• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN IBU & ANAK. Jurnal ISSN Volume 1 Nomor 1 Februari 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN IBU & ANAK. Jurnal ISSN Volume 1 Nomor 1 Februari 2016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2502-4981

Alamat Redaksi:

STIKES ‘Aisyiyah Bandung

Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264

Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

Jurnal

&

(2)

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK (JAIA)

Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

Pelindung:

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung

Penanggung Jawab:

Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid.

Ketua:

Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.

Sekretaris:

Diah Nurindah Sari, SKM.

Bendahara:

Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor:

Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb. Nurhayati, SST

Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.

Setting/Layout:

Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Pemasaran dan Sirkulasi :

Ami Kamila, SST

Mitra Bestari :

DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.

Alamat Redaksi:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah

Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

DEWAN REDAKSI

(3)

DAFTAR ISI

1. Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang Dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015

Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N ... 1 - 9

2. Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Fatiah Handayani ... 11 - 19

3. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis

Neli Sunarni ... 21 - 30

4. Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009

Mulyanti ... 31 - 43

5. Makna Kekerasan pada Remaja Putri yang Melakukan Transaksi Seksual

Prita Putri Prima Pertiwi, Ardini Raksanagara, Kuswandewi Mutyara ... 45 - 54

6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita oleh Kader Posyandu di Puskesmas “X” di Kabupaten Bandung Barat

(4)

1

JAIA 2016;1(1):

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK

1-9

PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) KURANG DARI 20 TAHUN TENTANG RISIKO KANKER SERVIKS DI DESA BOJONGMALAKA KECAMATAN BALEENDAH

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015

Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N

STIKes ‘Aisyiyah Bandung Email : fatiah79@gmail.com

ABSTRAK

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun 2010, menunjukan angka perkawinan usia dini (15–19 tahun ) masih tinggi, yakni 46,7 %. Perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim (serviks ). Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia ( YKI ) penderita kanker serviks pada tahun 2011 ada 211 orang, 2012 meningkat 242 orang, dan tahun 2013 mencapai 296 orang. Usia pertama kali menikah kurang dari 20 tahun meningkatkan risiko lebih besar daripada pasien dengan usia pertama kali menikah 20-35 tahun. Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan wanita usia subur kurang dari 20 tahun tentang risiko kanker serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Jenis Penelitian yang digunakan deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dengan jumlah responden sebanyak 30 wanita usia subur kurang dari 20 tahun di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat pengetahuan wanita usia subur kurang dari 20 tahun tergolong cukup yakni 15 responden (50 %), namun hanya 7 responden (23,3%) dari total responden yang memahami mengenai risiko kanker serviks. Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan pengetahuan WUS < 20 tahun tentang kanker serviks menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang cukup. Diharapkan bagi bidan atau petugas kesehatan lainnya dapat memberikan promosi kesehatan tentang kanker serviks.

Kata kunci : pengetahuan, kanker serviks

Abstract

Based on Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2010, showed the numbers of early age marriage (15-19 years old) still high, namely 46,7%. Woman who get married under 20 years old are at risk of infected by cervix cancer (cervical). According to YKI or Yayasan Kanker Indonesia’s data, there’s 211 cervical patients in 2011, grows in 2012 as 242, and reach 296 patients in 2013. The first time of marriage under 20 years old, increasing the risk of infected which more higher than first time of marriage under 20-35 years old. General purpose of this research is to knowing woman’s age couple prolific knowledge under 20 years old about risk of cervical cancer in Bojongmalaka Village, Bandung Regency, Baleendah Sub-district. The type of research that used is descriptive by cross sectional approach. Sampling technique that used by writer is sampling total. Research conducted by questioner as research instrument with 30 respondent of woman age couple prolific less than 20 years old in Bojongmalaka Village, Bandung Regency, Baleendah Sub-district. Based on this research results, woman’s knowledge level from prolific couple age under 20 years old, quite enough, which is 15 respondents (50%), only 7 respondents (23,3%) from total respondents who understand about cervical cancer risk. Based on research results, the overall knowledge WUS <20 years of cervical cancer showed that most respondents have enough knowledge. Be expected for

(5)

2 Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

midwife or other health officer could give the health promotion about cervical cancer.

