Standar Audit
SA 320
Materialitas dalam Tahap Perencanaan
dan Pelaksanaan Audit
Standar Audit
STANDAR AUDIT 320
MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN AUDIT
(Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini
dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)
DAFTAR ISI
Paragraf Pendahuluan
Ruang Lingkup 1
Materialitas dalam Konteks Audit 2–6
Tanggal Efektif 7
Tujuan 8
Definisi 9
Ketentuan
Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit. 10–11
Revisi Sejalan dengan Progres Audit. 12–13
Dokumentasi. 14
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain Materialitas dan Risiko Audit A1
Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit. A2–A12
Revisi Sejalan dengan Progres Audit. A13
Standar Audit (”SA”) 320, “Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit” harus dibaca dalam konteks dengan SA 200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit.”
Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
1 Pendahuluan
2
3
Ruang Lingkup4
1. Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab5
auditor untuk menerapkan konsep materialitas dalam6
perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.7
SA 4501 menjelaskan tentang bagaimana materialitas8
diterapkan dalam mengevaluasi dampak kesalahan penyajian9
yang teridentifikasi dalam suatu audit dan kesalahan penyajian10
yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.11
12
Materialitas dalam Konteks Audit13
2. Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep14
materialitas dalam konteks penyusunan dan penyajian laporan15
keuangan. Walaupun kerangka pelaporan keuangan mungkin16
membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang17
berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan18
bahwa:19
• Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap20
material bila kesalahan penyajian tersebut, secara21
individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi22
keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan23
keuangan oleh pengguna laporan keuangan tersebut;24
• Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan25
memperhitungkan berbagai kondisi yang melingkupinya26
dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan27
penyajian, atau kombinasi keduanya; dan28
• Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi29
pengguna laporan keuangan didasarkan pada30
pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang31
umum yang diperlukan oleh pengguna laporan keuangan32
sebagai suatu grup.2 Kemungkinan dampak kesalahan 3334
35 1 SA 450, “Pengevaluasian atas Kesalahan penyajian yang Diidentifikasi Selama
36
Audit.”37
2 Sebagai contoh, “Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,”38
yang diadopsi oleh International Accounting Standards Board pada April 200139
menunjukkan bahwa, untuk entitas yang berorientasi ke laba, disebabkan40
investor merupakan pihak yang harus menanggung risiko modal perusahaan, maka provisi atas laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan para41
42
laporan keuangan lain.Standar Audit
1
penyajian terhadap pengguna laporan keuangan2
individual tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak3
dipertimbangkan.4
5
3. Pembahasan tersebut di atas, jika ada dalam kerangka6
pelaporan keuangan yang berlaku, menyediakan kerangka7
acuan bagi auditor dalam menentukan materialitas untuk8
audit. Jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak9
mencakup pembahasan tentang konsep materialitas, maka10
karakteristik-karakteristik yang diuraikan dalam paragraf 211
dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi auditor dalam12
menentukan materialitas.13
14 4. Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan
15
pertimbangan profesional, dan dipengaruhi oleh persepsi16
auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para17
pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah18
masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa19
pengguna laporan keuangan:20
(a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas21
bisnis dan ekonomi serta akuntansi dan kemauan untuk22
mempelajari informasi yang ada dalam laporan keuangan23
dengan cermat;24
(b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan25
dan diaudit berdasarkan tingkat materialitas tertentu;26
(c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam27
pengukuran suatu jumlah yang ditentukan berdasarkan28
penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan29
atas peristiwa masa depan; dan30
(d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal31
berdasarkan informasi dalam laporan keuangan.32
33
5. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap34
perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pada saat35
mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi36
dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika37
ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan38
opini dalam laporan auditor. (Ref: Para. A1)40
6. Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-41
pertimbangan tentang ukuran kesalahan penyajian yang42
Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
1
dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan tersebut2
menyediakan suatu basis untuk:3
(a) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian4
risiko;5
(b) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian6
material; dan7 (c) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit
8
lanjutan.9
Materialitas yang ditetapkan pada tahap perencanaan audit10
tidak semena-mena menentukan bahwa kesalahan penyajian11
yang tidak dikoreksi, secara individual atau gabungan di12
bawah materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak13
material. Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan beberapa14
kesalahan penyajian dapat menyebabkan auditor menilai15
kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian16
material walaupun kesalahan penyajian tersebut berada di17
bawah tingkat materialitas. Walaupun tidak praktis untuk18
merancang prosedur audit untuk mendeteksi kesalahan19
penyajian material yang hanya berdasarkan sifatnya, auditor20
tidak boleh hanya mempertimbangkan ukuran, tetapi juga21
sifat kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, dan keadaan-22
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya kesalahan23
penyajian tersebut, pada saat mengevaluasi dampak24
kesalahan penyajian tersebut terhadap laporan keuangan.3 2526
Tanggal Efektif27
7. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk28
periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari29
2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas30
selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain31
Emiten.32 33
34 Tujuan
35
36
8. Tujuan auditor adalah untuk menerapkan konsep materialitas37
secara tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.38
39 40
41
42 3 SA 450, paragraf A16.
