1
DI BIRO UMUM dan HUMAS
BADAN PENGKAJIAN dan PENERAPAN TEKNOLOGI
(BPPT)
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi Bidang Studi Humas Disusun Oleh : Nama : Nurul Wahyuni Nim : 04203001 Bidang Study : Public RelationsFAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2008
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ASLI Nama : Nurul wahyuni NIM : 04203001 Fakultas : Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jurusan : Public Relation
Judul Skripsi : Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja Di Biro Umum Dan Humas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Menyatakan bahwa skripsi yang telah disusun adalah asli dibuat oleh penulis tersebut di atas. Demikianlah surat pernyataan ini dibuat secara sadar dan sebenarbenarnya. Jakarta, Februari 2008 Hormat Saya, (………) Mahasiswa Materai Rp. 6000
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG Nama : Nurul Wahyuni Nim : 04203001 Fakultas : Ilmu Komunikasi Jurusan : Public Relations Judul Skripsi : “ Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas BPPT( periode Agustus _ November 2007 ) ” Disetujui / Diperiksa Pembimbing I Pembimbing II Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos, M. Si Endri Listiani, S.Ip, M. Si
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama : NURUL WAHYUNI Nim : 04203001 Fakultas : Ilmu Komunikasi Jurusan : Public Relations Judul Skripsi : “ Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas BPPT ( periode Agustus _ November 2007 ) ” Jakarta, Februari 2008 1. Ketua Sidang Irmulan Sati Tomoharjo, SH, M.Si (...) 2. Penguji Ahli Agustina Zubair, M.Si (...) 3. Pembimbing I Nurprapsti W. Widyastuti, S. Sos, M. Si (...) 4. Pembimbing II Endri Listiani, S. Ip, M. Si (...)
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN PUBLIC RELATIONS LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama : NURUL WAHYUNI Nim : 04203001 Fakultas : Ilmu Komunikasi Jurusan : Public Relations Judul Skripsi : “ Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas BPPT ( periode Agustus _ November 2007 ) ” Mengetahui Pembimbing I Pembimbing II Nurprapti W. Widyastuti, S. Sos, M. Si Endri Listiani, S. Ip, M. Si KaJur Public Relation Dekan Fikom Irmulan Sati T. SH, M. Si Diah Wardhani M, Si
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT ABSTRAKSI Nama : Nurul Wahyuni Nim : 04203001
Judul : Identifikasi Jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja Di Biro Umum Dan Humas BPPT Periode AgustusNovember 2007
Bibliografi : 5 Bab; 107 halaman; 18 tabel; 10 lampiran Daftar Pustaka (1976 – 2007)
Jaringan komunikasi informal terbentuk di luar struktur formal tanpa adanya aturan resmi di dalamnya dan tidak tergantungnya pada otoritas dan fungsifungsi pekerjaan. Kedisiplinan merupakan salah satu faktor tercapainya keberhasilan perusahaan, apabila kedisiplinan menjadi masalah dalam perusahaan, maka tujuan perusahaan akan terhambat, untuk itu masalah tersebut harus diperhatikan demi tercapainya tujuan perusahaan. Dengan Jaringan komunikasi informal akan lebih membantu meningkatkan kedisiplinan kerja yang ada, mereka akan mempercepat penyebaran informasi mengenai program kerja BPPT tentang kedisiplinan kerja. Melalui jaringan komunikasi informal ini interaksi antar karyawan akan terjadi yang akhirnya akan tercipta rasa solidaritas. Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana mengidentifikasi peranperan jaringan komunikasi informal serta model jaringan komunikasi di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja, oleh karena itu Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengidentifikasi adanya jaringan komunikasi informal dalam kedisiplinan kerja di Biro Umum dan Humas BPPT.
Penelitian ini berdasarkan pada konsepkonsep yang berkaitan dengan jaringan komunikasi informal, yaitu kegunaan dan fungsi jaringan komunikasi informal, sifat jaringan komunikasi informal, karakteristik jaringan komunikasi informal, peranperan jaringan komunikasi informal serta modelmodel yang terbentuk pada klik tersebut
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan menggunakan metode jaringan komunikasi. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan Total Sampling dengan cara
Snow Ball Sampling. Di mana sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada
sebanyak 26 orang, dan dari sampel tersebut akan mendapatkan informasi melalui pertanyaanpertanyaan sosiometris.
Hasil penelitian ini menemukan adanya peranperan responden dalam jaringan komunikasi yang terdiri dari Opinion Leader, Liaison, Isolate,
Cosmopolite, Gate Kepeer, dan star. Pada jaringan ini juga terdapat empat klik,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi jaringan Komunikasi Informal Dalam Masalah Kedisiplinan Kerja di Biro Umum dan Humas Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan baik yang bersifat teknis maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Kritik dan saran yang diberikan akan penulis jadikan bahan penyempurnaan skripsi ini.
Perjalanan penulisan skripsi ini banyak menemui hambatan dan rintangan yang dihadapi penulis, tetapi berkat bantuan yang diberikan semua pihak, terutama dosen pembimbing, semua permasalahan dan kendala dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih atas bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada:
1. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Ucu Kusnadi dan Ibu Romlah yang telah meluangkan separuh hidupnya untuk kebahagiaanku, dan atas kasih sayang serta dukungannya, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Kakakku Rommy Wahyudi dan Adikku Rangga Sukma Dilaga yang telah membantu dan mensupport penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Diah Wardhani M, Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi,
Universitas Mercu Buana.
4. Ibu Irmulan Sati Tomoharjo, SH. M.Si, selaku Ketua Bidang Studi Public Relations , Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana.
5. Ibu Nurprapti W Widyastuti , S. Sos, M. Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, saran, dorongan, nasehat, serta bukubuku yang dipinjamkan kepada penulis.
6. Ibu Endri Listiani, S. IP, M. Si, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, saran, waktu dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya.
7. Bapak Sudaryanto S. Sos, selaku Kepala Sub Bagian Hubungan Media Massa BPPT yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan.
8. Ibu Lucyana Habibie, MM, selaku Kepala Bagian Biro Umum dan Humas BPPT yang telah memberikan waktu dan informasi yang dibutuhkan. 9. Kepada seluruh Dosen dan Staff FIKOM UMB yang telah banyak
membimbing dan membantu penulis selama kuliah.
10. Kepada Staff Biro Umum dan Humas BPPT atas waktu dan kesempatannya untuk membantu penulis memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.
