LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
TOPIK TOPIK
ETIKA KEPEMIMPINAN POLRI DAN MIND SET POLRI ETIKA KEPEMIMPINAN POLRI DAN MIND SET POLRI
JUDUL JUDUL
OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN KAPOLRES X OPTIMALISASI KEPEMIMPINAN KAPOLRES X
GUNA MENDUKUNG TRANSFORMASI BUDAYA ORGANISASI GUNA MENDUKUNG TRANSFORMASI BUDAYA ORGANISASI
DALAM RANGKA MENCAPAI PELAYANAN PRIMA DALAM RANGKA MENCAPAI PELAYANAN PRIMA
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Pel
Pelayaayanan nan adaadalah lah suasuatu tu proproses ses memmembanbantu tu oraorang ng lain lain dendengagan n caracara-cara -cara terttertententu u dimdimanaana sensivitas dan kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas sensivitas dan kemampuan interpersonal dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan dan loyalitas yang di tentukan dengan keakraban, kehangatan, penghargaan, kedermawanan dan kejujuran yang di tentukan dengan keakraban, kehangatan, penghargaan, kedermawanan dan kejujuran yang di lakukan oleh penyedia jasa. Sebagai bagian dari institusi pemerintah di bidang keamanan yang di lakukan oleh penyedia jasa. Sebagai bagian dari institusi pemerintah di bidang keamanan dan
dan keteketertibartiban n PolPolri ri memmempunpunyai yai tugtugas as pokpokok ok untuntuk uk melmelinduindungi ngi memengangayomyomi i dan dan melmelayanayanii masyarakat.
masyarakat.
Untuk mewujudkan harapan masyarakat terhadap Polri maka dalam
Untuk mewujudkan harapan masyarakat terhadap Polri maka dalam Renstra Polri Tahap II Renstra Polri Tahap II Tahun 2010-2014
Tahun 2010-2014 diteditetapktapkan an salasalah h satu satu visvisi i PolPolri ri yaityaitu u terwterwujudujudnyanya Pelayanan Pelayanan KamtibmKamtibmasas Prima
Prima dengadengan n indikaindikator tor tertercipciptantanya ya kokondndisi isi mamasyasyarakrakat at yanyang g bebbebas as dadari ri gagangngguguan an dandan ketakutan.
ketakutan. SaSalah lah sasatu tu agagenenda da ututamama a dadalam lam rereforformamasi si bibirorokrkrasi asi PoPolri lri adadalaalahh Manajeme Manajemenn Perubahan
Perubahan BudayaBudaya.. Manajem Manajemen en perubahperubahan an dan dan transformtransformasi asi budayabudaya melalui transformasi melalui transformasi budaya
budaya organisasorganisasi.i. Transformasi budaya organisasi Polri dalam rangka mencapai pelayananTransformasi budaya organisasi Polri dalam rangka mencapai pelayanan prima
prima adalah adalah hal hal yang yang tidak tidak mudah mudah dan dan sederhasederhana na bagi bagi Polri Polri saat saat ini. ini. Masih Masih adanya adanya kendalkendalaa internal dan ekternal merupakan tantangan yang harus di hadapi dan dipecahkan solusinya.
internal dan ekternal merupakan tantangan yang harus di hadapi dan dipecahkan solusinya. Brown
Brown (1998:743)(1998:743) menyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan budaya melalui apamenyatakan bahwa para pemimpin menyampaikan budaya melalui apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan
yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan11. Peran kepemimpinan dalam organisasi. Peran kepemimpinan dalam organisasi sangat esensial dan menentukan arah organisasi. Salah satu solusi untuk mendukung tercapainya sangat esensial dan menentukan arah organisasi. Salah satu solusi untuk mendukung tercapainya
1 1
Brown, R. 1998.
pelayanan prima melalui transformasi budaya organisasi adalah mengoptimalkan kepemimpinan Kapolres untuk menanamkan dan memperkuat aspek-aspek budaya organisasi baik melalui perkataan maupun perilakunya didalam memimpin organisasinya. Hal ini merupakan salah satu
unsur penentu keberhasilan organisasi dalam menuju perubahan dalam rangka mencapai pelayanan prima terhadap masyarakat.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah “ Bagaimana optimalisasi Kepemimpinan Kapolres X guna mendukung transformasi budaya organisasi dalam rangka mencapai pelayanan prima ”
C. Persoalan
Adapun persoalan dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana Model kepemimpinan Kapolres X ?
