Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
BEBERAPA ASPEK
BIOLOGI
SUMBERDAYA KERANGSIMPING
(Amusiumpleuronectes) DI
PERAIRAN KABUPATEN BREBESWiwiet
TeguhTaufanix
Sutrisno AnggoroxxIta
Widowatix*
x) Mahasiswa Program Double Degree indonesia Perancls Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Email : [email protected]
xx) Staf pengajar Program Double Degree Indonesia Perancis Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Abstrak:
Kerang simping (Amusiumpleuronectes) merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dalam perdagangan nasional maupun internasional dan dapat dikembangkan secara komersil. Provinsi Jawa Tengah, tepatnyadi
Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah yang terdapat penangkapan kerang simping. Namun, potensi, produksi serta tingkat pemanfaatan untuk jenis kerang simping informasinya masih sangat kurang. Halini
karenadi
Indonesia sumberdaya kerang, khususnya kerang simping di Kabupaten Brebes.hanya merupakan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi (hubungan panjang berat, sebaran ukuran, faktor kondisi, indeks kematangan gonad dan tingkat kematangan gonad) dan indeks kondisi dari kerang simping. Penelitian dilakukandi
perairan kabupaten Brebes dengan melakukan penangkapan secara langsung bersama nelayan dan analisis laboratorium (analisis gonad dan biometrika) dilakukan di laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan jurusan Perikanan Universitas Diponegoro.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG) minimal dan maksimal berturut-turut pada 18 Desember 2013, 16 Februari 2014, dan 1 Maret 2014 (pada titik 060 39' 47" LS, 10Bo 59' 48,8" BT dan 06o 39' 03,6"LS, 1090 00' 41,9"8T adalah minimal 1,78 maksimal 12,5; minimal 9,57 maksimal 2I,74| minimal 5,4 maksimal 15,6 dan minimal 4,65 dan maksimal 16,2. Serta nilai indek kondisi rata-rata befturut-tut-ut adalah 53,39a
5,09 (kategori sedang), 58,87t
5,75 (kategori sedang), 55,78 + 1,72 (kategori sedang) dan 55,58t
2,38 (kategori sedang).Rata-rata panjang dan berat total Simping minimal dan maksimal masing-masing adalah 25 mm dan 80 mm; 1,08 gram dan 36,71 gram.Hubungan regresi antara panjang dengan berat total pada sampel Simping adalah allometrik negatif, allometrik positif, allometrik negatif dan allometrik negatif.Kata kunci : Aspek Biologi, Simping, Amusrumpleuronectes, Brebes
PENDAHULUAN
Perkembangan penelitian
di
dunia mengenai Pectinidae sudah sangat pesat.Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Heilmayor, et., al(2003) mengenai umur dan produktifitas Antarctic scallop (Adamussium colbeckt); Bailey, et., al(2005) mengenai
aktifitas renang Adamussium colbecki; Campbell, et., al (2010) mengenai eksistensi Amusium ballotidi Australia; Joll (1989) mengenai kebiasaan renang Amusium balloti Salvi,
ef., al
(2010) mengenai filogenetik famili Pectinidae; Mahidol,et,, al
(2007) mengenai variasi DNA Amusiumpleuronecte,
Marin,A
(2013) mengenai struktur genetik Argopecten purpuratuq Sanpanich (2011) mengenai inventarisasi bivalvia di Thailand, Selain yang telah disebutkan, telah banyak pula penelitian kerang dalam"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
berbagai bidang, misalnya budidaya, eksploitasi dan eksplorasi, komoditas, ekologi
serta DNA.
Amusium pleuronectes atau kerang simping merupakan salah satu biota yang
dijumpai
di
perairan laut terlindung sepertidi
pantai utara Jawa Tengah (Brebes, Pekalongan, Pemalang, Kendal)dan
pantai utara
JawaTimur
(Suprijanto danwidowati,
2007).Di
perairantropis
dan
subtropis beberapa spesiesdari
genusAmusium ditangkap sebagai tangkapan komersial. Jenis kerang ini memiliki distribusi
yang sangat luas, tersebar
dari
LautIndia,
Laut Cina Selatan, Indo-Cina, Jepang,Philipina, Papua New Guinea, Indonesia dan Australia (Carpenter dan Niem, 2OO2). Amusium pleuronectes termasuk kedalam superfamili Pectinoidea, dimana masyarakat
setempat sering menyebut dengan kerang simping atau kerang merah putih. Habitat
kerang ini dapat dijumpai pada berbagai substrat dari pasir sampai lumpur berpasir pada kedalaman 5-50 m (Suprijanto dan Widowati,2007).
Kerang simping (Amusiumpleuronectes) merupakan salah
satu
sumberdayaperikanan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan karena memiliki nilai ekonomi
tinggi dalam perdagangan nasional maupun internasional dan dapat dikembangkan
secara komersil. Provinsi Jawa Tengah, tepatnya
di
Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah yang terdapat penangkapan kerang simping.Kabupaten Brebes mempunyai hasil produksi kerang simping sekitar
18
ton seharidari total
produksi3
depot kerang Simpingdi
Desa Sawojajar KecamatanWanasari (Prasetya et.a/.,2010). Pemanfaatan kerang simping terutama untuk diambil
otot
dan
gonadnya selainitu
cangkangnya dapat dimanfaatkanuntuk
kerajinan.Kerang simping dijual dengan harga yang lebih tinggi dari pada jenis kerang lainnya,
seperti kerang hijau dan kerang darah.