Standar Audit
1 Definisi 2
3
9. Untuk tujuan SA ini, materialitas pelaksanaan (performance4
materiality) adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor,5
pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk6
laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi7
ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan8
penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang9
secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan10
secara keseluruhan. Jika berlaku, materialitas pelaksanaan11
dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih rendah12
daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau13
pengungkapan tertentu.14 15
16 Ketentuan
17
18
Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam19
Perencanaan Audit20
10. Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan,21
auditor harus menentukan materialitas untuk laporan22
keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik23
entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun24
atau pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan25
penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitas26
laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara27
masuk akal akan memengaruhi keputusan ekonomi yang28
dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan keuangan29
tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang30
akan diterapkan terhadap golongan transaksi, saldo akun31
atau pengungkapan tertentu tersebut. (Ref: Para. A2–A11)32
33
11. Auditor harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk34
menilai risiko kesalahan penyajian material dan menentukan35
sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan. (Ref: Para. A12)36
37
Revisi Sejalan dengan Progres Audit38
12. Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan39
secara keseluruhan (dan, jika berlaku, materialitas untuk40
golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu)41
pada saat auditor menyadari adanya informasi selama audit42
yang mungkin saja menyebabkan auditor menentukan jumlahMaterialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
1
materialitas yang berbeda dari jumlah materialitas yang2
pertama kali ditetapkan. (Ref: Para. A13)3
4
13. Jika auditor menyimpulkan bahwa materialitas yang lebih5
rendah daripada tingkat materialitas yang ditentukan pertama6
kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika7
berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun8
atau pengungkapan tertentu) adalah tepat, maka auditor harus9
menentukan apakah revisi terhadap materialitas pelaksanaan10
perlu dilakukan dan apakah sifat, saat dan luas prosedur audit11
lebih lanjut masih tepat.12
13
Dokumentasi14
14. Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya15
jumlah-jumlah di bawah ini beserta faktor-faktor yang16
dipertimbangkan dalam penentuannya:417
(a) Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan18
(lihat paragraf 10);19 (b) Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan
20
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu (lihat21
paragraf 10);22
(c) Materialitas pelaksanaan (lihat paragraf 11); dan23
(d) Revisi yang dibuat atas butir (a)–(c) sejalan dengan24
progres audit (lihat paragraf 12–13).25
26 ***
27
28 Materi Penerapan dan Penjelasan Lain 29
30
Materialitas dan Risiko Audit (Ref: Para. 5)31
A1. Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan,32
tujuan auditor adalah untuk mendapatkan perikatan yang33
memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan34
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material,35
baik yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan,36
oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan37
pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang38
material, telah disusun sesuai dengan kerangka pelaporan39
keuangan yang berlaku; dan untuk melaporkan laporan41
42 4 SA 230, “Dokumentasi Audit,” paragraf 8-11 dan paragraf A6.
Standar Audit
1
keuangan tersebut serta mengomunikasikan temuan-2
temuan auditor sebagaimana disyaratkan oleh SA.5 Auditor3
memperoleh perikatan yang memberikan keyakinan memadai4
dengan memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk5
mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.66
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor menyatakan opini7
yang tidak tepat ketika terdapat kesalahan penyajian material8
dalam laporan keuangan. Risiko audit merupakan fungsi9
gabungan risiko kesalahan penyajian material dan risiko10
deteksi.7 Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan11
sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat:12
(a) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian13
material;814 (b) Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit
15
selanjutnya;9 dan16
(c) Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak17
dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan10 dan18
dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.1119
20
Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam21
Perencanaan Audit22
Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik (Ref: Para. 10)23
A2. Dalam kasus entitas sektor publik, pembuat undang-undang24
dan badan pengatur merupakan pengguna utama laporan25