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan Kepemimpinan Kapolres X ?
3. Bagaimana pengaruh Kepemimpinan Kapolres X terhadap transformasi budaya organisasi?
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan dibatasi pada pembahasan upaya optimalisasi Kepemimpinan Kapolres X guna mendukung transformasi budaya organisasi dalam rangka mencapai pelayanan prima di Polres X.
BAB II PEMBAHASAN E. Fakta – fakta
Polres X memiliki luas wilayah 10.235,5 km² dengan jumlah penduduk 182.269 jiwa terbagi dalam 25 Distrik, 9 Kelurahan dan 389 Kampung . Mayoritas penduduknya bekerja di sektor laut, hutan dan pertanian. Jumlah anggota Polres adalah 702 personel terdiri dari 697 Polri dan 5 Pegawai Negeri Sipil. Polres X terus melakukan upaya perbaikan kinerjanya dalam tercapainya pelayanan prima di Polres X. Dalam pelaksanaan tugas ada beberapa kelebihan dan kelemahan.
1. Model Kepemimpinan Kapolres X
a. Menciptakan lingkungan fisik yang baru
1) Pembangunan fasilitas pos pol Satuan Polisi Perairan di Polres X yang sebelumnya belum ada.
2) Perbaikan dan penambahan ruangan pelayanan SKCK Satuan Intelkam. 3) Pembangunan sarana SPBU dan gudang BBM untuk Polres X
4) Memperhatikan aspek kebersihan dan kerapian lingkungan Polres X, khususnya di penjagaan dan ruangan-ruangan pelayanan kepada masyarakat.
b. Hubungan interpersonal dengan anggota
1) Kapolres X berusaha untuk menjadi contoh dalam pelaksanaan tugas sehari hari , mulai dari apel pagi hingga kerapian dalam penampilan kesehariannya.
2) Kapolres X turun secara langsung dalam melaksanakan pembinaan kegiatan agama untuk meningkatkan keimanan anggota dan membina kerukunan.
3) Kapolres X memimpin kegiatan tatap muka dengan anggota secara rutin dalam rangka menampung aspirasi dari anggota Polres X
4) Kapolres X berusaha senantiasa hadir di tengah-tengah anggota dalam pelaksanaan tugas pengamanan unjuk rasa maupun dalam pelaksanaan olah TKP.
5) Kapolres X berusaha memberian secara langsung santunan atau sumbangan kepada setiap personel yang sakit atau mendapat musibah.
6) Kapolres X terus menciptakan media komunikasi informal dengan mengundang
anggota ke kediaman Kapolres untuk bertatap muka secara langsung. c. Apresiasi terhadap kinerja anggota
1) Mutasi memperhatikan kinerja, transparan dengan memperhatikan masukan staf. 2) Memberikan sanksi dan teguran melalui mekanisme sidang disiplin maupun kode
3) Kapolres X tidak mempersulit anggota yang akan mengajukan ijin atau cuti selama sesuai prosedur
4) Anggaran didistribusikan sesuai mekanisme dan utuh kepada satuan bawah. d. Pola hubungan keluar :
1) Kapolres X melaksanakan komunikasi intens baik dengan Jaksa dan Hakim selaku bagian integral dari Criminal Justice System maupun dengan Bupati dan Dandim
sebagai satu kesatuan Musyawarah Pimpinan Daerah.
2) Kapolres X membina komunikasi dengan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai golongan maupun lintas agama dengan menghadiri undangan-undangan acara kemasyarakatan maupun keagamaan.
3) Kapolres X juga membuka komunikasi luas dengan media massa dengan memberikan keterangan-keterangan mengenai program baru, kegiatan Polres, maupun kejadian-kejadian menonjol yang terjadi di wilayah hukum Polres X.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi a. Faktor pendukung
1) Latar belakang pendidikan dan pengalaman tugas Kapolres X sudah teruji dan bisa diandalkan.
2) Unsur jajaran di Polres X mempunyai komitmen kuat untuk mendukung perncapaiain visi dan misi organisasi secara bersama sama.
3) Dedikasi anggota untuk menyelesaikan setiap kasus kejahatan cukup kuat.
