• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSELING KELOMPOK TEKNIK REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSELING KELOMPOK TEKNIK REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Kedsplnan merupakan salah satu faktor yang kut mempengaruh kesuksesan sswa. Dharapkan kedsplnan dalam menaat tata tertb sekolah dapat mengubah keadaan menjad lebh tertb, karena serng dengan pengertan dspln yatu suatu perlaku yang berseda memenuh peraturan yang ada dan yang berlaku d sekolah. Kedsplnan mampu menddk sswa agar sanggup mengarahkan drnya sendr, merealsaskan dan menla drnya sendr, sehngga sswa mampu bertanggung jawab.

Fadlllah (2012: 192), kedsplnan adalah tndakan yang menunjukkan perlaku tertb dan patuh pada berbaga ketentuan dan peraturan. Kedsplnan dapat dlakukan dan dajarkan kepada anak d sekolah maupun d rumah dengan cara membuat peraturan yang wajb dpatuh oleh setap anak.

Pendapat d atas dapat dpaham bahwa kedsplnan merupakan skap dan perlaku yang mencermnkan ketaatan terhadap peraturan, tata tertb, dan norma yang berlaku, bak tertuls mau-pun yang tdak tertuls. Tata tertb dalam proses penddkan sangat dperlukan, karena bukan hanya untuk menjaga konds suasana belajar

dan mengajar berjalan dengan lancar, juga untuk mencptakan prbad yang kuat bag setap sswa. Mematuh tata tertb d sekolah merupakan kewajban bag semua sswa. D sekolah yang tertb akan mencptakan proses pembelajaran yang bak. Sebalknya, d sekolah yang tdak tertb kondsnya akan jauh berbeda, pelanggaran yang terjad danggap hal basa. Untuk memperbak keadaan yang demkan tdak mudah. Dperlukan kerja keras dar berbaga phak untuk mengubahnya, sehngga berbaga jens pelanggaran terhadap tata tertb sekolah tersebut dapat dcegah dan dtanggulang.

Kedsplnan merupakan suatu usaha untuk melaksanakan segala aktvtas sesua dengan aturan yang telah dtentukan. Dspln dapat memelhara perlaku agar tdak menympang dan dapat men-dorong sswa berperlaku sesua dengan peraturan yang berlaku d sekolah sehngga susana sekolah menjad nyaman dan tertb. Dengan keadaan yang dspln, sekolah terhndar dar kejadan yang bersfat negatf. Kedsplnan d sekolah ddasarkan pada peraturan yang telah dtetapkan oleh sekolah.

KONSELING KELOMPOK TEKNIK

REINFORCEMENT

UNTUK

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA

Triana, Arie Supriyatna

Bimbingan Konseling, Universitas Muhammadiyah Magelang [email protected]

Abstract

This research is aimed to examine the effectiveness of reinforcement by grouping counceling service to increase the student’s discipline. This research was done to the student’s of Al-Washliyah Islamic Junior High School Bandongan. The research design used in this research was an action research by giving grouping counceling service. It used three cycle, they are cycle 1, cycle 2 and cycle 3 that consist of four steps, planning, action, observation and reflection. Each cycle was done by three times action. The collective data methode were observation, interview and documentation. The subject of the research were 8 student’s, then they were analyzed using constant percentage with minimum target of 50 %. The result of this research showed that giving reinforcement by grouping counceling service is effective to increase the student’s discipline. It is proofed by the last average accomplishment the frequent change of the student’s discipline up to 69 %. The change of those numbers can be seen from the change of behaviour from less discipline become more discipline in before and after given the action. In conclusion giving reinforcement by grouping counceling service is effective to increase the student’s discipline of the 8th graders of MTs Al-Washliyah Bandongan Magelang.

(2)

Peraturan sekolah djadkan sebaga rambu-rambu dalam berperlaku bag semua ndvdu yang terlbat dalam kegatan proses penddkan d sekolah, msalnya bagamana seharusnya sswa berperlaku terhadap sesama teman, guru, karyawan, kepala sekolah, dan warga sekolah yang lannya.

