PENILAIAN STANDAR CARA BUDIDAYA YANG BAIK PADA USAHA TAMBAK
SUPER INTENSIF
Andi Indra Jaya Asaad, Mudian Paena, dan Muhammad Chaidir Undu Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan
E-mail: andi_asaad1@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian mengenai penilaian standar cara budidaya yang baik pada usaha tambak super intensif telah dilakukan pada bulan Maret 2014 di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tingkat penerapan standar cara budidaya yang baik pada tambak super intensif berdasarkan panduan Best Management Practice yang dikeluarkan oleh Global Aquaculture Alliance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan cara budidaya yang baik masih pada tingkat rendah dan menengah sehingga masih diperlukan upaya penataan yang besar. Variabel-variabel yang masih memerlukan perbaikan yaitu Pengelolaan Buangan Limbah Air, Pengelolaan Sedimen, gudang dan pembuangan sampah, pengeloaan bahan kimia dan obat-obatan.
KATA KUNCI: cara budidaya ikan yan baik, tambak super intensif, Global Aquaculture Alliance PENDAHULUAN
Kegiatan usaha akuakultur telah mengalami pengembangan sistem yang meliputi penerapan metode budidaya dan teknologi yang inovatif untuk mencapai insentif keuntungan dan pemenuhan target dari otoritas pengembangan akuakultur. Tujuan pemenuhan pangan untuk konsumsi lokal sudah beralih ke arah pemenuhan kebutuhan pangan secara global salah satunya untuk tujuan ekspor. Hal ini sebagai konsekuensi dari meningkatknya kebutuhan primer terhadap protein ikan, dimana sekitar 2,6 miliar orang bergantung pada konsumsi ikan untuk pemenuhan protein. Diperkirakan sekitar 160 juta ton ikan dikonsumsi penduduk dunia (Tucker et al., 2008; UNEP, 2008 dalam Fujaya, 2013; FAO, 2009 dalam Fujaya, 2013). Pada Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010–2014 disebutkan bahwa capaian sementara rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional pada tahun 2011 adalah 31,64 kg/kapita dimana terdapat peningkatan sebesar 4,81% dibandingkan pada tahun 2010 (30,48 kg/kapita). Hal ini membawa dampak pada peningkatan penggunaan sumber daya dan dampak terhadap lingkungan dibandingkan teknologi akuakultur secara tradisional. Perubahan sistem akuakultur juga meningkatkan kesadaran masyarakat dan advokasi (Tucker et al., 2008) khususnya tentang kualitas keamanan pangan dan sertifikasi pelaksanaan akuakultur.
Target produksi perikanan budidaya yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014 adalah sebesar 13,97 juta ton (PERMEN KP no 3 Tahun 2014). Perikanan budidaya baik land-based ataupun sea-based merupakan salah satu jalan untuk implementasi industrialisasi di Indonesia untuk mendukung pencapaian target tersebut. Menurut Effendi (2004) bahwa sistem produksi berbasis land-based terpisah dari perairan yang menjadi sumber air dalam sistem tersebut, sehingga dibutuhkan rekayasa teknologi untuk sistem pengairan baik menggunakan saluran atau pipa. Salah satu contohnya adalah budidaya tambak.
Salah satu pengembangan teknologi perikanan budidaya di Indonesia yaitu pengembangan sistem budidaya tambak dengan teknologi super intensif. Perkembangan sistem budidaya air payau ke arah super intensif berkonsekuensi terhadap penggunaan input yang lebih besar dibanding pola dasar suatu tambak sebagai sistem akuakultur semi terbuka. Ciri umum sistem akuakultur sistem semi terbuka yaitu masih bergantung pada alam untuk penyediaan 3 jasa ekologi: suhu, oksigen, asimilasi limbah; unit produksi lebih banyak pada campur tangan manusia, sudah dapat mengatur kebutuhan air (Tidwell, 2012).