4) Profesionalisme personil Polres X dalam melaksanakan tugas operasional
5) Kerja sama pihak – pihak terkait untuk membantu Polres X dalam mengungkap setiap kasus dan menjaga situasi kamtibmas.
b. Faktor penghambat
1) Keterbatasan fasilitas komunikasi maupun Peralatan Dalmas / PHH yang dimiliki sebagai penunjang pelaksanaan giat Kepolisian maupun Operasi kepolisian.
2) Kurangnya jumlah personel Polres X dibandingkan dengan DSPP.
3) Keterbatasan lahan dan kondisi bangunan mako Polres X yang terbatas dan kondisi wilayah yang terus berkembang sebagai ibu kota propinsi.
4) Kondisi geografis wilayah Polres X yang terdiri dari perbukitan dan pegungungan menyebabkan komunikasi secara langsung Kapolres X dengan jajaran di Polsek terpencil sangat minim.
3. Pengaruh kepemimpinan Kapolres X terhadap transformasi budaya organisasi a. Disiplin Anggota
Pelanggaran dan penghargaan kurun waktu Januari s/d April 2012 Tabel 1.
NO BULAN TINDAKAN
DISIPLIN PIDANA PENGHARGAAN JUMLAH
1 JANUARI 4 1 1 6
2 FEBRUARI 5 1 2 8
3 MARET 5 1 2 8
4 APRIL 4 - 1 5
Sumber : Laporan Bulanan Sie Propam Polres X Bulan April 2012
Data jumlah anggota yang tidak hadir tanpa keterangan dari Januari s/d April 2012 Tabel 2. NO BULAN JUMLAH 1. JANUARI 20 2. FEBRUARI 19 3. MARET 19 4. APRIL 18
Kapolres X menerapkan sistem reward and punishment untuk menilai kinerja anggotanya. Dari Tabel 1 di atas jumlah tindakan disiplin yang ada berjumlah 18 kali, pidana 3 kali sedangkan untuk penghargaan 6 kali. Data masih bersifat fluktuatif
sehingga belum dapat disimpulkan hubungan antara sistem reward and punishment dan perilaku maupun kinerja anggota.
Dari Tabel 2 di atas dapat di lihat bahwa periode Januari – April 2012 rata-rata anggota di Polres X setiap bulannya yang tidak hadir tanpa keterangan berjumlah 19 orang. Jumlah ini berkisar 2,7% dari keseluruhan anggota dan merupakan prosentase yang tergolong tinggi. Hal ini perlu menjadi evaluasi bagi Kapolres X dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian kepada anggota khususnya terkait kedisiplinan waktu dan
kerja.
b. Kinerja Sat Reskrim
Data crime total dan crime clearance periode Januari s/d Maret 2012 Tabel 3
JAN FEB MAR
CT CC % CT CC % CT CC %
23 14 60.9% 30 19 63.3% 32 21 65.6%
Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui terjadi peningkatan jumlah tindak pidana (crime total) dan jumlah penyelesaian perkara (crime clearance) selama periode Januari s/d Maret 2012. Meskipun jumlah tindak pidana meningkat namun diimbangi dengan jumlah penyelesaian perkara. Pada satu sisi hal ini merupakan salah satu indikator produktivitas di bidang fungsi Reserse, namun disisi lain juga menjadi evaluasi bagi
Kapolres untuk meningkatkan kegiatan pencegahan kejahatan untuk menurunkan angka crime total di wilayah hukum Polres X.
c. Kinerja Sat Lantas
Data Kejadian Laka Lantas dan Langgar Lantas Januari s/d Maret 2012 Tabel 4.