Kedsplnan akan mudah dtegakkan bla muncul dar kesadaran dr, peraturan yang ada drasakan sebaga sesuatu yang tdak hanya untuk dpatuh, akan tetap djadkan sebaga suatu ke-butuhan sehngga akan menjad kebasaan yang bak. Kedspln dapat dbna melalu lathan da-lam penddkan, penanaman kebasaan dengan keteladanan tertentu.

Kedsplnan apabla dkembangkan dan dte-rapkan dengan bak, konssten dan konsekuen akan berdampak postf bag kehdupan dan perlaku ndvdu. Dengan kedsplnan, ndvdu belajar beradaptas dengan lngkungan yang bak sehngga akan muncul kesembangan dr dalam hubungan dengan lngkungan sektar.

Kenyataan yang ada d lapangan, mash banyak sswa yang tdak dspln dalam menaat tata tertb d sekolah. Sebaga contoh yatu d MTs Al-Washlyah Bandongan Magelang. Jumlah sswa kelas VIII sebanyak 23 dan terdapat 8 sswa (35 %) memiliki disiplin rendah. Data diperoleh dar pengamatan penuls dan dperkuat oleh pernyataan Muhammad Rfq Farhan sebaga guru pembmbng.

Ketdakdsplnan tersebut dantaranya ada-lah terlambat datang ke sekoada-lah, baju dkeluarkan, keluar kelas saat pergantan jam pelajaran, masuk kelas tdak tepat waktu, tdak berseragam lengkap dan jarang mengerjakan tugas dar guru.

Pada hakkatnya, sudah banyak usaha yang selama n dlakukan oleh guru pembmbng se- pert menegur sswa yang tdak dspln, mem-berkan hukuman rngan, dan memperngatkan sswa agar menaat tata tertb, namun dar usaha yang telah dlakukan haslnya belum maksmal. Dalam rangka menngkatkan kedsplnan sswa d MTs Al-Washlyah Bandongan, perlu dcarkan solus lan. Salah satu solus yang perlu dlakukan adalah dengan memberkan reinforcement postf

melalu layanan konselng kelompok.

Reinforcement merupakan perstwa khusus

dar perlaku yang selalu dngat kembal. Istlah

reinforcement berasal dar Sknner, salah satu ahl

pskolog belajar behavourstk.

Purwanta (2012: 12), penguatan adalah salah satu bentuk modifikasi perilaku dengan

prosedur pengukuhan berupa hadah (reward),

bak materal (benda) ataupun non materal (sanjungan, pujan).

Maulana (2010: 55), reinforcers adalah

konse-kuens yang dberkan setelah perlaku, dmana

reinforcers n akan memungknkan perlaku tu

terulang dalam konds yang sama, atau reinforcers

adalah konsekuens yang akan menambah frekuens terjadnya perlaku.

Berdasarkan uraan tersebut dapat dpa-ham bahwa reinforcement adalah dampak

tng-kah laku yang memperkuat tngtng-kah laku tertentu. Konsekuens dar perlaku postf adalah penermaan dr atas dr sswa bsa berupa penghargaan atau hadah. Sedangkan konsekuens dar perlaku negatf bsa berupa sanks (skap marah), mengabakan agar perlaku negatf tersebut tdak terulang lag.

Corey (dalam Lubs, 2011: 175), reinforcement

postf adalah salah satu teknk untuk mengubah tngkah laku seseorang melalu pemberan ganjaran segera setelah tngkah laku yang d-harapkan muncul. Contoh reinforcement postf

yatu senyuman, persetujuan, pujan, peng- hargaan dan hadah. Reinforcement postf

bertu-juan agar tngkah laku yang sudah bak frekuen-snya akan berulang atau bertambah.

Secara rnc tujuan pemberan reinforcement

menurut Djamarah (2005: 118), yatu menng-katkan perhatan sswa dan membantu sswa belajar bla pemberan penguatan dlakukan secara selektf, memberkan motvas kepada sswa, mengontrol dan mengubah tngkah laku sswa yang mengganggu, mengembangkan kepercayaan dr sswa untuk mengatur dr sendr.

Pemberan reinforcement pada hakkatnya

bertujuan untuk mengubah dan mengontrol tngkah laku dengan melakukan penguatan sebaga strateg kegatan yang membuat tngkah laku tertentu berpeluang untuk terjad atau sebalknya berpeluang untuk tdak terjad pada masa yang akan datang.

