• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Audit 320

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Audit 320"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Audit

SA 320

Materialitas dalam Tahap Perencanaan

dan Pelaksanaan Audit

(2)
(3)

Standar Audit

STANDAR AUDIT 320

MATERIALITAS DALAM TAHAP PERENCANAAN DAN

PELAKSANAAN AUDIT

(Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten). Penerapan dini

dianjurkan untuk entitas selain Emiten.)

DAFTAR ISI

Paragraf Pendahuluan

Ruang Lingkup 1

Materialitas dalam Konteks Audit 2–6

Tanggal Efektif 7

Tujuan 8

Definisi 9

Ketentuan

Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit. 10–11

Revisi Sejalan dengan Progres Audit. 12–13

Dokumentasi. 14

Materi Penerapan dan Penjelasan Lain Materialitas dan Risiko Audit A1

Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam Perencanaan Audit. A2–A12

Revisi Sejalan dengan Progres Audit. A13

Standar Audit (”SA”) 320, “Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit” harus dibaca dalam konteks dengan SA 200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit.”

(4)
(5)

Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

1 Pendahuluan

2

3

Ruang Lingkup

4

1. Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab

5

auditor untuk menerapkan konsep materialitas dalam

6

perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan.

7

SA 4501 menjelaskan tentang bagaimana materialitas

8

diterapkan dalam mengevaluasi dampak kesalahan penyajian

9

yang teridentifikasi dalam suatu audit dan kesalahan penyajian

10

yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

11

12

Materialitas dalam Konteks Audit

13

2. Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep

14

materialitas dalam konteks penyusunan dan penyajian laporan

15

keuangan. Walaupun kerangka pelaporan keuangan mungkin

16

membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang

17

berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan

18

bahwa:

19

• Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap

20

material bila kesalahan penyajian tersebut, secara

21

individual atau agregat, diperkirakan dapat memengaruhi

22

keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan

23

keuangan oleh pengguna laporan keuangan tersebut;

24

• Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan

25

memperhitungkan berbagai kondisi yang melingkupinya

26

dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahan

27

penyajian, atau kombinasi keduanya; dan

28

• Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi

29

pengguna laporan keuangan didasarkan pada

30

pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang

31

umum yang diperlukan oleh pengguna laporan keuangan

32

sebagai suatu grup.2 Kemungkinan dampak kesalahan 33

34

35 1 SA 450, “Pengevaluasian atas Kesalahan penyajian yang Diidentifikasi Selama

36

Audit.”

37

2 Sebagai contoh, “Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,”

38

yang diadopsi oleh International Accounting Standards Board pada April 2001

39

menunjukkan bahwa, untuk entitas yang berorientasi ke laba, disebabkan

40

investor merupakan pihak yang harus menanggung risiko modal perusahaan, maka provisi atas laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan para

41

(6)

42

laporan keuangan lain.

(7)

Standar Audit

1

penyajian terhadap pengguna laporan keuangan

2

individual tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak

3

dipertimbangkan.

4

5

3. Pembahasan tersebut di atas, jika ada dalam kerangka

6

pelaporan keuangan yang berlaku, menyediakan kerangka

7

acuan bagi auditor dalam menentukan materialitas untuk

8

audit. Jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tidak

9

mencakup pembahasan tentang konsep materialitas, maka

10

karakteristik-karakteristik yang diuraikan dalam paragraf 2

11

dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi auditor dalam

12

menentukan materialitas.

13

14 4. Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan

15

pertimbangan profesional, dan dipengaruhi oleh persepsi

16

auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para

17

pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini, adalah

18

masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa

19

pengguna laporan keuangan:

20

(a) Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas

21

bisnis dan ekonomi serta akuntansi dan kemauan untuk

22

mempelajari informasi yang ada dalam laporan keuangan

23

dengan cermat;

24

(b) Memahami bahwa laporan keuangan disusun, disajikan

25

dan diaudit berdasarkan tingkat materialitas tertentu;

26

(c) Mengakui adanya ketidakpastian bawaan dalam

27

pengukuran suatu jumlah yang ditentukan berdasarkan

28

penggunaan estimasi, pertimbangan dan pertimbangan

29

atas peristiwa masa depan; dan

30

(d) Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal

31

berdasarkan informasi dalam laporan keuangan.

32

33

5. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap

34

perencanaan dan pelaksanaan audit, serta pada saat

35

mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi

36

dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika

37

ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan

38

opini dalam laporan auditor. (Ref: Para. A1)

(8)

40

6. Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-

41

pertimbangan tentang ukuran kesalahan penyajian yang

42

(9)

Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

1

dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan tersebut

2

menyediakan suatu basis untuk:

3

(a) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian

4

risiko;

5

(b) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian

6

material; dan

7 (c) Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit

8

lanjutan.

