• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN COLD STORAGE UNTUK SAYURAN BUNCIS DENGAN KAPASITAS 10 TON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN COLD STORAGE UNTUK SAYURAN BUNCIS DENGAN KAPASITAS 10 TON"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN COLD STORAGE UNTUK SAYURAN BUNCIS DENGAN

KAPASITAS 10 TON

M. Pramuda Nugraha Sirodz, Lucyana Balqis Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional Bandung, Indonesia

J1. PHH. Mustafa No.23 Bandung 40124 e-mail : pramudasirodz@itenas.ac.id

Abstrak

Buncis merupakan salah satu produk pertanian di Indonesia yang diekspor ke luar negeri. Setelah dipanen, buncis disimpan untuk diproses sebelum diekspor ke konsumen. Kesegaran buncis umumnya hanya bertahan selama 1 minggu, oleh karena itu diperlukan alat khusus untuk mempertahankan kesegaran buncis sebelum diekspor ke konsumen. Untuk mempertahankan kesegaran buncis, temperatur udara 4°C-7°C dengan kelembaban 90%-95% perlu dipertahankan. Dengan menggunakan cold strorage, kondisi ruang penyimpanan dapat diatur sedemikian rupa agar memenuhi kriteria tersebut. Pada penelitian ini dirancang sebuah cold storage dengan kapasitas 10 ton untuk tanaman buncis. Cooling Load Temperatur Difference (CLTD) pada perancangan ini diatur bulan dan waktunya yang disesuaikan dengan posisi dari cold storage. Cold storage hasil rancangan menggunakan siklus kompresi uap dengan fluida refrigeran R134a. Untuk mempertahankan kondisi udara pada cold storage agar sesuai dengan kebutuhan, kompressor AC dengan kapasitas 16 kW digunakan pada siklus kompresi uap dengan coefficient of performance (COP) sebesar 3,7.

Kata kunci: Buncis, Ekspor, Refrigeran, Penyimpanan, kelembaban.

Abstract

Snap beans are one of Indonesian acgricultural product exported to overseas. After harvested, snap beans were stored before exported to consumers. The freshness of the snap beans only lasted for one week, therefor special equipment were required to maintain the snap beans freshness. To maintain the freshness, snap beans must be storage in a room with 4-7°C air temperature and 90-95% humidity. In this research, cold storage was designed for 10 tons of snap beans. Cooling Load Temperature Difference method was used to determine the load of the cold storage based on the position. The cold storage was using vapor compression cycle with refrigerant 134a . The cycle requires compressor power of 16 kW to maintain the condition in the cold storage room. From the calculation, the coefficient of performance from the vapor compression cycle was 3,7.

(2)

1. Pendahuluan

Pada tahun 2017, produk holtikultura Indonesia masih menjadi primadona di berbagai negara. Kementrian Pertanian Republik Indonesia menyebutkan bahwa ketiga produk holtikultura yaitu kubis, buncis, dan selada air menempati 3 urutan tertinggi untuk ekspor sebesar 132.878 ton. Volume ekspor produk holtikultura berupa sayuran dari Bandung Barat setahunnya dapat mencapai 1.500 ton. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di Lembang, Jawa Barat, sayuran buncis dari pertanian di Lembang, dapat mencapai 40 ton. Namun dalam pendistibusian produk buncis tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga produk tersebut harus tersimpan dalam suatu tempat yang terlindungi dari bakteri-bakteri yang merugikan dan dapat mempertahankan kandungan air dalam buncis sehingga kesegaran buncis dapat terjaga. Sayuran yang sudah dipanen akan tetap mengalami respirasi walaupun tidak begitu tinggi. Proses respirasi ini akan mengurangi kadar air dan juga mempercepat proses pematangan sehingga produk akan lebih cepat busuk. Berdasarkan penelitan (Mutiarawati, 1995), nilai respirasi dari buncis pada temperatur 10 °C dan 5 °C akan menghasilkan penurunan laju konsentrasi gas oksigen dari 179,82 cc/kg.jam menjadi 9,94 cc/kg.jam.

Pendinginan produk saat pasca panen akan mengurangi terjadinya respirasi dan degradasi produk yang disebabkan oleh enzim dari produk tersebut. Selain itu juga dapat mengurangi kehilangan kadar air dari produk sehingga kesegaran produk tetap terjaga. Dengan proses pendinginan tersebut, pertumbuhan mikro-organisme yang menyebabkan kerusakan pada produk akan menjadi lambat. Etilen di dalam buncis merupakan senyawa untuk proses pematangan dimana apabila produksi etilen terlalu berlebih akan menyebabkan pembusukan pada produk. Dengan proses pendinginan, maka produksi etilen yang terjadi di dalam produk buncis dapat diperlambat sehingga daya tahan buncis semakin lama.