Berdasarkan penjelasan d atas dapat d-paham bahwa tujuan pemberan reinforcement

adalah untuk mempertahankan perlaku maupun mengubah perlaku.

Hasbuan dan Moedjono (2009: 59), mem-bag beberapa jens penguatan yatu : penguatan verbal, basanya dungkapkan dengan kata-kata sepert kata pujan, penghargaan, persetujuan, dan sebaganya. Penguatan nonverbal, msalnya penguatan gerak syarat, msalnya dengan

(3)

anggukan, senyuman, gelengan kepala, acungan jempol, kerut kenng, dan sebaganya. Penguatan pendekatan msalnya guru mendekat sswa untuk menyatakan perhatan dan kesenangan-nya terhadap pelajaran, tngkah laku, atau penamplan sswa. Penguatan dengan sentuhan (contact), msalnya menyatakan persetujuan dan

penghargaan terhadap usaha dan penamplan sswa dengan cara menepuk bahu, menjabat tangan, dan sebaganya. Penguatan dengan kegatan yang menyenangkan, msalnya meng-gunakan tugas atau kegatan yang dsenang sswa. Penguatan berupa smbol atau benda, penguatan n dlakukan dengan menggunakan berbaga smbol sepert tanda bntang dar kertas, lencana, permen, dan sebaganya.

Penjadwalan reinforcement merupakan teknk

pemberan penguatan pada konsel ketka tngkah laku selesa dmunculkan. Sknner (dalam Farozn dan Kartka, 2004: 78) menjelaskan pembentukan perlaku sangat dtentukan oleh penjadwalan dalam pemberan reinforcement.

Penguatan yang palng efektf dberkan yatu jka dtempuh cara pemberan penguatan secara terus-menerus, namun untuk mempertahankan daya tahan dan semangat tetap tngg, maka sebaknya penguatan dberkan dengan cara yang berubah-ubah.

Reinforcement postf d atas merupakan

penguatan yang dberkan kepada sswa, bak dsaat pembelajaran maupun pada saat kegatan d luar pembelajaran sepert ekstrakurkuler. Pelaksanaan penddkan d sekolah untuk bsa berproses pada perkembangan sswa yang bermutu, dbutuhkan perlaku dspln dar peserta ddk. Bagan penddkan kedsplnan d sekolah melalu bmbngan dan konselng yatu dengan layanan konselng kelompok.

Nurhsan (2006: 24), konselng kelompok merupakan salah satu bentuk layanan bantuan kepada ndvdu dalam stuas kelompok yang bersfat pencegahan dan penyembuhan, serta darahkan pada pemberan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Tohrn (2009: 181) tujuan layanan konselng kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosalsas sswa, khususnya kemampuan ber-komunkas. Melalu layanan konselng kelom- pok, permasalahan yang mengganggu sosal-sas dan komunkas sswa dungkap dan ddnamkakan melalu berbaga teknk, sehngga kemampuan sosalsas dan komunkas sswa berkembang secara optmal.

Asas layanan konselng kelompok yatu ke-sukarelaan, keterbukaan, kegatan, kenormatfan, dan kerahasaan. Apabla setap anggota kelom-pok bsa memperhatkan setap asas tersebut, maka dalam pelaksanaan konselng kelompok nantnya akan bsa berjalan dengan lancar sesua harapan.

Keberhaslan layanan konselng kelompok tdak terlepas dar perencanaan dan tahapan dalam pelaksanaan layanan. Tahapan layanan konselng kelompok yatu tahap pembentukan, tahap peralhan, tahap kegatan dan tahap penutup atau pengakhran.

Peneltan terkat kedsplnan sswa pernah dlakukan oleh Was Aqnaa Sar yang berjudul Upaya Menngkatkan Perlaku Dspln Sswa Melalu Layanan Bmbngan Kelompok d SMP N 11 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasl peneltan dengan layanan bmbngan kelompok mampu menngkatkan kedsplnan sswa.`

Berdasarkan latar belakang d atas, maka penuls bermaksud melakukan kajan lmah yatu dengan melakukan peneltan yang berjudul efektvtas reinforcement melalu layanan konselng

kelompok untuk menngkatkan kedsplnan sswa kelas VIII MTs Al-Washlyah Bandongan.