11. Kepada sahabatku, neno, asri, lia, ugie, afif, yuni, yuli, akbar, nisan fauziah, ricky, rizal , atas dukungan, bantuan dan persahabatan yang telah kita jalani selama ini.
12. Kepada teman baruku Ayi yang telah banyak membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Temanteman Humas A 2003 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan inspirasi, bantuan dan informasinya dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Anakanak Jurnal 2002, atus, yanti, jessica, zane, rika, alung, willy, agung, roy, temmy, vera, achong, atas inspirasi dan pertemannannya.
15. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan karena keterbatasan penulis tidak dapat menyebutkan satupersatu. 16. Terakhir untuk Mas Ditra Nugraha Pratama, yang selalu memberikan
perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis.
Akhir kata, penulis meminta maaf yang sebesarbesarnya atas kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang membutuhkannya.
Tangerang, Februari 2008
DAFTAR ISI ABSTRAKSI... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian... 1 1.1 Perumusan Masalah... 7 1.2 Tujuan Penelitian... 8 1.3 Signifikansi Penelitian... 8 1.4 Signifikansi Teoritis... 8 1.5 Signifikansi Praktis... 8 BAB 11 KERANGKA PEMIKIRAN 1.1 Komunikasi Organisasi... 9 1.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi... 11 1.3 Arus Komunikasi dalam Organisasi... 13 1.4 Jaringan Komunikasi Informal... 14 1.5 Definisi dan Operasionalisasi Konsep... 23 1.5.1 Definisi Konsep... 23 1.5.2 Operasionalisasi Konsep... 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 26 3.2 Metode Penelitian... 26 3.3 Populasi dan Sampel... 27
3.4 Teknik Penarikan Sampel... 27 3.5 Perioderisasi Riset... 28 3.6 Teknik Pengumpulan Data... 28 3.6.1 Melalui Data Primer... 28 3.6.2 Melalui Data Sekunder... 29 3.7 Teknik Analisa Data... 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 31 4.1.1 Sejarah BPPT... 31 4.1.2 Visi dan Misi BPPT... 47 4.1.3 Gambaran Umum Humas BPPT... 48 4.2 Hasil Penelitian... 53 4.3 Analisa Data... 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 79 5.2 Saran... 80 DAFTAR PUSTAKA
TABEL
Tabel 4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... Tabel 4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... Tabel 4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan... Tabel 4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... Tabel 4.2.2.2 Intensitas Dalam Membicarakan Peraturan Kedisiplinan Kerja... Tabel 4.2.2.2 Alasan Memilih Orang Yang Sering Diajak Bicara... Tabel 4.2.2.3 Frekuensi Melakukan Komunikasi Informal... Tabel 4.2.2.4 Tentang Masalah Yang Biasa Dibicarakan... Tabel 4.2.2.5 Rasa Puas Terhadap Kedisiplinan Kerja Yang Berlaku... Tabel Induk Tabel Jabatan RespondenBAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia seharihari. Ibarat serangkaian vitalitas kehidupan, komunikasi sama pentingnya dengan fungsi pernafasan dalam tubuh manusia sejak lahir. Manusia bukan saja membutuhkan pertukaran udara dari kelangsungan hidupnya, tetapi juga melakukan pertukaran pesanpesan dengan lingkungannya, terutama dengan lingkungan terdekat yang berlangsung secara terus menerus.
Komunikasi dilakukan tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga mengetahui diri orang lain, mengenali dunia luar, belajar, menghindari diri agar tidak terisolasi, serta untuk memperoleh hiburan. Semua aktivitas manusia tersebut jelas dilakukan dengan cara berkomunikasi antar satu dengan lainnya. Ini juga disebut interaksi, hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi segala kebutuhannya. Kondisi semakin nyata dalam konteks human
communication bahwa komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia, baik
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Sementara itu Sasa djuarsa Sendjaya memandang “Komunikasi sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”. 1
1
Sasa Djuarsa Sendjaya, Materi Pokok Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001, hal: 1.21
Komunikasi juga sangat penting bagi kemajuan dari organisasi, karena komunikasi mempunyai fungsi yang bersifat, persuasif, edukatif, dan informatif. Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi dikarenakan adanya proses interaksi di antara mereka, di mana mereka saling bertukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, dan informasi baik yang bersifat formal maupun informal. 2
Di dalam suatu organisasi tidak hanya diperlukan komunikasi yang terjadi secara formal tapi dibutuhkan komunikasi yang bersifat informal, karena dari komunikasi informal ini dapat menimbulkan kepuasan bekerja bagi para karyawan, dari komunikasi informal yang terjadi secara pribadi tersebut akan dapat meningkatkan hubungan yang baik di dalam organisasi dan menciptakan situasi yang sinergis serta kondusif di organisasi atau perusahaan.
Menurut James D. Moodley dalam bukunya The Principles Of
Organization:
“Organization is the form of every human association for the attainment of
accommon purpose (organisasi adalah bentuk dari tiap kumpulan manusia untuk
memperoleh tujuan bersama). 3
Komunikasi informal dapat menyebabkan informasi pribadi muncul dari intraksi di antara orangorang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa diperkirakan. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadiankejadian yang tidak mengalir secara resmi. Aktivitas
grapevine dalam organisasi bukanlah tandatanda ketidaksehatan organisasi, tetapi merupakan gejala yang normal. 4 2 Rosady Ruslan, Manajemen PR&Media Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal:80 3 Oemi Abdulrahman, Dasar‐Dasar PR, Bandung, PT. Citra Aditya bakti, 2001, hal:89 4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Penerbit Bumi Aksara, Bandung, 2000, h: 125
Dalam semua organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta, berbentuk lembaga atau perusahaan yang bergerak di bidang produk maupun jasa, umumnya memiliki tujuan tertentu. 5
Untuk mencapai tujuan bersama itu di dalam organisasi diperlukan komunikasi yang baik antara karyawan dan atasannya, karena tanpa adanya komunikasi yang baik maka tidak akan tercapai tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut. Komunikasi yang efektif sangat menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan setiap organisasi.
