• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Skabies 1. Pengertian

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh (Djuanda,2007). Skabies berasal dari bahasa latin yang berarti keropeng, kudis, gatal, disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan (sarcoptes scabiei var hominis/tungau gatal), dan biasanya penyakit ini didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Semua kelompok umur bisa terkena, umumnya menyerang anak – anak dan dewasa muda. Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur – telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya. (Iskandar,2000)

2. Etiologi

Menurut Harahap (2001) Sarcoptes scabei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor dan tidak bermata. Ukuran betina berkisar antara 330–450 x 250–350 mikron, sedangkan jantannya lebih kecil, yakni 200–240 x150–200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dngan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut,

(2)

kadang – kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 – 3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 butir. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup selama satu bulan. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3 – 5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.

Larva ini dapat tinggal didalam terowongan tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 – 3 hari larva akan menjadi nimfia yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai dengan bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari. Sarcoptes scabie betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

3. Epidemiologi

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies tetapi juga oleh penderita sendiri akibat dari perilaku penderita seperti :

a. Menggaruk

Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau

b. Bersalaman atau gandengan

Adanya kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. (Harahap, 2000).

(3)

4. Tanda dan gejala

Menurut Brown dan Burns (2005) beberapa gejala dan tanda klinis skabies sebagai berikut;

a. Pasien mengeluh gatal, yang secara khas terasa sekali pada waktu malam hari (Pruritus nokturna)

b. Terdapat terowongan (kunikulus) pada tempat – tempat predileks yang berwarna putih keabu – abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, di ujung terowongan ditemukan ruam skabies berupa erupsi papula yang meradang,eritema, papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain – lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu sela – sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae pada wanita, umbilicus, bokong, genetalia ekterna pada pria, dan perut bagian bawah sedangkan pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Ruam ini merupakan suatu reaksi alergi tubuh terhadap tungau.

c. Pada beberapa tempat di dunia, adanya infeksi sekunder oleh lesi skabies dengan streptokokus.

5. Klasifikasi

Menurut Harahap (2000) klasifikasi skabies yang menjangkiti pada manusia adalah sebagai berikut:

a. Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah diagnosis karena kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.

b. Skabies pada bayi dan anak, lesi skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, eksima sehingga terowongan

(4)

c. Skabies yang ditularkan lewat hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat – tempat kontak, dan akan sembuh dengan sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih. d. Skabies Nodular, terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang

sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan satu tahun walaupun telah mendapatkan pengobatan anti skabies.

e. Skabies Inkognito, obat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh penurunan respons imun selular.

f. Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.

g. Skabies Krustosa (Norwegian scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi, yang di sertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi Sarcoptes Scabiei dibawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcopes Scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah diagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif.

(5)

6. Penularan

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan (Personal hygiene) dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama – sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah persediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.

7. Pengobatan

Menurut Brown dan Robin (2007) terapi harus diberikan dengan salah satu akarisida yang telah terbukti manjur:

a. Benzil benzoat

Harus dioleskan dari dagu hingga ujung jari kaki tiga kali dalam 24 jam. Obat ini bersifat iritatif dan kurang cocok untuk bayi kecil dan pasien yang mengidap eksim; terapi jangan diulang tanpa anjuran lebih lanjut karena dapat terjadi iritasi dan sensitisasi yang semakin hebat pada pemakaian yang berulang.

b. Gama – benzen heksaklorida

Yang harus dioleskan kedaerah yang sama seperti halnya benzil benzoat dan dibiarkan selama 6-24 jam; terdapat kekhawatiran akan neurotoksisitas pada bayi serta pada ibu hamil dan menyusui.

c. Malation

Yang harus digunakan dua kali dalam seminggu, dibiarkan 24 jam setiap kali pemakaian.

(6)

d. Permetrin

Baru – baru ini menjadi terapi pilihan di banyak pusat pelayanan kesehatan; krim dioleskan cukup sekali ke badan, ektermitas, dan genetalia; sebagian ahli menganjurkan pemakaian ulang beberapa hari kemudian.

e. Krotamiton

Suatu akarisida lemah, tetapi memiliki efek antipruritus umum yang berguna untuk mengurangi gejala sebelum dan setelah terapi dengan obat yang lebih aktif.