Kerang simping merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki
potensi untuk dimanfaatkan. Namun potensi, produksi serta
tingkat
pemanfaatanuntuk
jenis
kerang simping informasinya masih sangat kurang.Hal
ini
karena di Indonesia sumberdaya kerang, khususnya kerangsimping di Kabupaten Brebes hanyamerupakan hasil tangkapan sampingan (bycatch)
Melihat jumlah penangkapan yang berlebih untuk jenis-jenis ikan
dan
udangmaka
kerang simpingdapat
menjadi salahsatu
alternatifdalam
penangkapansumberdaya perikanan
di
Indonesia. Oleh karenaitu,
perlu adanya penelitian yang secara khusus mengenai biologi kerang simping guna pengelolaan sumberdaya kerang simping,Pengelolaan sumberdaya kerang simping secara garis besar mencakup tujuan pengelolaan secara fisik-biologik, yaitu tingkat pemanfaatan yang lestari, sehingga pengelolaan kerang simping harus memperhatikan faktor kelestarian sumberdaya, oleh
karena
itu
diperlukan kajian atau analisa tentang biologi kerang simping, meliputikajian tentang karakteristik biometrika dan indeks kondisi. Kajian tentang biometrika
serta indeks kondisi kerang simping berhubungan dengan siklus reproduksi kerang
simping. Hasil
kajian
diharapkandapat
memberikan masukanpada
perumusanpengelolaan mengenai kriteria kerang simping yang boleh ditangkap, berdasarkan
kajian biologi. Kajian
ini
akan menunjukkan distribusi ukuran serta fase reproduksikerang Simping dan dapat menjelaskan apakah kerang tersebut memenuhi ukuran
panjang minimal sefta indeks kondisi untuk dimanfaatkan,
METODE
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sampling, Metode
sampling dilakukan dengan pengambilan kerang simping dari perairan laut Kabupaten
Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April20L4
Brebes dengan menggunakan perahu tradisional dengan jaring arad. Titik sampling
berdasarkan penelitian Sahri,
et., al
(2010) yaitu berkisar pada posisi 108049'48" -109o6,25'2" BT dan 6o33,5'4" - 6o50,27'6" LS serta mengikuti kebiasaan nelayan dalam melakukan penangkapan.Sampling dilakukan pada bulan Desember 2013, Februari 2014 dan Maret 2014. Metode ini digunakan pada analisis aspek biologi (hubungan panjang berat, sebaran ukuran, faktor kondisi, indeks kematangan gonad dan tingkat kematangan gonad)
serta indeks kondisi dari kerang simping.
1.
Analisis BiometrikaPengukuran biometrika meliputi pengukuran dimensi cangkang kerang simping
dan
penimbanganberat
kerang simping. Pengukuran dimensi cangkang kerangsimping meliputi
panjang,
lebar,
dan
tebal,
pengukurandilakukan
denganmenggunakan
jangka sorong.
Penimbanganberat
kerang simping
meliputi penimbangan berat total kerang simping dan berat basah daging kerang simping.Pengukuran panjang dilakukan dari dorsal ke ventral, pengukuran lebar dilakukan
dari sisi anterior sampai posterior, sedangkan pengukuran tebal dilakukan antara sisi
luar
cangkang bagian kanandan
kiri.
Sisi
kanan/kiri dibedakan dengan cara meletakkan sisi dorsal ke hadapan kita dimana posisi ligamendi
bawah umbo. Dari posisi tersebut tampak bahwa sisi sebelah kiri adalah cangkang sebelah kiri dan sisi sebelah kanan adalah cangkang sebelah kanan (Poutiers, 1998),Penimbangan berat
total
kerang dilakukan dengan menimbang cangkang dan berat basah jaringan lunak kerang secara bersama-sama, penimbangan berat basahjaringan
lunak dilakukan dengan menimbang jaringan lunak kerang yang sudah dipisahkan dari cangkangnya dan sudah dikeringkan kandungan airnya (Gimin et a/., 2004).t *;_-l
Gambar 1. Pengukuran Panjang, Lebar dan Tebal Cangkang (Poutiers,1998)
Untuk mengetahui hubungan pertumbuhan antara dimensi cangkang dengan
berat tubuh kerang simping digunakan rumus persamaan regresi (Gimin et a/.,2004) :
Y=
aXbAtau
X a sumbu Y
b
-
koefisien regresi, menunjukkan sudut garis persamaan dengan sumbuLogY=Loga+bLogX
= berat total kerang simping (gram)= dimensi cangkang (panjang, tinggi, dan tebal) dalam satuan milimeter
=
konstanta, merupakantitik
potong garis persamaan regresi denganf"-*
I
F;f
Nasional
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
Nilai
b juga
merupakan koefisien allometri yang merefleksikan pertumbuhanrelatif. Bila nilai
b
=
3
maka peftumbuhan disebut isometri dimana peftumbuhandimensi cangkang
pada
proporsiyang
sama dengan pertumbuhanberat
total.Sedangkan bila nilai
b
<
3
(allometri negatif) ataub
>
3
(allometri positif) maka pertumbuhan dimensi cangkang tidak pada proporsi yang sama dengan pertumbuhanberat total.
