• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nur Zuraini 1* 1 Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Budi Darma, Medan, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nur Zuraini 1* 1 Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Budi Darma, Medan, Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Hal: 244-249

Sistem Pendukung Keputusan Uji Kelayakan Pesawat Terbang Dengan

Metode Fuzzy Tsukamoto Pada PT. GFM Aeroasia TBK

Nur Zuraini1*

1Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Budi Darma, Medan, Indonesia

Email: 1*nonilase08@gmail.com

Abstrak

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau yang disebut Decision Support System (DSS) adalah sistem yang dapat dikembangkan, berorientasi kepada perencanaan masa yang akan mendatang serta tidak direncanakan interval atau priode waktu dalam pemakaiannyaPada dasarnya pengambilan keputusan (decisions making) merupakan suatu kegiatan atau proses yang berlangsung di dalam suatu sistem, walaupun itu merupakan suatu keputusan atau decision pribadi sekali pun yang menyangkut suatu masalah organisasi menyangkut pribadi juga. Pembuatan keputusan sering kali dihadapkan dengan kerumitan dari banyak faktor ruang lingkup dengan banyaknya data. Kelayakan adalah kriteria penentuan apakah suatu subyek layak untuk dibuatkan artikelnya atau tidak. Konsep ini berbeda dengan terkenal, penting, atau populer. Suatu subyek dianggap memenuhi kriteria kelayakan apabila memenuhi kriteria di bawah ini; atau kriteria spesifik yang terdaftar pada tabel di sebelah kanan. Kelayakan keberangkatan pesawat dalam sistem penyelenggara penerbangan domestic sehingga insiden kecelakaan dapat ditekan sekecil mungkin atau tidak ada sma sekali Metode Promethee II adalah suatu teknik Multi Criteria Decision Making (MCDM). Metode ini dikembangkan oleh Brans dan Vincke pada tahun 1985. Metode Promethee II dapat memperoleh rangking lengkap dari alternatifnya

Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Uji, Kelayakan Penerbangan, Metode Fuzzy Tsukamoto

1. PENDAHULUAN

PT. GMF Aero Asia menjadi perusahaan maintaenance, Repair,and Overhaul (MRO) pertama yang masuk dalam daftar perusahaan Tbk di indonesia. Umur kompenen pesawat terbang dapat diperkirakan melalui analisis dari hasil ujian dinamis atau uji kelayakan pada kompenennya. Hipotesa yang diperkenalkan oleh palmgren dan miner dapat digunakan dalam menentukan rasio pembebanan dinamis untuk kelayakan mencapai batas kerusakan komponen yang di uji. Pada Dasarnya, setiap desain komponen pesawat terbang telah di atur dalam pengaturan penerbangan sipil sebagaimana tercantum di dalam Federal Aviation Regulation (FAR) maupun Joint Airworthiness Requirement (JAR) Atau peraturan penerbangan negara lain.

Dalam Proses Pengujian pesawat yang layak terbang ,pesawat yang akan di uji terlebih dahulu dipisahkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsinya. Dalam proses pengujian tersebut, setiap bagian pesawat dikepalai oleh seorang inspector, seorang inspector memiliki kewenangan memutuskan apakah sebuah bagian pesawat yang menjadi tanggung jawabnya tersebut memiliki kelayakan untuk digunakan untuk tidak, inspector juga memiliki kewajiban untuk menuliskan hasil pengujian bagian tersebut ke dalam sebuah laporan pemeriksaan. Setelah itu, laporan tersebut diserahkan kepada seorang head inspector. head inspector inilah yang memutuskan apakah sebuah pesawat layak terbang atau tidak .