B. Perilaku Sehat

Pengertian perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmojo adalah suatu respon seseorang organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Menurut UU Kesehatan no.39 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spiritual maupu sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup secara produktif. Dalam wikipedia disebutkan perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap,emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus). Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

(7)

perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila respons tersebut terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek (practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel behavior”.Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori ‘S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons).

Berdasarkan batasan dari Skinner tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup :

1. Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut pengetahuan.

2. Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi) 3. Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut tindakan(practice)

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Dan pendapat diatas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu tersebut.Perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain(tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia belum melakukannya secara kongkrit.

(8)

2. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung (melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya sendiri melaksanakan dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat serupa.

Perilaku kesehatan merupakan suatu repson seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan dibagi menjadi dua:

a. Perilaku masyarakat yang dilayani atau menerima pelayanan (consumer) b. Perilaku pemberi pelayanan atau petugaskesehatan yang melayani

(provider).

Dimensi Perilaku kesehatan dibagi menjadi dua (menurut Notoatmodjo), yaitu:

a. Healthy Behavior

yaitu perilaku orang sehat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Disebut juga perilaku preventif (Tindakan atau upaya untuk mencegah dari sakit dan masalah kesehatan yang lain: kecelakaan) dan promotif (Tindakan atau kegiatan untuk memelihara dan meningkatkannya kesehatannya). Contoh:

1) Makan dengan gizi seimbang,

2) Olahraga/kegiatan fisik secara teratur,

3) Tidak mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat adiktif

4) Istirahat cukup

5) Rekreasi /mengendalikan stress.

b. Health Seeking Behavior yaitu perilaku orang sakit untukmemperoleh kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Disebut juga perilaku kuratif dan rehabilitative yang mencakup kegiatan:

(9)

2) Upaya memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu dengan mengobati sendiri atau mencari pelayanan(tradisional, profesional), 3) Patuh terhadap proses penyembuhan dan pemulihan (complientce)

atau kepatuhan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Sehat

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat antara lain dipengaruhi oleh (Soekidjo Notoatmojo, 2010)

1. Faktor makanan dan minuman terdiri dari kebiasaan makan pagi,pemilihan jenis makanan, jumlah makanan dan minuman, kebersihan makanan.

2. Faktor perilaku terhadap kebersihan diri sendiri terdiri dari mandi,membersihkan mulut dan gigi, membersihkan tangan dan kaki,kebersihan pakaian.

3. Faktor perilaku terhadap kebersihan lingkungan lingkungan terdiri dari kebersihan kamar, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan rumah, kebersihan lingkungan sekolah.

4. Faktor perilaku terhadap sakit dan penyakit terdiri dari pemelihraan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, rencana pengobatan dan pemulihan kesehatan.

Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Perilaku terhadap Makanan dan Minuman

Tubuh manusia tumbuh karena adanya zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh sebab itu untuk dapat melangsungkan hidupnya manusia mutlak memerlukan makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang zat-zat gizi seseorang akan mampu menyediakan dan menghidangkan makanan secara seimbang, dalam arti komposisi ini

(10)

Variasi makanan sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, makin beranekaragam bahan makanan yang dimakan, makin beragam pula sumber zat gizi yang masuk ke dalam tubuh.

Adapun fungsi makanan bagi tubuh adalah mengurangi dan mencegah rasa lapar, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, untuk pertumbuhan badan, sebagai sumber tenaga, dan membantu penyembuhan penyakit. Selain makanan, yang harus diperhatikan adalah minuman.