Cold Storage dapat digunakan untuk memperlambat proses respirasi dari produk dengan cara mengatur temperatur dan kelembaban di dalam ruangan dimana produk disimpan. Temperatur dan kelembaban ruangan yang diatur sedemikian rupa bergantung kepada jumlah produk dan jenis produk yang akan disimpan karena setiap produk holtikultura memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Pada paper ini akan dibahas mengenai perancangan cold storage untuk produk holtikultura berupa buncis dengan kapasitas 10 ton di Lembang, Jawa Barat. Dari hasil perancangan dapat diketahui besar daya kompressor yang dibutuhkan untuk kapasitas 10 ton buncis dan coefficient of performance dari sistem pendingin.

2. Metodologi

Cold storage yang dirancang direncanakan akan ditempatkan di Lembang, Jawa Barat. Setelah melakukan survey ke lokasi maka diperoleh kemungkinan posisi bangunan cold storage seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Layout bangunan cold storage

Berdasarkan hasil pengukuran, temperatur dan kelembaban rata-rata di Lembang adalah sebesar 27 °C dan 75%. Temperatur penyimpanan buncis yang baik adalah pada temperatur 4°C-7°C dengan waktu penyimpanan sekitar satu minggu. Kelembaban ruang penyimpanan untuk buncis adalah sekitar 90%-95%. Dari data-data tersebut maka diambil temperatur udara di dalam cold

(3)

storage adalah sebesar 6°C dan kelembaban 95%.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Dimensi Bangunan

Kapasitas cold storage yang dirancang adalah 10 ton dengan dimensi kabin cold storage adalah 3,81 m x 3,25 m x 2,2 m.

Gambar 2. Isometri kabin cold storage

3.2. Beban Pendinginan

Beban pendinginan dari cold storage dalam bentuk kalor laten dan kalor sensibel. Kalor laten merupakan kalor yang dibutuhkan suatu zat untuk berubah fasa. Sedangkan kalor sensibel merupakan kalor yang dibutuhkan suatu zat untuk menaikkan temperatur sebesar 1°C tanpa mengubah fasa dari zat tersebut.

Berdasarkan posisi bangunan yang berada di daerah Lembang, kabupaten Bandung Barat, provinsi Jawa Barat, maka beban pendinginan akibat perpindahan panas pada bangunan dihitung menggunakan persamaan :

𝑄𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 = 𝑈 𝐴 𝐶𝐿𝑇𝐷 (1)

Cooling Load Temperature Difference (CLTD) dihitung berdasarkan posisi bangunan menurut

bujur dan lintang. Beban pendinginan yang dihitung adalah perpindahan panas melalui dinding, dan atap yaitu sebesar 25,03 kW.

Beban pendinginan berupa beban respirasi dari tanaman buncis bergantung kepada heat

respiration dari buncis dan massa buncis yang akan didinginkan. Heat respiration dari buncis

adalah sebesar 103,8 mW/kg sehingga untuk kapasitas 10 ton diperoleh beban respirasi sebesar 1,04 kW yang dihitung dengan persamaan:

𝑄𝑟𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑚 × ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (2)

Beban pendingin akibat kalor sensibel lainnya adalah beban lampu, orang, dan fan. Total beban pendinginan akibat beban tersebut adalah sebesar 1,93 kW.

Total beban pendinginan hasil perhitungan ditambahkan 10% sebagai safety factor sehingga total beban pendinginan sensibel pada cold storage adalah sebesar 29,66 kW Beban pendinginan yang diakibatkan kalor laten yaitu beban pendingin evaporator dimana evaporator harus dapat menjaga temperatur kabin sebesar 6°C. Untuk menjaga temperatur kabin sebesar 6°C, maka temperatur permukaan evaporator harus lebih rendah dari 6°C. Untuk kemudahan dalam pembuatan cold

storage, dimensi dan airflow evaporator menggunakan data evaporator yang tersedia di pasaran

dengan menyesuaikan kebutuhan beban cold storage. Evaporator yang dipilih menggunakan fan dengan jumlah 3 buah (airflow 20952 m3/h) dan dimensi 3165mm x 520 mm x 890 mm. Dengan kelembaban di dalam kabin dijaga 95% maka diperoleh entalpi udara keluar dari evaporator sebesar 16,3 kJ/kg dengan menggunakan diagram psikometrik. Sehingga beban total pendinginan adalah sebesar 60,76 kW. Perbedaan temperatur udara pada sisi masuk dan keluar evaporator

(4)

adalah sebesar 7,4 °C. Dengan demikian temperatur udara masuk dan keluar evaporator adalah sebesar 9,6°C dan 2,2 °C.