Sistem Pendukung Keputusan (decision Support System) merupakan bagian dari sistem berbasis komputer yang dipakai untuk pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dengan menggunakan sistem pendukung keputusan penentuan pemilihan pesawat yang layak terbang dapat terisolir dengan cepat sehingga pihak-pihak yang berwenang didalam proses penentuan kelayakan dapat melakukan kewajiabannya dengan proses yang mudah

dan tepat. Untuk mendapatkan hasil pemilihan keputusan yang baik diharapkan proses pemilihan keputusan dapat menggunakan suatu metode dimana metode tersebut sangat berguna pada sistem pendukung keputusan.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nanda Novita yang dipublikasikan pada Jurnal & Penelitian Teknik Informatika Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016 yang berjudul “Metode Fuzzy Tsukamoto Untuk Menentukan Beasiswa”. Setelah melakukan analisa masalah, pembahasan permasalahan, perancangan dan implementasi, maka diperoleh kesimpulan berdasarkan penelitian, dengan menerapkan metode Fuzzy Tsukamoto untuk dapat menentukan pemilihan kelayakan pesawat, maka keputusan yang dihasilkan menjadi lebih baik [1].

Pada penelitian yang dilakukan oleh Maya Yusida Kumpulan jurnaL Ilmu Komputer (KLIK) Volume 04, No.02 September 2017 yang berjudul “Implementasi Fuzzy Tsukamoto Dalam Penentuan Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet Dan Kelapa Sawit”,Berdasarkan penelitian yang telah melalui tahap perancangan dan evaluasi Dari perhitungan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lahan Tanah Laut, Kintap, Pasir Putih dengan tingkat kesesuaian lebih sesuai untuk tanaman karet. Berdasarkan dari gambar 9 dimana nilai 76 termasuk dalam nilai keanggotaan kategori lebih sesuai. [2].

Penerapan Fuzzy Tsukamoto Dalam Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan kelayakan pesawat, Dimana kesimpulannya menjadikan perhitungan menjadi gampang dan mudah[3].

2. TEORITIS

A. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan atau Computer Based

Decison Support System (DSS) merupakan salah satu bagian

dari sistem informasi yang berguna untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. Permasalahan yang

(2)

Hal: 244-249 umum dijadikan objek pada SPK ada yang bersifat semi dan

ada yang terstruktur [1]. B. Kelayakan

Studi kelayakan atau disebut juga analisis proyek bisnis adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha/bisnis dilaksananakan dengan menguntungkan secara terus-menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena akan dijadikan dasar implementasi kegiatan usaha [3]

C. Fuzzy Tsukamoto

Menurut Sri Kusumadewi dan Sri Hartati sistem inferensi fuzzy merupakan suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy yang berbentuk IF-THEN, dan penalaran fuzzy. Secara garis besar, diagram blok proses inferensi fuzzy terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proses Fuzzy Inferensi (Tsukamoto) Pada metode Fuzzy Tsukamoto, setiap konsekuensi pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan inferensi dari tiap – tiap aturan diberikan secara tegas (crips) berdasarkan a-predikat (fire strength). Hasil akhir defuzzifikasi dilakukan dengan cara menilai rata – ratanya (Weight Average).

Misalkan ada 2 variabel input, var-1(x) dan var-2(y) serta 1 variabel output var-3(z), dimana var-1 terbagi atas 2 himpunan yaitu A1 dan A2 dan var-2 terbagi atas 2 himpunan B1 dan B2. Sedangkan var-3 juga terbagi atas 2 himpunan yaitu C1 dan C2.

Ada dua aturan yang digunakan yaitu : [R1] IF (x is A1) and (y is B2) THEN (z is C1) [R2] IF (x is A2) and (y is B1) THEN (z is C2)

Dalam inferensinya, metode Tsukamoto menggunakan tahapan berikut:

1. Fuzzyfikasi

2. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk IF_THEN)

3. Mesin inferensi

Menggunakan funsi implikasi MIN untuk mendapatkan nilai α-predikat tiap – tiap rule (α1, α2, α3,.... αn).