baru dalam budidaya udang. Salah satu teknologi yang diterapkan adalah teknologi supra intensif berbasis blue-economy. Output dari teknologi ini adalah kemampuan peningkatan panen udang. Salah satu penerapan teknologi ini adalah di Kabupaten Barru dengan capaian produksi 153 ton per hektar. Lebih lanjut dijelaskan dalam siaran pers tersebut bahwa teknologi ini merupakan inovasi yang ditemukan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah (Hasanuddin Atjo) dimana penekanannya pada pengintegrasioan sistem budidaya hulu dan hilir. Prinsip utama dalam sistem ini adalah penggunaan benih unggul, standardisasi sarana dan prasarana, penggunaan teknologi budidaya yang akurat dan tepat, pengendalian kesehatan ikan dan lingkungan serta pengelolaan usaha yang baik. Hal ini sejalan dengan Prinsip utama kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan adalah terobosan yang mendorong penguatan system produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas dan skala produksi sekaligus berdampak pada peningkatan daya saing yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012a).
Penerapan standarisasi dalam budidaya ikan secara umum termasuk budidaya udang teknologi super intensif telah menjadi suatu kewajiban bagi pelaku usaha pembudidayaan ikan sebagaimana telah disyaratkan dalam regulasi yaitu Undang-Undang dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan standar cara budidaya ikan yang baik melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia no Kep.02/MEN/2007. Pertimbangan utama standar tersebut adalah untuk mewujudkan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan nasional dan internasional (Kepmen KP no 02 Tahun 2007). Undang-Undang no 45 tahun 2009 menyatakan tentang perubahan Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan disyaratkan secara khusus kewajiban pengusaha pengelolaan perikanan termasuk perikanan budidaya yaitu untuk pembudidayaan ikan dan perlindungannya; pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta lingkungannya.
Kebutuhan dalam praktik akuakultur Internasional, Global Aquaculture Alliance telah menyusun petunjuk dan standar sertifikasi untuk Best Aquaculture Practise untuk mendapatkan sertifikasi fasilitas akuakultur budidaya udang. Sertifikasi internasional yang dikeluarkan oleh Global Aquaculture
Alli-ance (GAA) yang berkedudukan di Amerika Serikat bertujuan untuk memberikan jaminan keamanan
pangan khususnya produk budidaya perikanan (The Global Aquaculture Advocate, 2012).
Makalah ini merupakan hasil studi pendahuluan terkait distribusi limbah tambak udang super intensif tahun 2014. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan gambaran umum penerapan praktek/cara budidaya yang baik pada tambak super intensif berdasarkan peraturan terkait dan panduan dari Global Aquaculture Alliance.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan bagian dari survei pendahuluan dari kegiatan besar penelitian distribusi limbah tambak udang super intensif tahun 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan di tambak super intensif yang berada di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan pada bulan Maret 2014.
Unit sampel yang sekaligus menjadi unit populasi adalah dua perusahaan budidaya tambak su-per intensif yang berlokasi di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Kedua su-perusahaan tersebut tergolong pelaku usaha sebagai pioner dalam pelaksanaan sistem budidaya super intensif di Sulawesi Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan panduan kuisioner yang dirujuk dari panduan GAA. Telah dilakukan juga observasi lapangan di lokasi tambak untuk tujuan konfirmasi data wawancara sebagai proses triangulasi data dalam penelitian (Verschuren et al., 1999). Aktor yang menjadi target wawancara adalah pelaku utama dalam sistem tambak yaitu manajer dan teknisi tambak.
Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif sederhana dengan melakukan penilaian berdasarkan sistem penilaian (scoring system) dari GAA dengan kategori yaitu (Tabel 1):
Tabel 1. List pertanyaan berdasarkan panduan Global Aquaculture Alliance GAA
Critical (P/F)
Scored (0 – 3) 1 Apakah terdapat dokumen kepemilikan lahan dan
penggunaan air dalam fasilitas
Critical
1.1 List data dukung dokumen Informational
2 Apakah terdapat dokumen yang membuktikan
bisnis usaha memiliki izin
Critical
2.1 List data dukung dokumen Informational
3 Apakah terdapat dokumen tentang penerapan aturan tentang lingkungan untuk konstruksi dan operasional tambak
Critical
3.1 List data dukung dokumen Informational
1 Apakah fasilitas yang ada mengakodomasi penduduk lokal dalam hal tidak menutup akses penangkapan ikan tradisional, hutan mangrove, dan sumber daya publik lainnya (peta yang menunjukkan batasan properti fasilitas, pagar, saluran. Konfirmasi dengan penduduk lokal)
Critical
1.1 List pertemuan, korespondensi, aktivitas yang menunjukkan keberadaan fasilitas berinteraksi dengan penduduk lokal untuk mencegah konflik
Scored
Berapa minimum pembayaran upah, keuntungan yang dipersyaratkan peraturan daerah/nasional (upah/gaji per bulan)
Apakah fasilitas memenuhi standar penggajian (dokumen pembayaran gaji/upah)
Apakah fasilitas memenuhi peraturan tentang pekerja anak-anak
(dokumen pegawai)
Apakah fasilitas menyediakan tempat tinggal yang layak untuk pekerja/pegawai sesuai standar lokal/nasional
(kelembaban, elevasi ruang dari lantai, kecukupan ruang)
3.5 Apakah air minum yang aman tersedia untuk pekerja/pegawai
Scored 3.6 Apakah terdapat kamar mandi/WC untuk
pekerja/pegawai
Scored 3.7 Apakah disediakan makan untuk pekerja/pegawai
yang sesuai dengan budaya konsumsi lokal (konfirmasi data dapur, menu dan wawancara dengan pekerja) Scored No Pertanyaan Kategori pertanyaan 3.4 Scored 3.2 Critical 3.3 Critical Penilaian
Kepemilikan dan Kepatuhan Terhadap Peraturan
Hubungan Masyarakat
Keamanan dan Fasilitas Untuk Pegawai
Critical (P/F) Scored (0 – 3) No Pertanyaan Kategori pertanyaan Penilaian
3.8 Penjelasan singkat mengenai pelayanan kesehatan umum yang terdapat di fasilitas
Scored 3.9 Apakah terdapat SOP/rencana respon emergensi
untuk kecelakaan kerja/penyakit serius
Scored 3.1 Penjelasan singkat mengenai pelatihan untuk
keselamatan kerja, kebersihan dan pertolongan pertama bagi pekerja/pegawai
Scored
List perlengkapan pengamanan yang disediakan untuk pekerja/pegawai
(masker, sarung tangan, sepatu karet 3.12 Apakah perlengkapan P3K tersedia untuk
pekerja/pegawai
4.1 Apakah terjadi penurunan hutan mangrove/lahan basah pada fasilitas selama tahun 1999
Informational 4.1.1 Apakah terdapat alih fungsi hutan mangrove/lahan
basah yang diizinkan
Critical 4.1.2 Apakah terdapat mitigasi alih fungsi dengan
penanaman pada area seluas tiga kali atau donasi untuk restorasi hutang mangrove/lahan basah
Critical
4.1.2.1 Luasan program penanaman kembali (m2) Informational
4.1.2.2 Kontribusi donasi terhadap program restorasi hutan mangrove/lahan basah (Rp / US$)
Informational 4.2 Apakah terdapat fasilitas yang tidak
membutuhkan alih fungsi lahan mangrove/lahan basah?