3.3. Kebutuhan Humidifier

Untuk menjaga kelembaban kabin sebesar 95 % maka perlu diketahui laju pengurangan kadar air pada buncis. Menurut Departement Plant Of Science, 1998, buncis kehilangan kadar air rata-rata sekitar 5% per hari. Pada temperatur kabin 6°C dan kelembaban relatif sebesar 95%, maka persentase kehilangan kadar air per harinya dapat dihitung dengan:

% kehilangan kadar air per-hari = 0.754 x defisit tekanan uap (3) Dimana defisit tekanan uap dapat diperoleh dari diagram psikometrik. Gaastra (1959) menyatakan defisit tekanan uap antara tanaman dan udara dapat diketahui dengan persamaan:

VPDcrop-air = Pws(Tcrop) - (ø) Pws(Tair) (4) Dimana Pws adalah tekanan saturasi dan ø adalah kelembaban relatif. Dengan demikian persentase kehilangan kadar air pada buncis adalah 20,1% per hari.

Dari diagram psikometrik dengan temperatur udara masuk evaporator 9,6 °C dan temperatur udara keluar evaporator sebesar 9,6 °C maka kelembaban relatifnya adalah 7 gr/kg udara kering dan 4,2 g/kg udara kering. Sehingga udara basah yang keluar dari evaporator adalah 22,81 gr/s. Untuk 10 ton buncis, kehilangan kadar air per harinya adalah sebesar 21,7 kg/hari. Sedangkan udara basah yang keluar dari evaporator adalah sebesar 1971,16 kg/hari. Maka dari itu humidifier pada cold storage ini tidak dibutuhkan.

3.4. Siklus Kompresi Uap

Siklus kompresi uap digunakan pada cold storage untuk mengkondisikan udara di dalam kabin. Siklus kompresi uap terdiri dari kompressor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator ( Gambar 3). Pengkondisian udara di dalam kabin dilakukan dengan menyerap kalor yang ada di udara dalam kabin oleh refrigeran di dalam evaporator. Agar terjadi perpindahan kalor, maka temperatur refrigeran di evaporator harus lebih rendah dibandingkan temperatur udara. Temperatur refrigeran di dalam evaporator diset sebesar -2,6°C sehingga entalpi pada tingkat keadaan ini adalah 248,93 kJ/kg.

Dengan mengasumsikan temperatur udara luar kabin sebesar 27°C, maka agar perpindahan panas pada kondensor dapat terjadi, temperatur refrigeran pada kondensor diset sebesar 37°C. tekanan refrigeran pada tingkat keadaan ini adalah 938,05 kPa.

Laju aliran massa refrigeran dihitung berdasarkan beban pendinginan dan entalpi refrigeran masuk dan keluar evaporator. Untuk beban pendinginan 60,76 kW, maka laju aliran massa refrigeran yang dibutuhkan adalah sebesar 0,42 kg/s.

Daya kompressor yang dibutuhkan dengan asumsi efisiensi 80% adalah sebesar 16 kW.

Coefficient of Performance (COP) dari siklus tersebut adalah 3,7. Hal ini masih tergolong wajar

karena rata-rata COP di Indonesia berkisar antara 2-3.

(5)

4. Kesimpulan dan Saran

Cold storage untuk buncis dengan kapasitas 10 ton memiliki beban pendinginan sebesar 60,76

kW untuk mempertahankan temperatur kabin 6 °C dengan kelembaban 95% sehingga buncis tetap dalam keadaan segar selama penyimpanan. Dari hasil perancangan tidak diperlukan humidifier dikarenakan udara basah yang keluar dari evaporator cukup untuk mengatasi kehilangan kadar air dari buncis selama penyimpanan. Ukuran evaporator untuk mengatasi beban pendinginan tersebut adalah 3165 mm x 520 mm x 890 mm dengan jumlah fan 3 buah.

Siklus kompresi uap pada cold storage menggunakan refrigeran R134a dengan laju aliran massa 0,4 kg/s dan daya kompressor 3,7 kW. COP dari siklus tersebut adalah 3,7.

