• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pada kodratnya diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil, dikarenakan kondisi fisik, diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat. Ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan satu sama lain. Diskriminasi terhadap penyandang cacat, baik di dunia pendidikan maupun cara penerimaan karyawan dalam suatu perusahaan, masih kerap terjadi di Indonesia. Cacat bukan akhir segalanya, dan penyandang cacat bukanlah produk gagal Tuhan. Setiap manusia memang diciptakan berbeda dalam bentuk fisiknya, dan memiliki kemampuan yang berbeda pula.

Penyandang cacat pun mempunyai hak yang sama seperti manusia normal lainnya. Hak pendidikan, hak pekerjaan, hak bersosialisasi, hak berkarya dan sebagainya. Justru penyandang cacat mempunyai semangat yang lebih dibanding manusia normal umumnya yang terkadang menyiakan waktu dan kemampuan lebihnya untuk berkarya dalam hidup.

Seorang penyandang cacat fisik, menginspirasi banyak orang khusunya di kota Semarang. Mempunyai keterampilan di bidang seni rupa yang menjadikannya mampu menafkahi keluarga serta keterampilan bermusik yang cukup memotori pemuda lingkungannya untuk mencintai musik keroncong. Meskipun berlatar belakang pendidikan yang kontras dengan profesinya saat ini, membuat ijazah pendidikan formalnya sebagai sarjana hukum, hanya sejajar dengan tumpukan kertas-kertas bekas. Wibowo sanjaya akhirnya memutuskan untuk menuangkan ide kreatif sebagai seorang pelukis beraliran realis. Dengan amanat sang ayah yang selalu memotivasinya untuk mengasah skill, Wibowo Sanjaya menjadi sosok teladan dan bukan olokan di masyarakat. Kemampuan bersosialisasi yang tinggi dengan menjadi ketua

(2)

komunitas Raden Saleh di Semarang dan pernah menjabat beberapa kali sebagai ketua RT maupun RW di wilayah beliau bermukim, merupakan bukti nyata bahwa seorang penyandang cacat jauh dari keminderan dapat menjadi pemimipin dan tokoh masyarakat yang bijak. Pelajaran hidup yang dipegang teguh adalah selalu bersyukur dan terus menambah atau melebihkan kemampuan untuk menjadi sosok yang lebih di masyarakat. Berkegiatan positif, berperilaku postif meskipun dengan keterbatasan fisik.

Sebagai broadcaster, penulis mempunyai sudut pandang dalam permasalahan ini. Perlu adanya sorotan media untuk mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang dengan segala konflik hidup. Dengan melihat sisi lain serta memahami karakter kekurangan dan kelebihan orang lain. Mendorong masyarakat untuk tidak hanya melihat orang lain dari sisi kekurangannya, namun juga menghargai dari segi kemampuan dan kelebihannya. Meskipun definisi dari konflik biasanya mengarah pada suatu hal negatif, tapi sejatinya dengan adanya konflik, maka suatu permasalahan sebenarnya akan terkupas secara detail dan titik terang atau sumber dari konflik itu sendiri dapat terbuka. Sehingga dapat memunculkan ide baru yang mungkin bisa dijadikan solusi. Tentu dengan menerobos ruang baru dalam beberapa program televisi yang sudah ada. Meninjau beberapa jenis program acara yang beragam, penulis memilih progam feature untuk mengangkat kisah seorang penyandang cacat dengan segala kemampuannya. Dengan unsur human interest yang kental, feature mampu menawarkan informasi ringan yang cenderung santai untuk disimak tanpa perlu berpikir terlalu berat untuk mengerti isi dari feature itu sendiri.

Obyek feature kali ini menceritakan proses perjalanan hidup seorang pelukis yang menyandang cacat yang mampu menjadi pemimpin untuk keluarga maupun masyarakat di lingkungannya. Mengulas kisah semasa kecil hingga kini proses pendewasaan yang menjadikannya bersyukur akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Cerita mengenai sisi kehidupan seseorang, tidak hanya sukses saja, tetapi juga cerita kegagalan. Tujuannya agar masyarakat dapat bercermin lewat kehidupan orang lain.

(3)

Sebuah acara yang memberi banyak manfaat, tapi dikemas dalam sebuah format yang menarik, dan tidak monoton. Karena Selain bisa dijadikan sebuah hiburan feature juga merupakan salah satu media untuk belajar dan menggali informasi-informasi baru. Dengan demikian penonton program ini, dapat menyaring hikmahnya dan termotivasi untuk menjadi manusia yang lebih bijak. Alasan penulis memilih tema “sosial” dikarenakan sebagai suatu penekanan unsur human interest yang sesuai dengan karakteristik program feature. Bermaksud memberikan informasi yang menginspirasi serta motivasi terhadap masyarakat melalui tontonan bertemakan sosial, yang mana tema ini dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari manusia. Tema sosial memang menarik untuk diperbincangkan. Tema sosial biasanya membawa dampak tersendiri untuk khalayak umum. Penulis pun berharap, pembuatan program televisi dengan tema sosial dapat lebih memberi dampak positif bagi penikmatnya.

Biasanya tema sosial berpengaruh terhadap masyarakat, yaitu respon untuk melakukan hal yang sama. Tentunya penulis menginginkan respon yang positif dari masyarakat melalui program acara ini. Feature seorang penyandang cacat yang mengulas dan terbukti sanggup memberi contoh bersosial masyarakat kepada khalayak.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana tampilan estetis program feature bertemakan sosial, dengan mengusung cerita seorang penyandang cacat yang mampu menjadikan dirinya sebagai tokoh di lingkungan

2. Bagaimana cara menyutradarai sebuah program feature yang mengangkat tema sosial

1.3 Tujuan

1. Membuat program feature dengan mengangkat tema sosial dalam permasalahan sisi kehidupan narasumber menjadikan sebuah konten acara yang menarik dan memberikan pesan moral bagi khalayak. Dengan mengangkat seorang narasumber yang menyandang cacat, namun mampu menjadikan dirinya sebagai panutan di masyarakat.

(4)

2. Menyutradarai program feature yang bertemakan sosial dengan mengemas cerita, mengarahkan narasumber, juga berkewajiban memberikan sudut pandang obyektif untuk masyarakat. Sehingga memberikan informasi yang ringan untuk dikonsumsi.

1.4 Batasan Masalah

Bagaimana memproduksi program feature dalam tugas penyutradaraan dengan mengkoordinir semua aspek, dari mengatur dan mengarahkan talent didepan kamera, mengatur posisi kamera berserta gerak kamera, suara, pencahayaan, dan hal-hal lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuah program feature dengan baik.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Akademis

Menambah referensi bagi mahasiswa, bahwa program feature merupakan bagian dari berita ringan namun tetap informative dan mendidik.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan inspirasi para broadcaster untuk menciptakan karya-karya yang berbobot.