Penentuan
kriteria
sifat
pertumbuhanatau
hubungan
isometri-allometri didasarkan atas analisa persamaan regresi dengan rumusY
=
aXb, apabila rumustersebut ditransformasikan ke dalam logaritma maka akan didapatkan persamaan Log
Y
=
Loga
+
b
Log X, dimana Y adalah berat total kerang simping, X adalah ukurandimensi cangkang (panjang, tinggi, dan tebal),
a
merupakan konstanta dimana a adalah titik potong garis persamaan regresi dengan sumbu Y sedangkan b merupakan koefisien regresi yang menunjukkan sudut garis persamaan dengan sumbu X (Giminef
a/.,2004).
Hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan antara dimensi cangkang
dengan berat total kerang adalah sebagai berikut :
Ho: b = 3, hubungan isometri
Hr:
b + 3, hubungan allometriKaidah pengambilan keputusan dengan syarat :
F
n,.nn < F ,u0.,
i
df=
n-2 : terima Ho dan tolak H,F
n,.,nn
t
F ,u0",i
df=
n-2:
terima H, dan tolak HoF
,uo",d"ngun taraf nyata 5
o/o (0,05)
2.
Analisis Faktor KondisiRumusan dalam analisa
faktor
kondisi ditentukan setelahpola
pertumbuhanpanjang diketahui. Bila nilai b+3, maka K dihitung dengan rumus:
..w
h:-"
al.bKeterangan:
K
=FaktorkondisiW
=
Berat (gram)L
-
Panjang total (mm)Adanb=konstanta
Jikanilai b = 3, maka K dihitungdenganrumus :
1.05w
t:
,aKeterangan:
K=Faktorkondisi L = Panjang total W= Berat (Effendie, 2002)3.
Analisis Indeks KondisiProses penghitungan nilai indeks kondisi dilakukan pada masing-masing individu
dengan cara membagi antara berat basah dengan berat total dikalikan seratus. Hasil
indeks kondisi yang diperoleh kemudian diklasifikasikan termasuk dalam kategori
kurus, sedang dan gemuk (Davenpod dan Chen, 1987). Berdasarkan hasil klasifikasi
indeks kondisi yang ada pada masing-masing individu maka dapat dilihat kategori indeks kondisi yang dominan.
Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 20L4
Metode pengukuran indeks kondisi kerang menurut Davenport dan Chen (1987)
adalah sebagai berikut :
lndeksKondisi =
B er at b as ahj ar in g anlun ak ( S
r)
x 100 Berattotal
(gr)
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus diatas, nilai indeks kondisi
kerang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori kurus, kategori sedang dan kategori
gemuk. Pembagian kategori nilai indeks kondisi berdasarkan pada rata-rata nilai indeks kondisi minimum, rata-rata nilai tengah indeks kondisi dan rata-rata nilai indeks kondisi maksimum.
Pembagian kategori nilai indeks kondisi adalah sebagai berikut :
1.
Nilai indeks kondisi kurangdari 40
adalah kategori kurus, termasuk dalamkategori indek kondisi 1.
2.
Nilai indeks kondisi antara 40-60 adalah kategorikategori indek kondisi 2.
3.
Nilai indeks kondisi lebihdari
60
adalah kategorikategori indek kondisi 3. (Davenpoft dan Chen, 1987)
4.
Tingkat Kematangan GonadTingkat kematangan gonad (TKG) ditentukan dengan acuan tingkat kematangan gonad
secara makroskopis. Penentuan Tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan terhadap
semua kerang contoh yang diambil. Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan
melihat warna, kegemukan,
isi,
gonad secara visual menggunakan metode Mason 1983,5.
Indeks Kematangan Gonad (IKG)Bagian
dari
reproduksisuatu
organismesebelum
pemijahanterjadi
adalahperkembangan
gonad
yang
semakin matang. Effendie(2002),
didalam prosesreproduksi sebagian
besar
total
metabolis memenuju perkembangan gonad.Perubahan-perubahan kondisi gonad
ini
dapat dinyatakan dalam suatu indeks yaitu iKG yaitu sebagai berikut :Nilai IKG ditentukan dengan persamaan berikut: rKG
:t!
*
rrro
IJI
Keterangan:
IKG
= Indeks Kematangan Gonad (o/o)sedang termasuk dalam
gemuk termasuk dalam
Rn=
Bt=
(Efendie, 2002)
Berat gonad (gr)
Berat tubuh (gr)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
KarakterBiometrika
Kerang SimpingPengukuran biometrika dilakukan dengan melakukan pengukuran dimensi
cangkang kerang simping. Pengukuran dimensi cangkang kerang simping dilakukan
dengan mengukur panjang dengan menggunakan jangka sorong. Hasil penghitungan
panjang kerang simping pada bulan Desember 2013, Februari 2014 dan Maret 2014,
disajikan pada Tabel 1.