9

Materialitas yang ditetapkan pada tahap perencanaan audit

10

tidak semena-mena menentukan bahwa kesalahan penyajian

11

yang tidak dikoreksi, secara individual atau gabungan di

12

bawah materialitas tersebut, akan selalu dievaluasi tidak

13

material. Kondisi-kondisi yang berkaitan dengan beberapa

14

kesalahan penyajian dapat menyebabkan auditor menilai

15

kesalahan penyajian tersebut sebagai kesalahan penyajian

16

material walaupun kesalahan penyajian tersebut berada di

17

bawah tingkat materialitas. Walaupun tidak praktis untuk

18

merancang prosedur audit untuk mendeteksi kesalahan

19

penyajian material yang hanya berdasarkan sifatnya, auditor

20

tidak boleh hanya mempertimbangkan ukuran, tetapi juga

21

sifat kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, dan keadaan-

22

keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya kesalahan

23

penyajian tersebut, pada saat mengevaluasi dampak

24

kesalahan penyajian tersebut terhadap laporan keuangan.3 25

26

Tanggal Efektif

27

7. SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk

28

periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

29

2013 (untuk Emiten), atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas

30

selain Emiten). Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain

31

Emiten.

32 33

34 Tujuan

35

36

8. Tujuan auditor adalah untuk menerapkan konsep materialitas

37

secara tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.

38

39 40

(10)

41

42 3 SA 450, paragraf A16.

(11)

Standar Audit

1 Definisi 2

3

9. Untuk tujuan SA ini, materialitas pelaksanaan (performance

4

materiality) adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor,

5

pada tingkat yang lebih rendah daripada materialitas untuk

6

laporan keuangan secara keseluruhan, untuk mengurangi

7

ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan

8

penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang

9

secara agregat melebihi materialitas untuk laporan keuangan

10

secara keseluruhan. Jika berlaku, materialitas pelaksanaan

11

dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih rendah

12

daripada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau

13

pengungkapan tertentu.

14 15

16 Ketentuan

17

18

Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam

19

Perencanaan Audit

20

10. Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan,

21

auditor harus menentukan materialitas untuk laporan

22

keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam kondisi spesifik

23

entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun

24

atau pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan

25

penyajian yang jumlahnya lebih rendah daripada materialitas

26

laporan keuangan secara keseluruhan diperkirakan secara

27

masuk akal akan memengaruhi keputusan ekonomi yang

28

dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan keuangan

29

tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang

30

akan diterapkan terhadap golongan transaksi, saldo akun

31

atau pengungkapan tertentu tersebut. (Ref: Para. A2–A11)

32

33

11. Auditor harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk

34

menilai risiko kesalahan penyajian material dan menentukan

35

sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan. (Ref: Para. A12)

36

37

Revisi Sejalan dengan Progres Audit

38

12. Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan

39

secara keseluruhan (dan, jika berlaku, materialitas untuk

40

golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu)

(12)

41

pada saat auditor menyadari adanya informasi selama audit

42

yang mungkin saja menyebabkan auditor menentukan jumlah

(13)

Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

1

materialitas yang berbeda dari jumlah materialitas yang

2

pertama kali ditetapkan. (Ref: Para. A13)

3

4

13. Jika auditor menyimpulkan bahwa materialitas yang lebih

5

rendah daripada tingkat materialitas yang ditentukan pertama

6

kali untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika

7

berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun

8

atau pengungkapan tertentu) adalah tepat, maka auditor harus

9

menentukan apakah revisi terhadap materialitas pelaksanaan

10

perlu dilakukan dan apakah sifat, saat dan luas prosedur audit

11

lebih lanjut masih tepat.

12

13

Dokumentasi

14

14. Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi auditnya

15

jumlah-jumlah di bawah ini beserta faktor-faktor yang

16

dipertimbangkan dalam penentuannya:4

17

(a) Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan

18

(lihat paragraf 10);

19 (b) Jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan

20

transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu (lihat

21

paragraf 10);

22

(c) Materialitas pelaksanaan (lihat paragraf 11); dan

23

(d) Revisi yang dibuat atas butir (a)–(c) sejalan dengan

24

progres audit (lihat paragraf 12–13).