Kemudian masing – masing nilai predikat α-predikat ini digunakan untuk menghitung keluaran hasil inferensi secara tegas (crips) masing – masing rule (z1, z2, z3,.... zn) [6]

3. ANALISA A. Analisa Masalah

Analisa merupakan langkah awal dalam penyelesaian dan mengidentifikasi sebuah permasalahan yang terjadi. Analisa masalah memiliki peranan penting dalam proses menganalisa untuk mencapai dan memperoleh hasil yang akurat dalam sebuah sistem.

Menentukan pesawat yang layak terbang agar dapat member pesawat kemanan dan kenyamanan pada penumpang, jika salah satu bagian pesawat mengalami kerusakan dan pesawat belum diterbangkan atau bahkan belum bergerak dengan tenaganya sendiri – maka, pilot harus mengacu kepada Minimum Equipment List (MEL) untuk mengetahui apakah penerbangan tetap boleh dilanjutkan. MEL sendiri merupakan dokumen wajib yang harus ada di setiap pesawat. Ia berisi daftar peralatan pesawat yang diperbolehkan tidak berfungsi selama batasan tertentu. Di dalam MEL akan disebutkan maksimal waktu terbang dengan peralatan rusak tersebut. Jika ada bagian yang rusak sebelum melakukan penerbangan, MEL memberpesawat petunjuk pada penerbang dan teknisi untuk menentukan pesawat boleh berangkat atau tidak (Go/No Go

decisions). Keputusan itu biasanya bergantung pada dua hal:

sejauh mana kerusakan memengaruhi keselamatan penerbangan dan apakah ada prosedur maintenance di MEL yang harus dilakukan sebelum melanjutkan penerbangan. Jika syarat yang disebutkan di MEL sudah terpenuhi, maka pesawat yang memiliki peralatan rusak tadi boleh tetap lepas landas. Ini dilakukan untuk menghindari keterlambatan jadwal penerbangan dan menunda perbapesawat sampai pesawat mempunyai waktu dan perangkat yang dibutuhkan tersedia.

B. Penerapan Fuzzy Tsukamoto

Pengecekan kondisi pesawat sesuai manufaktur dan regulator Garuda Indonesia memiliki beberapa proses hingga pesawat bisa dikatakan layak terbang. Yang paling penting adalah pemeliharaan (maintenance) pesawat sesuai standar yang ada dan maintenance GMF (PT GMF AeroAsia) mengecek, mereview, memonitor semua kondisi pesawat sebelum terbang sesuai spek yang ditentukan manufaktur dan regulator`.Segala keputusan yang dibuat kapten nantinya akan menjadi catatan penilaian. Apakah perlu dilakukan pengembangan, termasuk siapa yang bertanggung jawab dari kelayakan terbang pesawat.

Dalam sistem pendukung keputusan ini digunakan metode Fuzzy Tsukamoto dalam pengambilan keputusan, untuk itu metode Fuzzy Tsukamoto memiliki bentuk aturan sendiri yaitu IF-THEN yang dipresentaspesawat dengan menjadpesawat suatu himpunan Fuzzy dengan fungsi keangotaan fuzzy tersebut. Berikut tahap dalam penggunaan metode fuzzy.

1. Mendefinispesawat model masukan dan keluaran system, dalam kasus ini terdapat 3 model masukan/variabel input yang terdiri dari : Aircraft tire, Enginee, wings. Dan 1 model keluaran/variabel output : hasil.

(3)

Hal: 244-249 2. Untuk dekomposisi variabel metode Tsukamoto ini

hanya menggunakan variabel yang Max dan Min dalam perhitungannya himpunan IF dan THEN hanya menerima masukan jika situasi menguntungkan dan tidak menguntungkan.

3. Dekomposisi variabel model menjadi himpunan fuzzy, yaitu:

Dari variabel-variabel input dibentuk himpunan-himpunan fuzzy antara lain :

a. Variabel Aircraft tire yang terdiri dari himpunan fuzzy yaitu : Tinggi dan rendah dan dibentuk kedalam grafik penggunaan.