Di dalam organisasi karena adanya struktur wewenang yang berlaku terkadang para anggota lebih senang menggunakan cara komunikasi informal di mana komunikasi yang dilakukan tidak melihat wewenang ataupun jabatan seseorang, selain itu komunikasi secara informal biasanya dapat dilakukan dalam situasi dan kondisi apapun tanpa harus melalui sebuah rapat ataupun pertemuan yang formil. 6
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang memiliki manajemen, pasti ada saja masalah yang timbul baik masalah besar maupun masalah kecil baik masalah yang diangkat ke forum, maupun yang tidak diangkat ke forum. Misalnya masalah yang timbul yang tidak diangkat ke forum adalah ketidaksukaan salah satu staf manajemen terhadap cara kerja atasanya yang dianggap terlalu pribadi (misalnya ketidaksukaan terhadap pribadi atasan atau sesama rekan kerja), masalah ini tidak akan di bawa ke forum karena tidak ada alasan yang kuat bagi
5
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Grasindo, Jakarta, 2004, hal: 52‐53
6
seseorang untuk tidak suka dengan cara kerja orang lain atau dengan keperibadian orang, masalah ini bisa menjadi topik komunikasi informal (grapevine). 7
Komunikasi informal terjadi di antara orangorang dalam suatu organisasi yang hubungannya satu sama lain tidak bergantung kepada otoritas dan fungsi fungsi pekerjaan mereka. Komunikasi informal terjadi sebagai akibat keinginan keinginan mereka untuk mensosialisasikan dan untuk menceritakan informasi yang mereka anggap temanteman mungkin tidak memilikinya.
Komunikasi informal dapat menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orangorang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa diperkirakan. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orangorang atau kejadiankejadian yang tidak mengalir secara resmi.
Komunikasi informal atau personal ini muncul dari interaksi di antara orangorang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat didugaduga, dan jaringannya digolongkan sebagai grapevine. 8
Jaringan sendiri merupakan pola komunikasi dalam suatu organisasi dan jaringanjaringan tersebut merupakan saluran tempat pesanpesan berlalu dari satu pihak satu ke pihak yang lain dengan perannya masingmasing.
Dalam jaringan komunikasi informal dikenal juga peranperan yang terdapat dalam pola penyebaran pesannya. Adanya peranperan khusus seperti
Opinion Leader, Bridge, Liaison, Isolate, gate Kepeer, Cosmopolite dan lainnya
akan sangat membantu dalam penyebaran pesan yang cepat dan efektif di dalam organisasi. 9 7 Pace Wayne and Faules, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kerja, Bandung, Rosdakarya, 1992, hal:55 8 James A.F Stoner, Manajemen Jilid I, Jakarta, PT. Indeks Gramedia Grup, 2003, hal:2.20 9 Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta, Terbitan Universitas Terbuka, 2000, hal:1.0
Jaringan komunikasi informal dalam organisasi yang terjadi antara sesama karyawan, ini juga umumnya terbentuk karena faktor tertentu, misalnya berbagai kesamaan atribut sosial dan ekonomi, kesamaan prinsip kerja dan kesamaan kepentingan lainnya. 10 Hal ini juga sejalan dengan prinsip homofili yang menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya suatu hubungan yang efektif.
Jaringan komunikasi informal terbentuk melalui desasdesus dan kabar selentingan, karena adanya hubungan antara personal dan interaksi komunikasi antar personal di dalam sistem suatu organisasi, di mana dalam prosesnya terjadi pertukaran pesan yang akan membuat mereka saling berinteraksi antara satu sama lain. Frekuensi berinteraksi yang cukup tinggi akan menciptakan klikklik pertemanan di antara mereka yang saling bertukar pesan tersebut. Hubungan yang dekat dan informal, di mana aspek human relation lebih menonjol, membuat mereka saling terbuka mengenai berbagai macam masalah yang mereka hadapi dan apa yang sedang terjadi di dalam organisasi.
Jaringan komunikasi informal juga terbentuk secara alamiah diantara rekan kerja dan tidak memiliki formalitas dan aturan baku. Jaringan ini tercipta oleh individu tanpa pengaruh struktur formal. Pimpinan tidak dapat mengarahkannya seperti pada jaringan formal. Namun dengan begitu jaringan ini dapat membantu pimpinan dalam kehidupan organisasi tanpa dibatasi dengan adanya jabatan atau kedudukan. 11
Dengan memahami dan memberikan perhatian tentang isu yang tengah berkembang di dalam jaringan komunikasi informal ini pimpinan dapat segera mengetahui tentang masalah apa yang tengah terjadi dikalangan bawahannya.
10
Fisher Dalmar, Communication in Organizational 2nd ED, Bombay, Jaico Publish, 1994 hal: 92
11
Jaringan komunikasi informal tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat digunakan untuk pelengkap jaringan komunikasi informal. Peran salah satu komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal yang baik dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat. Melalui jaringan komunikasi informal akan terdapat pesan dan informasi yang disampaikan secara informal, baik bersifat intern yang berhubungan dengan masalahmaslah pekerjaan dan organisasi, misalnya tentang masalah kedisplinan dalam bekerja.
Di mana kedisiplinan kerja tersebut merupakan aturanaturan kerja yang berlaku pada suatu organisasi yang meliputi tentang berbagai aturan atau norma yang berlaku di dalam organisasi sehingga organisasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu organisasi yang akan menjadi objek penelitian penulis adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang akan mengarah pada Biro Umum dan Humas.
Berkaitan dengan hal di atas, maka penulis tertarik memilih BPPT sebagai tempat penelitian, karena sebagai salah satu lembaga milik pemerintah BPPT telah banyak memberikan saran dan kontribusinya kepada pemerintah demi kepentingan masyarakat dalam menangani setiap permasalahan yang berkaitan dengan teknologi. Dalam menjalani tugasnya BPPT sering menghadapi masalah, masalah yang biasa dihadapi oleh organisasi yang berkaitan dengan kinerja karyawan adalah masalah kedisiplinan kerja, masalah itu timbul karena adanya jumlah karyawan yang cukup banyak yaitu 26 orang, serta kurangnya perhatian dan ketegasan dari pimpinan terhadap masalah tersebut. Masalah tersebut apabila dibiarkan akan menghambat tujuan dan keberhasilan perusahaan. Masalah kedisiplinan kerja juga banyak dijadikan topik pembicaraan oleh grapevine (jaringan komunikasi informal), di mana terkadang ada karyawan yang tidak taat
pada peraturan tapi tidak mendapat teguran dari atasan, sehingga akan menimbulkan kecemburuan di antara karyawan.
Indonesia memiliki sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang mengkaji tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sebagai LPND, BPPT berada di bawah naungan Presiden dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kehadiran BPPT diharapkan mampu mengkaji permasalahanpermasalahan teknologi secara mendalam dan menyeluruh, agar kehadiran dan penerapannya benarbenar mendatangkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kepentingan bangsa, khususnya dalam rangka mengembangkan industri dan produksi nasional yang dapat memperkuat ketahanan nasional.
