• Tidak ada hasil yang ditemukan

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

A. PENDAHULUAN

Sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup , jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus bertambah. Berdasarkan data statistik pada tahun 2000 jumlah penduduk lanjut usia 14.346.745 jiwa dan tahun 2010 berjumlah 18.043.712 jiwa (BPS 2010). Data tersebut menunjukan keberhasilan pembangunan, khususnya pada sektor Kesehatan, Pangan dan Keserahteraan.

Meskipun terjadi peningkatan harapan hidup, namun tidak sedikit lanjut usia mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tidak terakses dengan pelayanan kesehatan. Mereka kesulitan untuk memperoleh makanan, baik secara kuantitas maupun mutunya, tidak menempati rumah layak huni dan tidak dapat menjangkau peyanan kesehatan. Kementerian sosial mengkatagorikan lanjut usia yang berada dalam kondisi serba kekurangan tersebut dengan “lanjut usia terakhir”.

Berdasarkan data pada Pusat Data dan Informasi Kesehatan Sosial Kementerian Sosial RI, lanjut usia terlantar di Indonesia tahun 2010 berjumlah 2.851.606 jiwa, dan tahun 2011 meningkat menjadi 2.994.330 jiwa. Data ini menunjukan bahwa keluarga tidak mampu melindungi, melayani dan memenuhi kebutuhan lanjut usia secara layak yang menyebabkan lanjut usia tersebut menjadi terlantar.

Sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, lanjut usia mempunyai hak dan kewajiban. Lanjut usia mempunyai hak kemandirian, keikutsertaan, perawatan, kepuasan diri dan harga diri. Unit Natio Prinsiples For Elder Persons (dalam Dit pelayana lanjut usia 2004) menjelaskan, bahwa lanjut usia berkewajiban memberi nasehat agar keluarga bermartabat, mengamalkan dan mentransformasikan ilmu, keterampilan dan kemampuanya kepada genesari muda, serta memberikan teladan dalam segala aspek kehidupan. Beberapa kewajiban dimaksud tidak lagi dapat dilaksanakan, baik kewajiban terhadap dirinya sendirimaupun kewajiban terhadap masyarakat dan negara. Dalam

PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN LANJUT USIA DALAM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)

SABAI NAN ALUIH SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Oleh : ZUKHRI, S.Sos Fungsional Pekerja Sosial Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat

(2)

kondisi demikian, sudah selayaknya negara mengambil peran untuk memberikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia.

Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28H yang menegaskan bahwa “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”. Kemudian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menegaskan, bahwa pemerintah berkewajiban memberi pelayanan dan perlindungan terhadap lanjut usia , sehingga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasarnya, serta dapat menikmati hidup secara layak.

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin, adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat berdiri sejak tahun anggaran 1977/1978, melalui proyek pembinaan kesejahteraan lanjut usia, direalisasikan suatu Unit Pelaksanaan Teknis di bidang Bina Kesejahteraan Sosial dan lingkungan Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Sumatera Barat.

Karena Departemen Sosial di likuidasi, maka Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin menjadi UPTD di bawah Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Barat dengan keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 22 tahun 2001, tanggal 01 November 2001. Kemudian seiring dengan berdirinya Dinas Sosial secara utuh, maka Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih berada di bawahnya, dengan keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 32 tahun 2003. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin menyelenggarakan pelayanan terhadap lanjut usia terlantar dalam panti dengan kapasitas tamping sebanyak 110 orang. Sejak tahun 2008 sampai saat ini Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin menyelenggarakan pelayanan terhadap lanjut usia terlantar diluar panti atas partisipasi masyarakat khususnya melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia sebanyak 135 orang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia diwujudkan dalam berbagai kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan guna mewujudkan lanjut usia sehat dan bahagia.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 dan pasal 28 H

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Kesejahteraan Sosial

4. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

(3)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

6. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia 7. Keputusan Menteri Sosial RI No.30/HUK/1997 tentang Pelayanan Kesejahteraan

Lanjut Usia

8. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat

9. Keputusan Gubernur Provisi Sumatera Barat Nomor 22 tanggal, 01 Oktober 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Provinsi Sumatera Barat.

10. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 32 Tahun 2003 tanggal, 01 November 2003 Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Barat tentang Pemisahan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

C. Tugas Pokok dan Fungsi a. Tugas Pokok.

Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar didalam Panti berupa pelayanan dan perawatan baik jasmani maupun rohani agar para lanjut usia dapat hidup secara layak dan wajar.

b. Fungsi

1) Fungsi Utama

a. Identifikasi dan Registerasi.

b. Bimbingan Sosial,Pelayanan dan Perawatan. c. Penyaluran dan Pemakaman/Penguburan. 2) Fungsi Teknis

a. Bimbingan Sosial Individu dan Kelompok.

b. Pelaksanaan motivasi, observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan Calon Kelayan.

c. Pelayanan, penampungan, pengasramaan dan perawatan. d. Pelayanan, pemakaman dan pengembalian kepada keluarga. e. Pembinaan fisik, mental dan rohani.

(4)

g. Pengungkapan dan pemahaman masalah Kalayan serta penyusunan rencana tindak lanjut.

h. Konsultasi dan Bimbingan Konseling. 3) Fungsi Administratif

a. Penyusunan rencana teknis dan operasional.

b. Pelaksanaan administrasi dan tata uhasa surat-menyurat, kepegawaian dan keuangan.

c. Pelaksanaan administrasi dan tata usaha rumah tangga panti. d. Pelaksanaan pengadministrasian file-file keleyan.

D. Visi dan Misi 1. Visi

Terwujudnya ketentraman, ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan baik lahir maupun bathin bagi para lanjut usia terlantar yang menjalani hari tuanya dalam Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.

2. Misi

1) Menciptakan suatu lingkungan yang tertib, aman, bersih dan asri.

2) Melengkapi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan.

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia petugas/karyawan. 4) Meningkatkan penggalian dan pemanfaatan potensi dan sumber-sumber

kesejahteraan sosial masyarakat. 5) Meningkatkan kualitas pelayanan

6) Meningkatkan hubungan/jaringan kerja dengan Lembaga/Dinas Instansi terkait. 7) Meningkatkan kesadaran dalam beribadah dan memelihara kesehatan,

kebersihan diri dan lingkungan Warga Binaan Sosial.

8) Menumbuhkan rasa percaya diri terhadap para Warga Binaan Sosial lanjut usia. E. Persyaratan Calon Kalayan

1. Laki-laki dan Perempuan usia 60 tahun keatas.

2. Dalam keadaan miskin dan terlantas dngan melampirkan surat keterangn dari Kepala Desa/Lurah/Wali Nagari serta diketahui oleh Camat setempat.

3. Atas kemauan sendiri dengan adanya surat permohonan masuk panti dari yang bersangkutan.

(5)

4. Adanya persetujuan dari keluarga/penjamin dengan bukti surat izin dari keluarga terdekat.

5. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebanyak 3 (tiga) lembar.

6. Pas Photo ukuran 3X4 sebanyak 3 lembar dan photo seluruh tubuh 3 lembar. 7. Surat keterangan dari dokter berupa :

1) Surat keterangan tidak mengidap penyakit menular.

2) Surat keterangan sehat mental / tidak sakit jiwa dan tidak pikun. 3) Tidak lumpuh/buta.

8. Surat pernyataan dari keluarga/penjamin untuk sedia menerima kembali kalayan apabila mengundurkan diri/sakit serta meninggal dunia di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan Aluih untuk dimakamkan ditempat daerah asal pengirim. 9. Mampu mengurus diri sendiri seperti : mandi, buang air dan sebagainya.

10. Pihak keluarga/penjamin wajib memberikan photo copy data identitas diri yang lengkap (KTP,SIM) serta nomor telepon/HP yang sewaktu-waktu dapat dihubungi. 11. Apabila pihak keluarga/penjamin kelayan memberikan keterangan/data identitas

palsu akan dituntut secara hukum berdasarkan undang-undang yang berlaku. F. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan.

Terselenggaranya usaha pelayanan kesejahteraan sosial baik secara lahir dan batin yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, sumber daya manusia yang berkualitas serta lingkungan yang kondusif, dengan indicator pencapaian sebagai berikut :

a. Terpenuhinya kebutuhan fisik secara baik, seperti : 1) Kebutuhan sandang, pangan dan papan.

2) Pemeliharaan kesehatan (ke Puskesmas)

3) Pengisian waktu luang, di isi dengan keterampilan.

b. Terpenuhinya kebutuhan mental rohani secara baik, seperti :

1) Tersedianya fasilitas ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing kalayan.

2) Terpenuhinya kebutuan kasih sayang, keinginan untuk didengar serta keinginan untuk dihargai.

(6)

3) Hilangnya kegalauan dalam menghadapi hari tua dan merasa senang hidup dengan se-usia.

c. Tepenuhinya kebutuhan sosial secara baik, seperti : 1) Terbananya hubungan baik dengan sesama kalayan.