Scored
4.2.1 Bagaimana pelaksanaannya Informational
4.2.1.1 Luasan program penanaman hutan mangrove/restorasi lahan basah (m2)
Informational 4.2.1.2 Kontribusi donasi terhadap program restorasi
hutan mangrove/lahan basah (Rp / US$)
Informational 4.3 Apakah terdapat pelindung yang dipasang pada
pompa/pipa inlet dan outlet
Critical 4.4 Apakah terdapat metode yang tidak mematikan
untuk kontrol predator
Scored
5.1 Apakah terdapat pencatatan (log book) pada monitoring intake air dan limbah air
Critical Konservasi Hutan Mangrove dan Perlindungan Keanekaragaman hayati
Pengelolaan Buangan Limbah Air
Lanjutan Tabel 1. List pertanyaan berdasarkan panduan Global Aquaculture Alliance GAA Critical (P/F) Scored (0 – 3) No Pertanyaan Kategori pertanyaan Penilaian
Apakah konsentrasi buangan limbah air
memenuhi standar kualitas air limbah, atau tidak memenuhi karena tingginya konsentrasi pada intake air, apakah konsentrasi menunjukkan tidak ada peningkatan pada intake dan pembuangan (catatan : pengukuran kualitas air akan dilakukan selama audit/penilaian sesuai dengan standar panduan GAA dan peraturan pemerintah. Tambak harus terus memenuhi kriteria untuk
perpanjangan sertifikasi dan memenuhi kriteria final selama 5 tahun)
Apakah data buangan limbah air tersedia dalam periode satu tahun, berapa lama periode pencatatan data
(minimum 3 bulan data pada saat penilaian) 5.4 Berapa estimasi penggunaan air dalam setahun
(m3)
Informational 5.5 Berapa rata-rata tahunan konsentrasi dari setiap
variable kualitas air
Informational
5.5.1 pH Informational
5.5.2 TSS (mg/L) Informational
5.5.3 Fosfat (mg/L) Informational
5.5.4 Total amoniak nitrogen (mg/L) Informational
5.5.5 BOD5 (mg/L) Informational
5.5.6 DO (mg/L0 Informational
5.5.7 Khlorida (mg/L) Informational
5.6 Berapa FCR tahunan Informational
5.7 Berapa Protein Conversion Ratio (PCR) tahunan Informational 6.1 Apakah sedimen dikeluarkan dari tambak, tandon Informational
6.1.1 Apakah pengeluaran sedimen pada tempat dan lokasi yang sesuai untuk mencegah salinisasi pada tanah dan air permukaan dan tidak berdampak pada ekologi
Critical
6.2 Apakah fasilitas mencegah degradasi area seperti penggalian lubang dan penumpukan tanah
Scored 6.3 Apakah alat pengangkut disediakan tempat yang
sesuai dan tidak pada hutang mangrove atau habitat sensitif lainnya
Critical Pengelolaan Sedimen
5.2 Critical
Critical (P/F) Scored (0 – 3) No Pertanyaan Kategori pertanyaan Penilaian
7.1 Apakah tambak dikonstruksi pada tanah permeable
Informational 7.1.1 Apakah dilakukan pengukuran untuk mengontrol
sumber air dan menghindari kontaminasi terhadap akuifer, danau, aliran air atau bentuk air alami lainnya. Apakah kandungan khlorida dari sumur sekitar dan air permukaan dimonitor berkala per triwulan
Critical
7.2 Apakah tambak dikontruksi pada lokasi daratan Informational 7.2.1 Apakah kandungan khlorida dari sumur sekitar
dan air permukaan dimonitor berkala per triwulan
Critical
7.3 Apakah fasilitas tidak menggunakan air tawar dari sumur untuk menurunkan salinitas dalam tambak
Scored
7.4 Apakah tidak terjadi salinisasi pada tanah di lokasi sekitar tambak dan saluran
Scored
8.1 Apa jenis spesies udang yang dibudidayakan Informational
8.2 Apakah termasuk non native spesies Informational
8.3 Apakah terdapat regulasi pemerintah tentang budidaya jenis udang tersebut
Informational 8.3.1 Apakah fasilitas memenuhi standar regulasi
pemerintah
Critical
8.3.1.1 List data dukung dokumen Informational
8.4 Apakah pembenihan udang (hathcery)digunakan dalam fasilitas (tidak menangkap dari alam)
Critical
9.1 Apakah bahan bakar, pelumas dan bahan kimia ditempatkan dan dibuang pada tempat yang aman