Oleh karena itu, BPPT saat ini sedang menjalankan program kerja yaitu “ penyempurnaan organisasi dan tata kerja BPPT, dalam rangka penajaman tugas kedisiplinan kerja dan fungsi BPPT ” untuk lebih mengoptimalkan kembali kinerja karyawan demi tercapainya tujuan perusahaan. Sebagai penjembatan antara perusahaan dengan khalayaknya, khususnya karyawan BPPT, Humas diharapkan dapat membantu untuk menginformasikan program tersebut agar para karyawan lebih meningkatkan kedisiplinannya demi tercapainya tujuan perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya bagian Humas BPPT membawahi tiga sub bagian, yang terdiri dari: a) Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi mempunyai tugas melakukan penyusunan, perumusan dan pengolahan informasi, publikasi dan dokumentasi: b) Sub Bagian Pers dan Media Massa mempunyai tugas melakukan urusan penerangan dan konferensi pers melalui media cetak dan elektronik: c) Sub Bagian Protokol mempunyai tugas melakukan urusan protokol
dan persiapan ruang dan fasilitas pendukungnya dalam rangka keprotokolan. Di mana Visi dan Misi BPPT adalah menjadikan pusat unggulan teknologi dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudaya IPTEK. 12
Pentingnya Humas dalam memahami jaringan komunikasi informal dalam penelitian ini adalah, karena selain sebagai ujung tombak dan penjembatan dalam memasyarakatkan hasilhasil IPTEK BPPT melalui informasi publikasi dan dokumentasi, Humas juga dituntut mempunyai kemampuan dalam membatasi masalah, agar masalah tersebut tidak sampai keluar dari internal perusahaan apalagi tercium dan dibesarbesarkan oleh wartawan. Perusahaan diibaratkan sebuah lingkaran. Humas dalam perusahaan dituntut berperan sebagai penjaga lingkaran agar masalahmasalah (khususnya yang negatif) tetap di dalam lingkaran dan diselesaikan di dalam lingkaran jangan sampai keluar.
Agar bisa menjalankan peran itu, maka Humas harus mengetahui secara benar dan detail akar permasalahan yang sesungguhnya. Untuk lebih mudahnya, Humas harus mengetahui siapa saja atau kelompok apa saja yang mempunyai pengaruh besar diantara para karyawan. Mereka adalah para pemuka opini (opinion leaders) yang dipercaya dan menjadi sumber informasi bagi karyawan lain. Humas harus mampu memegang para opinion leaders ini, karena Humas dapat berhubungan dan bekerja sama dengan mereka untuk mencari solusi terbaik bila terjadi masalah. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang pola pola interaksi di antara karyawan adalah melalui analisa jaringan komunikasi informal.
Selain itu peranperan yang terdapat pada jaringan komunikasi informal akan sangat membantu terciptanya penyebaran pesan yang lebih cepat dan efektif.
12
Dengan memanfaatkan peranperan yang ada pada jaringan komunikasi informal, maka kita tidak perlu menyampaikan informasi ke setiap individu dalam organisasi, cukup melalui seseorang yang dianggap opinion leader, maka secara otomatis pesanpesan itu akan menyebar dengan mudah tanpa melalui birokrasi yang biasanya berlaku pada organisasi. 13
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah penelitian mengenai jaringan komunikasi informal dalam masalah kedisiplinan kerja di Biro Umum dan Humas BPPT, terutama pada periode Agustus November 2007, karena pada periode tersebut merupakan semester akhir di mana BPPT sedang melakukan program penyempurnaan organisasi dan tata kerja BPPT, dalam rangka penajaman tugas kedisiplinan kerja dan fungsi BPPT. Dengan adanya jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas dapat mambantu memperlancar tujuan dari program BPPT tersebut sehingga berjalan dengan efektif. Jaringan komunikasi informal yang baik diharapkan dapat menghubungkan aneka kedudukan manusia di dalam organisasi tersebut, serta memberikan kepuasan dan tercapainya tujuan organisasi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dengan pokok pikiran tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
“ Mengidentifikasi peranperan individu dalam jaringan komunikasi informal, dan model jaringan komunikasi di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja periode Agustus – November 2007 ”?
13
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Mengidentifikasi peran individu yang terdapat dalam jaringan komunikasi informal di Biro Umum dan Humas BPPT.
3. Mengidentifikasi model jaringan komunikasi di Biro Umum dan Humas BPPT dalam masalah kedisiplinan kerja.
1.4. Signifikasi Penelitian
Signifikasi penelitian dikelompokkan dalam signifikasi akademis dan praktis, yaitu:
1.4.1 Signifikasi Akademis
Dengan adanya penelitian ini penulis ingin menerapkan dan mengembangkan teoriteori ilmu komunikasi yang telah dapat khususnya teori teori mengenai jaringan komunikasi dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya mengorganisir jaringan komunikasi inormal dalam organisasi sehingga dapat menjadi masukan bagi penelitian sejenis dan pengembangan aspekaspek yang teliti.
1.4.2 Signifikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi organisasi Biro Umum dan Humas BPPT mengenai peran jaringan komunikasi informal yang ada dalam organisasi. Serta penulis mengharapkan agar jaringan komunikasi yang ada beserta peran – peran yang ada di dalamnya dapat lebih di organisir
untuk mencapai tujuan dan memperlancar arus komunikasi di dalam organisasi tersebut.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan hal dasar yang sangat penting bagi manusia sebagai mahluk sosial guna bersosialisasi dan berinteraksi, untuk menyampaikan, mencari, menyebarkan, dan memperoleh informasi.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama di sini maksudnya adalah sama makna. 14 Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang, bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik langsung maupun tidak langsung. 15
Menurut Carl I. Hovland (1955) komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang ( komunikator ) menyampaikan rangsangan ( biasanya lambanglambang verbal ) untuk mengubah perilaku orang lain ( komunikan ). 16
14
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, PT .Remaja Rosdakarya, 2005, hal 9
15
Onong U. Effendy, Kamus komunikasi, Bandung, CV. Mandar Maju, 1998, hal:60
16
komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lainlain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. 17
Komunikasi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, apalagi di dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari organisasi komunikasi sangat diperlukan. Dengan adanya komunikasi di dalam organisasi maka akan terjadi interaksi diantara mereka, di mana mereka dapat saling bertukar informasi, berdiskusi dan melalui komunikasi dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.