1.5.3 Manfaat Sosial

Masyarakat dapat mengambil pesan-pesan moral, yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.6 Metode Pengumpulan Data 1.6.1 Metode - metode

1). Observasi

Melakukan pengamatan terhadap narasumber, dari segi kehidupan sehari-hari dan sosial bermasyarakatnya. Seperti menelusur kegiatan pameran, kegiatan di rumah, dan kegiatan diluar pekerjaan sebagai seorang pelukis. Serta mengumpulkan foto-foto dan data riwayat hidup narasumber.

(5)

Penulis mewawanncarai langsung narasumber utama, dan narasumber lain yang terkait dengan kehidupan narasumber utama.

3). Studi Pustaka

Mendapatkan bahan-bahan dari menbaca buku dari perpustakaan, maupun bangku perkuliahan serta referensi yang diperoleh selama mengikuti kerja praktek maupun teori yang berkaitan dengan penyandang difable.

1.6.2 Pemilihan Responden/Target Audien

Pembuatan program feature berjudul “MOZAIK SISI KEHIDUPAN” ini ditujukan kepada semua lapisan masyarakat khusunya kepada kawula muda, supaya dapat bercermin dan menuju kesuksesan dengan kemampuan keterampilan yang wajib dimiliki.

Dengan berbagai alasan yang mendasar tersebut diatas, maka penulis memilih narasumber sebagai berikut :

Nama : Wibowo Sanjaya

Usia : 55 tahun

Pendidikan : sarjana

Profesi : pelukis

1.6.3 Pemilihan Lokasi

Lokasi yang dipilih penulis untuk indoor adalah rumah narasumber dengan sett figura, kanvas, lukisan narasumber sebagai background. Alamat : pondok Raden Patah blok G2 no 21 RT 07/ RW 05 Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Dan lokasi outdoor yang dipilih adalah tempat-tempat kegiatan narasumber.

(6)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Dalam jurnalistik ada penggolongan berita menurut penyajiannya, yaitu : [1]

a. Hard news, merupakan keterangan mengenai kejadian atau peristiwa baru yang mengandung unsur penting, menarik, aktual, ringkas dan singkat, namun tidak mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas. Contohnya seperti breaking news, straight news, Spot news.

b. Soft news, adalah berita yang dari segi struktur penulisan relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat serta tidak terikat oleh waktu. Contohnya seperti feature.

2.1 Definisi feature

Feature merupakan format acara yang memaparkan peristiwa secara objektif. Dengan format yang khas,dan penggarapan secara luwes menjadikan penayangan feature tidak harus diburu-buru seperti berita biasa yang bersifat aktual. Sisi kemanusiaan merupakan aspek dominan dalam feature, memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu memunculkan empati. Tidak ada aturan yang mengikat mengenai berapa persisnya panjang sebuah feature, selama feature itu masih menarik untuk disimak.

Feature tidak terikat pada aturan 5w+1H. Dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik mengisahkan sebuah cerita. Gaya penulisan dan kemasan feature berbeda dengan berita biasa (hard news). Unsur subyektifitas lebih terasa dalam format feature. Sebaliknya, dalam format berita biasa, subyektifitas adalah satu hal yang sangat dihindari [2].

2.1.1 Ciri-ciri feature 1. Lengkap

(7)

Sebuah feature disebut lengkap bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan memadukan jalan pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian , dan kesimpulan atau penutup.

2. Melawan Kebasian

Dengan feature, sebuah berita dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.

3. Non Fiksi

Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang dirangkai

menjadi satu kesatuan dan memberikan gambaran yang jelas dan utuh kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu objek.

4. Bagian Dari Media Massa

Sebuah feature harus disajikan dalam media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin) maupun elektronik (televisi dan radio).

5. Panjang tak Tentu

Belum ada ketentuan mengenai panjang pendeknya sebuah

feature, sehingga tulisan feature sangat bervariasi tergantung

penulisnya. Panjang pendeknya sebuah feature tergantung pada penting-tidaknya peristiwa, menariknya aspek yang diungkap, dan bagaimana penulis berusaha mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.

2.1.2 Sifat-sifat Feature 1. Kreatif

Feature membutuhkan kreativitas penulisnya, dalam mencari

objek tulisan yang khas, yang kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah atau jarang terungkap. 2. Variatif

Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan imajinasi pembacanya. Diksi

(8)

atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup dan variatif.

3. Subyektif

Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut

pandang, wawasan, intelektual, ketrampilan, dan karakter penulisnya.

4. Informatif

Feature membantu pembaca dengan memperjelas suatu

keadaan untuk merasakan gambaran dari suaru kejadian, atau mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai informatif feature berbeda dengan berita langsung yang benar-benar menyajikan informasi. Informasi dalam feature lebih mendalam dan lengkap.

2.1.3 Jenis-jenis Feature

1. Feature Sejarah (Historical)

2. Feature Tokoh (Personality Profile) 3. Feature Perjalanan (Travel)

4. Feature keahlian/Tuntunan Ketrampilan (How-to-do-it) 5. Feature Ilmiah/Ilmu pengetahuan Populer (Sciene Report)

2.1.4 Fungsi Feature

Fungsi feature mencakup lima hal:

1. Melengkapi sajian berita langsung (straight news)

2. Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi

3. Menghibur dengan sajian-sajian informasi ringan yang menarik

4. Sarana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa.

5. Sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi lingkungan sosial (masyarakat).

(9)

2.1.5 Tahapan Produksi Feature

Pembuatan sebuah program acara dengan format feature, dilakukan secara deskriptif. Hal ini digunakan untuk melukiskan suatu profil atau cerita tertentu sesuai dengan tema yang diangkat pada feature itu. Feature merupakan sebuah cerita, namun cerita yang dimaksudkan bukan suatu cerita fiksi, melainkan sebuah fakta realita. A feature is a story about facts, not about fiction (feature adalah cerita tentang fakta, bukan tentang fiksi).

Feature tidak terpaku pada struktur penyampaian informasi berbentuk piramida terbalik. Pada struktur piramida terbalik, inti informasi disampaikan di awal, barulah keterangan serta kronologi cerita disampaikan pada bagian akhir. Sedangkan pada format feature, justru penonton dibuat mengikuti alur cerita dari awal sampai akhir. Point of view / sudut pandang pada feature ditentukan terlebih dulu guna memberikan arahan informasi [3].

2.1.5.1 Pra Produksi (pre production) Pra produksi meliputi :

1. Persiapan Naskah

Dalam proses ini dibuat sebuah naskah oleh penulis naskah yang dipersiapkan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

a. Ide / Gagasan

Proses memunculkan tema dan pokok permasalahan dari garis besar naskah yang akan dibuat.

b. Riset

Mencari tahu dengan observasi langsung kepada pihak terkait yang disinggung dalam naskah.