2) Terbunanya hubungan baik dengan pengusaha, petugas dan masyarakat sekitar tempat tinggal.

3) Terjalinnya hubungan baik dengan pihak keluarga.

d. Makin berkembangnya tingkat kepedulian sosial terhadap pelayanan lanjut usia dari pihak keluarga, seperti :

1) Meningkat dan bertambah jumlah keluarga yang mau untuk memelihara dan membahagiakan lanjut usia.

2) Meningkatnya dan partisipasi keluarga dalam pelayanan kesejahteraan lanjut usia.

3) Semakin sering keluarga dalam mengunjungi lanjut usia dalam panti.

e. Makin meningkatnya tingkat kepedulian masyarakat dalam pelayanan lanjut usia, terutama :

1) Adanya sumbangan dari masyarakat terhadap lanjut usia.

2) Meningkatnya jumlah lembaga/individu yang mau mendukung serta membantu terselenggaranya pelayanan lanjut usia dalam panti.

3) Adanya memudahan bagi lanjut usia untuk mendapatkan akses ketempat-tempat umum.

2. Sasaran

Sasaran utama dari pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia di panti adalah : a. Semua warga masyarakat yang tergolong lanjut usia, dan memenuhi kriteria

yang telah ditentukan, seperti : 1) Telah berusia diatas 60 tahun.

2) Tidak mampu mencari nafkah sendiri untuk kepentingan hidupnya sehari-hari.

3) Tidak mempunyai sanak keluarga yang dapat memberikan bantuan dalam kelangsungan hidupnya.

b. Keluarga (sasaran tidak langsung)

(7)

2) Semua warga yang mempunyai keluarga lanjut usia. c. Masyarakat (sasaran tidak langsung)

Semua warga masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk berperan serta dalam terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial, seperti :

1) Tokoh masyarakat/relawan sosial. 2) Organisasi sosial, perguruan tinggi.

3) Anggota masyarakat yang mampu/dermawan.

G. Program Kegiatan dan Mekanisme Pelayanan 1. Program Kegiatan

Untuk mencapai tujuan program kegiatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat, ada beberapa program di Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin yng harus silaksanakan, antara lain :

a. Program pelayanan pemenuhan kebutuhan kelayan b. Program perawatan dan pemeliharaan kelayan.

c. Program peningkatan kemampuan dan kinerja personil.

d. Program pemeliharaan dan penigkatan sarana prasarana dan lingkungan.

2. Mekanisme Pelayanan.

a. Sosialisasi (Social Merketting)

Kegiatan yang dilaksanakan untuk memperkenalkan dan menginformasikan tentang keberadaan panti kepada masyarakat, yang meliputi keberadaan panti, program pelayaan, syarat-syarat untuk dapat melayani dalam panti, dan personil.

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan sosial, melalui booklet/pamflet, berhubungan Lurah/Wali Nagari dan juga melalui pemerintah Kabupaten dan kota.

b. Home Visit.

Kegiatan yang dijalankan untuk mengetahui secara langsung keberadaan calon penerima pelayanan ditempat asalnya, kegiatannya seperti :

(8)

1) Kontak yaitu proses penjalinan hubungan antara petugas dengan calon kelayan, keluarga dan masyarakat.

2) Kontrak yaitu proses perjanjian tentang program pelayanan antara pihak panti dengan calon penerima pelayanan.

c. Penerimaan, kegiatannya seperti :

1) Seleksi yaitu proses penyaringan calon kelayan untuk ditetapkan sebagai kelayan panti (Warga Binaan Sosial).

2) Identifikasi yaitu proes yang dilakukan untuk mendapatkan identitas calon kayalan yang telah ditetapkan sebagai kelayan.

3) Asessment yaitu proses yang dilakukan untuk penungkapan masalah, pemahaman masalah, kemampuan, harapan dan kebutuhan kelayan.

d. Rencana Penaganan

Penempatan di asrama/wisma e. Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahap pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sesuai dengan rencana penanganan yang telah disusun saat pelaksanaan asessement, kegiatannya meliputi :

a) Pelayanan fisik, seperti :

- Makan minum 3 kali sehari tambah snack

- Olah raga 2 kali dalam satu minggu (Selasa dan Kamis) - Rekreasi 1 kali dalam setahun.

b) Bimbingan sosial, 1 kali dalam seminggu

c) Bimbingan keterampilan, 1 kali dalam seminggu d) Bimbingan rohani, 1 kali dalam seminggu

e) Bambingan kesenian, 2 kali dalam seminggu f) Sidang kasus/Case Confrence (CC)

g) Pelayanan kesehatan, 2 kali dalam seminggu, pemeriksaan ke Puskesmas terdekat.