Organisasi adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat beragam antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. Ada yang beranggotakan tiga orang atau empat orang, bekerja dengan kontak yang sangat dekat. 18
Organisasi menurut Schein (1982) merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab serta mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur dan tujuan sehingga saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan tergantung pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam komunikasi tersebut. 19
18
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi , PT. Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004 hal 52
19
Tujuan organisasi dan karyawan secara keseluruhan dapat diselaraskan melalui komunikasi formal maupun komunikasi informal di dalam organisasi. 20
Dalam organisasi, komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan komunikasi diibaratkan sebagai darah yang mengalir dalam organisasi tersebut sebagai komunikasi organisasi.
Tujuan dari komunikasi adalah untuk mengadakan situasi yang menguntungkan komunikator demi terwujudnya suatu tujuan atau harapan. Karena itu, suatu kegiatan komunikasi yang mengetahui lingkup referensi dan luas pengalaman, membuka jalan untuk memperhitungkan sebelumnya bagaimana reaksi komunikasi terhadap pesan yang akan dilancarkan.
Komunikasi organisasi adalah suatu penyampaian informasi, ideide di antara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 21 Komunikasi organisasi didefinisikan secara fungsional dalam bukunya komunikasi organisasi oleh Wayne Pace & Don faules, yaitu sebagai pertunjukan dan penafsiran diantara unitunit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. 22
Katz dan Khan mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. 23 Sebagaimana manusia pada umumnya inividu dalam organisasi saling berkomunikasi dengan sesamanya berhubungan dan menciptakan sebuah jaringan komunikasi. 20 Ibid, Wiryanto, hal 54 21 Ig. Wursanto. Dasar‐Dasar Ilmu Komunikasi., Andi offet, Jogjakarta, 2003. Hal 157 22 Dalam, Pace Wayne and Faules, Opcit, hal:41 23 Dalam, Arni Muhammad, Opcit, hal: 65
Sedangkan menurut Uday Pareek, komunikasi organisasi merupakan proses aliran (pengirim dan penerima) pesanpesan yang berorientasi diantara sumbersumber komunikasi dalam suatu pola dan melalui suatu medium atau media. Komunikasi Organisasi juga menyangkut kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi serta komunikasi antara organisasi. Komunikasi organisasi didefinisikan serbagai suatu arus pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung. 24
2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi dalam Organisasi
Setelah mengetahui definisi dari komunikasi dan organisasi, akan dibahas mengenai fungsi dari komunikasi dalam organisasi. Faktor terpenting dalam usaha mempertahankan kesatuan dalam kelompok organisasi untuk mencapai tujuan bersama. 25
Menurut A. W. Widjaja, fungsi komunikasi dalam organisasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini serta komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang benar.
2. Sosialisasi, yakni menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat
24
Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi, Bandung, Remadja Rosdakarya, 2000, hal:31
25
yang efektif sehingga sadar fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
3. Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap manusia jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginan serta mendorong kegiatan individu.
4. Diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk persetujuan. 26
Selain itu juga ada beberapa alasan tujuan orang melakukan komunikasi dalam organisasi, diantaranya:
1. Untuk Penemuan Diri (Personal Discovery)
Maksudnya dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang diajak bicara tetapi dengan berkomunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar.
2. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial.
3. Untuk Meyakinkan
Komunikasi digunakan untuk mengubah diri seseorang agar mau mengikuti seperti yang diinginkan, untuk merubah sikap itu kita harus bisa meyakinkan orang yang akan diajak berbicara.
26
A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hal: 64
4. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. Kita banyak mendengarkan pelawak, pembicara, musik dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi dirancang untuk menghibur orang lain. 27
2.3 Jaringan Komunikasi Informal
Komunikasi informal terjadi karena interaksi di antara orangorang yang bekerja bersama dalam suatu organisasi. Jaringan komunikasi informal (grapevine) merupakan analisis jaringan yang menggambarkan hubungan atau koreksi orangorang serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu sama lain dan tidak memandang jabatan atau posisi dalam organisasi.
Organisasi terdiri dari orangorang yang menduduki suatu posisi atau peranan tertentu. Di antara orangorang tersebut terjadi pertukaran pesan atau informasi melalui jaringan komunikasi (communication networking). 28 Suatu jaringan komunikasi akan berbeda dalam sistem dan struktur antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Di dalam jaringan komunikasi secara umum ada dua yaitu jaringan komunikasi formal dan informal. Jaringan komunikasi formal adalah jaringan komunikasi yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak melalui jalur resmi dan komunikasi ini terjadi tanpa melihat kedudukan atau posisi mereka dalam organisasi. 27 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books, Jakarta, 1997, hal:31‐32 28 Dalam, Arni Muhammad, Opcit hal: 102
Jaringan komunikasi informal terdiri dari individuindividu yang saling berhubungan melalui pola arus komunikasi yang bersifat informal (informally) yang berada di luar struktur formal yang dimotivasi oleh kebutuhan individu untuk berinteraksi dan menjadi bagian dari lingkungannya. Jaringan komunikasi informal (grapevine) merupakan jaringan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan merupakan jalan pintas yang memotong saluran formal.
Terbentuknya jaringan komunikasi informal karena adanya berbagai maksud, yaitu: 1. Pemuasan kebutuhan manusiawi. 2. Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan. 3. Keinginan untuk mempengaruhi prilaku orang lain. 4. Sumber informasi hubungan kerja. 29 Jaringan komunikasi informal itu terbentuk karena adanya informasi yang belum tentu kebenarannya yang ada di dalam organisasi, komunikasi informal ini memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: 30 1. Selentingan tidak terkendali oleh manajemen.
2. Selentingan yang dipersepsikan oleh kebanyakan karyawan sebagai yang paling dipercaya dan handal dari pada komunikasi formal yang diterbitkan oleh manajemen puncak.
3. Selentingan sebagian besar digunakan untuk melayani kepentingan sendiri dari orangorangnya.
Komunikasi informal merupakan komunikasi yang telah terjadi di dalam suatu organisasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur
29
M. Abdul Mukhyi&Imam Hadi Saputro, Pengantar Manajemen Umum, Penerbit Gunadarma, Jakarta,
1995, hal: 162
30
organisasi 31 Komunikasi informal bersifat tidak resmi dan terjadi melalui informasi dari mulut ke mulut sehingga di dalamnya terdapat keterangan keterangan yang tidak resmi dan kurang objektif kebenarannya. Komunikasi ini dapat dilakukan oleh para pejabat, para bawahan dan para pegawai dengan menyimpang dari struktur organisasi formal.