(10)

c. Sinopsis

Ringkasan dari keseluruhan jalan cerita pada naskah.

d. Treatment

Detail tiap-tiap adegan / babak yang akan membentuk alur cerita.

e. Script

Susunan lengkap alur cerita secara mendetail. f. Review Naskah

Menelaah ulang naskah, apakah sudah sesuai dengan konsep yang direncanakan.

2. Pemilihan Crew

Pemilihan kru dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi keahlian masing – masing personal sesuai job description dalam kerja tim nanti.

3. Pemilihan Narasumber

Pemilihan narasumber dilakukan sesuai dengan hasil riset, narasumber manakah yang cocok dengan konsep karya.

4. Pemilihan Lokasi

Pemilihan narasumber dilakukan sesuai dengan riset, lokasi mana yang sesuai dengan konsep karya. Lokasi yang berbeda tentu memiliki konten kehidupan sosial yang berbeda satu sama lain.

5. Perencanaan Waktu

Manajemen waktu yang baik diperlukan agar kinerja tim produksi saat proses dapat berlangsung efektif dan efisien. Dengan perencanaan yang matang maka proses produksi akan terasa lebih tertata dan mengantisipasi adanya pemoloran waktu.

(11)

Pemeriksaan peralatan penting dilakukan agar tahu peralatan mana yang siap pakai, butuh perawatan, butuh penambahan, atau penggantian. Sebagai contoh, pengecekan kamera sebelum pengambilan gambar, agar hasil gambar bisa dipersiapkan untuk memperoleh yang terbaik.

7. Persiapan Peralatan Cadangan

Peralatan cadangan berkesan seolah ini pemborosan sumber daya, namun sistem back up seperti ini bermanfaat saat terjadi kesalahan di lapangan. Terutama pada lokasi yang jauh, adanya peralatan cadangan akan meminimalisir kesalahan teknis yang fatal, dan menghambat proses produksi.

8. Peninjauan Ulang Lokasi

Peninjauan ulang lokasi dilakukan mendekati hari-H masa produksi. Dengan peninjauan yang lebih detail, dapat dipastikan semua persiapan yang ada sesuai dengan lokasi yang dipilih. Apakah lokasi tersebut sama atau berbeda seperti saat pertama survey, apakah urusan perijinan pada lokasi – lokasi tertentu terutama tempat umum bisa dikendalikan, ataupun perubahan lain yang tidak terduga.

9. Perhitungan Anggaran

Penghitungan anggaran diperlukan agar dana yang dibutuhkan tidak melebihi perkiraan. Dana diperhitungkan secara detail, mulai dari kebutuhan alat, akomodasi, kebutuhan kru dan narasumber, juga yang lainnya.

10. Pengecekan Perijinan

Terkadang terdapat lokasi tertentu yang membutuhkan perijinan khusus. Hal ini biasanya ditemui pada tempat

(12)

– tempat umum, maupun instansi terkait. Dengan perijinan yang telah sah, maka proses produksi tidak akan mengalami kendala berkaitan dengan lokasi. 11. Kontrak – Kontrak

Kontrak dalam hal ini dimaksudkan pada perjanjian kesepakatan, seperti kontrak kru, atau kesepakatan dengan narasumber.

2.1.5.2 Produksi (production)

Proses produksi adalah kegiatan shooting, atau mengubah naskah menjadi bentuk audio visual, untuk kemudian diubah sesuai dengan format yang diinginkan (seperti format avi atau video CD atau DVD atau yang lainnya). Didalam proses ini membutuhkan beberapa crew dan staff untuk menangani setiap peralatan dan masing-masing memiliki tanggungjawab yang berbeda-beda. Crew yang dibutuhkan dalam proses produksi antara lain adalah sebagai berikut:

a. Sutradara

Pengertian sutaradara adalah karyawan yang mengkoordinir segala unsur teater dengan paham, kecakapan, serta daya khayal yang inteligen sehingga mencapai sesuatu yang berhasil. Sutradara menempati posisi yang tertinggi dari segi artistik. Sutradara memimpin pembuatan film tentang “Bagaiman harus tampak” oleh penonton. Tanggung jawabnya meliputi aspek-aspek kraetif, baik interpreatif maupun teknis, dari sebuah produksi film. Selain mengatur laku didepan kamera dan mengarahkan akting serta dialog, sutradara juga mengontrol posisi kamera berserta gerak kamera, suara, pencahayaan, disamping hal-hal

(13)

lain yang menyumbang kepada hasil akhir sebuah film.

Dalam praktek kerja, tugas sutradara melaksanakan apa yang diistilahkan dalam bahasa Perancis mise en scene yang kurang lebih berarti “Menata Dalam adegan”. Tugas ini berurusan dengan penciptaan ruang-ruang filmis berupa jenis-jenis shot.

b. Cameraman

Cameraman atau penata fotografi adalah tangan kanan sutradara dalam kerja dilapangan. Cameraman berkerjasama dengan sutradara untuk menentukan jenis-jenis shot. Termasuk menentukan jenis lensa (apakah lensa normal, tele, lensa sudut lebar atau wide lens, atau zoom) maupun filter lensa yang digunakan. Selain itu juga menentukan bukaan diafragma kamera dan mengatur lampu untuk mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan.

Disamping itu, cameraman bertanggung jawab memeriks hasil syuting dan menjadi pengawas pada proses film di laboratorium agar mendapatkan hasil akhir yang sebagus-bagusnya.

c. Penyunting atau editor

Hasil syuting setelah diproses dilaboratorium, kini memasuki tahap editing atau penyuntingan. Tenaga pelaksanaanya disebut penyunting atau editor. Editor bertugas menyusun hasil syuting hingga membentuk pengertian cerita sesuai dengan naskah yang telah dibuat. Editor berkerja dibawah pengawasan sutradara tanpa mematikan kreativitas sebab pekerjaan editor berdasarkan konsepsi.

(14)

Editor akan menyusun segala materi di meja editing menjadi pemotongan kasar (rough cut), dan pemotongan halus (fine cut). Hasil pemotongan halus disempurnakan lagi dan akhirnya dicetak bersama suara dan efek-efek transisi optik unutk menunjukan pergantian waktu maupun adegan.

d. Penata artistic

Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatar belakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film. Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan oleh penonton.

e. Penata suara atau audio

Sebagai media audio visual, pengembangan film sama sekali tidak boleh hanya memikirkan aspek visual, sebab suara juga merupakan aspek kenyataan hidup. Tata suara dikerjakan distudio suara. Tenaga ahlinya disebut penata suara, yang dalam tugasnya dibantu tenaga-tenaga pendamping seperti perekam suara dilapangan maupun distudio. Perpaduan unsur-unsur suara ini nantinya akan menjadi jalur suara, yang letaknya bersebelahan dengan jalur gambar dalam hasil akhir film yang siap diputar di bioskop.

Fungsi suara yang terpokok adalah memberikan informasi lewat dialog dan narasi. Fungsi penting lain dengan menjaga kesinambungan gambar. Sejumlah shot yang dirangkai dan diberi suara, seperti musik, dialog dan efek suara akan terikat dalam satu kesatuan.