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 20t4
Tabel 1. Paniang Keranq Simping di Perairan Kabupaten Brebes
Variabel
Koordinat
..,luTu
,,
Jumlah Rata - rata Std Deviasi Min Nilai Tengah Maxftrr!L
18 Des
2013-
----E
_--
^'2'26'0"
l'!.,
474
54,98
6,04
25
55
75 109000'1,5"
mentrS = 060 42',48,6"
16 Feb 20t4E = 1090
02'
90menit 53
65,69
5,30
50
66
75 23,2" S = 060 39'47" 1 Mar 2014 E = 108059'
90menit 163
70,09
4,97
47
70
80 48,8" S = 060 39'03,6" 1 Mar 2014 E = 109000'
90menit L64
69,t7
4,44
50
70
78 4r,9" Rata-rata2L4 64,98 5,19
43,00
65,25
77,00 Hasil pengukuran panjang kerang simping pada bulan Desember 2013, Februari2014 dan Maret 2014 dibagi kedalam 12 kelas ukuran. Masing-masing kelas ukuran
mempunyai rentang
5
mm.
Pembagian kelas ukuran panjang serta penghitunganpanjang kerang simping berdasarkan pembagian kelas ukuran disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelas Ukuran Paniang
Ukuran
e=
Ukuran
^--i--
-No
lf'fr
qq *'
*"r;i
"ffis
1.
25
25-29
7.
55
55-
592.
30
30-34
B.
60
60-64
3.
35
35-39
9.
65
6s-69
4.
40
40-44
10.
70
70-74
5.
45
45-
49
11.
75
75-79
6.
50
50-54
12.
B0
80-84
Ukuran optimal kerang simping, memadukan unsur ekonomi
yaitu
ukurantersebut merupakan ukuran konsumsi pasar/ serta unsur kontinuitas sumberdaya yaitu
penangkapan kerang simping pada ukuran tersebut
tidak
mengganggu aktivitasreproduksi sehingga keberadaan kerang simping dapat terjaga. Hasil penghitungan panjang kerang simping
di
perairan Kabupaten Brebes, pada bulan Desember 2013,Februari 2014 dan Maret 2014, disajikan pada Gambar 2 - 5.
Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April2OL4
2oo -! 150 i 2 6 100-5 L _^ l k 10-I 0# l. F," "l .!: :t:a "t: ,:;: 1.1; iii i,t' $B J,I N# ". E
t
rtfr.ai\.
--L '-, t;{-'e-tu'-?li'r1::T:
oaha63 200 'z ! 100 d 50 K€las Penjerg (mm)Gambar 2. Kelas Ukuran Panjang Kerang Simping pada I 8 Desember 2013
6s+ trg nn,c3
:;";=;,
Kelas Psnjang (mm)
Gambar 3.Kelas Ukuran Panjang Kerang Simping pada I 6 Februari 20 14
6lai Psnjrng (mm)
Gambar S.Kelas Ukuran Panjang Kerang Simping pada I Maret 2014Titik2
200 : I ti0 i :100 i 50i 200 t50 I r00
mWio
m&
H& -& e,.... gx . &s.--...1ffi.._..., u::iTT1
Kelas Paniang (mm)rlr
0'.- -:---!--'Gambar 4.Kelas Ukuran Panjang Kerang Simping pada I Maret 2014 titik I
Ukuran panjang kerang simping di perairan Kabupaten Brebes sangat bervariasi,
yaitu berkisar antara 25
-
B0 mm. Ukuran rata-rata yaitu 64,98 mm. Ukuran yangpaling mendominasi yaitu berkisar antara 60
-
75 mm.peftumbuhan kerang simpingbanyak terjadi variasi akibat proses adaptasi individu terhadap lingkungannya.Hasil
penghitungan hubungan antara panjang dan berat total kerang simping disajikan pada Tabel 3dan Gambar 6 - 9.
Hasil penghitungan pada bulan Desember 2013, Februari 2014
dan
Maret20l4menunjukkan bahwa hubungan antara panjang cangkang dengan berat total kerang simping bervariasi. Hubungan antara panjang cangkang dengan berat total kerang simping pada sampel 16 Februari 2014 memiliki nilai a = 0,000032dan nilai b =
3,I7
yang berarti menerima H, dan menolak Ho(b +
3) yang berarti bahwa hubunganantara panjang cangkang
dan
berattotal
kerang simping bersifat allometri yangselanjutnya disebut allometri positif
(b
>
3).