Grapevine muncul dalam setiap organisasi sebagai konsekuensi logis dari
interaksi antar individuindividu yang ada di dalam organisasi, yang berlangsung spontan dan alamiah, Davis berpendapat bahwa grapevine adalah ekspresi dari motivasi dasar manusia untuk berkomunikasi, ini adalah ajang bagi kebebasan berbicara mereka, dan merupakan aktivitas yang normal. Pada kenyataannya hanya para pegawai yang tidak tertarik secara total dengan pekerjaan yang tidak terkait dengan pembicaraan itu. 32
Sifat grapevine (selentingan) yang digambarkan oleh L. Davis dan O’Connor adalah: 33
a. Selentingan berjalan terutama melalui interaksi dari mulut ke mulut. b. Selentingan umumnya bebas dari kendalakendala organisasi dan posisi. c. Selentingan menyebarkan informasi dengan cepat.
d. Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok”. e. Para peserta jaringan dalam jaringan kerja selentingan cenderung.
menjalankan satu dari tiga peranan berikut: penghubung, penyendiri, dan pengakhir. f. Selentingan cenderung merupakan produk suatu situasi dari produk orang orang dalam organisasi tersebut. 31 Dalam, Ig. Wursanto, Opcit , hal: 167 32
Davis Keith Human Relation at Work, Ney Work: Mac Grawhill Company, 1976 hal: 372
33
g. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakan kepada orangorang lainnya.
h. Bila suatu informasi disampaikan kepada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar ia menyampaikan informasi tersebut kepada orangorang lainnya.
i. Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompokkelompok tersebut.
j. Umumnya 75% 90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat.
k. Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan, jadi pemahaman mengenai selentingan ini dapat memberi andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting.
Meskipun tidak terbentuk secara formal namun, jaringan komunikasi informal mempunyai beberapa kegunaan atau fungsi, yaitu:
1. Jaringan komunikasi dapat membantu karyawan dalam memahami lingkungan kerjanya, terutama dalam menginterpretasikan perintah perintah yang kurang jelas dari atasan.
2. Jaringan komunikasi dapat berfungsi sebagai “katup pengaman” pada orangorang sedang bingung atau kurang jelas dengan apa yang sedang terjadi pada mereka, mereka dapat menggunakan jaringan komunikasi ini, untuk memperbesar rasa keingintahuan mereka atau untuk mengurangi kegelisahaan mereka. Setiap individu akan merasa gelisah apabila ada suatu ketidakpastian maka dengan komunikasi informal ketidakpastian itu akan terjawab.
3. Ketika orangorang menggosipkan seseorang yang tidak ada, mereka sering mengadili. Beberapa orang menghakimi orang lain, untuk keberadaannya. Ini merupakan suatu cara dalam menghadapi keraguan, ketidakamanan dan kebingungan. 34
Dari fungsi inilah mereka senang dalam melakukan komunikasi informal, di mana mereka dapat berinteraksi. Melalui komunikasi informal inilah seseorang dapat menghadapi rasa kebingungan, ketidakamanan dan keraguan.
Di dalam jaringan komunikasi setiap orang memainkan peran tertentu sesuai dengan kedudukannya. Ada delapan peran di dalam jaringan komunikasi informal, yaitu:
1. Opinion Leader adalah pimpinan formal dalam organisasi. Mereka ini
tidaklah selalu orangorang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.
2. Gate Keeper adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara
anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi.
3. Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumbersumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orangorang tertentu pada lingkungannya.
4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang
menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. individu
34
ini membantu saling memberi informasi diantara kelompokkelompok dan mengkoordinasikan kelompok lain.
5. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri
bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok lainnya. individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan diantara kelompok kelompok dalam organisasi.
6. Star adalah individu yang paling banyak dipilih oleh anggota lain dalam
suatu sistem. secara operasional dijabarkan sebagai karyawan yang dianggap oleh anggota jaringan paling banyak mempunyai informasi mengenai penerapan kebijakan.
7. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal
dengan orang lain dalam organisasi. Orangorang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh temamtemannya. 35
Di dalam jaringan komunikasi setiap orang memainkan peranan tertentu di mana satu sama lainnya saling menopang untuk menyebarkan
grapevine atau desasdesus yang ada di dalam organisasi tersebut.
Dalam jaringan komunikasi informal selain setiap orang mempunyai peranan, dari jaringan komunikasi informal tersebut akan membentuk berbagai modelmodel jaringan komunikasi. Ada lima model jaringan komunikasi yaitu:
1. Model lingkaran ( circle )
Model lingkaran ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk
35
mempengaruhi kelompok klik lain. Setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan dua anggota klik lain disisinya.
2. Model Roda ( wheell )
Model roda memiliki pemimpin klik yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Orang ini merupakan satusatunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik. Oleh karena itu, jika seorang anggota klik ingin berkomunikasi dengan anggota klik lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpin kliknya
3. Model huruf “Y”
Model Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin klik yang jelas. Tetapi satu anggota klik lainnya berperan sebagai pemimpin klik kedua. Anggota klik ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang klik lainnya. Ketiga anggota klik lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang klik lainnya.
