengesahan Laporan Pemeriksaan Pajak.

3). Pembuatan Nota Perhitungan dan DKHP.

4). Pengiriman LPP, Nota Penghitungan dan DKHP”

Berikut ini penulis akan menjelaskan keempat tahap pembuatan

laporan pemeriksaan pajak.

1. Cara Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak.

Laporan Pemeriksaan Pajak disusun dengan sistematika sebagai berikut :

a. Umum.

Memuat keterangan-keterangan mengenai identitas Wajib Pajak, pemenuhan

kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan Wajib Pajak, penugasan dan

alasan pemeriksaan, data/informasi yang tersedia dan daftar lampiran.

(27)

Memuat penjelasan secara lengkap mengenai pos-pos yang diperiksa,

penilaian pemeriksaan atas pos-pos yang diperiksa dari temuan-temuan

pemeriksaan.

c. Hasil pemeriksaan.

Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan

Wajib Pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan penghitungan mengenai

besarnya pajak-pajak yang terhutang.

d. Kesimpulan dan usul pemeriksaan.

Menggambarkan hasil pemeriksaan dalam bentuk perbandingan antara

pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan Wajib Pajak dengan hasil

pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi dan usul-usul pemeriksaan.

2. Pengesahan LPP.

Konsep LPP yang telah ditandatangani oleh pemeriksa harus

disampaikan bersama-sama dengan lembar pengawasan Laporan Pemeriksa

Pajak kepada Ketua Tim Pemeriksa dan Supervisor untuk ditelaah. Setiap

konsep LPP yang diserahkan untuk ditelaah harus selalu disertai dengan berkas

LPP. Bila telah disetujui, penelaah akan membubuhkan parafnya pada konsep

LPP tersebut.

Setelah konsep LPP yang bersangkutan selesai ditelaah, maka konsep tersebut

diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dan ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang, yaitu :

(28)

2) Direktur Pemeriksaan Pajak atau pejabat yang ditunjuk oleh Direktur

Pemeriksaan Pajak bagi pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat

Pemeriksaan Pajak.

Konsep yang telah disetujui oleh Kepala KPP diteruskan ke Bagian Seksi

Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal berupa konsep dan SPHP untuk diberi

nomor selanjutnya dikembalikan ke pemeriksa untuk dibuatkan risalah

pembahasan selanjutnya setelah disetujui kepala KPP dibuatkan SPHP final dan

Nota Penghitungan untuk ditandatangani Kepala KPP selanjutnya direkam dan

dinomori kemabali oleh Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal.

3. Pembuatan Nota Penghitungan dan DKHP.

Setelah LPP disetujui, selanjutnya pemeriksa membuat Nota Penghitungan

yang akan digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang

diparaf :

1) Kolom dihitung : diparaf oleh Ketua Tim Pemeriksa dan anggota.

2) Kolom disetujui : diparaf oleh Kepala Unit Pemeriksaan dan Penyidikan

Pajak

3) Kolom ditetapkan : diparaf oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

Sedangkan kolom-kolom lainnya diparaf oleh petugas pada Kantor Pelayanan

Pajak yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Kemudian pemeriksa

membuat DKHP yang merupakan lembar kesimpulan dari hasil pemeriksa.

4. Pengiriman LPP, Nota Penghitung dan DKHP.

LPP, Nota Penghitung dan berkas Wajib Pajak dikirim ke Kantor Pelayanan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosa oleh tenaga kesehatan secara nasional adalah 0,7% dan meningkat

Memperhatikan fenomena yang terjadi di Pasuruan tersebut, terutama berkaitan dengan optimalisasi usaha industri kecil mebel dilihat dari aspek faktor produksi yang digunakan

[r]

The first difference is that the zeroth node in the graph used for algorithmic scan fixing contains all point clouds that have to be fixed as opposed to mathematical approach where

Sertifikat Badan Usaha ( SBU) kualifikasi Usaha Kecil subkualifikasi sesuai yang ter cantum dalam LDK masing- masing paket dengan klasifikasi Bangunan Sipil,

In order to achieve this goal features such as normalized difference snow index (NDSI) and land surface temperature (LST) map were generated from optical and thermal data, and

Pokja Pengadaan untuk Paket Pengadaan Jasa Angkutan Lebaran pada Dinas Perhubungan Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2017 Pokja ULP Pemerintah Kabupaten

6 kemampuan guru merencanakan Layanan, (2) kemampuan guru melaksanakan Layanan dan kegiatan peserta didik dalam kelompok. Setelah selesai melaksanakan kegiatan pada siklus