25

26 ***

27

28 Materi Penerapan dan Penjelasan Lain 29

30

Materialitas dan Risiko Audit (Ref: Para. 5)

31

A1. Dalam melakukan suatu audit atas laporan keuangan,

32

tujuan auditor adalah untuk mendapatkan perikatan yang

33

memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan

34

secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material,

35

baik yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan,

36

oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan

37

pendapat apakah laporan keuangan, dalam semua hal yang

38

material, telah disusun sesuai dengan kerangka pelaporan

39

keuangan yang berlaku; dan untuk melaporkan laporan

(14)

41

42 4 SA 230, “Dokumentasi Audit,” paragraf 8-11 dan paragraf A6.

(15)

Standar Audit

1

keuangan tersebut serta mengomunikasikan temuan-

2

temuan auditor sebagaimana disyaratkan oleh SA.5 Auditor

3

memperoleh perikatan yang memberikan keyakinan memadai

4

dengan memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk

5

mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima.6

6

Risiko audit adalah risiko bahwa auditor menyatakan opini

7

yang tidak tepat ketika terdapat kesalahan penyajian material

8

dalam laporan keuangan. Risiko audit merupakan fungsi

9

gabungan risiko kesalahan penyajian material dan risiko

10

deteksi.7 Materialitas dan risiko audit perlu dipertimbangkan

11

sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat:

12

(a) Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian

13

material;8

14 (b) Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit

15

selanjutnya;9 dan

16

(c) Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak

17

dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan10 dan

18

dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.11

19

20

Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam

21

Perencanaan Audit

22

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik (Ref: Para. 10)

23

A2. Dalam kasus entitas sektor publik, pembuat undang-undang

24

dan badan pengatur merupakan pengguna utama laporan

25

keuangan. Di samping itu, laporan keuangan mungkin

26

digunakan untuk membuat keputusan selain keputusan

27

ekonomi. Oleh karena itu, penentuan materialitas untuk

28

laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika berlaku,

29

tingkat materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun

30

atau pengungkapan tertentu) dalam audit atas laporan

31

keuangan entitas sektor publik juga dipengaruhi oleh

32

33

34 5 SA200, “Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit

35

Berdasarkan Standar Audit,” paragraf 11.

36

6 SA 200, paragraf 17.

37

7 SA 200, paragraf 13(c).

38

8 SA 315, “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan penyajian Material

39

Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya.”

(16)

41

10 SA 450.

42

11 SA 700, “Perumusan suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan.”

(17)

Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

1

peraturan perundang-undangan atau kewenangan lain, dan

2

oleh kebutuhan informasi keuangan para pembuat undang-

3

undang dan masyarakat umum dalam kaitannya dengan

4

program sektor publik.

5

6

Penggunaan Tolok Ukur dalam Menentukan Materialitas untuk

7

Laporan Keuangan secara Keseluruhan (Ref: Para. 10)

8 A3. Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan

9

pertimbangan profesional. Sebagai langkah awal dalam

10

menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara

11

keseluruhan, persentase tertentu sering kali diterapkan pada

12

suatu tolok ukur yang telah dipilih. Faktor-faktor yang dapat

13

memengaruhi proses identifikasi suatu tolok ukur yang tepat

14

mencakup:

15

• Unsur-unsur laporan keuangan (sebagai contoh, aset,

16

liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban);

17

• Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian

18

khusus para pengguna laporan keuangan suatu entitas

19

tertentu (sebagai contoh, untuk tujuan pengevaluasian

20

kinerja keuangan, pengguna laporan keuangan

21

cenderung akan fokus pada laba, pendapatan maupun

22

aset bersih);

23

• Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan

24

industri serta lingkungan ekonomi yang di dalamnya

25

entitas tersebut beroperasi;

26

• Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas (sebagai

27

contoh, jika pendanaan sebuah entitas hanya dari

28

utang dan bukan dari ekuitas, maka pengguna laporan

29

keuangan akan lebih menekankan pada aset dan klaim

30

atas aset tersebut daripada pendapatan entitas); dan

31

• Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.

32

33

A4. Contoh tolok ukur yang tepat, tergantung pada kondisi entitas

34

yang bersangkutan, meliputi kategori penghasilan yang

35

dilaporkan seperti laba sebelum pajak, jumlah pendapatan, laba

36

bruto dan jumlah beban, jumlah ekuitas atau nilai aset bersih.

37

Laba sebelum pajak dari operasi berjalan sering kali digunakan

38

oleh entitas yang berorientasi laba. Jika laba sebelum pajak

39

dari operasi berjalan berfluktuasi, tolok ukur lain mungkin lebih

(18)

40

sesuai, seperti laba bruto dan jumlah pendapatan.