µ Aircraft tire Rendah {(75 − 𝑥)/(75 − 0) } 0 ≤ 𝑥 ≤ 65 65≤ 𝑥 ≤ 75 𝑥 ≤ 75 µ Aircraft tire Tinggi{(𝑥 − 75)/(80 − 75) } 𝑥 ≤ 75

75≤ 𝑥 ≤ 80 𝑥 ≥ 80

b. Untuk variabel Enginee digunakan himpunan fuzzy yaitu: perhitungan nilai pesawat akan ditentukan kedalam nilai yaitu 75-100 untuk mesin sedangkan adalah 0-75.

µEngine{(75 − 𝑥)/(75 − 0) } 0 ≤ 𝑥 ≤ 65 65≤ 𝑥 ≤ 75 𝑥 ≤ 75 µEngine{(𝑥 − 75)/(80 − 75) } 𝑥 ≤ 75 75≤ 𝑥 ≤ 80 𝑥 ≥ 80

c. Variabel fuzzy untuk penggunaan wings adalah jadi untuk perhitungan Tsukamoto digunakan variabel ya dan tidak, dapat dilihat dari nilai ukur penggunaan ya dan tidak dibawah ini dengan angka 50-100 dengan nilai YA dan Tidak 50-0 µWings{(50 − 𝑥)/(50 − 0) } 0 ≤ 𝑥 ≤ 45 45≤ 𝑥 ≤ 50 𝑥 ≤ 50 µWings{(𝑥 − 60)/(60 − 50) } 𝑥 ≤ 50 50≤ 𝑥 ≥ 60 𝑥 ≥ 60

Selanjutnya dilakukan proses perhitungan nilai keanggotaan fuzzy, Untuk penilain fuzzy digunakan 10 dapat dilihat seperti Rule dibawah ini.

1) IF Aircraft tire Rendah AND Engine AND Wings THEN Pesawat LAYAK

2) IF Aircraft tire Rendah AND Engine AND Wings Tidak THEN Pesawat Tidak LAYAK

3) IF Aircraft tire Rendah AND Engine Tidak AND Wings THEN Pesawat Tidak LAYAK

4) IF Aircraft tire Rendah And Engine Tidak AND Wings Tidak THEN Pesawat Tidak LAYAK

5) IF Aircraft tire tinggi AND engine AND Wings THEN Pesawat LAYAK

6) If Aircraft tire Tinggi AND Engine AND Wings Tidak THEN Pesawat TIDAK LAYAK

7) IF Aircraft tire Tinggi AND Engine Tidak AND Wings THEN Pesawat Tidak LAYAK

8) IF Aircraft tire Tinggi Engine Tidak AND Wings Tidak THEN Pesawat Tidak LAYAK

9) If Aircraft tire Rendah Engine AND Wings Tidak THEN Pesawat Tidak Layak

10) If Aircraft tire Rendah And Engine Tidak AND Wings THEN Pesawat Tidak Layak

Setelah penilaian fuzzy diatas selanjtnya, proses logika fuzzy seperti dibawah ini

a. Setelah proses fuzzykulasi dapat ditentukan penggunaan nilai derajat keanggotaan dari sebuah nilai (crisp). Presentasi ini digunakan untuk menemukan derajat keanggotaan dengan himpunan baik, layak digunakan dan cukup layak dan tidak layak digunakan. salah satu penggunaan himpunan diambil dari kriteria penggunaan pesawat dengan himpunan nilai variabel: 30.80.80.