Hubungan antara panjang cangkangdengan berat total kerang simping pada sampel 1B Desember 2013, 1 Maret 2014 titik
1 dan titik 2 berturut-turut memiliki nilai a yaitu 0,000315; 0,000376 dan 0,000298 dan nilai
b
yaitu 2,59; 2,57 dan 2,64 yang berafti menerima H, dan menolak H0(b +
3)yang berafti
bahwa hubungan antara panjang cangkangdan
berattotal
kerangsimping bersifat allometri yang selanjutnya disebut allometri negatif (b
<
3). Dari hasil perhitungan pada bulan Desember 2013, Februari 2014 dan Maret 2014 berturut-turut mendapatkan persamaan yaitu Y = 0,000315y
z,se' Y = 000032t
:,tz; Y = 0,000376 X2,57 danY = 0,000298 X 2,54,
IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
Tabel 3. Hubungan Regresi Antara Panjang Cangkang dan Berat Total Kerang Simping
Variabel
KOOrOtnat
.
Jumlah a>ampet
h
Persamaan
"
Y--axbr
F hitung Keterangan18 Des 2013 S = 060
42'26,0"
474 E = 1090 00' 1,5" 16 Feb2014
s = 060 42'.48'6"
53 E = 1090 02' 23,2' s = 060 39'47" E = 1080 59'48,8' 0,0003 1 5 0,00003 23,It
0,000032 x 3,17163
0,0003762,57
0,000376 X2.s7
0,922,59
0,000315 x2,se 0,80 877,6t
Alometrik negatif0,92
29I,71
Alometrik positif 952,96 Alometrik negatif 1 Mar 2Ot4 1 Mar 2014 q=n6u164
0,0002982,64
0,000298 X2,64 O,g2
854,11 Alometrik E = 109000'41,9"
neoatif :20.00Gambar 6.Hubungan Panjang Berat Kerang Simping pada l8 Desember 2013
t0 10 60
Panjang (mn)
Gambar S.Hubungan Panjang Berat Kerang Simping pada 1 Maret 2014 titik I
0.00i*.--ry-*
0 l0 20 i0 '10 50 60 /0 80
Panjang (mm)
Gambar T.Hubungan Panjang Berat Kerang Simping pada l6 Februari 2014
40.00 1
Paniang (nm)
Gambar 9.Hubungan Panjang Berat Kerang Sirnping pada I Maret 201 4 titik 2
Hubungan antara panjang dan berat total kerang simping merupakan salah satu
analisis yang bertujuan mengetahui gambaran periode reproduksi kerang simping,
selain analisis nilai indeks kondisi serta analisis biometrika. Dari ketiga hasil analisis
hubungan antara dimensi panjang cangkang dengan
berat
total
kerang simpingdiketahui bahwa peftumbuhan kerang simping pada bulan Desember 2013, Februari
Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 Apnl2014
20L4 dan Maret 2014berturut-turut adalah allometri negatif/ allometri positif, allometri
negatif dan allometri negatif.
Penelitian yang dilakukan Prasetya et., al. (2010) pada 3 Mei 2008 dan 22 April
2009
menunjukkan bahwa peftumbuhan kerang simping bersifat allometri positifsedangkan pada24 Mei 2008 bersifat allometri negatif.
Pertumbuhan kerang simping pada bulan Februari menunjukkan bahwa, kerang
simping mengalami pedumbuhan
berat
total
lebihcepat
daripada peftumbuhandimensi cangkangnya, namun pada Desember dan Maret, kerang simping mengalami
pertumbuhan dimensi cangkang lebih cepat daripada pertumbuhan berat totalnya. Hal tersebut diduga berhubungan dengan siklus reproduksi kerang simping.
Dalam pengelolaan kerang simping yang berkelanjutan, aspek reproduksi harus
diperhatikan sebagai aspek
yang
penting. Berdasarkan analisis hubungan antarapanjang dan berat total, diketahui bahwa kerang simping berada pada kondisi siap
tangkap
atau
pada fase reproduksi aman dimana kerang simpingtelah
memijah,adalah setelah bulan Maret. Karena pada bulan Februari hingga Maret diduga kerang
simping dalam fase reproduksi dan petumbuhan. Hal ini juga didukung oleh analisis tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad pada penelitian ini.
2.
Analisis Faktor KondisiFaktor
kondisi
merupakansuatu
keadaan kemontokan organisme yangdinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada panjang dan berat. Faktor kondisi
pada peftumbuhan organisme yang allometrik dicari dengan metode yang berbeda
dengan
faktor
kondisi pada pertumbuhan yang isometrik. Hasil penghitungan nilai faktor kondisi dapat dilihat pada Tabel 4.Tabel
4.
Faktor Kondisi Kerang Simping di Perairan Kabupaten BrebesVariabel 'lr rmlah .--",,-'l
KOOrOtnat
a 5ampel.