METODE PENELITIAN

Desan peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan tndakan dengan memberkan layanan konselng kelompok. Peneltan n menggunakan tga sklus, yatu sklus I, sklus II dan sklus III yang terdr dar empat tahap yatu 1) perencanaan (planning), tndakan

(action), observas (observation), dan refleksi

(reflection). Masng-masng sklus dlaksanakan

dengan tga kal tndakan.

Varabel peneltan yang dgunakan adalah varabel nput yatu kedsplnan sswa rendah, varabel proses yatu renforcement melalu layanan konselng kelompok, dan varabel output yatu kedsplnan sswa menngkat.

Metode pengumpulan data yang dgunakan yatu observas, wawancara dan dokumentas. Observas yang dlakukan yatu dengan observas langsung. Observas dlakukan oleh penelt dan bekerja sama dengan observer (kolabolator) untuk membantu pelaksanaan observas. Teknk wawancara yang dgunakan dalam peneltan n adalah wawancara terstruktur, yatu wawancara yang dlaksanakan secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah

(4)

dpersapkan sebelumnya oleh penelt. Penelt melakukan wawancara kepada guru pembmbng, wal kelas dan teman sebaya. Teknk dokumentas merupakan teknk pengumpulan data dalam peneltan kualtatf yang bersfat non nteraktf. Analss dokumen yatu peneltan yang dlakukan terhadap nformas yang ddokumentaskan dalam rekaman, gambar, suara, atau tulsan. Dalam hal n, cara yang dperlukan untuk memperoleh data adalah dengan mencatat, menganalsa dan menympulkan hasl dokumen-tas yang dlakukan terhadap arsp atau catatan dokumentas pada guru pembmbng, wal kelas dan teman sebaya. Subyek peneltan adalah sebanyak 8 sswa yang selanjutnya danalss menggunakan persentase konstan sepert yang dkemukakan oleh Wraat-madja (2005) dengan rumus :

Persentase Change (PC) =

Base Rate-Post Rate X 100 % (1) Base Rate

Indkator keberhaslan tndakan dalam peneltan n yatu apabla subyek peneltan terjad perubahan. Perubahan tersebut berupa penngkatan kedsplnan yang dcapa setelah dlakukan treatment berupa pemberan reinfor-cement melalu layanan konselng kelompok.

Keberhaslan peneltan n terjad apabla persentase perubahan mencapa target mnmal 50 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneltan n dlakukan dengan menempuh langkah tndakan dalam tga sklus. Kegatan yang dlakukan sebelum tndakan untuk mengubah perlaku dspln rendah menjad dspln tngg adalah melakukan observas terhadap subyek peneltan serta melakukan wawancara dengan guru pembmbng, wal kelas dan teman sebaya.

Kegatan observas dlaksanakan pada tanggal 17 – 21 Maret 2014, kegatan wawancara dlaksa-nakan pada tanggal 28 dan 29 Maret 2014. Hasl dskus tentang perlaku dspln sekolah yang dlakukan oleh sswa kelas VIII dperoleh masukan bahwa terdapat delapan orang sswa yang memlk perlaku dspln rendah yatu ANH, AZA, MS, MBK, MA, MNM, MLK, dan MR.

Tabel 1

Rekaptulas Kedsplnan Sswa

No PenelitianSubyek Siklus I Siklus III Siklus III

1 ANH 13 % 24 % 67 % 2 AZA 21 % 24 % 62 % 3 MS 13 % 17 % 70 % 4 MBK 13 % 17 % 70 % 5 MA 20 % 24 % 71 % 6 MNM 14 % 18 % 79 % 7 MLK 20 % 22 % 62 % 8 MR 13 % 17 % 70 %

Berdasarkan hasil refleksi dan tabel rekaptulas d atas dapat dketahu bahwa perubahan perlaku pada subyek peneltan d siklus III telah mencapai target minimal 50%.

Hasl peneltan menunjukkan adanya peru-bahan kedsplnan sswa dar sklus I sampa sklus III setelah dberkan tndakan berupa pemberan

reinforcement melalu layanan konselng kelompok.