keuangan. Di samping itu, laporan keuangan mungkin26
digunakan untuk membuat keputusan selain keputusan27
ekonomi. Oleh karena itu, penentuan materialitas untuk28
laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika berlaku,29
tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun30
atau pengungkapan tertentu) dalam audit atas laporan31
keuangan entitas sektor publik juga dipengaruhi oleh32
33
34 5 SA200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
35
Berdasarkan Standar Audit,” paragraf 11.36
6 SA 200, paragraf 17.37
7 SA 200, paragraf 13(c).38
8 SA 315, “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan penyajian Material39
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya.”41
10 SA 450.42
11 SA 700, “Perumusan suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan.”Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
1
peraturan perundang-undangan atau kewenangan lain, dan2
oleh kebutuhan informasi keuangan para pembuat undang-3
undang dan masyarakat umum dalam kaitannya dengan4
program sektor publik.5
6
Penggunaan Tolok Ukur dalam Menentukan Materialitas untuk7
Laporan Keuangan secara Keseluruhan (Ref: Para. 10)8 A3. Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan
9
pertimbangan profesional. Sebagai langkah awal dalam10
menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara11
keseluruhan, persentase tertentu sering kali diterapkan pada12
suatu tolok ukur yang telah dipilih. Faktor-faktor yang dapat13
memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat14
mencakup:15
• Unsur-unsur laporan keuangan (sebagai contoh, aset,16
liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban);17
• Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian18
khusus para pengguna laporan keuangan suatu entitas19
tertentu (sebagai contoh, untuk tujuan pengevaluasian20
kinerja keuangan, pengguna laporan keuangan21
cenderung akan fokus pada laba, pendapatan maupun22
aset bersih);23
• Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan24
industri serta lingkungan ekonomi yang di dalamnya25
entitas tersebut beroperasi;26
• Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas (sebagai27
contoh, jika pendanaan sebuah entitas hanya dari28
utang dan bukan dari ekuitas, maka pengguna laporan29
keuangan akan lebih menekankan pada aset dan klaim30
atas aset tersebut daripada pendapatan entitas); dan31
• Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.32
33
A4. Contoh tolok ukur yang tepat, tergantung pada kondisi entitas34
yang bersangkutan, meliputi kategori penghasilan yang35
dilaporkan seperti laba sebelum pajak, jumlah pendapatan, laba36
bruto dan jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai aset bersih.37
Laba sebelum pajak dari operasi berjalan sering kali digunakan38
oleh entitas yang berorientasi laba. Jika laba sebelum pajak39
dari operasi berjalan berfluktuasi, tolok ukur lain mungkin lebih40
sesuai, seperti laba bruto dan jumlah pendapatan.41 42
Standar Audit
1
A5. Dalam hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data2
keuangan yang relevan biasanya meliputi hasil dan posisi3
keuangan periode sebelumnya, hasil dan posisi keuangan4
periode berjalan dan anggaran atau prakiraan untuk periode5
berjalan, yang disesuaikan dengan adanya perubahan6
signifikan yang terjadi di entitas tersebut (sebagai contoh,7
adanya akuisisi bisnis yang signifikan) dan perubahan8
kondisi industri atau lingkungan ekonomi yang relevan, yang9
di dalamnya entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh,10
jika sebagai titik awal, materialitas untuk laporan keuangan11
secara keseluruhan suatu entitas ditentukan berdasarkan12
suatu persentase terhadap laba sebelum pajak dari operasi13
berjalan, kondisi-kondisi yang mengakibatkan kenaikan atau14
penurunan laba yang luar biasa dapat mengakibatkan auditor15
menyimpulkan bahwa penentuan tingkat materialitas untuk16
laporan keuangan secara keseluruhan akan lebih tepat jika17
ditentukan dengan menggunakan angka laba sebelum pajak18
dari operasi berjalan yang telah dinormalisasi berdasarkan19
hasil masa lalu.20
21
A6. Materialitas berkaitan dengan laporan keuangan yang diaudit22
dan dilaporkan oleh auditor. Jika laporan keuangan disusun23
untuk periode pelaporan keuangan yang lebih atau kurang24
dari 12 bulan, misalnya dalam kasus entitas baru berdiri atau25
adanya perubahan dalam periode pelaporan, materialitas26
akan mengacu pada laporan keuangan yang disusun untuk27
periode pelaporan keuangan tersebut.28
29
A7. Penentuan persentase yang akan diterapkan pada suatu tolok30
ukur yang dipilih membutuhkan pertimbangan profesional.31
Terdapat hubungan antara persentase dan tolok ukur yang32
dipilih, seperti persentase yang diterapkan atas laba sebelum33
pajak dari operasi berjalan pada umumnya akan lebih tinggi34
daripada persentase yang diterapkan atas jumlah pendapatan.35
Sebagai contoh, auditor dapat mempertimbangkan bahwa36
lima persen dari laba sebelum pajak dari operasi yang37
sedang berjalan merupakan tolok ukur yang tepat untuk38
entitas dalam industri manufaktur yang berorientasi pada39
laba, sedangkan auditor mempertimbangkan satu persen dari40
jumlah pendapatan atau beban merupakan tolok ukur yang41
tepat untuk entitas nirlaba. Namun, persentase yang lebih42
Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
1
tinggi atau lebih rendah dapat juga dianggap tepat tergantung2
pada keadaan entitas yang bersangkutan.3
4
Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil5
A8. Ketika suatu entitas memiliki laba sebelum pajak dari operasi6
yang sedang berjalan yang secara konsisten bernilai kecil,7
seperti yang mungkin terjadi dalam suatu usaha yang dikelola8
sendiri oleh pemiliknya, yang sebagian besar dari laba9
sebelum pajak perusahaan diambil oleh pemiliknya dalam10
bentuk remunerasi, maka laba sebelum remunerasi dan pajak11
dapat merupakan tolok ukur yang lebih relevan.12
13
Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik14
A9. Dalam suatu audit atas entitas sektor publik, jumlah biaya atau15
biaya bersih (beban dikurangi pendapatan atau pengeluaran16
dikurangi penerimaan) dapat menjadi tolok ukur yang tepat17
untuk aktivitas program. Jika suatu entitas sektor publik18
melakukan penyimpanan aset publik, maka aset dapat19
merupakan tolok ukur yang tepat.20
21
Tingkat Materialitas untuk Golongan Transaksi, Saldo Akun atau22
Pengungkapan Tertentu (Ref: Para. 10)23
A10. Faktor-faktor yang dapat mengindikasikan adanya satu atau24
lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan25
tertentu di mana kesalahan penyajian dengan nilai di bawah26
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat27
memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil oleh para28
pengguna laporan keuangan meliputi hal-hal berikut ini:29
• Apakah peraturan perundang-undangan atau kerangka30
pelaporan keuangan yang berlaku memengaruhi harapan31
para pengguna laporan keuangan terhadap pengukuran32
atau pengungkapan hal-hal tertentu (sebagai contoh,33
transaksi dengan pihak berelasi, dan remunerasi34
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas35
tata kelola perusahaan).36
• Pengungkapan utama dalam kaitannya dengan industri37
yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi (sebagai38
contoh, biaya penelitian dan pengembangan bagi39
perusahaan farmasi).41
entitas yang diungkapkan secara terpisah dalam laporan42
keuangan (sebagai contoh, akuisisi bisnis baru).Standar Audit
1 A11. Dalam kondisi spesifik tertentu entitas, dalam
2
mempertimbangkan atas ada atau tidak adanya golongan3
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tersebut di atas,4
auditor mungkin perlu mendapat pemahaman atas pandangan5
dan harapan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atas6
tata kelola dan manajemen.7
8
Materialitas Pelaksanaan (Ref: Para. 11)9
A12. Perencanaan audit yang hanya ditujukan untuk mendeteksi10
kesalahan penyajian material secara individual mengabaikan11
fakta bahwa gabungan atas kesalahan penyajian yang tidak12
material secara individual dapat mengakibatkan kesalahan13
penyajian material dalam laporan keuangan dan juga tidak14
meninggalkan celah bagi adanya kemungkinan kesalahan15
penyajian yang tidak terdeteksi. Materialitas pelaksanaan16
(yang sebagaimana yang didefinisikan merupakan satu atau17
lebih dari satu jumlah) ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat18
rendah yang dapat diterima kemungkinan bahwa kesalahan19
penyajian yang tidak terkoreksi dan tidak terdeteksi dalam20
laporan keuangan tidak melebihi materialitas laporan keuangan21
secara keseluruhan. Begitu juga, materialitas pelaksanaan yang22
berkaitan dengan tingkat materialitas yang ditentukan untuk23
golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu24
ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang dapat25
diterima kemungkinan bahwa gabungan kesalahan penyajian26
yang tidak terkoreksi dan tidak terdeteksi dalam golongan27
transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu melebihi28
tingkat materialitas golongan transaksi, saldo akun atau29
pengungkapan. Penentuan materialitas pelaksanaan bukan30
merupakan suatu perhitungan mekanis yang sederhana dan31
membutuhkan adanya pertimbangan profesional. Penentuan32
ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas entitas, yang33
dimutakhirkan selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko;34
dan sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi35
dalam audit sebelumnya serta harapan auditor berkaitan36
dengan kesalahan penyajian dalam periode berjalan.37
38
Revisi Sejalan dengan Progres Audit (Ref: Para. 12)40
jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi,41
saldo akun atau pengungkapan tertentu) mungkin perlu42
Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
1
direvisi sebagai akibat dari perubahan kondisi yang terjadi2
selama proses audit (sebagai contoh, keputusan untuk3
melepaskan suatu bagian signifikan bisnis entitas), adanya4
informasi baru, atau perubahan pemahaman auditor atas5
entitas dan operasinya yang timbul akibat pelaksanaan6
prosedur audit lebih lanjut. Sebagai contoh, jika selama audit7
ditemukan bahwa hasil keuangan aktual kemungkinan akan8
berbeda secara substansial dengan hasil keuangan yang9
pada awalnya digunakan untuk menentukan materialitas10
untuk laporan keuangan secara keseluruhan, maka auditor11
harus merevisi materialitas tersebut.12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 SA 320.11
Standar Audit