NO URAIAN JANUARI FEBRUARI MARET
1. LAKA LANTAS CT 6 KASUS
CC 5 KASUS P 21 : 3 KASUS KEL : 2 KASUS CT 5 KASUS CC 2 KASUS KEL 2 KASUS SISA 3 KASUS CT 4 KASUS CC 1 KASUS KEL 1 KASUS SISA 3 KASUS
SISA : 1 KASUS KORBAN : MD LB LR 2 ORANG 3 ORANG 5 ORANG 3 ORANG 3 ORANG 5 ORANG 1 ORANG 3 ORANG 5 ORANG RUGI MATERI Rp 64.500.000,00 Rp 22.500.000,00 Rp 27.500.000,00 2 LANGGAR
LANTAS 359 KASUS 365 KASUS 342 KASUS
DENDA Rp 45.700.000,00 Rp 46.150.00,00 Rp 43.800.000,00 Dari Tabel 4 di atas menunjukkan adanya penurunan jumlah laka lantas setiap bulannya. Sementara untuk pelanggaran lalu lintas masih fluktuatif sehingga belum dapat disimpulkan efektifitas kinerja Sat Lantas di bidang tersebut. Kedua hal ini menunjukan indikator produktivitas di bidang Fungsi Lantas
F. Analisa
Berdasarkan fakta-fakta di atas maka dapat penulis analisa beberapa hal sebagai berikut : 1. Bentuk atau Model Kepemimpinan Kapolres X
Burt Nanus (1999 : 18) menemukan model khusus yang digunakan untuk memahami peran pemimpin organisasi non profit yang diwujudkan dalam kegiatan, yaitu:2
2
Nanus, Burt and Stephen M. Dobbs. Leaders Make Different Strategies for Meetingthe Non Profit Challenge, San Francisco: Jossey bass, 1999.
a. Pemberi Visi dan Strategi
Pemimpin adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggerakkan organisasi ke arah yang benar. Citra Polri yang ingin ditampilkan oleh Kapolres X menjadi visi yang mendasari model kepemimpinannya dalam kegiatan pembinaan personel yang ditujukan untuk adanya transformasi budaya sehingga trend peningkatan kejahatan maupun peningkatan laka dan langgar lantas dapat diantisipasi dengan baik seiring dengan meningkatnya disiplin anggota. Visi ini dijabarkan oleh Kapolres X dengan strategi-strategi yang dipaparkan kepada anggota Polres X agar dapat mengerti visi yang diharapkan dan bagaimana mencapainya.
b. Politisi dan Juru Bicara
Pemimpin adalah politisi dan juru bicara, artinya berperan sebagai penasehat, juru bicara dan negosiator terhadap bawahannya. Kapolres X mampu memposisikan diri
sebagai cerminan bagi organisasi yang dipimpinnya di hadapan masyarakat maupun lingkup CJS dan Muspida. Apresiasi elemen pemimpin daerah dan masyarakat terhadap kinerja kepolisian di wilayah kabupaten tersebut tidak lepas dari peran Kapolres X sebagai politisi dan juru bicara bagi organisasi yang dipimpinnya. Peningkatan kualitas layanan yang diwujudkan dengan penciptaan lingkungan fisik seperti Pos Pol, perbaikan ruang SKCK dan kebersihan serta kerapihan Mapolres X menjadi nilai tambah yang dapat menambah tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan kepolisian. c. Pelatih
Pemimpin sebagai pelatih dimaksudkan bahwa pemimpin bertanggung jawab membangun kerjasama tim atau regu dan membina orang-orang dalam organisasi. Kapolres X telah melaksanakan fungsi coaching dengan baik yang dapat dilihat dari hubungan interpersonal yang dekat dengan para perwira maupun anggota secara formil maupun non formil. Pemodelan peran dengan terjun langsung dan menjadi teladan dalam pelaksanaan tugas juga menjadi nilai tambah peran pelatih yang dijalankan. Kelemahan struktur organisasi yaitu kurangnya jumlah anggota harus dapat diatasi dengan optimalisasi peran anggota di lapangan. Aspek yang harus diperhatikan oleh Kapolres X adalah memperkuat sistem informasi sehingga pembaharuan data dapat terpantau secara kontinyu dan dapat membantu pimpinan untuk mengadaptasi perubahan strategi, selain itu juga informasi yang lancar diharapkan dapat mengatasi
kendala jarak antara Polres X ke polsek-polsek jajaran. d. Agen Perubahan
Pemimpin mempunyai pengaruh besar dalam pengambilan keputusan untuk perubahan dengan memperkenalkan program-program baru dan menciptakan strategi kerja sama dengan publik. Kapolres X harus mencermati hal-hal yang masih menjadi bahan evaluasi seperti masih tingginya prosentase anggota yang tidak masuk tanpa keterangan, masih adanya pelanggaran kode etik maupun tindak pidana yang dilakukan anggota, meningkatnya crime total, serta fluktuasi tingkat laka lantas dan langgar lantas. Dalam pelaksanannya Kapolres X harus berfokus pada peningkatan program-program pencegahan kejahatan maupun pelanggaran lalu lintas dengan perkuatan fungsi Bina
Mitra untuk mengantisipasi trend di masa mendatang.