4. Model Rantai “chain”
Model rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota klik yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan tersebut juga terdapat di sisi ini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada di posisi lain. 5. Model Saluran Bebas (allchannel)
Model semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota klik adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi dalam model semua saluran, setiap anggota klik bisa berkomunikasi
dengan setiap anggota klik lainnya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota klik secara optimum. 36
Sedangkan Laumman dan Rogers (1973) menggolongkan pola komunikasi dalam jaringan menjadi tiga yaitu:
1. Tipe Interlocking, yaitu tipe komunikasi individu yang mengunci di mana satu sama lain saling memilih. 2. Tipe Mutual Pair, yaitu di mana di antara individu saling memilih dan dipilih sehingga akan terjadi hubungan timbal balik. 3. Tipe Radial, yaitu membuka keluar di mana anggota klik tidak saling memilih, tapi memiliki pilihan lain. 37 2.4 Humas Pemerintahan Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas Hubungan Masyarakat (Humas) yang terdapat di instansi pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur komersial walaupun Humas pemerintah juga melakuakn hal sama dalam kegiatan publikasi, promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih menekankan pada public services atau demi meningkatkan pelayanan umum. 38
Salah satu bagian dari pemerintahan adalah bagian Humas yang ada dalam pemerintahan. Humas dikatakan sebagai penunjang pemerintah, karena kedudukannya yang berada dalam ruang lingkup pemerintahan. Kehumasan yang ada merupakan bagian komunikator untuk menyampaikan aspirasi atau kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat maupun masyarakat kepada pemerintah. 36 Dalam, Joseph A. Devito, Opcit, hal: 345 37 J. A. suparman, Pengantar Sosiometri, Jakarta Karunika, Universitas Terbuka, 1978, hal:321 38 Rosady Ruslan, Manajemen PR dan Media Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal:337
Humas pemerintah membantu pemerintah dalam melancarkan arus informasi antar lembaga pemerintah dan antar pemerintah dengan masyarakat, mengadakan koordinasi dan kerjasama antar humas departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, lembaga negara serta Badan Usaha Milik Negara dan merencanakan kegiatan kehumasan. Oleh karena itu diperlukan hubungan koordinasi yang intensif dan efektif baik hubungan internal maupun eksternal. Siap memberikan informasi yang benar agar tidak menimbulkan kontroversi dan distorsi yang dapat meresahkan masyarakat maupun penyelenggaraan pemerintahan. 39
Melalui unit atau program kerja Humas tersebut, pemerintah dapat menyampaikan informasinya atau menjelaskan mengenai kebijaksanaan dan tindakantindakan tertentu sera aktivitas dalam melaksanakan tugastugas atau kewajibankewajiban pemerintahannya. Informasi sangat diperlukan diberbagai kehidupan manusia dan juga di organisasi pemerintah. Oleh karena itu Humas pemerintah sebagai “corong” dituntut peka akan situasi yang berkembang dan berperan di kancah globalisasi informasi dewasa ini.
Frank Jefkins mendefinisikan Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. 40
Menurut Harsono Suwardi, seperti yang dikutip oleh F. Rachmadi, secara umum dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu
39
Oemi Abdulrahmat, Op‐Cit, hal:113
40
lembaga atau organisasi melalui petugas Humas. Hal tersebut dimaksudkan guna menciptakan saling pengertian yang lebih baik antara lembaga dan khalayaknya. 41
2.4.1 Humas Internal
Humas internal sama pentingnya dengan humas eksternal, humas internal mampu memberikan kontribusi kepada perusahaan yang sama besarnya dengan humas eksternal. Hubungan antara sesama pegawai pada suatu perusahaan (staff relation) atau sesama anggota di sebuah organisasi lebih berfokus pada aspek aspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan hubungan industri (industrial relations). 42
Humas internal atau komunikasi pegawai telah berkembang pesat. Pemikiran yang menganggap bahwa humas internal hanya mencakup upaya menjelaskan kebijakan perusahaan atau membuka forum penampungan keluhan, itu semua suatu pemikiran yang sederhana. Memang benar bahwa tujuan komunikasi pegawai adalah mengilangkan kesalahpahaman antar pihak manejemen dan para pegawai yang seringkali menjadi pangkal tolak terjadinya pemogokan. Untuk itu banyak sekali tugas humas internal yang mempunyai tujuan penting bagi kemajuan perusahaan, berikut penjelasan diantaranya: 43
1. Humas internal untuk memelihara keterbukaan, semua pegawai berhak mengetahui apakah perusahaanya masih layak untuk dijadikan tempat sandaran hidup sekaligus sangkutan masa depannya, baik itu yang berupa jumlah penghasilan atau prospek karir jabatan. 41 F. Rahmadi, Public Relations Dalam Teori dan Praktek, Jakarta, PT. Gramedia, Pustaka Utama, 1992, hal 14 42 M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta, Bumi Aksara, 2002, hal: 211 43 M. Linggar Anggoro, Op‐Cit, hal: 224
2. Perombakan personalia setelah akuisi, kesalahpahaman dan kecemburuan mudah muncul antar staff atau pegawai perusahaan yang diakuisi (dibeli, diambil alih) dengan perusahaan yang mengakuisi. Ketegangan itu jika dibiarkan berlarutlarut, akan menimbulkan sumber penyakit yang memunculkan berbagai macam masalah berat. Hanyan dengan usaha pembinaan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak maka resiko dan ancaman bahaya seberat itu akan dihindari. Upaya pembinaan komunikasi itu sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan teknikteknik kehumasan.
3. Beritaberita personalia, dalam organisasiorganisasi yang anggota anggota atau para pegawainya tersebar di lokasi yang terpencarpencar, atau yang selalu bergerak, keberadaan humas internal sangat dibutuhukan unttuk melancarkan arus komunikasi dan menyebarkan berita kepada anggotaanggota yang lain.
4. Penyambung lidah karyawan, upayaupaya kehumasan harus mencakup semua orang dalam organisasi. Mereka harus mendapatkan informasi yang sama banyaknya dan baiknya, serta samasama diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya untuk kepada para pimpinan dan dalam rangka berhubungan dengan pihak luar atau khalayak perusahaan. Dengan demikian keberadaan humas internal memiliki kemungkinan untuk bertindak sebagai wakil atau juru bicara bagi rekanrekan dan organisasinya.
5. Pengumpulan umpan balik, hal terpenting terakhir dapat memacu tumbuhnya suatu komunikasi yang baik antar pihak manajemen dengan segenap staff atau pegawainya yang harus sungguhsungguh diupayakan
adalah terciptanya rasa memiliki dan tanggung jawab bersama, sehingga setiap orang merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai . Upaya yang dilakukan oleh humas tidak hanya berupa pendekatan ke serikat buruh, tetapi juga segenap aspek perusahaan. 44
2.4.2 Fungsi Humas Pemerintah
Fungsi utama Humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, baik internal maupun eksternal, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga atau organisasi. 45
Fungsi pokok Humas pemerintah Indonesia pada dasarnya antara lain sebagai berikut:
1. Mengamankan kebijaksanaan pemerintah.
2. Memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijaksanaan dan hingga programprogram kerja secara nasional kepada masyarakat.
3. Menjadi komunikator dan sekaligus sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi, serta memperhatikan keinginankeinginan publiknya di lain pihak. 44 M. Linggar Anggoro, Op‐Cit, hal: 230 45 F. Rahmadi, Public Relations, dalam teori dan praktek, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal:21
4. Berperan serta dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan nasional, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 46
Fungsi Humas menurut Cutlip dan Canfield sebagai berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi engan publik internal
maupun eksternal.