2. Perilaku terhadap Kebersihan Diri Sendiri

Upaya pertama dan yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam keadaan sehat adalah dengan menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri sebenarnya bukanlah hal yang mudah namun bukan pula hal yang terlalu sulit untuk

dilaksanakan. Memelihara kebersihan diri sendiri secara optimal tidak mungkin terwujud tanpa ada penanaman sikap hidup bersih,dan contoh teladan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Tujuan kebersihan diri sendiri adalah agar sesorang mengetahui akan manfaat kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan bagian bagian tubuh, serta mampu menerapkan perawatan kebersihan diri sendiri dalam upaya peningkatan hidup sehat. Kebersihan pangkal kesehatan adalah slogan yang tidak bisa dipungkiri kebenarannya, oleh sebab itu hendaknya setiap orang harus selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan itu sendiri, antara lain dengan cara :

a. Mandi

Mandi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada badan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Cara mandi yang baik dan benar adalah :

(11)

2) Seluruh permukaan tubuh disabun dan digosok untuk menghilangkan kotoran yang menempel di kulit terutama pada bagian yang lembab sampai kotoran hilang.

3) Setelah selesai, seluruh permukaan disiram air sampai semua sisa sabun yang menempel hilang.

4) Keringkan seluruh permukaan tubuh dengan handuk bersih dan kering. b. Membersihkan Rambut

1) Pencucian rambut

a) Tebal atau tipisnya rambut, semakin tebal harus pula semakin sering dicuci.

b) Lingkungan atau tempat bekerja seseorang, misalnya pada lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci rambutnya.

c) Seseorang yang sering memakai minyak rambut juga harus pula sering mencuci rambutnya.

Adapun cara-cara mencuci rambut adalah rambut dicuci dengan shampoo paling sedikit dua kali seminggu,kemudian rambut disiram dengan air dan digosok dengan shampoo ke seluruh bagian rambut. Permukaan kulit kepala digosok sampai kotoran hilang selanjutnya disiram dengan air. Setelah itu rambut dikeringkan dengan handuk. 2) Perawatan dan penyisiran rambut

a) Untuk perempuan

Pada waktu tertentu tiga bulan atau enam bulan sekalirambut sebaiknya dipotong sesuai bentuk kepala dan selera.

b) Untuk laki-laki

Pada laki-laki memangkas rambut cukup satu kali sebulan atau menurut keadaan.Rambut disisir dengn rapi supaya tidak kusut dan mudah dirawat.

(12)

3) Membersihkan Mulut dan Gigi

Mulut lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencernaan makanan. Mulut berupa suatu rongga yang dibatasi oleh jaringan lemak, di bagian belakang berhubungan dengan tenggorokan dan di depan ditutup oleh bibir.

Dengan membersihkan gigi berarti kita selalu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan yang biasa tertinggal di antara gigi .Gigi harus dibersihkan secara teratur agar bersih dan sehat, serta terhindar dari kerusakan seperti gigi berlubang dan timbul karang gigi. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan sesaat setelah makan pagi dan pada waktu malam ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi. Setiap dua bulan sekali juga harus diperiksa secara teratur ke dokter gigi.

4) Memakai Pakaian yang Bersih dan Serasi

Pakaian yang dimaksud disini meliputi pakaian yang erat celana, rok, kaos kaki, CD (celana dalam), BH (bra).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara lain sebagai berikut :

a) Pakaian hendaknya diganti, setiap selesai mandi, dan bilakotor atau basah karena keringat atau kena air.

b) Kenakan pakaian sesuai dengan ukuran tubuh.

c) Pakaian harus dicuci dengan detergen bila sudah kotor, kemudian dijemur dan setelah kering disetrika lalu dilipat.

d) Pakaian yang telah dipakai keluar hendaknya jangan dipakaiuntuk tidur, karena memungkinkan terkena debu atau kotoran.

e) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah tertularnya penyakit.

(13)

3. Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan

Perilaku terhadap kebersihan lingkungan adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia (Soekidjo Notoatmojo, 1997). Manusia selalu hidup dan berada di suatu lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal,tempat belajar, tempat melakukan aktivitas jasmani dan olahraga ataupun tempat melakukan rekreasi.

Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain :

a. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat b. Lingkungan menjadi lebih sejuk

c. Bebas dari polusi udara

d. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi e. Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari

4. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui,bersikap, dan mempersepsi penyakit) serta rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut (Soekidjo Notoatmojo, 1997).

Perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan. b. Perilaku pencegahan penyakit.

c. Perilaku pencarian pengobatan. d. Perilaku pemulihan kesehatan.