Berdasarkan hasil analisa diatas dapat dilihat bahwa model kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Kapolres X telah memperhatikan aspek ke luar, ke dalam, dan dalam kondisi masa kini namun belum memberi perhatian yang sama besar terhadap bagiamana kecenderungan trend di masa mendatang.
2. Pengaruh Kepemimpinan Kapolres X guna mendukung transformasi budaya
Schein dalam Yukl (1998:300-301) mengemukakan peranan pemimpin dalam budaya organisasi, dimana para pemimpin mempunyai potensi yang paling besar dalam menanamkan budaya dan memperkuat aspek-aspek budaya melalui mekanisme antara lain3 a. Perhatian
Kapolres X dalam menjalankan kepemimpinannya berusaha untuk mengkomunikasikan prioritas-prioritas, nilai-nilai dan perhatian lain kepada anggota secara formal maupun
informal. Kapolres juga menyediakan wahana khusus bagi anggota untuk menyampaikan aspirasinya.
b. Reaksi terhadap krisis
Kapolres X berusaha untuk menjunjung nilai-nilai kebersamaan dalam menghadapi situasi, khususnya dalam rangka pelaksanaan tugas seperti menghadapi massa atau kasus-kasus menonjol yang mendapat perhatian publik atau media massa. Kapolres X berusaha untuk mengajak anggota tetap percaya diri dan mendorong lebih rajin dalam bekerja.
c. Pemodelan peran
Kapolres X berusaha untuk memberikan contoh dalam hal ketepatan waktu apel pagi dan mematuhi jam dinas kantor bagi anggota yang berseragam, sedangkan dalam
3
kehidupan sehari hari Kapolres berusaha untuk menunjukkan pola penampilan sederhana di hadapan anggotanya. Kapolres X berusaha untuk menjadi sosok yang tidak susah di temui bagi anggotanya ketika membutuhkan.
d. Alokasi imbalan-imbalan
Kapolres X memberikan apresiasi terhadap kinerja anggota yang dalam tugasnya berprestasi, kepada anggota yang melakukan pelanggaran Kapolres X memberikan sanksi yang di sesuaikan dengan mekanisme pengambilan sanksi. Selain itu Kapolres X menyalurkan semua dana anggaran sesuai petunjuk yang ada dan mengikuti peraturan yang ada. Dalam rangka promosi jabatan untuk anggota Kapolres X memperhatikan dan memperjuangkannya.
e. Kriteria dan memberhentikan karyawan
Dalam menempatkan perwira atau bintara untuk menduduki posisi tertentu Kapolres mempertimbangkan saran dan masukan dari pada perwira pembantu dan fungsi terkait melalui mekanisme yang di atur. Kapolres X memberikan sanksi tegas kepada anggota yang melakukan perbuatan tindak pidana melalui sidang kode etik.
Dari uraian analisa tersebut maka dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan Kapolres X telah memenuhi kriteria mekanisme yang baik untuk menanamkan budaya kerja kepada para anggotanya.
G. Upaya Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil analisa dapat dilihat bahwa Kapolres X adalah kriteria pemimpin yang telah memenuhi kriteria kepemimpinan yang baik dalam hal menanamkan budaya kerja kepada para anggotanya. Kepemimpinan yang dijalankan ini bersifat menguatkan budaya kerja yang bersifat internal (ke dalam) dan dalam masa saat ini ( present ). Budaya kerja ini juga disuarakan pemimpin keluar dengan menjalankan posisinya sebagai bagian Criminal Justice System
maupun muspida dan tokoh masyarakat dengan baik. Evaluasi yang perlu dilaksanakan oleh Kapolres X adalah mengarahkan budaya kerja ini untuk ke masa mendatang yaitu bagaimana menghadapi kecenderungan peningkatan kejahatan maupun laka lantas dan langgar lantas. Oleh karena itu ada beberapa upaya peningkatan yang perlu dilaksanakan oleh Kapolres X untuk meningkatkan kinerja anggota.