Rata-rata,
Kala-ratab
O"*
rJ
panjans
W (mm) KnGn:
#)
18 Des 2013 16 Feb 20L4 1 Mar 20t4 1 Mar 20t4 s = 06042',26,0"
A. -74 E = 1090 00'1,5" S = 06042'48,6"
53 E = 1090 02'23,2" S = 060 39,47"
163 E = 1090 59',49,9" S = 06039'03,6"
rc4 E = 1090 00'41,9" 0,0003152,59
10,750 0,0000323,r7
19,rl7 0,0003762,57
2r,r24 0,0002982,64
21,35754,989
10,238
1,05065,698
18,561
t,02970,098
20,739
1,01869,176
2L,102
r,0L2 Berdasarkan tabeldi
atas nilai faktor kondisi dari kerang simping pada bulanDesember 2013, Februari 2014 dan Maret 20l4berturut-turut yaitu 1,050; 1,029; 1,018 dan 1,012 dengan rata-rata panjang 54,989;65,698; 70,098 dan 69,176 mm dan
rata-rata berat 10,750; 19,117;21,724 dan 21,357
gr.
NilaiK
1,050; L,029;1,018 dan 1,012berarti kerang simping mempunyai badan kurang pipih. Nilai faktor kondisi daribulan Desember 2013 sampai Maret 2014 mangalami penurunan. Hal ini diduga karena
kerang simping cenderung menggunakan lemaknya sebagai sumber energi untuk reproduksi. Variasi harga K
itu
tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad (Effendie, 2002)."Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
3.
AnalisisIndeks
KondisiProses penghitungan nilai indeks kondisi dilakukan pada masing-masing individu
dengan cara membagi antara
berat
basah dengan berattotal
dikalikan seratusBerdasarkan hasil penghitungan pada sampel kerang simping bulan Desember 2013,
Februari 2014 dan Maret 2014 didapatkan rata-rata nilai indeks kondisi sebesar 55,91
+.3,74. Rata-rata nilai indeks kondisi minimum, nilai tengah indeks kondisi dan indeks kondisi maksimum masing-masing sebesar 4I,65; 55,44 dan 77,37. Hasil penghitungan
dan kategori nilai indeks kondisi dapat dilihat pada Tabel 5dan Gambar 10.
Tabel 5. Nilai Indeks Kondisi Kerang Simping di Perairan Kabupaten Brebes
Nilai Indeks Kondisi Koordinat Jumlah
Sampel
Kdto _
rata
Standart
Deviasi
*Nilai,
MaxI engan 18 Des
2013
s = o60 42'26'0" E = 1090 00' 1,5" 16 Feb2014
S = 060 42'48,6" E = 1090 02'23,2" 1 Mar2014
S = 060 39'47" E = 1080 59'48,8' 1 Mar2014
S = 060 39'03,6"474
53,39 5,09 16358,87
5,7555,78
1,7255,58
2,3853,33
96,1758,64
96,6753,94
57,51 (q RA qq 1q 53 t64 25,08 q) 1A 50,80 38,55 E = 1090 00'41,9" Rata-rata 21455,91
3,74
4L,65 \\ 44 I r </Berdasarkan hasil perhitungan diatas, nilai indeks kondisi kerang dibagi menjadi
3
kategori, yaitu kategori kurus atau kategori 1, kategori sedang atau kategori 2 dan kategori gemuk atau kategori 3. Pembagian kategori nilai indeks kondisi berdasarkanpada rata-rata nilai indeks kondisi minimum (41,65), rata-rata nilai tengah indeks kondisi (55,44)
dan
rata-rata nilai indeks kondisi maksimum (77,37). Nilai indekskondisi kerang simping selama bulan Desember 2013, Februari
dan
Maret 2014didominasi oleh kategori sedang.
Nilai indeks kondisi berkaitan erat dengan tingkat kematangan gonad. Hal ini bisa
dilihat apabila semakin
tinggi
nilai indeks kondisi maka akan semakintinggi
pulatingkat
kematangan gonadnya. Variasitingkat
perkembangan gonad ditunjukkan dengan nilai indeks kondisi dan indeks gonad. Jaramillo et.a/. (1993) dalam Suprijanto(2003) menyebutkan bahwa
nilai
indeks gonad yangtinggi
berhubungan dengantingkat kematangan gonad yang cukup, sedangkan nilai indeks gonad yang rendah
setelah terjadinya
nilai
indeks gonad yangtinggi
menunjukkan dugaan terjadinya pemijahan dalam populasi tersebut.Pembagian kategori nilai indeks kondisi adalah sebagai berikut :
1.
Nilai indeks kondisi kurang dari 40 adalah kategori kurus, termasuk dalamkategori indek kondisi 1.
2.
Nilai indeks kondisi antara 40-60 adalah kategori sedang termasuk dalam kategori indek kondisi 2.3.
Nilai indeks kondisi lebih dari 60 adalah kategori gemuk termasuk dalamkategori indek kondisi 3. (Davenport dan Chen, 1987)
4.
Tinqkat Kematanqan Gonadt
Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 20L4
I 8 Desember 20 I 3 l6 Februari 2014 500 r 400 1 l 300 : 200 : 100 :
0i
500 r 400 : 300 . 200 | : r00 :0:,ffi"
t23
I Maret 2014 titik I I Maret 2014 titik 2
500 :
400 : 300 i
Kategori Indeks Kondisi
Gambar 10. Nilai Indeks Kondisi Kerang Simping di Perairan Kabupaten Brebes pada
Bulan Desember 2013. Februari 2014 dan Maret 2014
Pengamatan tingkat kematangan gonad yang dilakukan pada bulan Desember 2013, Februari 2014 dan Maret 2014 dengan menggunakan metode Mason (1983).