Kesehatan tidak akan datang dengan sendirinya, namun perlu adanya usaha. Usaha tersebut adalah dengan megupayakan agar setiap orang mempunyai perilaku hidup sehat.

(14)

D. Faktor Resiko Skabies 1. Sanitasi

Berdasarkan penelitian Wardhani (2007), 33 orang (84,6%) menderita skabies. Penyakit skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh, kekurangan makan dan hidup berdesak-desakan, terutama di daerah kumuh dengan sanitasi yang jelek. Skabies juga dapat disebabkan karena sanitasi yang buruk.

2. Pengetahuan

Skabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas, pada manusia terutama dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola kehidupan sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, pengobatan dan pengendalian sangat sulit (Iskandar, 2000).

3. Kepadatan penduduk

Berdasarkan penelitian Andayani (2005), permasalahan yang berkaitan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren adalah penyakit skabies merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh santri, kasus terjadi pada daerah padat penghuni dan jumlah kasus banyak pada anak usia sekolah.

4. Air

Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfatannya (minum, masak, mandi, dan lain lain). Promosi yang meningkat dari penyakit -penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang tercemar.

5. Perekonomian yang rendah

Laporan terbaru tentang skabies sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada

(15)

keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama,maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menur unnya kualitas hidup masyarakat (Wardhani, 2007).

6. Hygiene perorangan

Manusia dapat terinfeksi oleh tungau skabies tanpa memandang umur, ras atau jenis kelamin dan tidak mengenal status sosial dan ekonomi,tetapi hygiene yang buruk dan prokmiskuitas meningkatkan infeksi(Wardhani, 2007).

7. Hubungan seksual

Penyakit skabies banyak diderita oleh laki-laki 57,26% dari perempuan 42,74%. Orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, merupakan populasi yang berisiko terkena skabies, penularannya melalui kontak tubuh (Handajani,2007).

(16)

E. Kerangka teori

Gambar 2.1 kerangka teori

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti Perilaku sehat :

 Perilaku terhadap makanan dan minuman

Perilaku terhadap kebersihan diri sendiriPerilaku terhadap

kebersihan lingkungan  Perilaku terhadap sakit dan

penyakit

Faktor resiko skabies :  Sanitasi

 pengetahuan

 kepadatan penduduk  air

 perekonomian yang rendah  hygene perorangan

 Hubungan seksual

(17)

F. KERANGKA KONSEP

Gambar 2.2 kerangka konsep

G. HIPOTESIS PENELITIAN 1. Hipotesis nol adalah

a. Tidak ada hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian skabies b. Tidak ada hubungan kebersihan lingkungan dengan kejadian skabies 2. Hipotesis alternatif adalah

a. Ada hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian skabies b. Ada hubungan kebersihan lingkungan dengan kejadian skabies

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Kebersihan Diri

KEJADIAN SKABIES

Kebersihan lingkungan

Gambar

Gambar 2.1 kerangka teori
Gambar 2.2 kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar inilah menjadikan peneliti selanjutnya tertarik mempergunakan variabel pemoderasi yaitu budaya tri hita karana pada pengaruh komitmen organisasi dan time

Yang dimaksud “ Kelompok Rukun Warga (KRW) “ adalah wadah pembinaan warga di lingkup jemaat untuk peningkatan dan pemerataan peran serta warga dalam mewujudkan GKJW

According to “Viratpat Darshan,” When Supreme personality of  According to “Viratpat Darshan,” When Supreme personality of  God head Paramatama Sri Krishna

“Mapassulu yang baru di gelar menghabiskan hampir semua uang yang saya dapatkan dari kedua mayat yang saya curi sebelumnya.” (PKP/ 2015 : 131) Dari kutipan di atas, sikap Allu

Ibu di posyandu “Melati” juga sudah mengetahui porsi makan sesuai dengan kriteria gizi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan susu; menerapkan pola

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol 70% daun kersen ( Muntingia calabura L.) terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

 Suatu masalah dikatakan tractable (mudah dari segi komputasi) jika ia dapat diselesaikan dengan algoritma yang memiliki kompleksitas polinomial kasus terburuk (artinya

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Pati pada Pengolahan Surimi Ikan Tigawaja (฀ibea soldado) terhadap