(15)

Secara garis besar audio dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

1) Sound Effect, yaitu suara yang muncul baik dari efek suara benda, atau untuk men dubbing bunyi yang muncul pada adegan tertentu.

2) Atmosfer, yaitu suara suasana lingkungan kehidupan riil.

3) Musik Ilustrasi, yaitu suara yang muncul ditujukan untuk dapat membangun suasana seperti yang diinginkan oleh sutradara.

4) Narasi, yaitu suara manusia yang ditujukan untuk memberikan keterangan terhadap suatu adegan tertentu.

5) Dialog, yaitu suara manusia yang muncul akibat dari suatu percakapan baik satu orang (bicara dalam hati), maupun dua orang atau lebih.

f. Penata musik

Kewajiban seseorang penata musik yaitu menata paduan musik (yang bukan efek suara), yang mampu menambah nilai dramatis seluruh cerita film. Jika dirinci, ternyata ada delapan fungsi musik film, yaitu:

1) Membantu merangkai adegan.

2) Menutupi kelemahan atau cacat dalam film. 3) Menunjukkan suasana batin tokoh-tokoh utama

film.

4) Menunjukan suasana waktu dan tempat.

5) Mengiringi kemunculan susunan kerabat kerja atau nama-nama pendukung produksi (credit title).

(16)

7) Mengatisipasi adegan mendatang dan menbentuk ketegangan dramatis.

8) Menegaskan karakter lewat musik. 2.1.5.3 Pasca Produksi (post production)

Pada tahap ini yang paling utama adalah melakukan editing, compositing serta memberi efek-efek yang diperlukan untuk menjadikan hasil syuting yang telah dilakukan menjadi suatu format audio visual yang enak dan menarik untuk ditonton. Tahapan yang dilakukan dalam pasca produksi adalah :

Tahapan Pasca Produksi Compositing Gambar2.1

2.2 Penyutradaraan

Salah satu yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah tayangan program audio visual baik film maupun televisi adalah ketika program tersebut dikemas secara menarik, dan enak ditonton. kolaborasi dari aspek teknis, sinematografi dan isi pesan yang disampaikan dalam sebuah tayangan merupakan faktor penentu sebuah tayangan dikatakan menarik atau tidak. Sebetulnya siapa yang sangat berperan dalam menetukan hasil akhir sebuah

Video

Special Effect

Recording Audio

Mixing Video dan Audio

Final Compositing

(17)

program audio visual. Dalam sebuah produksi program tayangan baik film maupun televisi peran sutradara begitu sangat dominan, karena menentukan hasil akhir baik secara artistik maupun teknis produksi program tayangan. Istilah Sutradara atau Director menurut kamus film diartikan sebagai seseorang yang memegang tanggung jawab tertinggi terhadap aspek kreatif baik yang bersifat penafsiran maupun teknik pada pembuatan film. Disamping mengatur permainan dalam acteing dan dialog ia juga menetapkan posisi kamera, suara, prinsip penatacahayaan serta segala bumbu yang mempunyai efek dalam penciptaan film secara utuh . Dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kerja seorang sutradara meliputi aspek teknis, artistik dan content.

Sebagian sutradara mengutamakan kerja kamera. Disini keindahan gambar diutamakan. Sementara ada pula sutradara yang mengatakan bahwa seni film atau program televisi terletak pada proses editing, yang semua proses pada akhirnya berujung pada editing. Ada juga sutradara yang mengutamakan aspek cerita, dan aktor.

Tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara.

Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek pra produksi dan pasca produksi. Pemahaman pra produksi akan mencegah sikap arogan dan tuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang merupakan tugas tim pra produksi. Pemahaman pasca produksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau angle yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.

Seorang sutradara harus mengambil posisi terpisah dari unsur-unsur produksi. Sutradara, mengawasi semua bidang kerja kreatif. Visi artistiknya akan menciptakan karakter film secara keseluruhan. Peran

(18)

sentral seorang sutradara pada proses pembuatan film mau tidak mau memaksanya untuk memberi perhatian secara langsung atau tidak langsung pada keseluruhan film.

Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi.

Seorang sutradara profesional harus bisa membuat ide-ide kreatif bersama seluruh pimpinan produksi. Mereka harus berkolaborasi. Karena masing pimpinan produksi pastilah memiliki keahlian masing-masing. Sehingga masukan ide kreatif dari masing-masing ahli itu akan sangat membantu untuk menciptakan film yang baik [4].

Di dalam produksi film, sutradara harus memiliki keterikatan komunikasi dengan semua elemen, yaitu antara lain [5]:

1. Sutradara – DOP

D.O.P atau Director of Photography adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. D.O.P harus familiar dengan komposisi dan semua aspek teknik pengendalian kamera dan biasanya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan teknis yang muncul selama perekaman film. Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. D.O.P bertangung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan fotografi pencahayaan film, exposure, komposisi, kebersihan, dll. D.O.P juga menciptakan jiwa dan perasaan dalam gambar dengan pencahayaan. Sutradara dan D.O.P secara konstan berdiskusi tentang angle kamera, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera.

(19)

2. Sutradara – Asisten Sutradara (Rundown, Koordinator Talent, Akting Trainer)

Sutradara bekerja sama dengan Clapper (Continuity script), koordinator talent, dan akting trainer dalam proses produksi untuk memperingan pekerjaannya.

3. Sutradara – Penata Artistik (Set, Property, Wardrobe, Make-Up, Musik, lighting)

Sutradara harus selalu berdiskusi dengan para Chip (kepala divisi) artistik yang membawahi bagian set, property, wardrobe, make-up, music, dan lighting. Tujuannya adalah agar konsep dan keinginan sutrdara dapat diwujudkan melalui elemen-elemen tersebut.

Penata Lighting

Orang yang berhak dan memiliki konsep tentang tata cahaya sesuai dengan script atau nuansa film yang diinginkan sutradara.

Penata Set/ Property

Orang yang bertugas merancang, mengatur, menata, dan menyediakan set dan property di lokasi syuting.

Penata Wardrobe/ Kostum

Orang yang bertugas mendesain, menyediakan, dan memasang kostum/ wardrobe untuk para aktor.

Penata Make-Up dan Hair Do

Orang yang menyediakan dan memasangkan rias wajah dan rambut aktor.

Penata Musik/ Sound Desainer

Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Ia bekerja sama dengan sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara.

(20)

Sutradara memberikan pengarahan, briefing, dan pelatihan kepada aktor dalam memerankan tokoh sesuai dengan script yang telah diinterpretasikan. Pelatihan dapat mengacu pada pengkarakteran, dialog, intonasi, moving, dan ekspresi.

5. Sutradara – Editor

Editor adalah bagian penting dalam proses pasca produksi. Seorang editor bertanggung jawab untuk menggabungkan semua gambar dengan cara dan urutan sesuai dengan script dengan pendampingan sutradara.