Berikut ini adalah tingkat kematangan gonad pada kerang simping sepefti tersaji pada gambar 11.
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa pada bulan Desember 2013 yang paling mendominasi adalah TKG
I
(4Io/o), sedangkan pada bulan Februari 2014dan Maret 2014 nilai TKG yang mendominasi adalah TKG VI dengan nilainya berturut-turut adalah BIo/o; 49o/o dan 54o/o. Hal ini menunjukkan bahwa selama bulan Desember
2013 sampai Maret 2014 terjadi perubahan TKG yang sangat signifikan dilihat dari
perkembangan tingkat kematangan gonadnya dariTKG
I
hingga TKG VI.IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
18 Desember 2013 l6 Pebruari 2014 I Maret 2014 titik I
W
1 Maret 2014 titik2o*--!'--K{FA,",
MTKG I WrKGtr '',|ETKGlll NTKG IV mrKGv ' INU VI ;t iKU vI ffirKGVrilWW
Gambar 11. Persentase TKG Kerang Simping Metode Mason (1983)
4.
Indeks Kematangan GonadPerhitungan indeks kematangan gonad yaitu dengan perbandingan antara berat
gonad dengan berat tubuh dikali seratus. Adapun hasil IKG kerang simping pada bulan Desember 2013, Februari 2014 dan Maret 2014 tersaji dalam Tabel 6.
Tabel 6. Indeks Kematangan Gonad Kerang Simping di Perairan Kabupaten Brebes
Variabel
Koordinat BeratTubuh(gr)
IKG (o/o)Min
Max Min
MaxS = 060 42'26,0"
18 Des 2013 E = 1090
00'
1,08 30,83 I,78
12,50 1q"- t"
s = 060 42'49,6"
16 Feb 2014 E = 1090
02'
7,I9
28,00 9,57
2I,74 )? )" S = 060 39'47" 1 Mar 2014 E = 108059'
7,02 36,71 5,40
15,60 48,8" s = 060 39'03,6" 1 Mar 2014 E = 109000'
9,56 31,60 4,65
16,20 41 q"Rata-rata
6,21 3t,79 5,35
16,51Seminar Nasional Kelautan IX
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya,24 April2014
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa selama penelitian nilai IKG terendah
yaitu terjadi pada sampling tanggal 18 Desember
20t3
yaitu 1,78o/o, sedangkan nilaiIKG tedinggi yaitu pada sampling tanggal 16 Februari 2014 yaitu 2I,74o/o dengan
rata-rata
minimal dan maksimal iKG selama bulan Desember 2013, Februari 2014 danMaret 2014 bedurut-turut yaitu 5,35o/o
dan
16,517o dengan rata-rata minimal dan maksimal berat tubuh yaitu 6,21 gr dan 37,79 gr.Indeks
kematangangonad
(IKG)
ini
sering
dihubungkan dengan tingkat kematangangonad
(TKG), dengan
membandingkan keduannyaakan
tampakhubungan antara perkembangan
di
dalamdan
di
luar tubuh suatu
organisme. Organisme dikatakan matang gonad akan diikuti dengan perubahan warna dan ukurandari gonadnya, sehingga gonad akan mengisi sebagian besar ruang yang ada di dalam
tubuh oranisme tersebut. Gonad yang semakin besar memberikan indikasi menuju ke tingkat kematangan gonad yang tinggi. Sehingga bila tingkat kematangan gonad (TKG) tinggi, maka Indeks kematangan gonad (IKG) juga tinggi.
KESIMPULAN DAN SAR,AN
Analisis biometrika menunjukkan bahwa sampling bulan Desember 2013 masih
terdapat ukuran kecil, walaupun didominasi
oleh
ukuran sedang, sedangkan pada sampling bulan Februari dan Maret 2014 lebih didominasi oleh ukuran sedang danbesar.
Pertumbuhan kerang simpingpada bulan
Februari menunjukkan bahwa pertumbuhanberat jaringan lunak lebih cepat
dibandingkan dimensi cangkang.Sedangkan
pada
bula
Desember2013
dan
Maret
201.4, pertumbuhan dimensicangkang lebih cepat daripada berat jaringan lunak.
Nilai indeks kondisi kerang simping pada bulan Desember 2013, Februari dan
Maret 2014 didominasi oleh kategori sedang,
Status kematangan gonad
pada
bulan Desember2013
hingga Maret 2014 mengalami perkembangan yang signifikan,Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan informasi yang lebih guna pengelolaan sumberdaya kerang simping khususnya di perairan Kabupaten Brebes,
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Pendidik
dan
TenagaKependidikan (DITENDIK)
Direktorat
PerguruanTinggi
(DIKfi)
KementerianPendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan beasiswa Program DDIP (Double Degree Indonesia Perancis) tahun anggaran 20I2-20t4.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, D.M., Johnston, LA. dan Peck, L.S, 2005. Invertebrate Muscle Performance at High Latitude: Swimming Activity in the Antarctic scallop, Adamussium colbecki.