h) Pendampingan urusan luar

(9)

f. Terminasi, yaitu suatu kegiatan pengakhiran pemberian pelayanan terhadap kelayan, seperti :

a) Meninggal dunia

b) Permintaan kelayan/keluarga untuk kembali dibawa ke tempat asalnya c) Rujukan dengan alasan tertentu ke tempat lain

H. Kepegawaian dan Struktur Organisasi

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih pada tahun 2015 memiliki pegawai/ petugas sebanyak 23 orang, terdiri dari 17 orang Pegawai Negri Sipil (PNS) dan 6 orang tenaga sukarela.

Struktur Organisasi Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 32 Tahun 2003 Tanggal 1 November 2003 adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat yang memberikan pelayanan terhadap lanjut usia dalam panti dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat.

I. Anggaran

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin didukung anggaran tersedia untuk tahun 2015 yang bisa direalisasikan pengadministrasian keuangan dalam DIPA sebesar Rp. 2.091.382.137,-

KEPALA

KASUBBAG TATA

KASI PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERAWATAN KASI PELAYANAN KEBUTUHAN

JOMPO

(10)

J. Kapasitas Tampung

Jumlah Kalayan lanjut usia sebanyak 110 Orang yang berasal dari Kabupaten/Kota se-Sumatera Barat.

K. Sarana dan Prasarana 1. Prasarana a. Tanah =11.720 M2 (Tanah Kuburan) =544 M2 b. Kantor =1 Unit c. Poloknik =1 Unit d. Mushola =1 Unit e. Asrama/wisma =14 Unit f. Aula =1 Unit

g. Rumah dinas =7 Unit

h. Work Shop =1 Unit

i. Taman =450 m2 2. Sarana Penunjang a. Peralatan kantor b. Peralatan dapur c. Peralatan ibadah d. Peralatan asrama

L. Prinsip pelayanan sosial lansia

Pelayanan sosial lanjut usia dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa prinsip seperti :

1. Tindakan memberikan stigma (Destingmatisasi), yang menyertainya seperti kesepian, kurang pendengaran, dan penglihatan, lemah ecara fisik adalah suatu proses alamiah yang suatu saat pasti terjadi kepada orang lain, kesulitan-kesulitan seperti tersebut diatas terasa cukup berat bagi lanjut usia untuk menanggungnya, oleh karena itu tidak perlu diberikan kepadanya cap baru antara lain “lanjut usia tak berguna lagi”

2. Tidak mengucilkan (Deisolasi), sama seperti manusia lain pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia itu, lanjut usia tidak ingin dikucilkan dari pergaulan sosialnya, melainkan ia juga ingin mencintai dan dicintai, menerima dan diterima, menemani dan ditemani, menghargai dan dihargai.

(11)

3. Menghindari sikap sensitif (Desensitisasi),seperti manusia lainnya, lanjut usia memiliki perasaan sensitif (Marah, tersinggung, kecewa, tidak berharga) atas kesulitan-kesulitan yang menyertai kelanjut usianya, untuk itu ia perlu ditolong untuk menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut.

4. Pemenuhan kebutuhan secara tepat, program yang direncanakan untuk menolong lanjut usia dalam mengatasi masalah atau meningkatkan peranan sosialnya harus dapat secara nyata memenuhi kebutuhannya secara tepat dimana dia berada.

5. Pelayanan komprehentif, program yang direncanakan untuk menolong lanjut usia dalam mengatasi masalah atau meningkatkan peranan sosial mereka harus beraneka ragam dalam arti tidak hanya sekedar memberikan alat bantu mobilitas (kursi roda misalnya) tetapi juga lebih dari pada itu, yaitu memberikan keterampilan mobilitas mandiri san memberikan akses ke sumber-sumber yang lebih luas.

6. Tidak membesar-besarkan masalah (Dedramatisasi), kelanjutan usia menimbulkan beberapa kesulitan seperti kesepian, kurang pendengaran dan penglihatan lemah secara fisik dan lain-lain dalam hal ini ia harus diberikan pengertian agar tidak mau membesar-besarkan seolah-olah kesulitan itu tidak dapat diatasi lagi.

7. Menghindari sikap belas kasihan (Desimpatisasi), memberikan simpati yang menandakan belas kasihan dapat mendorong timbulnya perasaan tidak berdaya bagi diri lanjut usia, kepadanya hendaknya diberikan dorongan semangat yang membuatnya tegar dan dapat mengatasi secara mandiri.