6. Rumus 5-C

Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5-C , yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnyadi lapangan.

1. Close Up

Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting di lapangan) sutradara harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up,sutradara harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokoh. Gejolak emosi, kegundahan sering harus diwakili dalam shot-shot close up.

2. Camera Angle

Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini

(21)

diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Pada film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot dan close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik.

3. Composition

Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton.

4. Cutting

Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.

5. Continuity

Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsur persambungan gambar-gambar. Sejak awal, sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita.

(22)

7. Unsur Visual (visual element)

Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, yaitu sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact).

1. Sikap/Pose

Hal pertama yang menjadi arahan sutradara adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah bermain di depan kamera sama sekali. 2. Gerakan Anggota Badan

Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.

3. Perpindahan Tempat

Seorang sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini,

(23)

sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraan.

4. Tindakan Tertentu

Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting disini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario.

5. Ekspresi Wajah

Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.

6. Hubungan Pandang

Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara

(24)

selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera.

Dengan menguasai Rumus 5-C dan Visual Element secara baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat karyanya menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton. [6]

Hasil akhir dari sebuah karya televisi merupakan kesimpulan dari tiga tingkat pekerjaan produksi yaitu Pra Produksi ( Pre Production ), Produksi ( Production ) dan Paska Produksi( Post Production ). Ketiganya menyatu dan tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkat pengerjaan produksi ini hilang atau belum selesai, tugas sang sutradara masih belum tuntas.

Istilah Sutradara Televisi mungkin tidak begitu populer bila dibanding dengan sutradara, dalam pengertian Sutradara Film. Dunia pertelevisian di negara barat umumnya menggunakan istilah Program Director atau Television Director, yang kemudian sering kali diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai Pengarah Acara Televisi (pertama kali diperkenalkan oleh TVRI) [7]

Adapan tugas seorang Sutradara Televisi secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut : [8]

Pada saat Pra Produksi bersama-sama produser, script writer, dan tim kreatif lainnya, membahas mengenai isi program hingga perencanaan produksinya. Pada saat Produksi, memimpin jalanya proses pengambilan gambar dan suara, termasuk merancang konsep visual dan tata cahaya. Saat Paska Produksi mendampingi editor untuk menentukan hasil akhir sebuah tayangan.

(25)

BAB III

METODE PENCIPTAAN KARYA

3.1 Deskripsi Karya

Deskripsi Program :

1. Judul Program : MOZAIK SISI

KEHIDUPAN

2. Tema : Penyandang difable dengan

sejuta kemampuan

3. Media : TV

4. Kategori Program : Hiburan

5. Format Program : feature

6. Format Produksi : indoor / outdoor

7. Sifat Produksi : Taping

8. Unsur Produksi : Video

9. Sasaran : Umum

10. Durasi : 15 menit

11. Segmentasi : semua umur

3.2 Obyek Karya dan Analisis Obyek

Wibowo Sanjaya, seorang pelukis beraliran realis yang lahir di Semarang ini mempunyai kekurangan yang justru membangkitkan semangatnya untuk membuktikan pada dunia jika dia mampu mandiri. Pelukis sengan title sarjana hukum ini menunjukan ke masyarakat bahwa seorang penderita cacat fisik dapat memberikan perubahan disekitarnya. Sebagai broadcaster yang mana melihat fenomena ini ingin memberikan contoh pada khalayak spirit yang dimiliki Wibowo Sanjaya ini. Varian

(26)

karya dokudrama ketat menganut pembatasan kode etik jurnalistik dan prinsip nilai berita. Dokudrama merupakan jabaran identitas seorang tokoh yang bercerita di segala sisi kehidupan si tokoh tersebut yang tentunya memiliki nilai historis atau riwayat yang beberapa bagiannya disisipi pengarahan supaya terlihat lebih menarik. Perpaduan di segala aspek seni baik dari artistik, teknologi, dan karya, penulis mencoba membuat ketiganya seimbang.

1. Artistik, penulis ingin menampilkan estetika atau keindahan dari sett lokasi produksi.

2. Teknologi, penulis sendiri ingin mengemas sisi kehidupan sosok ini dalam bentuk program acara berupa dokurama.

3. Karya, dalam proyek tugas akhir penulis ingin mengupas tuntas sisi kehidupan seorang pelukis realis di kota Semarang dengan keterbatasan fisiknya, dan tentunya penulis mencoba mentransformaikan karya-karya pilihan si pelukis yang menjadi master piece.

Menginspirasi sekitar melalui media televisi merupakan jurus jitu yang saat ini marak dilakukan oleh broadcaster dalam bentuk dokudrama. Program televisi yang dikemas secara informatif, educatif dan mampu memberi cerminan kepada khalayak tentunya, penulis berharap program acara ini bermanfaat bagi masyarakat

3.3 Komparasi Program

3.3.1 Program Televisi Sebuah Nama Sebuah Cerita Kompas TV

Program yang mengangkat kisah selebritis terkenal ataupun public figure Indonesia, menceritakan kembali perjalanan hidup dan karier mereka, termasuk skandal ataupun hal-hal yang tidak pernah diungkapkan sebelumnya, dan bagaimana kehidupan mereka saat ini. Dilengkapi dengan interview mendalam dengan sosok yang diangkat

(27)

kisahnya, ataupun narasumber yang mengetahui dengan jelas fakta dibalik sosok tersebut.

- Kelebihan:

Dalam program “SEBUAH NAMA SEBUAH CERITA” terdapat poin-poin positif yang memberi contoh untuk masyarakat supaya mampu menghadapi segala macam cobaan dengan tabah dan usaha yang maksimal serta bersyukur dengan kehidupan yang Tuhan berikan.

- Kekurangan:

Penonton hanya disuguhkan cerita yang tercurhat dari narasumber tanpa ada sisipan gambar menarik. Dengan durasi 60 menit yang dirasa membosankan.

3.1.2 Program acara Resah TVKU

Program acara yang mengangkat cerita dari orang-orang dengan nasib kurang beruntung. Dikemas dengan format interaktif, yaitu adanya host yang berdialog dengan narasumber untuk mewawancarai.

- Kelebihan

Dalam program “RESAH” terdapat unsur-unsur humanist nya yang memberikan contoh untuk saling peduli terhadap sesama.

- Kekurangan

Kurang adanya cerita yang real, atau terkesan dibuat-buat untuk mendapat dramatisasi

3.4 Perencanaan Konsep Kreatif dan Konsep Teknik 3.4.1 Konsep Kreatif

Program acara berformat feature dengan tema yang mengangkat sisi kehidupan seorang publik figur dikemas secara santai, dan menonjolkan sisi kenyamanan narasumber dalam bercerita. Program in terbagi menjadi 3 segmen dalam satu alur yang sama. Mengulas

(28)

semua sisi kehidupan narasumber. Format bercerita dari narasumber dengan gaya yang santai dimaksud mampu membawa audiens terbawa dalam suasana alur masa lalu kehidupan narasumber. Topik kali ini yang mengulas sisi kehidupan seorang penyandang cacat yang menjadi sarjana hukum kemudian banting setir menjadi seorang pelukis karena mengalami praktek diskriminasi.