41 42

(19)

Standar Audit

1

A5. Dalam hubungannya dengan tolok ukur yang dipilih, data

2

keuangan yang relevan biasanya meliputi hasil dan posisi

3

keuangan periode sebelumnya, hasil dan posisi keuangan

4

periode berjalan dan anggaran atau prakiraan untuk periode

5

berjalan, yang disesuaikan dengan adanya perubahan

6

signifikan yang terjadi di entitas tersebut (sebagai contoh,

7

adanya akuisisi bisnis yang signifikan) dan perubahan

8

kondisi industri atau lingkungan ekonomi yang relevan, yang

9

di dalamnya entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh,

10

jika sebagai titik awal, materialitas untuk laporan keuangan

11

secara keseluruhan suatu entitas ditentukan berdasarkan

12

suatu persentase terhadap laba sebelum pajak dari operasi

13

berjalan, kondisi-kondisi yang mengakibatkan kenaikan atau

14

penurunan laba yang luar biasa dapat mengakibatkan auditor

15

menyimpulkan bahwa penentuan tingkat materialitas untuk

16

laporan keuangan secara keseluruhan akan lebih tepat jika

17

ditentukan dengan menggunakan angka laba sebelum pajak

18

dari operasi berjalan yang telah dinormalisasi berdasarkan

19

hasil masa lalu.

20

21

A6. Materialitas berkaitan dengan laporan keuangan yang diaudit

22

dan dilaporkan oleh auditor. Jika laporan keuangan disusun

23

untuk periode pelaporan keuangan yang lebih atau kurang

24

dari 12 bulan, misalnya dalam kasus entitas baru berdiri atau

25

adanya perubahan dalam periode pelaporan, materialitas

26

akan mengacu pada laporan keuangan yang disusun untuk

27

periode pelaporan keuangan tersebut.

28

29

A7. Penentuan persentase yang akan diterapkan pada suatu tolok

30

ukur yang dipilih membutuhkan pertimbangan profesional.

31

Terdapat hubungan antara persentase dan tolok ukur yang

32

dipilih, seperti persentase yang diterapkan atas laba sebelum

33

pajak dari operasi berjalan pada umumnya akan lebih tinggi

34

daripada persentase yang diterapkan atas jumlah pendapatan.

35

Sebagai contoh, auditor dapat mempertimbangkan bahwa

36

lima persen dari laba sebelum pajak dari operasi yang

37

sedang berjalan merupakan tolok ukur yang tepat untuk

38

entitas dalam industri manufaktur yang berorientasi pada

39

laba, sedangkan auditor mempertimbangkan satu persen dari

(20)

40

jumlah pendapatan atau beban merupakan tolok ukur yang

41

tepat untuk entitas nirlaba. Namun, persentase yang lebih

42

(21)

Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

1

tinggi atau lebih rendah dapat juga dianggap tepat tergantung

2

pada keadaan entitas yang bersangkutan.

3

4

Pertimbangan Spesifik bagi Entitas yang Lebih Kecil

5

A8. Ketika suatu entitas memiliki laba sebelum pajak dari operasi

6

yang sedang berjalan yang secara konsisten bernilai kecil,

7

seperti yang mungkin terjadi dalam suatu usaha yang dikelola

8

sendiri oleh pemiliknya, yang sebagian besar dari laba

9

sebelum pajak perusahaan diambil oleh pemiliknya dalam

10

bentuk remunerasi, maka laba sebelum remunerasi dan pajak

11

dapat merupakan tolok ukur yang lebih relevan.

12

13

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik

14

A9. Dalam suatu audit atas entitas sektor publik, jumlah biaya atau

15

biaya bersih (beban dikurangi pendapatan atau pengeluaran

16

dikurangi penerimaan) dapat menjadi tolok ukur yang tepat

17

untuk aktivitas program. Jika suatu entitas sektor publik

18

melakukan penyimpanan aset publik, maka aset dapat

19

merupakan tolok ukur yang tepat.

20

21

Tingkat Materialitas untuk Golongan Transaksi, Saldo Akun atau

22

Pengungkapan Tertentu (Ref: Para. 10)

23

A10. Faktor-faktor yang dapat mengindikasikan adanya satu atau

24

lebih golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan

25

tertentu di mana kesalahan penyajian dengan nilai di bawah

26

materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan dapat

27

memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil oleh para

28

pengguna laporan keuangan meliputi hal-hal berikut ini:

29

• Apakah peraturan perundang-undangan atau kerangka

30

pelaporan keuangan yang berlaku memengaruhi harapan

31

para pengguna laporan keuangan terhadap pengukuran

32

atau pengungkapan hal-hal tertentu (sebagai contoh,

33

transaksi dengan pihak berelasi, dan remunerasi

34

manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas

35

tata kelola perusahaan).