Penempatan evaporator dalam kabin perlu dikaji lebih lanjut agar aliran udara di dalam kabin dapat merata dan dapat mengenai seluruh buncis yang ditaruh di dalam kabin.

5. Notasi

Keterangan notasi dari persamaan yang ditulis supaya dicantumkan pada bagian akhir makalah sebelum Daftar Pustaka, dan diberi satuan SI dengan contoh penulisan sebagai berikut :

Qbangunan Laju perpindahan panas pada bangunan [kW]

Qrespirasi Laju respirasi tanaman [kW]

U koefisien perpindahan panas [W/m2.K]

A Luas penampang [m2]

ΔT Perbedaan temperatur [°C]

CLTD Cooling Load Temperatur Difference

m massa [kg]

VPD Vapour Pressure Deficit

Ø Kelembaban relatif [%]

Pws Tekanan saturasi [kPa]

Tcrop Temperatur tanaman [°C]

Tair Temperatur udara [°C]

6. Daftar Pustaka

[1] Roa, Gopala, Chandra. 2015. Engineering for Storage Fruits and Vegetables- Cold Storage,Controlled Atmosphere Storage, Modified Atmosphere Storage. India: BSP Books Pvt.

[2] Dodih. (2019, Agustus 13). Wawancara Personal.

[3] Novalius, Feby. (3 Januari 2019). Awali 2019, Mentan Lepas Ekspor Sayuran ke Singapur

dan Brunei. 12 September 2019.

https://economy.okezone.com/read/2019/01/03/320/1999401/awali-2019-mentan-lepas-ekspor-sayuran-ke-singapura-dan-brunei.

[4] Mutiaeawati, Titin, Kuo. (1995). Penyimpanan Buncis (Phaseolus Vulgario L.) dan Kecambah Kedelai (Glycine max L.) Dengan Modified Atmosphere. 2.

[5] Kementrian Pertanian Republik Indonesia.(2019). Ekspor Buah, Sayuran dan Bunga Indonesia Tembus 29 Negara. Inonesia : Penulis.

[6] Nurhayat. (5 Januari 2019). Komoditas Hortikultura Jabar Diekspor ke 12 Negara. 20 September 2019 . https://indopos.co.id/read/2019/01/05/160726/komoditas-hortikultura-jabar-diekspor-ke-12-negara/

[7] Ramadan, Haris & Cappenberg, A. (2018). Uji Prestasi Pefrigeran R22 Pada Mesin Pendingin Kompresi Uap Dengan Metode Pengujian Aktual dan Simulasi. Jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. 2.

[8] G.F.Hundy, A.R. Trott, & T.C. Welch. (2008). Refrigeration and Air-Conditioning. Burlington, USA: Elsevier Ltd. US: Danfoss, 2014

[9] Warbick, John. (2017). Troubleshooting Cold Storage Problems. 8 Oktober 2019. http://www.omafra.gov.on.ca/english/engineer/facts/17-003.html

[10] Wilbert F. Stoecker, Jerold W. Jonas, Supratman Hara. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Edisi Kedua. 1994. Erlangga

Gambar

Gambar 1. Layout bangunan cold storage
Gambar 2. Isometri kabin cold storage
Gambar 3. Siklus Kompresi Uap

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep IPA antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri

mengimplementasikan program SBH dilakukan dengan cara Launcing program SBH sebagai langkah awal pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam memperkenalkan kegiatan dari

dengan teliti. 3) Peserta didik mengamati guru memasukkan kubus-kubus kecil ke dalam kubus besar dan menghitung jumlahnya dengan antusias. 4) Dengan bimbingan guru peserta

Bila dihadapkan pada data sekunder tentang masalah klinik, laboratorik, dan epidemiologik penyakit sistem penglihatan, mahasiswa tahap II yang telah menjalani modul

Dari judul tersebut maka masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan yakni bagaimanakah penerapan metode buzz group dengan media Diorama Dua Dimensi

Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke praktik dokter umum dengan keluhan nyeri dan timbul benjolan pada pangkal ibu jari kaki kanan yang sudah diderita selama 3 bulan

Untuk itu hendaknya setiap narapidana tidak boleh membeda- bedakan dirinya dengan orang lain, karena dengan begitu diharapkan akan menghasilkan adaptasi yang

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, masih banyak guru yang mengalami kesulitan menangani kebosanan yang timbul pada diri siswa dalam hal belajar sehingga