Berdasarkan keanggotaan yang

diimplementaspesawat IF THEN diatas dapat ditentukan bahwa masing masing nilai himpunan variabel adalah (1.1.1.) sehingga dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya.

b. Aplikasi fungsi implikasi, dimana penggunaan Fungsi MIN sebagai Metode Implikasinya dalam menentukan α-predikat minimum dari tiap-tiap aturan yang ditetapkan, maksudnya dari beberapapernyataan IF tersebut diambil α-predikat atau nilai derajatkeanggotaan terkecil. Berikut hasil implikasi (hasil implikasi yang bernilai 0 pesawat)

Tabel 1. Perhitungan Alternativ Kriteria

Alternativ

Kriteria

Aircraft tire Engine wings

(4)

Hal: 244-249 Berikut Proses Perhitungan Fuzzy

1) IF Aircraft tire Rendah AND Engine AND Wings THEN Pesawat LAYAK

µA1=(10,80,50) min=10

himpunan layak= 80-z=30 80-30=50

2) IF Aircraft tire Rendah AND Engine AND Wings Tidak THEN Pesawat Tidak LAYAK

µA1=35,80,30 min=30

Himpunan Tidak layak 80-30=50

3) IF Aircraft tire Rendah AND Engine Tidak AND Wings THEN Pesawat Tidak LAYAK

µA1=30,10.60 min=10 H Tidak layak 60-30=50

4) IF Aircraft tire Rendah And Engine Tidak AND Wings Tidak THEN Pesawat Tidak LAYAK

µA1=30,30,20 min=20 H.Tidak Layak 30-20=10

5) IF Aircraft tire tinggi AND engine AND Wings THEN Pesawat LAYAK

µA=80.80.65 min=65

himpunaan tidak layak=30-70=-40

6) If Aircraft tire Tinggi AND Engine AND Wings Tidak THEN Pesawat TIDAK LAYAK

µA-=80.60.40 min=40

himpunan tidak layak=45

Dari hasil perhitungan himpuna fuzzy diatas dapat disimpulkan bahwa

30∗50+30∗50+30∗20+20∗10+70∗10+40∗45

30+20+30+20+70+40 =

6300 210=72

Tabel 2. Perhitungan Hasil Kriteria Alternativ Kriteria Keterangan Aircraft tire Engine Label PK – GMK 30 80 80 Dapat terbang 4. IMPLEMENTASI

Kebutuhan sistem dalam proses penerapan metode fuzzy tsukamoto pada sistem pendukung keputusan penetuan pesawat yang layak terbang dengan menggunakan metode fuzzy tsukamoto (studi kasus :PT. Gmf AeroAsia tbk Medan) adalah sebagai berikut:

1. Perangkat Keras (Hardware) a. Harddisc 500 GB b. Memory DDR 2 GB

c. Processor intel core i3 2.20 Ghz d. Monitor 14 Inchi, 1024x720

2. Perangkat Lunak (Software) a. Sistem Operasi Windows b. Microsoft Visual Studio 2008 c. Microsoft Access 2010 A. Tampilan Pengujian

Adapun hasil dari tampilan program proses penerapan metode fuzzy tsukamoto pada PT. Gmf AeroAsia tbk Medan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Login merupakan tampilan paling awal sebelum masuk kedalam tampilan menu utama. Jika user dan password yang dimasukkan pengguna sudah benar maka pengguna dapat masuk ke menu utama. Namun jika user atau password yang di isi oleh pengguna tidak benar maka sistem tidak akan berjalan dan pengguna tidak akan dapat masuk ke menu utama. Adapun tampilan form login dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Form Login

Menu utama merupakan tampilan halaman yang muncul pertama pada saat system dijalankan oleh pengguna. Tampilan dari halaman menu utama dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini:

Gambar 2. Form Menu Utama

Menu alternatif merupakan sub menu dari menu utama pada sistem yang didalamnya berisi tentang kode pesawat yang akan di proses dengan menerapkan metode fuzzy tsukamoto untuk menghasilkan keputusan yang layak untuk diterbangkan. Tampilan dari menu alternatif dapat dilihat pada gambar 3. berikut ini:

(5)

Hal: 244-249 Menu kriteria merupakan sub menu yang berisi

tentang kode kriteria, jenis dan bobot perhitungan dari data pesawat sebagai dasar penilaian. Tampilan dari menu kriteria dapat dilihat pada gambar 4. berikut.