Critical
9.2 Apakah bahan bakar, pelumas dan bahan kimia tidak ditempatkan dengan dengan pakan, tempat tinggal pegawai, dapur, atau peralatan panen
Scored
9.3 Apakah bahan bakar, pelumas dan bahan kimia diberi tanda peringatan dan preventif untuk mencegah tumpahan, kebakaran dan ledakan
Scored
9.4 Apakah sampah dari tempat tinggal dan dapur ditempatkan pada tempat tertutup dan tidak lembab untuk mencegah serangga, lalat dan hewan lainnya
Scored Konservasi tanah dan air
Sumber Benur
Lanjutan Tabel 1. List pertanyaan berdasarkan panduan Global Aquaculture Alliance GAA Critical (P/F) Scored (0 – 3) No Pertanyaan Kategori pertanyaan Penilaian
Penjelasan singkat mengenai penanganan sampah yang memenuhi peraturan setempat dan
mencegah kontaminasi ke lingkungan (recycling, pembakaran, komposit)
10.1 Jika digunakan, apakah antibiotik digunakan khusus untuk menangani penyakit dan memenuhi instruksi penggunaan dan peraturan nasional
Critical
10.2 Apakah tidak ada penggunaan antibiotik yang dilarang dalam pakan, tambak dan penanganan lainnya yang berdampak pada residu dalam udang
Critical
10.3 Apakah terdapat dokumen dari perusahaan pakan yang menyatakan produksi pakan tidak
menggunakan antibiotik atau obat-obatan
Critical
10.4 Apakah pakan untuk tujuan pengobatan digunakan
Informed 10.4.1 Apakah pakan untuk pengobatan terdapat label
produk
Critical 10.5 Apakah sudah dilakukan survei tentang bahan
kimia untuk mengidentifikasi potensi kontaminasi seperti pestisida, PCB dan logam berat dari sekitar sumber air
Scored
10.5.1 Apakah terdapat analisis tentang residu pada udang secara periodik
Critical
Penjelasan singkat tentang limbah domestik ditangani untuk mencegah kontaminasi ke lingkungan sekitar
(sistem buangan, septic tank, WC)
11.1.1 Apakah limbah domestik dari manusia diangkut keluar untuk mencegah instrusi ke estuari, saluran dan tambak
Critical
11.2 Apakah limbah manusia dan hewan tidak digunakan untuk pemupukan tambak
Critical 11.3 Apakah tidak ada penggunaan hewan yang tidak
diolah untuk pakan
Scored Pengelolaan bahan kimia dan obat-obatan
Sanitasi Mikroba
11.1 Informational
9.6 Penjelasan tentang pengukuran yang digunakan untuk mencegah gangguan hewan, serangga,
Scored 9.7 Apakah peyimpanan bahan bakar memenuhi
panduan Best Aquaculture Practise
Scored
Critical (P/F) Scored (0 – 3) No Pertanyaan Kategori pertanyaan Penilaian
12.1 Apakah udang dipanen dan transportasinya dalam kondisi suhu dibawah 4,40C
Scored 12.2 Apakah terdapat penggunaan larutan sulfite untuk
menjaga bagian kepala pada udang pada saat panen
Informational
12.2.1 Apakah terdapat penggunaan larutan sulfite yang memenuhi standar peraturan
Critical 12.2.2 Penjelasan umum tentang monitoring konsentrasi
sulfite pada jaringan udang dan wadah yang diberi label
Informational
12.2.3 Apakah larutan sulfite di deaktivasi sebelum dibuang
Scored 12.3 Apakah pekerja yang terdapat luka, infeksi kulit
dilarang untuk penanganan panen udang
Critical
Apakah pencatatan penelusuran dilakukan pada setiap parameter untuk setiap unit produksi dan siklus produksi untuk memudahkan penelusuran dari udang kembali ke unit dan inputnya
Critical
Bagaimana sistem internal yang dilakukan untuk menjaga proses penelusuran data
Panen dan Transportasi
Persyaratan Penelusuran
1. Pertanyaan inti (critical questions) yang merupakan hal utama yang harus terdapat dalam praktik budidaya yang baik pada tambak udang. Penilaian didasarkan pada keberadaan indikator dalam sistem tambak. Output penilaian yaitu P (pass) yang berarti terdapat indikator utama dan F (fail) yaitu tidak terdapat indikator utama.