3. Menciptakan kombinasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi.
4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. 47
Humas diharapkan kemampuannya untuk mencapai saling pengertian, menghargai, dan mempercayai diantara pihak, penyampaian pesan (komunikator) dengan pihak penerima pesan (komunikan). Bila tercapai keadaan saling mengerti dan mempercayai maka akan ada umpan balik (feedback) yang positif dari komunikan.
Hal tersebut selaras dengan tugas dan kewajiban utama Humas, seperti yang dikemukakan oleh frank Jefkins bahwa yang berkewajiban untuk menyediakan informasi kepada khalayak. Informasi tersebut berupa kebijakan organisasi, kegiatan organisasi, produk, jasa. 48 46 Rosady Ruslan, Op‐Cit, hal: 340 47 Onong U. Effendy, Hubungan Masyarakat, Bandung, PT. Remadja Rosdakarya, 1992, hal:36 48 Frank Jefkins, Op.Cit, hal 28
Hubungan kerjasama kedua belah pihak dapat dibina dengan baik jika adanya kegiatan penyampaian informasi kepada publik. Adalah merupakan fungsi Humas untuk menyampaikan pesan atau informasi dari perusahaan atau instansi secara lisan, tertulis atau visual kepada publiknya, sehingga publik memperoleh pengertian yang benar dan tepat mengenai kondisi perusahaan atau instansi, tujuan dan kegiatannya.
2.4.3 Tugas Humas Pemerintah
Humas pemerintah bertugas memberikan informasi dan penjelasan kepada khalayak atau publik mengenai kebijakna dan langkahlangkah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah serta mengusahakan tumbuhnya hubungan yang harmonis antara lembaga atau instansi dengan publiknya dan memberikan pengertian kepada publik ( masyarakat ) tentang apa yang dikerjakan oleh instansi pemerintah di mana Humas itu berada dan berfungsi. Jadi pada dasarnya tugas Humas pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, langkahlangkah, dan tindakantindakan pemerintah, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa informasi yang diperlukan secara terbuka, jujur, dan objektif.
2. Memberikan bantuan kepada media berita berupa bahanbahan informasi mengenai kebijakan dan langkahlangkah serta tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada media berita untuk acaraacara resmi dan penting.
3. Mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan kebudayaan yang telah dicapai oleh bangsa kepada khalayak di dalam negeri, maupun khalayak di luar neeri.
4. Memonitor pendapat umum tentang kebijakan pemerintah, selanjutnya menyampaikan tanggapan masyarakat dam bentuk feedback kepada pimpinan nstansi pemerintah yang bersangkutan sebagai input. 49
Menurut Rosady Ruslan, dalam bukunya Manajemen Humas dan Komunikasi mengatakan fungsi pokok Humas Pemerintah Indonesia antara lain:
1. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja pemerintah yang diwakilinya
2. Memberikan pelayanan dan menyebarluaskan pesan atau informasi mengenai kebijakna hingga mampu mensosialisasikan programprogram pembangunan secara nasional kepada masyarakat.
3. Menjadi komunikator dan sekaligus mediator yang proaktif dalam upaya menjebatani kepentingan instansi pemerintah, dan menampung aspirasi, atau opini publik (masyarakat) serta memperhatikan keinginankeinginan publiknya.
4. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan sosial, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 50 2.5 Kedisiplinan dalam bekerja 49 F. Rahmadi, Op‐Cit, hal:18 50 Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1999, hal: 297
Kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja seseorang, karena kedisiplinan dapat dikatakan sebagai pemandu seseorang sehingga dia dapat mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan aturan aturan yang telah ditetapkan. 51
Kedisiplinan yang telah ditetapkan perusahaan bertujuan agar semua sumber daya di dalam perusahaan tersebut khususnya dalam bidang sumber daya manusia. Melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga sesuatu yang dihasilkannya pun sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Di sini jelas terlihat bahwa kedisiplinan sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan. Perusahaan mempunyai banyak sekali prosesproses ataupun kegiatankegiatan yang membutuhkan kualitas dan kerjasama yang baik dari sumber daya manusia, namun sumber daya tersebut tidak akan tercapai jika tidak ada rasa kedisiplinan kedisiplinan dan kerjasama dari sumber daya tersebut sehingga dapat memaksimalkan fungsinya bagi perusahaan.
Menurut Alex Nitisemito (1985:199) mengenai disiplin kerja adalah :
“Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturanperaturan dari organisasi, baik yang tertulis maupun tidak”. 52 Sedangkan menurut Gary Dessler: 51 Hadari Nawawi, Manajemen SDM, Jakarta, Gadjah Mada University Press, 1996, hal: 45 52 Ibid, Hal:49
Kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan normanorma sosial yang berlaku. 53
Disiplin lebih lanjut merupakan keselarasan dalam bertindak agar tercipta kerjasama yang langgeng antara sesama karyawan dan atasan. Dengan demikian berarti bahwa disiplin tidak hanya sekedar mentaati peraturan, tetapi lebih lanjut merupakan pengembangan sikap positif karyawan dan mempertahankan disiplin diri yang dimiliki karyawan tersebut. 54
2.6 Sosiometri
Sosiometri adalah berkenaan dengan pola memilih, berkomunikasi dan berinteraksi dari individuindividu. Secara umum dapat dikatakan sosiometri adalah studi dan pengukuran tentang pilihan sosial (social choice), baik tentang pemilihan orangorang, pemilihan garis komunikasi, dan pemilihan garis pengaruh. Dalam penelitian menggunakan metode sosiometri, maka subjek dimintakan untuk memilih satu atau beberapa item yang telah ditentukan. 55
Mengumpulkan data dengan metode sosiometri secara relatif lebih mudah dibandingkan dengan teknik yang digunakan dalam menganalisis data sosimetri. Data sosiometri dapat memberikan jawaban tentang posisi individu dalam kelompok, tentang hubungan dalam sub kelompok ataupun tingkat kohesi dari kelompok dalam studi tentang pengaruh variasi struktur kelompok terhadap
53 Taufik Abdulah, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta, Aquarista Offset, 1979, hal:68 54 Dalam, Taufik Abdullah, Opcit, hal: 77 55 Bambang setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi II, Jakarta, Terbitan Universitas Terbuka, 2002, hal:2.12