3.4.1.1. SINOPSIS

Dia penyandang cacat yang sedari kecil sudah terkena polio yang menyebabkan dia harus menerima kaki yang kurang sempurna untuk berjalan. Kekurangan ini bukanlah penghambat untuk nya terus meraih yang diinginkan. Tercatat lulus dari mahasiswa jurnalistik yang kemudian melanjutkan kuliah di bidang hukum dan mendapatkan gelar sebagai sarjana hukum adalah prestasi yang bisa dia persembahkan. Terlahir sebagai orang yang kurang sempurna fisiknya bukan pilihan. Dan mendapatkan seseorang yang sempurna mau menerima kebanyakan kekurangan kita adalah berkah diluar nalar. Tidak pernah meminta lebih, namun akhirnya dipertemukan. Karena mereka tidak pernah meminta lain, selain hidup bahagia. Memilih sepertinya bukanlah jalan hidup nya . karena semenjak lahir pun dia tidak diberikan pilihan untuk meminta menjadi sempurna. Sampai seperti pekerjaan pun dia tidak di berikan pilihan. Penolakan yang selalu menjawab semua lamaran yang di ajukan, karena sadar diri sepertinya sudah menjadi aturan tak tertulis. Apalah arti sebuah ijasah jika kita tidak punya fisik yang bagi orang lain tidak sempurna. Yang mereka tahu hanya harus berpenampilan menarik. Mereka tidak pernah tahu, bagaimana dia sudah belajar semenjak lahir untuk tidak

(29)

menyusahkan orang dengan keterbatasan nya. Toh, otak kan yang bekerja. Karena kaki hanya pelengkap dan tangan penyeimbang. Bukan lagi berusaha menerima, tapi sepertinya dia sudah menerima kejadian-kejadian yang bahkan belum di lakukan. Karena dengan kondisi seperti ini menjadi lebih bisa melihat apa yang jauh berada di depan tanpa harus kecewa akan harapan yang kadang meninggi tapi di berhentikan sebelum sempat melakukannya. Dikatakan menyerah akan konsep dunia yang mengesampingkan orang-orang seperti nya ya tidak. Tapi berhenti mencari dan mulai membuat sendiri hal hal baru yang di yakini akan di car . Pekerjaan baru yang di tekuni tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluarga nya. Ya, keluarga nya yang tidak pernah lepas mendukung setiap apa yang dilakukan. Menekuni dunia seni mungkin menjadi terapi sendiri bagi nya. Melukis yang kemudian dia pilih. Membuat kanvas kosong menjadi sebuah cerita dalam bahasa yang tak tertulis sugguh membuat ketenangan sendiri dalam jiwa nya. Apa yang di yakinipun mulai berbuah terang. Dia yang akhirnya dipercaya menjadi ketua komunitas seni di raden saleh di kota dimana dia sempat kesulitan mencari pegangan. Kepercayaan yang timbul dari orang – orang di sekitar membuat nya tidak ingin berhenti berkarya. Alih – alih mengisi waktu luang ,dia membuat grup keroncongan di rumah. Dan tak segan mengajak pemuda – pemudi sekitaran rumah nya untuk bergabung dan ikut melestarikan kesenian ini. Siapa yang menyangka, lagi – lagi mereka menyambut nya dengan baik dan tangan terbuka. Bahkan dia di angkat menjadi rukun tetangga sampai rukun warga. Cacat fisik bukanlah halangan kita

(30)

untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi orang di sekitar kita. Cacat fisik bukanlah alasan kita untuk hidup menyusahkan orang lain. Dengan cacat fisik, dia ingin membuktikan bahwa kita yang di pandang sebelah mata begitu bisa jauh melampaui orang-orang yang mempunyai fisik yang jauh lebih sempurna dari kita. Dengan keterbatasan yang dapat membuat orang bahagia dengan hasil yang tidak dengan mudah kita lakukan dan perjuangkan. Yang membuat setiap proses dari perjalanan hidup kita begitu berkesan untuk menjadi pelajaran yang dapat kita bagikan sebagai cerita untuk anak cucu kita kelak. Ini tentang seorang ayah. Seseorang yang dituntut untuk dapat bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sosok yang terkadang kita kesampingkan dan tidak kita pernah tau sebesar apa pengorbanannya, tidak perduli bagaimana dia harus berjuang hanya untuk anak-anak dan keluarganya.

3.4.1.2. TREATMENT

SEGMENT 1

Segment 1 merupakan awal untuk perkenalan narasumber dalam program ini. Menunjukan kondisi fisiknya yang cacat dan sang istri yang dengan setia menjadi “kaki” bagi Wibowo Sanjaya.

SEGMENT 2

Segment 2 merupakan bagian inti yang mana sang narasumber secar langsung menuturkan sisi kehidupannya. Mulai dari lahir, bersosialisasi hingga pilihan hidupnya menjadi pelukis.

(31)

Segment terakhir dalam acara ini tentu berisikan konklusi atau kesimpulan serta harapan berupa dukungan moril dari sang istri terhadap narasumber.

3.4.2 Konsep Teknik

3.4.2.1. Alat dan Bahan

Pada pembuatan program acara feature, harus diperhatikan alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan selama proses produksi. Adapun alat dan bahan yang dipergunakan pada feature MOZAIK SISI KEHIDUPAN ini adalah sebagai berikut :

1. Video

NO JENIS JUMLAH

1 . Kamera Canon SLR 550D 2 unit

2 l Lensa fix camera SLR 550D 2 unit

2 Baterai kamera 4 unit

3 Tripod Kamera 1 unit

Tabel 3.1 : Tabel Alat dan Bahan Pembuatan Video 1. Editing :

NO JENIS JUMLAH

1 Komputer Editing

Processor intel core i5

Memory 4GB.

(32)

VGA 2 GB.

Hard disk 190 GB.

PERLENGKAPAN

1 Kaset DVD 3 keping

Table 3.2: Tabel Alat dan Bahan Pendukung Editing 3.5 Proses Berkarya

3.5.1 Pra Produksi

Pada masa pra produksi penulis melakukan interview dan mengumpulkan data-data berupa foto narasumber. Mengamati keseharian di rumah narasumber.

1) Penggagasan Ide

Merupakan awal dari proses pembuatan feature ini. Penulis terinspirasi sisi kehidupan sang ayah. Dan ingin menunjukkan kepada orang-orang yang pernah mengolok dan meremehkan sang ayah karena kondisi fisik. Munculah ide kreatif berupa dedikasi kepada sang ayah melalui program feature.