2. Pertanyaan yang dinilai (scored questions) dinyatakan dalam angka dari 0 – 3, dimana, setiap angka mempunyai arti; 0: tidak memuaskan; 1: memerlukan perbaikan besar (major improvement); 2: memerlukan perbaikan kecil (minor improvement); dan 3: memuaskan.
Selain kedua scoring system di atas, dalam panduan GAA terdapat pula penilaian data dukung informasi (informational questions) tapi tidak dikuantifikasikan. Penilaian informational questions yaitu pengumpulan data dukung tidak dilakukan dalam penelitian ini karena hal tersebut merupakan privasi dari manajemen internal perusahaan.
Output dari penilaian berdasarkan panduan GAA ini adalah nilai yang masuk dalam grade untuk mendapatkan sertifikat Best Aquaculture Practise. Kriteria penilaian total untuk mendapatkan sertifikasi yaitu manajemen perusahaan harus memenuhi 100% critical questions dan 70% dari penilaian scored
questions, output penilaian dalam penelitian ini dimodifikasi dengan menggunakan nilai “cut off ”
yang setiap kisarannya mempunyai arti yaitu: 0-25% penerapan Best Aquaculture Practice belum memenuhi standar; 25–50% penerapan masih dalam tingkat standar rendah; 50-75%: penerapan masih dalam tingkat menengah standar; dan 75–100% : memenuhi sebagaian besar standar penerapan
Best Aquaculture Practice.
Keterbatasan penelitian ini adalah standarisasi dan kalibrasi penilaian oleh tim peneliti yang masih perlu ditingkatkan dengan cara melibatkan para pakar, praktisi akuakultur, namun sebagai
bagian dari survei pendahuluan, maka informasi ini dapat bermanfaat sebagai data benchmark penilaian penerapan Best Aquaculture Practice pada tambak udang super intensif.
HASIL DAN BAHASAN
Berdasarkan penilaian yang dilakukan merujuk pada standar penilaian cara budidaya yang baik pada tambak udang yang dikeluarkan oleh GAA, maka didapatkan hasil bahwa dari total critical questions sejumlah 28 pertanyaan, terdapat 24 pertanyaan yang dapat dikonfirmasi pada dua lokasi tambak milik perusahaan tambak super intensif dan 4 pertanyaan yang tidak dapat dikonfirmasi. Hal ini karena poin pertanyaan tersebut tidak tersedia pada kedua lokasi perusahaan tambak yang disurvei.
Sedangkan total scored questions sejumlah 24 pertanyaan, terdapat 22 pertanyaan dapat dikonfirmasi dan hanya 2 pertanyaan yang tidak dapat dikonfirmasi. Berdasarkan nilai critical
ques-tion dan scored quesques-tions pada panduan GAA, maka nilai total untuk critical quesques-tion adalah 100% yang
berarti nilai total critical questions adalah 28. Nilai ini didapatkan dari skoring, dimana penilaian F diberi nilai 0 dan penilaian P diberi nilai 1. Sehingga total pertanyaan 28 harus bernilai 28 yaitu 28 pertanyaan dikalikan 1. Dengan kata lain semua variabel dalam kategori critical questions harus dipenuhi (100%).
Penilaian scored questions disyaratkan minimal memenuhi 70% dari total variabel scored questions. Total pertanyaan scored questions adalah 24 pertanyaan dengan kisaran penilaian 0–3. Maka nilai total scored questions adalah 24 pertanyaan dikalikan 3 (nilai maksimal) yaitu 72. Sesuai standar panduan GAA, bahwa untuk mendapatkan sertifikasi maka dibutuhkan 70% dari penilaian scored questions. Dengan demikian nilai minimal yaitu 70% dari 72 yaitu 50,4.
Pada Gambar 1, terlihat bahwa untuk kategori critical questions yang disyaratkan bernilai 100%, ternyata hanya dapat dipenuhi oleh perusahaan tambak super intensif sebesar 39,29% dan 53,57%. Berdasarkan kriteria (cut off) yang digunakan dalam penelitian ini maka nilai tersebut tergolong kategori tingkat rendah sampai menengah standar penerapan Best Aquaculture Practice untuk tambak udang. Hal ini secara umum menginformasikan bahwa masih perlu upaya yang besar untuk memenuhi variabel-variabel yang tergolong critical questions pada standar GAA.