8. Pelayanan yang cepat dan tepat, pelayanan sosial bagi lanjut usia harus dilakukan secara cepat dan tepat, cepat berarti tidak berbelit-belit dan dalam waktu relative singkat dan tepat berarti sesuai denga kebutuhan, masalah dan kemampuan penerima pelayanan.

9. Pelayanan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang menjamin kepuasan penerima pelayanan untuk menjadi kepuasan, maka kualitas pelayanan sangat menentukan

10. Pelayanan efektif dan efisien. Disamping cepat dan tepat dan memberi jaminan mutu implementasi program-program yang direncanakan bagi lanjut usia harus memperhatikan prinsip tepat guna dan tepat sasaran.

11. Pelayanan yang akuntabel. Pelayanan yang diberikan harus dapat di pertanggung jawabkan kepada masyarakat.

(12)

M. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI.

1. Dampak musibah gempa bumi yang terjadi pada tanggal 30 September 2009, mengakibatkan bangunan kantor / wisma mengalami kerusakan sehingga pelayanan kurang optimal.

2. Kurangnya kapasitas daya tampung sarana ibadah (Mushalla) yaitu hanya untuk 60 orang, sedangkan jumlah Kalayan lanjut usia 110 orang.

3. Perlu peningkatan oelayanan yang optimal bagi lajut usia dan adanya SDM yang cukup, seperti : Tenaga Bimbingan Mental, Ahli Gizi, Psikolog dan jumlah Pekerja Sosial yang seimbang jumlahnya dengan lanjut usia yang ada.

4. Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai baik secaka kualitas maupun kuantitas dan belum terpenuhi Pejabat Pekerja Sosial Fungsional.

N. Kebijakan yang diambil

1. Mengajukan permohonan bantuan kepada Bapak Menteri Sosial RI melalui Bapak Kepala Dinas Sosial Prov. Sumbar untuk rehabilitasi bagunan kantor, wisma dan mushala (sudah diajukan pada akhir tahun 2009)

2. Mengoptimalkan pemamfaatan tenaga, sarana dan prasarana yang ada untuk penyelenggaraan pelayanan.

3. Mengupayakan, memantapkan manajemen pelayanan sosial yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan dari setiap kegiatan pelayanan.

4. Memantapkan koordinasi dan jaringan kerja secara intern dan dengan Dinas terkait baik secara vertikal maupun horizontal.

5. Berupaya mengikutkan partisipasi sosial masyarakat

6. Membudayakan akuntabilitas dari setiap personil penyelenggara pelayanan. O. Penutup

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningjatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia), maka Pemerintah Sosial dan masyarakat harus mengupayakan meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan bagi kelompok penduduk lansia. Upaya tersebut berupa serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk memperdayakan lansia agar lansia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(13)

Diperlukan keterlibatan, peran dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan lembaga/organisasi sosial untuk bersama-sama berkomitmen dan bertindak dalam upaya mewujudkan Kesejahteraan dengan cara memberdayakan para lansia untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan untuk mengurangi kemiskinan, memperoleh kesehatan yang lebih baik dan mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan. Lansia diperdayakan dengan tetap memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,kondisi fisik dan mental.

Referensi

Dokumen terkait

dan laba yang diakui juga berbeda.Metode pendekatan fisik mengakui pendapatan berdasarkan besarnya persentase penyelesaian atas pelaksanaan kontrak jangka panjang,

Menurut Sugiyono (2017 hlm 168) menyatakan bahwa “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat data (mengukur) itu valid. Valid berarti

Adapun hambatan pola komunikasi Camat dalam peningkatan prestasi kerja Kantor Kecamatan Tammerodo Sendana di Kabupaten Majene yaitu adanya hambatan proses

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh empat bulan September tahun dua ribu dua belas pukul 16.30 Wib, kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pertanian Kabupaten Nias yang

Dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan integritas dengan produktivitas kerja di kantor badan kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan kerapatan relatif tertinggi untuk tingkat pohon (Trees) terdapat pada jalur II dengan jenis Rhizophora stylosa

Skor PPH aktual yang diperoleh yaitu 70,59 %,angka ini harus dibandingkan dengan Skor PPH aktual tahun sebelumnya, data tahun lalu skor PPH yang diperoleh kota

yang dilakukan sesuai dengan visi misi lembaga serta memberikan informasi mengenai diplomasi RI hingga pemanfaatan media dalam penyebaran berbagai berita terkait