2) Survey dan Riset

Penulis terjun secara langsung untuk mencari informasi mengenai kehidupan sang ayah dengan melakukan interview secara mendalam dan tentunya mengamati kegiatan sehari-hari serta mengikuti kegiatan pameran sang ayah guna mengetahui sisi sosialnya.

(33)

Naskah yang ditulis berdasarkan fakta yang ada. Dan sebenarnya naskah narasi ini untuk memperkuat gambar slide foto narasumber.

4) Menentukan Tim Produksi

Produser menentukan dan memilih tim produksi sesuai dengan kebutuhan kelompok kerja yang telah disusun, yaitu :

NO NAMA JOB DESCRIPTION

1 RULITA VEDA. PRODUSER

2 RULITA VEDA. DIRECTOR

3 RULITA VEDA. SCRIPWRITTER

4 DIMAS BAYU. CAMERA PERSON

5 AHMAD MASHUDI ART DIRECTOR

5 ARI KURNIAWAN EDITOR

PENDUKUNG ACARA

1 WIBOWO SANJAYA DIFABLE/ - PELUKIS

Tabel 3.3 : Tim Produksi MOZAIK SISI KEHIDUPAN 5) Pengecekan Alat.

Sebelum proses produksi dilaksanakan, pengecekan kesiapan dan kelengkapan alat sangat diperlukan. Sekalipun menggunakan konsep feature, guna memperoleh hasil yang natural perlu adanya kesiapan kamera sewaktu-waktu mengambil moment.

3.5.2 Produksi

Proses produksi yang cukup mudah karena narasumber merupakan ayah dari penulis sendiri. Mengarahkan sang ayah dan ibu untuk memperkuat kesan natural. Proses produksi pun hanya satu hari untuk pengambilan gambar kedua obyek.

3.5.3 Pasca Produksi

(34)

Proses memilih gambar sesuai dengan editing list kemudian mentransfernya ke dalam peralatan editing pada komputer.

2) Editing

Proses pengolahan gambar dengan cara memotong dan menyambung gambar sesuai jalan cerita.

3) Musik & Sound Effect

Penambahan musik atau efek suara khusus untuk memberikan penguatan audio pada hasil gambar.

4) Desain Grafis

Membuat desain grafis opening, transisi, closing serta bagian lain yang diperlukan.

5) Mixing

Proses memadukan antara gambar dan suara menjadi satu kesatuan yang saling mendukung.

6) Color Correction

Proses mengoreksi warna yang ada pada gambar agar sesuai dengan yang direncanakan.

7) Titling

Proses membuat text/tulisan seperti judul, nama pemain, nama kru, dan sebagainya.

(35)

Proses mengevaluasi hasil editing yang dibuat oleh editor sebelum dinyatakan layak tayang.

9) Mastering

Proses transfer hasil editing kedalam pita kaset, keping VCD, DVD atau ke dalam media lain.

(36)

BAB IV

IMPLEMENTASI & ANALISA KARYA

4.1 Implementasi Karya

Program acara berformat feature dengan tema yang mengkangkat tentang sisi kehidupan seseorang yang memiliki kekurangan namun mampu menutupi kekurangan itu dengan skill yang dipunyai. Dengan gaya bercerita dari narasumber, tanpa presenter yang mengantarkan informasi, menjadikan program feature “MOZAIK SISI KEHIDUPAN” ini terlihat lebih dekat dengan penonton. Gambar yang diperoleh dari narasumber berikut hasil interview guna mengantarkan kesesuaian alur yang direncanakan. Program acara MOZAIK SISI KEHIDUPAN ini akan ditayangkan pada hari Minggu dengan durasi 15 menit, mulai pukul 19.00 WIB. Program ini disiarkan secara taping. Dalam 1 program acara dibagi menjadi 3 segment, dengan tiap segment memiliki konteks pembahasan yang berbeda, tetap dalam satu alur yang ditentukan. Program acara MOZAIK SISI KEHIDUPAN tentu tetap menonjolkan sisi human interest feature yang mampu membawa atmosfer suasana ke penonton.

4.2 Analisa Karya

Feature bertemakan sosial ini berjudul “MOZAIK SISI KEHIDUPAN” yang mana merupakan susunan-susunan gambar yang menceritakan sisi kehidupan atau ragam kehidupan narasumber dengan format berita ringan namun informatif. Karya ini tentunya penulis dedikasikan kepada orang tua yang sekaligus sebagai narasumber di dalam proyek ini. Menceritakan tentang kisah hidup seorang penyandang cacat yang ternyata mampu tidak menjadi minor dan minder. Kelebihan khusus dari karya ini adalah mengulas tuntas dari segala aspek narsumber. Serta menonjolkan sisi kenyamanan. Keuntungan karya ini sendiri bagi khalayak adalah, memotivasi lewat cerita haru yang dapat mempengaruhi

(37)

penontonnya untuk menjadi lebih baik dalam hidup. Karya ini merupakan bentuk dedikasi penulis kepada sang ayah yang dengan segala kekurangannya namun mampu menjadi tokoh di lingkungan yang dihormati.

4.2.1. Objective

Program acara berformat feature dengan tema yang mengkangkat tentang segala aspek kehidupan narasumber, memiliki beberapa spesifikasi, diantaranya:

1. Menampilkan program acara dengan format feature melalui media televisi.

2. Program acara yang ditampilkan berjudul MOZAIK SISI KEHIDUPAN, dengan tema yang mengkangkat tentang penyandang difable dengan sejuta kemampuan.

3. Memberikan wacana yang diperoleh dari cerita inspiratif seorang penyandang cacat.

4. Program acara berformat feature ini lebih dominan dalam sisi human interest selaku ciri khas format feature, dikemas dalam penyampaian ringan.

5. Menampilkan aktifitas objek sesuai tema, berisi kisah-kisah yang dipaparkan oleh narasumber.

4.2.2. Prospek

Program acara MOZAIK SISI KEHIDUPAN dengan berbagai macam kekurangan serta kelebihannya tersebut, memiliki begitu besar prospek untuk direalisasikan pada episode-episode selanjutnya. Karena cerita mozaik dari kehidupan nyata dengan narasumber-narusmber yang tentunya inspiratif

(38)

4.3 Laporan Penciptaan

No Expectation Reality

1 Take tanggal 18 Febuari 2013 Take tanggal 22 Febuari 2013 2 Terdapat opini orang-orang

terdekat narasumber

Mengkerucutkan statement dari narasumber

3 Editing tanggal 23-25 Editing tanggal 24-26 Tabel 4.1 : Laporan Penciptaan

Behind The Scene

Gambar 4.1 : proses produksi

Gambar 4.2 : proses produksi

(39)

4.4 Karya Pendukung dan strategi Promo

Poster :

(40)

Tabel Print Out Hasil Karya

NO SUBJECT DURASI VIDEO AUDIO KETERANGAN

1 BUMPER ACARA 6” 2 SEGMENT 1 Opening Act Gambar 4.5

Backsound Dramatisasi sepasang

suami istri mengendarai motor

- kamera dari mata obyek - MCU : kemudi - long - two shoot - CU : ban motor - two shoot Introducing Gambar 4.6 NARASI :

Dia penyandang cacat. Ya dari kecil dia sudah terkena polio yang menyebabkan dia harus menerima kaki yang kurang sempurna untuk berjalan. Kekurangan ini bukanlah penghambat untuk nya terus meraih yang diinginkan. Tercatat lulus dari mahasiswa

(41)

jurnalistik, yang kemudian melanjutkan kuliah di bidang hukum dan mendapatkan gelar sebagai sarjana hukum adalah prestasi yang bisa dia persembahkan.