Hasil kuantifikasi tabel pertanyaan untuk critical dan scored questions dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Persentase nilai critical dan scored questions pada perusahaan tambak super intensif
0% 20% 40% 60% 80% 100% Critical Scored 53,57 39,29 55,56 44,44 P e rs e n ta se n il ai s k o r
Perusahaan tambak 1 Perusahaan tambak 2
Sedangkan persentase dari kuantifikasi pertanyaan scored questions tidak memenuhi standar penilaian minimal untuk scored questions yaitu 70%, didapatkan persentase nilai oleh perusahaan tambak super intensif hanya 44,44% dan 55,56%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kriteria 25–50% dan 50–75% yang berarti penerapan Best Aquaculture Practice tambak udang
ture Practise berdasarkan variabel-variabel yang tergolong scored questions pada standar GAA.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa beberapa variabel telah berhasil memenuhi standar GAA khususnya pada critical questions kedua tambak super intensif yaitu variabel hubungan masyarakat, sumber benur, gudang dan pembuangan sampah, panen dan transportasi. Pada keempat variabel tersebut, telah sepenuhnya dipenuhi oleh kedua perusahaan tersebut. Variabel hubungan masyarakat ditentukan oleh keberadaan tambak di lokasi yang sudah lama dan dimiliki oleh tokoh masyarakat Sulawesi Selatan. Hal ini menjadikan persentase kinerja dari masing-masing perusahaan telah mencapai 100%. Variabel sumber benur juga mendapat nilai 100% karena pada kedua perusahaan tersebut terdapat hatcheri untuk pembenihan udang.
Adapun variabel critical dan scored questions dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 2. Grafik persentase kinerja perusahaan tambak berdasarkan penilaian
critical questions
Tabel 2. Variabel critical dan scored questions
No Variabel
1 Kepemilikan dan Kepatuhan Terhadap Peraturan 2 Hubungan Masyarakat
3 Keamanan dan Fasilitas Untuk Pegawai 4 Konservasi Hutan Mangrove dan Perlindungan
Keanekaragaman hayati
5 Pengelolaan Buangan Limbah Air 6 Pengelolaan Sedimen
7 Konservasi tanah dan air
8 Sumber Benur
9 Gudang dan pembuangan sampah 10 Pengelolaan bahan kimia dan obat-obatan 11 Sanitasi Mikroba
12 Panen dan Transportasi 13 Persyaratan Penelusuran
Secara kuantifikasi pada variabel critical questions, maka terdapat variabel Pengelolaan Buangan Limbah Air, Pengelolaan Sedimen, gudang dan pembuangan sampah, pengeloaan bahan kimia dan obat-obatan pada kedua tambak tersebut masih memerlukan perbaikan secara besar. Persentase kinerja untuk variabel-variabel tersebut baru sekitar 50% dari persyaratan yang harus dipenuhi sebesar 100%. Berdasarkan pengamatan lapangan, hal tersebut tidak sulit untuk dilaksanakan di kedua perusahaan tambak super intensif, karena masih terdapat area yang masih kosong untuk pembangunan infrastrukur terkait. Pada Gambar 3 ditampilkan tambak pembesaran yang sudah dikonstruksi beton.
Secara nasional, Undang-Undang no 45 tahun 2009 tentang perubahan UU 31 telah disebutkan bahwa pelaksanaan usaha perikanan termasuk perikanan budidaya menjadi tanggung jawab pelaku usaha dan pemerintah. Pada pasal 25A disebutkan pelaksanaan bisnis perikanan oleh pelaku usaha wajib memperhatikan standar mutu hasil perikanan. Sedangkan pada level pemerintah/pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk membina dan memfasilitasi pengembangan usaha perikanan agar memenuhi standar mutu hasil perikanan. Sistem bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan dan pemasaran. Penjelasan dalam Kepmen KP No 02 Tahun 2007 disebutkan proses praproduksi meliputi pemilihan lokasi, penentauan tata letak dan konstruksi, pemilihan wadah. Proses produksi pada usaha pembesaran meliputi persiapan lahan/wadah budidaya, penumbuhan pakan alami, pemilihan benih, pengelolaan air, penggunaan pakan, obat, pupuk, probiotik, desinfektan dan bahan kimia lainnya serta pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan.