Gambar 4. Form Kriteria

Menu rating kecocokan merupakan sub menu yang berisi data kecocokan antara alterntif dan kriteria penentuan pesawat pada PT. Gmf AeroAsia tbk Medan yang di tentukan dalam penentuan kelayakan terbang. Berikut ini merupakan tampilan rating kecocokan alternatif dengan kriteria.

Gambar 5. Form Rating

Setelah melakukan pengujian program untuk menentukan pesawat yang layak terbang, maka dapat ditentukan pesawat yang paling layak untuk terbang di PT. Gmf AeroAsia tbk Medan. Berikut hasil keputusan dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hasil Proses

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan Dalam proses pengujian pesawat yang layak terbang, pesawat yang akan di uji terlebih dahulu dipisahkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsinya,setiap bagian pesawat dikepalai oleh seorang inspector yang memiliki kewenangan memutuskan apakah bagian pesawat yang menjadi tanggung jawabnya tersebut memiliki kelayakan untuk digunakan untuk tidak, inspector juga memiliki kewajiban untuk menuliskan hasil bagian tersebut ke dalam sebuah laporan pemeriksaan. Penerapan Fuzzy Tsukamoto Dalam Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan kelayakan pesawat, Dimana kesimpulannya menjadikan perhitungan menjadi gampang dan mudah.

REFERENCES

[1] M. Yusida, “Sistem Pakar Penentuan Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet dan Kelapa Sawit Dengan Metode Logika Fuzzy,” 2017.

[2] Nanda Novita, "Metode Fuzzy Tsukomoto Untuk Menentukan Beasiswa" 2016.

[3] Kursini, Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi, 2017.

[4] J. Hartono, Analisis Dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi, 1999.

[5] Kursini, Konsep Dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi, 2017.

[6] D. I. K. SURYADI and M. T. IR. M. ALI RAMADHANI, SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN, SISTEM PEN. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1998.

[7] R. Mohemad, A. R. Hamdan, Z. A. Othman, and N. M. M. Noor, “Decision Support Systems (DSS) in Construction Tendering Processes,” Int. J. Comput. Sci. Issues, vol. 7, no. 2, pp. 35–45, 2010. [8] M. T. Informatika, F. Teknologi, I. Universitas, and I. Indonesia, "Identifikasi Kelayakan Keberangkatan Pesawat, SNATI 2012, Vol. 2012, no. Snati, pp. 35-45, 2012.

[9] A. Nugroho, Analisis dan perancangan sistem informasi dengan metodologi berorientasi objek. bandung, 2004.

[10] A. Nugroho, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek, Edisi Revi. Bandung: Informatika Bandung, 2005.

[11] Widodo, P. Pudjo, and Herlawat, Unified Modelling Language (UML). 2011.

[12] Munawar, Pemodelan Visual Dengan UML. 2007.

[13] Hendrayudi, Dasar-Dasar Pemograman Microsoft Visual Studio 2008. Satu Nusa, 2011.

[14] M. E. Dr. Eng, R. H. Sianipar, S.T., Pemograman Database Menggunakan MySQL. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET (ANDI), 2015.

[15] Nurjannah and D. P. Utomo, “Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Colour Guard Pada Marching Band Ginada Dengan Menggunakan Metode Vikor Dan Borda,” JUKI J. Komput. dan Inform., vol. 2, no. 1, pp. 35–48, 2020.

[16] Annisah, B. Nadeak, R. Syahputra, and D. P. Utomo, “Penerapan Metode SMARTER Pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Merchandise Display Terbaik (Studi Kasus: PT. Pasar Swalayan Maju Bersama),” KOMIK (Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. 4, no. 1, 2020.

[17] S. Damanik and D. P. Utomo, “Implementasi Metode ROC (Rank Order Centroid) Dan Waspas Dalam Sistem Pendukung Keputusan

(6)

Hal: 244-249

Pemilihan Kerjasama Vendor,” KOMIK (Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. 4, no. 1, 2020.