Terlahir sebagai orang yang kurang sempurna fisiknya bukan pilihan. Dan mendapatkan seseorang yang sempurna mau menerima kebanyakan kekurangan kita adalah berkah diluar nalar. Tidak pernah meminta lebih,

namun akhirnya

dipertemukan. Karena mereka tidak pernah meminta lain, selain hidup bahagia.

3 SEGMENT 2

1. Awal mula melukis?

Gambar 4.7

Backsound - still camera

- insert gerakan narasumber - insert foto

(42)

2. Pengalaman mengikuti pameran dari pertama kali sampai sekarang? Gambar 4.8 Backsound 3. Aliran lukisan? Gambar 4.9 Backsound 4. Sosialisasi dengan lingkungan? Gambar 4.10 Backsound

(43)

Slide foto

Gambar 4.11

Narasi :

Memilih sepertinya bukanlah jalan hidup nya. Karena semenjak lahir pun dia tidak diberikan pilihan untuk meminta menjadi sempurna. Sampai seperti pekerjaan pun dia tidak di berikan pilihan. Penolakan yang selalu menjawab semua lamaran yang di ajukan, karena sadar diri sepertinya sudah menjadiaturan tak tertulis. Apalah arti sebuah ijasah jika kita tidak punya fisik yang bagi orang lain tidak sempurna. Yang mereka tahu hanya harus berpenampilan menarik . Mereka tidak pernah tahu, bagaimana dia sudah belajar semenjak lahir untuk tidak menyusahkan orang dengan keterbatasan nya. Toh, otak kan yang bekerja. Karena kaki hanya pelengkap dan tangan penyeimbang

Slide show foto narasumber

(44)

Opini masyarakat: 1. Teman komunitas 2. Tetangga 3. Tetangga Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 - MCU - Still camera

(45)

Opini istri : Ada perasaan terganggu dengan padangan orang terhadap fisik sang suami? Gambar 4.15 Opini istri : Suka duka? Gambar 4.16 foto Gambar 4.17 Narasi :

Ini tentang seorang ayah . .

Seseorang yang dituntut untuk dapat bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sosok yang terkadang kita kesampingkan dan tidak kita pernah tau sebesar apa pengorbanannya ,

(46)

tidak perduli bagaimana dia harus berjuang hanya untuk anak-anak dan keluarganya . Opini istri :

harapan kedepan

Gambar 4.18

7. Credit title

(47)
(48)

BAB V

PENUTUP

Rekomendasi dan Evaluasi

Program acara yang menyuguhkan sisi lain dari kehidupan seseorang berprestasi diharapkan dapat memberikan informasi edukasi dan motivasi pada khalayak. Mengangkat tema sosial yang erat sekali dengan human interest dan menceritakan pengalaman hidup seseorang di segala kekurangannya. Program acara dengan format feature ini menjadi refleksi namun bukan suatu tolak ukur baik buruk manusia. Oleh karena itu, dengan adanya program ini dapat memberikan wacana pada lingkungan sosial untuk mengenali pribadi seseorang ataupun perjuangan menyikapi praktek diskriminasi fisik.

Selain itu dalam program acara ini menonjolkan keterampilan narasumber yang selama ini menjadi sarana penghidupannya beserta keluarga. Ternyata dibalik kekurangan seseorang, Tuhan telah memberikan kelebihan yang luar biasa kepadanya. Sebagai manusia kita seharusnya tidak mudah menyerah atau pasrah kepada keadaan, dan terus berusaha untuk merubah keadaan itu menjadi lebih baik.

Banyak kekurangan pada program ini. Dengan adanya program acara dengan format feature ini, penulis memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan referensi di kemudian hari pada konsep pembuatan karya dengan format feature seperti ini. Tiada gading yang tak retak. Peribahasa ini sering sekali didengar pada saat mengungkapkan suatu hal yang memiliki kekurangan dibalik nilai-nilai positif didalamnya. Selalu ada kekurangan yang dapat dicermati dari sebuah karya.

Selama proses pembuatan program ini penulis memiliki beberapa saran dari segi penyutradaraan. Mulai dari pra produksi sebaiknya melakukan survey narasumber dengan teliti. Kemudian mematangkan konsep naskah atau program sebelum memutuskan untuk memilih dan mengumpulkan crew.

(49)

Pada tahapan Produksi, sebaiknya melakukan koordinasi dan kemudian melakukan job desk masing-masing dengan rasa tanggung jawab dan memiliki. Lalu melakukan preview produksi kembali setelah pengambilan gambar selesai

Pada Pasca produksi, melakukan koordinasi kembali untuk pembubaran crew atau LPJ dari masing-masing job desk dan dilanjut dengan proses editing.

Gambar

Tabel 3.1 : Tabel Alat dan Bahan Pembuatan Video
Table 3.2: Tabel Alat dan Bahan Pendukung Editing
Tabel 3.3 : Tim Produksi MOZAIK SISI KEHIDUPAN
Gambar 4.1 : proses produksi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ringkasnya, meskipun struktur kristal serbuk ferit hasil sintesis telah sama dengan produk komersial, namun sifat-sifat magnetik magnet yang dihasilkan masih belum dapat

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 36 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan belajar maksimum 32 siswa Proses pembelajaran dengan romobongan

a) Bilik-bilik hendaklah dipastikan bersih dan kemas. b) Setiap penghuni hendaklah memastikan peralatan dan perabot di biliknya lengkap dengan mengisi lasti stok

Pengaruh Temperatur Annealing Terhadap Struktur, Sifat listrik dan Sifat Optik Film Tipis Zinck Oxide Doping Alumunium (ZnO:Al) Dengan Metode DC Magneton

Jika sebelum adanya sistem pendukung kreatifitas rata-rata ide yang dihasilkan setiap sesi pertemuan R&D adalah 5 ide, maka kini untuk setiap pertemuan R&D

Komposisi tari yang demikian biasanya apabila garapan cengkok kendangnya lemah, maka terinya dirasakan sangat lemah, (coba menarilah gambyong atau ngremo tanpa kendang

L : Ya Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib, hanya oleh karena kasihMu kepada orang berdosa ini. P : Ajarilah kami selalu mengingat Tuhan yang mati di kayu