Hal ini menunjukkan syarat-syarat dalam peraturan perundangan-undangan nasional juga telah disyaratkan dalam variabel-variabel panduan Best Aquaculture Practice. Dengan demikian arah pengembangan tambak-tambak skala intensif atau super intensif adalah upaya pemenuhan penilaian standar cara budidaya yang baik dengan mengadopsi standar/panduan GAA.
KESIMPULAN
Estimasi standar cara budidaya yang baik pada perusahaan tambak super intensif menunjukkan hasil penilaian yang diadopsi dari panduan Global Aquaculture Alliance (GAA) bahwa masih diperlukan upaya yang besar agar penerapan Best Aquaculture Practice dapat memenuhi standar GAA. Penilaian berdasarkan kategori critical dan scored questions memberikan informasi bahwa penerapan pada perusahaan tambak super intensif masih pada tingkat rendah dan menengah. Perbaikan diperlukan untuk memenuhi standar adalah perbaikan pada variabel Pengelolaan Buangan Limbah Air, Pengelolaan Sedimen, gudang dan pembuangan sampah, pengeloaan bahan kimia dan obat-obatan.
DAFTAR ACUAN
Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. jakarta
Fujaya, Yushinta. 2013. Teknologi Reproduksi Dalam Perspektif Pembangunan Perikanan Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan. Membangun Sumber Daya Kelautan Indonesia (Gagasan dan Pemikiran Guru Besar Universitas Hasanuddin). Editor : Andi Iqbal Burhanuddin, HM. Natsir Nessa, Andi Niartiningsih. IPB Press. Bogor.
Global Aquaculture Alliance. 2002. Guidelines for Best Aquaculture Practise. Aquaculture Facility Certification.
Gambar 3 Petak tambak pembesaran super intensif pada dua perusahaan di Kabupaten Barru
?category_id=65 (November 2012).
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor Kep.02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 3/PERMEN-KP/2014 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010 – 2014.
Siaran Pers Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Nomor : 21/PDSI/HM.310/II/2014. KKP Kembangkan Budidaya Udang Supra Intensif. Diakses dari http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/ 10445/KKP-Kembangkan-Budidaya-Udang-Supra-Intensif/.
The Global Aquaculture Advocate . 2012. The Global Magazine for Farmed Seafood (ed Nov- Des 2012) Volume 15 Issued 6. USA.
Tidwell, James H. 2012. Characterization and Categories of Aquaculture Production System. In Aquac-ulture Production System (eds : James H. Tidwell). World AquacAquac-ulture Society. Wiley Blackwell, John Wiley and Sons Publication. USA.
Tucker, Craig S., John A. Hargreaves, Claude E. Boyd. 2008. Aquaculture and The Environment in The United States. In Environmental Best Management Practices for Aquaculture Edited by Craig S. Tucker, John A. Hagreaves. Wiley-Blackwell publishing. USA.
Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan UU no 31 tahun 2004.
Verschuren, P and Hans Doorewaard. 1999. Designing a Research Project. Lemma B.V. Utrecht. The Netherlands.
DISKUSI
Nama Penanya: Tarunamulia Pertanyaan:
Konsep GAA dan BAP, semua adalah konsep lama. Selain aspek biotik, apakah melihat aspek lain yang tidak menimbulkan konflik?
Tanggapan:
Pendekatan pengelolaan perikanan saat ini adalah Ecosystem Approach for Aquaculture yang akan diratifikasi, jadi tidak hanya fokus ke aspek lingkungan yang sempit tetapi ekosistem secara menyeluruh (Ecosystem Approach).