Hal n dperjelas dengan hasl wawancara yang dlakukan pada guru pembmbng, wal kelas, dan teman sebaya yang menyatakan bahwa delapan subyek peneltan mengalam perubahan yang signifikan. Rata-rata persentase perubahan perilaku kedisiplinan adalah 69%. Sepert yang terjad pada MS, sebelum dber tndakan cenderung tdak berseragam lengkap, tetap setelah dber tndakan bsa berseragam lengkap. Begtu juga dengan MLK, sebelum dber tndakan cenderung seragam yang dpaka mash dkeluarkan, tetap setelah dber tndakan seragam yang dpaka bsa dmasukkan. Perubahan perlaku tersebut juga dtunjukkan dengan hasl wawancara kepada guru pembmbng, wal kelas dan teman sebaya yang menyatakan bahwa terjad penngkatan kedsplnan pada subyek peneltan.

Hasl peneltan n ddukung oleh peneltan yang dlakukan oleh Muh Aref Hdayatulloh de- ngan subyek peneltan kelas X. Peneltan tersebut menunjukkan bahwa konselng kelompok dapat menngkatkan kedsplnan sswa. Hasl peneltan tersebut mendukung peneltan n karena meng-angkat masalah yang sama yatu menngkatkan kedsplnan sswa dengan menggunakan layanan konselng kelompok teknk reinforcement.

Berdasarkan uraan d atas, dapat dsmpulkan bahwa pemberan reinforcement melalu layanan

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaful Bahr. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rneka Cpta

Fadlllah, Muhammad. 2012. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar Ruzz Meda

Farozn, Muh dan Kartka. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rneka Cpta

Hasbuan, JJ dan Moedjono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya

Lubs, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasa-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana

Maulana, Mrza. 2010. Anak Autis. Yogyakarta: Katahat

Nurhsan, Achmad Juntka. 2006. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika

Adtama

Purwanta, Ed. 2012. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sar, Was Aqna. 2009. http://lb.unnes.ac.d/2170/1/4268.artkel.pdf (dakses 15 Jun 2009)

Tohrn. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Wraatmadja, Rochat. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Tarsto

Zuhrah, N. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bum Aksara

konselng kelompok efektf untuk menngkatkan kedsplnan sswa kelas VIII MTs Al-Washlyah Bandongan.

KESIMPULAN

Kedsplnan sswa adalah ketaatan sswa terhadap aturan yang telah dtetapkan oleh sekolah. Reinforcement postf melalu layanan

konselng kelompok adalah pemberan pujan yang dberkan kepada sswa tanpa adanya syarat

tertentu dalam kegatan konselng kelompok. Konselng kelompok adalah layanan bmbngan dan konselng yang memungknkan sswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dalam melalu dnamka kelompok.

Pemberan reinforcement melalu layanan

kon-selng kelompok efektf untuk menngkatkan kedsplnan sswa kelas VIII MTs Al-Washlyah Bandongan Tahun Pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Berisi sidang utama dan sidang komisi (konferensi), dengan acara, tema atau topik khusus, yang didukung kegiatan pameran/ eksibisi.. Disebut juga muktamar, diskusi bersifat

Cara ini akan membatasi item-item yang dikembangkan dalam tipe Thurstone baik dari jumlah maupun aspek yang diukur, disamping itu juga memungkinkan untuk diketahui

PUSKESMAS JAJAG Jalan PB Sudirman No. Jalan PB

Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk menguji apakah variabel penganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dapat dilakukan sebelum

78,49 lain perbaikan atau operasi plastik tulang, lainnya falang tulang panggul (kaki / tangan) tulang belakang. Internal 78,5 fiksasi tulang tanpa

Jumlah sel yang sama pada dosis 30 mg/kgbb dengan kelompok tanpa perlakuan dan kelompok per oral aquades dimungkinkan akibat flavonoid dalam ekstrak kulit buah

Akhirnya, menurut Löwy, beberapa hal yang perlu didiskusikan lebih lanjut antara teologi pembebasan dan Marxis bukan lagi dasar filosofis (idealis revolusioner dan materialisme

Mengingat pentingnya imunisasi dasar pada bayi dan faktor orang tua yang mudah lupa jadwal imunisasi maka penulis tertarik untuk membuat metode inovasi kalender