Polar Biology, 28 (6). pp.464-469. ISSN 0722-4060.
Campbell,
M.J.,Officer,
R.A.,Prosser,
A.J.,Lawrence,
M.J., Drabsch,S.L. dan Courtney, A.J. 2010. Survival
of
Graded Scallops Amusium balloti in Queensland's (Australia) Trawl Fishery. Journal of Shellfish Research, 29 (2). pp.373-380. rSSN 0730-8000.
Carpenter, K.E. and Volker
H.
Niem. 2002.The
Living Marine ResourcesOf
TheWestern Central Atlantic Vol. 1. Food And Agriculture Organization Of The United
Nations. Roma.Po 25-92.
"Kemandirian dalam Rekayasa Teknologi Kelautan dan Pengelolaan Sumberdaya Laut" Universitas Hang Tuah Surabaya, 24 April 2014
Davenpoft,
J
and Chen,X.
1987.A
Comparisonof
Methodsfor
The Assesment ofCondition in The Muscel(MytilusedulisL). J.Moll.Stud
'
pp 293-297.Effendie. 2002. Biologi Perikana n,Yayasan Pusta ka N usatama : Bogor.
Gimin, R. Mohan, R. Thinh, L.V, dan Griffiths, A.D. 2004.The Relationship
of
Shelt Dimensions and Shell Volume to Live Weight and Soft Tissue Weight in MangroveClam,Polymesodaeros4Solander,
1786) From Nofthern Australia'
NAGA, WorldFish Center Quafterly, 27 (3 &4):32-
35'Heilmayer. O,
T.
Breya, M. Chiantore, R. Cattaneo-Vietti dan W. E. Arntz. 2003. Age and Productivity of the Antarctic Scallop (Adamussium colbecki), in Terra NovaBay (Ross Sea, Antarctica). Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 2BB (2003) 239- 2s6.
Joll, L. M. 1989. Swimming Behaviour of the Saucer Scallop Amusium balloti(Mollusca:
Pectinidae) Springer-Verlag September
I
1989, Volume 102, pp 299-305.Mahidol, C., Uthairat, N., Srijanya, S., Nobuhiko, T., Thuy,
T'
2007' Mitochondrial DNA Diversityof
the
Asian Moon Scallop (Amusium pleuronectes) (Pectinidae), in Thailand. Marine Biotechnology Volume 9, 352-359'Marin,
A.
2013. Genetic Structureof the
Peruvian Scallop Argopecten purpuratus Inferred From Mitochondrial and Nuclear DNA Variation. Hokkaido University, Graduate School of Fisheries Sciences. Hokkaido. Japan.Mason,
J.
1983. Scallopand
Queen Fisheriesin
the
British Isles.The
BucklandFoundation. England.
Poutiers, J.M. 1998. Bivalves. in Carpenter, K.E and Niem, Volker H (Eds), The Living
Marine Resources Of the Western Central Pacific. FAO UN, Rome.pp 124-328. Prasetya,
J.D.,
Suprijanto,J.
dan
Hutabarat,J.
2010.
Potensi Kerang Simping(Amusium pleuronectes)
di
Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Dalam: ProsidingSeminar Nasional Hasil Perikanan&Kelautan Jurusan Perikanan Fakultas Peftanian Universitas Gajahmada VII, Yogyakarta, 17 hlm'
Sahri, A., Suprijanto, J., Widowati,
I.,
Waridin, Agustini, T.W' dan Anggoro, S. 2010'Evidensi Faktor Musim Penangkapan Terhadap Kegiatan Penangkapan Kerang Simping (Amusium pleuronestes)
di
PerairanLaut
Kewenangan Provinsi diKabupaten Brebes. PenguatKedaulatan Indonesia Sebagai Negara Maritim. Kapasga ma-Un iversitasGadjahMada' Yogyaka fta.
Salvi,
D.,
Gabriella,8.,
Manuela,C., dan
Paolo,M'
2010'The
Analysisof
rRNA Sequence-structurein
Phylogenetics:An
Applicationto
the
Family Pectinidae (Mollusca: Bivalvia). Elsevier 56 (2010) 1059-1067'Sanpanich, Kitithorn. 2011. Marine Bivalves Occurring on the East Coast of the Gulf of Thailand. ScienceAsia 37 (2011): 195-204.
Suprijanto,
J
dan
Widowati,i.
2003.
Paket Pemilihandan
Pemeliharaan Induk KerangAmusium sfr(ualitas Unggul Melalui identifikasi Keanekaragaman Genetikdan
Optimasi Kondisi
Media.
LaporanPenelitianHibahBersaing XIIL-2,Un iversitasDi ponegoro.
Suprijanto,
J.
dan
Widowati,L
2007.
Karakteristik Biometrika Kerang SimpingAmusiumpleuronectes
dari
Beberapa Daerahdi
Pantai Utara Jawa Tengah.Dalam:
Prosiding Seminar
NasionalMoluskaDalamPenelitian,KonservasidanEkonomi di Semarang 17 Juli 2007' Pp.207-2I4'