a. Sosialisasi Visi – Strategi
Kapolres mengajak seluruh unsur-unsurnya untuk memahami visi yang ingin dicapai. Sosialisasi ini dapat berupa arahan pada saat apel, ataupun secara khusus menempatkan visi strategi ini di setiap ruangan kerja sehingga seluruh anggota dapat mengadaptasi visi tersebut
dengan baik. Perubahan sekecil apapun dalam lingkungan kerja berpotensi menimbulkan resistensi baik secara terbuka maupun tertutup. Penolakan secara tertutup bisa dengan secara mengabaikan dan tidak menjalankan program yang dimaksud.
b. Adaptasi Program
Program kerja yang dijalankan harus bersifat adaptif, artinya ketika program tersebut dijalankan dan tidak membawa hasil yang diinginkan maka harus dilakukan perubahan- perubahan. Jika terjadi resistensi maka Kapolres X harus siap untuk melaksanakan perubahan program untuk mencapai sasaran yang lebih realistis. Penguatan budaya internal yang dilakukan Kapolres X sudah baik, namun demikian adanya trend peningkatan kejahatan maupun laka dan langgar lantas menuntut ditimbulkannya paradigma baru yakni pencegahan. Hal ini menuntut peningkatan fungsi Bina Mitra baik yang dilaksanakan oleh
anggota Bina Mitra sendiri maupun anggota fungsi-fungsi lain.
c. Perbaikan Sistem Informasi
Sistem Informasi seharusnya menjadi instrumen vital dalam sebuah organisasi karena menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pimpinan organisasi, dalam hal ini Kapolres X. Data-data seperti CC, CT, baik di bidang reskrim maupun lantas harus dapat diakses setiap saat dan diperbaharui sesuai dengan jumlah terbaru. Pembaharuan data merupakan masukan bagi Kapolres X sebagai salah satu alat untuk melaksanakan analisa dan evaluasi sebagai bentuk pengendalian program yang dijalankan di Polres X. Dengan kemajuan teknologi saat ini aliran data tidak lagi harus berupa laporan tertulis namun dapat berupa laporan elektronik yang mempersingkat waktu akses. Sistem Informasi juga dapat menjadi alternatif solusi kegiatan pengawasan dan pengendalian terhadap polsek-polsek yang jaraknya jauh dari Polres, di samping kunjungan kerja secara langsung.
Polres X sebagai penyedia jasa layanan juga seharusnya mempunyai sarana media menampung aspirasi masyarakat yang dapat dijadikan indikator tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di Polres X. Misalnya dengan menyediakan kotak saran atau mini angket sehingga ada input bagi Kapolres X untuk mengevaluasi program kerja.
BAB III PENUTUP
Kapolres X dalam menjalankan kepemimpinan telah mengadakan kegiatan yang bersifat pembinaan ke dalam organisasi pada saat ini ( present ). Kapolres X telah berhasil telah memenuhi kriteria mekanisme yang baik untuk menanamkan budaya kerja kepada para anggotanya melalui pemberian atensi, reaksi terhadap krisis, pemodelan peran, alokasi imbalan-imbalan, serta kriteria
dan pemberhentian jabatan.
Evaluasi terhadap Kapolres X adalah harus ada kerangka berpikir untuk menanamkan budaya yang bercirikan ke luar organisasi dan memperhatikan trend di masa mendatang. Dengan demikian aspek kepemimpinan visionary and strategies dan peran Kapolres X sebagai agen perubahan transformasi budaya organisasi dapat terpenuhi.
I. Saran
a Untuk merencanakan dan mengimplementasikan transformasi budaya organisasi dalam rangka mencapai pelayanan prima di Polres X maka perlu kepemimpinan Kapolres X yang kuat melalui tindakan tindakan pimpinan dalam mempengaruhi, mengarahkan anggota organisasi untuk mencapai perubahan yang diharapkan. Menyebarkan visi dan misi Polres X melalui perkataan dan tindakan yang kuat serta konsisten maka Kapolres X akan menciptakan budaya organisasi yang kuat dan karakter mind set anggota yang berorientasi melayani bukan di layani.
b Kapolres X agar memperkuat aspek sumber daya manusia dan teknologi kepada jajaran anggota dengan mengadakan pelatihan Manajemen Course dan pengenalan sistem informasi manajemen berbasis komputer dalam rangka beradaptasi dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat di masa depan yang semakin meningkat dalam bidang pelayanan.
c Dari sisi luat untuk mendukung transformasi budaya organisasi yang transparan Kapolres X bisa memberdayaan masyarakat melalui kemudahan akses informasi dan partisipasi