[18] L. Sarumaha, B. Efori, A. H. Sihite, and D. P. Utomo, “Sistem

Pendukung Keputusan Penempatan Mentor Pada Pusat

Pengembangan Anak IO 558 Sangkakala Medan Menggunakan Metode CPI dan ROC,” KOMIK (Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. 4, no. 1, 2020.

[19] R. K. Ndruru and D. P. Utomo, “Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Generik Anggota Polri Di Polda Sumatera Utara Menggunakan Metode MABAC & Entropy,” KOMIK (Konferensi Nas. Teknol. Inf. dan Komputer), vol. 4, no. 1, 2020.

[20] N. Ndruru, Mesran, F. T. Waruru, and D. P. Utomo, “Penerapan Metode MABAC Untuk Mendukung Pengambilan Keputusan Pemilihan Kepala Cabang Pada PT. Cefa Indonesia Sejahtera Lestari,” Resolusi Rekayasa Tek. Inform. dan Inf., vol. 1, no. 1, pp. 36–49, 2020.

[21] S. W. Pasaribu, D. P. Utomo, and Mesran, “Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Account Officer Menerapkan Metode EXPROM II (Studi Kasus: Bank Sumut),” J. Inf. Syst. Res., vol. 1, no. 3, pp. 175–188, 2020.

[22] Mesran, Suginam, and Dito, “Implementation of AHP and WASPAS (Weighted Aggregated Sum Product Assessment) Methods in Ranking Teacher Performance,” IJISTECH (International J. Inf. Syst. Technol., vol. 3, no. 2, pp. 173–182, 2020.

[23] Mesran, K. Ulfa, D. P. Utomo, and I. R. Nasution, “Penerapan Metode VlseKriterijumska Optimizacija I Kompromisno Resenje (VIKOR) dalam Pemilihan Air Conditioner Terbaik,” Algoritm. J. ILMU Komput. DAN Inform., vol. 4, no. 1, pp. 24–35, 2020. [24] F. Pratiwi, F. T. Waruru, D. P. Utomo, and R. Syahputra, “Penerapan

Metode ARAS Dalam Pemilihan Asisten Perkebunan Terbaik Pada PTPN V,” Semin. Nas. Teknol. Komput. Sains, vol. 1, no. 1, pp. 651–662, 2019.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan Alternativ         Kriteria
Gambar 4. Form Kriteria

Referensi

Dokumen terkait

Buku Laporan Isi buku laporan tidak isi buku laporan rajin Isi buku laporan Pada umumnya baik, Kurang bersih dan Jarang membuat Tidak membuat pernah ada hal-hal yang dan

Apabila komunikasi organisasi yang terjadi pada rekan kerja, divisi dan atasan dapat berjalan dengan baik, maka aktivitas bekerja dalam perusahaan akan lebih efektif

Problem-problem ini juga berdasarkan pada asumsi bahwa gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia disadari sedang mengalami stagansi atau lebih tepat time out, setelah

(bahasa Latin) yang artinya menghitung adalah sekumpulan alat logic yang dapat menerima data, mengolah data dan menyimpan data dengan menggunakan program yang terdapat

Hal ini dilakukan untuk menambah informasi yang berhubungan dengan kakteristik perkembangan moral dan religi pada peserta

Berdasarkan analisis univariat dan bivariat dapat diperoleh informasi dari tabel 14 di atas bahwa pendidikan responden pernah berkunjung ke layanan kesehatan untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media arang sekam, kombinasi arang sekam padi dengan tanah podsolik merah kuning (PMK), dan kombinasi arang sekam dengan tanah

Semarangan kelas VI D di SD Nasima sudah diatas batas nilai ketuntasan dengan rata-rata 83,3 yang termasuk dalam kategori baik (4) Antusias siswa terhadap penerapan model