36

• Pengungkapan utama dalam kaitannya dengan industri

37

yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi (sebagai

38

contoh, biaya penelitian dan pengembangan bagi

39

perusahaan farmasi).

(22)

41

entitas yang diungkapkan secara terpisah dalam laporan

42

keuangan (sebagai contoh, akuisisi bisnis baru).

(23)

Standar Audit

1 A11. Dalam kondisi spesifik tertentu entitas, dalam

2

mempertimbangkan atas ada atau tidak adanya golongan

3

transaksi, saldo akun atau pengungkapan tersebut di atas,

4

auditor mungkin perlu mendapat pemahaman atas pandangan

5

dan harapan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atas

6

tata kelola dan manajemen.

7

8

Materialitas Pelaksanaan (Ref: Para. 11)

9

A12. Perencanaan audit yang hanya ditujukan untuk mendeteksi

10

kesalahan penyajian material secara individual mengabaikan

11

fakta bahwa gabungan atas kesalahan penyajian yang tidak

12

material secara individual dapat mengakibatkan kesalahan

13

penyajian material dalam laporan keuangan dan juga tidak

14

meninggalkan celah bagi adanya kemungkinan kesalahan

15

penyajian yang tidak terdeteksi. Materialitas pelaksanaan

16

(yang sebagaimana yang didefinisikan merupakan satu atau

17

lebih dari satu jumlah) ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat

18

rendah yang dapat diterima kemungkinan bahwa kesalahan

19

penyajian yang tidak terkoreksi dan tidak terdeteksi dalam

20

laporan keuangan tidak melebihi materialitas laporan keuangan

21

secara keseluruhan. Begitu juga, materialitas pelaksanaan yang

22

berkaitan dengan tingkat materialitas yang ditentukan untuk

23

golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu

24

ditetapkan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang dapat

25

diterima kemungkinan bahwa gabungan kesalahan penyajian

26

yang tidak terkoreksi dan tidak terdeteksi dalam golongan

27

transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu melebihi

28

tingkat materialitas golongan transaksi, saldo akun atau

29

pengungkapan. Penentuan materialitas pelaksanaan bukan

30

merupakan suatu perhitungan mekanis yang sederhana dan

31

membutuhkan adanya pertimbangan profesional. Penentuan

32

ini dipengaruhi oleh pemahaman auditor atas entitas, yang

33

dimutakhirkan selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko;

34

dan sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi

35

dalam audit sebelumnya serta harapan auditor berkaitan

36

dengan kesalahan penyajian dalam periode berjalan.

37

38

Revisi Sejalan dengan Progres Audit (Ref: Para. 12)

(24)

40

jika berlaku, tingkat materialitas untuk golongan transaksi,

41

saldo akun atau pengungkapan tertentu) mungkin perlu

42

(25)

Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

1

direvisi sebagai akibat dari perubahan kondisi yang terjadi

2

selama proses audit (sebagai contoh, keputusan untuk

3

melepaskan suatu bagian signifikan bisnis entitas), adanya

4

informasi baru, atau perubahan pemahaman auditor atas

5

entitas dan operasinya yang timbul akibat pelaksanaan

6

prosedur audit lebih lanjut. Sebagai contoh, jika selama audit

7

ditemukan bahwa hasil keuangan aktual kemungkinan akan

8

berbeda secara substansial dengan hasil keuangan yang

9

pada awalnya digunakan untuk menentukan materialitas

10

untuk laporan keuangan secara keseluruhan, maka auditor

11

harus merevisi materialitas tersebut.

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 SA 320.11

(26)
(27)

Standar Audit

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Potter (2008), terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan,

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Observasi awal merupakan langkah pertama untuk mengidentifikasikan

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, dukungan sosial sangat diperlukan dalam kehidupan seseorang dengan adanya

Singapura adalah kota internasional yang menyambut orang dari segala budaya. Bandara Internasional Changi yang menghubungkan 180 kota diseluruh dunia,

Selanjutnya, penulis menganalisis generic structures dari setiap teks monolog dalam buku “English In Focus” untuk Kelas VIII SMP/MTs Penerbit Pusat Perbukuan

Data API menyebutkan bahwa pada industri pakaian jadi terdapat sekitar 81 persen mesin tua yang memerlukan adanya peremajaan (Kompas, 2006). Berbagai tantangan yang harus

Peningkatan hasil motivasi belajar siswa melalui hasil angket sebesar 17%, sedangkan motivasi belajar siswa melalui hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan sebesar

1.5.1 Dengan adanya penelitian ini diharapkan didapatkan suatu gambaran hubungan antara kadar gamma glutamyltransferase dengan kecepatan hantaran saraf yang dapat dipakai