Keyword: knowledge, cervical cancer

LATAR BELAKANG

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukan adanya lonjakan pertumbuhan penduduk yang mencapai 1,49 %. Data Sensus Penduduk (SP) menguraikan bahwa komposisi penduduk usia muda, yaitu usia di bawah 15 tahun atau kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 68.603.263 jiwa atau sekitar 29 %, penduduk usia produktif atau penduduk umur 15-59 tahun sebanyak 150.994.351 jiwa (63%) dan sisanya merupakan penduduk usia lanjut, penduduk umur 60 tahun ke atas yang jumlahnya 18.043.712 jiwa atau 8 %. Tingginya laju pertumbuhan penduduk diperlihatkan juga oleh hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang menunjukkan tingginya Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total perempuan usia produktif sebesar 2,7. (Badan Pusat Statistik, 2010)

Berdasarkan data diatas tersebut, dapat disimpulkan bahwa penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan usia lanjut, sehingga kondisi ini bisa berdampak pada banyaknya kejadian pernikahan usia produktif di bawah usia 20 tahun, yang biasanya lebih banyak terjadi di daerah pedesaan. Menurut data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukan angka perkawinan usia dini (15–19 tahun) masih tinggi, yakni 46,7%, tentu saja kejadian perkawinan ini diiringi oleh adanya persalinan di kalangan usia tersebut. Hal ini ditunjang dengan data dari SDKI tahun 2012 yang menunjukkan bahwa angka kelahiran pada usia remaja 15-19 tahun ialah 48 per 1.000 kelahiran.

Selain itu, menurut World Health

Organization (WHO), bahwa pada 1000 wanita diseluruh dunia yang berusia 15-19 tahun terjadi 112 perkawinan usia muda dan terjadi kehamilan, 61 diantaranya dilahirkan, 36 aborsi dan 15 tidak diketahui. Sedangkan data BKKBN 2012 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki rangking 37 dunia dalam hal pernikahan dini dan tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 menunjukan remaja usia 15-19 tahun yang berstatus kawin sebesar 6% (perempuan 5,4 % dan laki-laki 0,6 %), sedangkan usia 20-24 tahun sebesar 16,8% (perempuan 25,2 % dan laki-laki 8,6 %). (Susenas, 2009)

Adanya kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang yang ada. Menurut UU No 1 pasal 6 ayat 2 tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai 20 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. Adanya Undang-undang ini semakin menguatkan setiap orang, baik pemerintah, stake holder maupun masyarakat untuk memperhatikan usia menikah, demi mencapai generasi yang sehat dan berkualitas. Tetapi pada kenyataanya, ketentuan ini belum mencapai target sesuai harapan. Banyaknya kejadian menikah muda menjadi titik awal permasalahan bagi Indonesia, selain menambah cepat laju pertumbuhan penduduk, juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI). Selain menambah AKI disinyalir menikah di usia muda juga dapat meningkatkan resiko pada wanita untuk terserang kanker serviks, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Yayasan Kanker Payudara Jakarta, di Indonesia 10 dari 10.000 penduduk terkena kanker, jenis ini dan 70% penderita kanker servik selalu datang ke rumah sakit pada stadium lanjut.

(6)

Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

3

(YKPJ, 2006)

Beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan pernikahan dini adalah pergaulan bebas dan juga karena faktor ekonomi. Banyaknya faktor yang melatar belakangi pernikahan dini, diikuti juga dengan banyaknya dampak buruk yang terjadi ketika melakukan pernikahan dini tersebut, meliputi dampak fisik dan mental. Secara fisik, misalnya remaja itu belum kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Sedangkan secara mental juga belum siap dan belum mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa yang sulit disembuhkan. Remaja tersebut akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang tidak menentu, sehingga terkadang remaja tersebut tidak mengerti atas putusan hidup yang telah diambilnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak remaja tersebut untuk memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam dirinya. (Rosaliadevi 2012)

Selain itu, menurut kesehatan perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim, karena pada usia remaja sel-sel leher rahim belum tumbuh dengan matang, dan apabila terpapar oleh Human Papiloma Virus (HPV) maka pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker. (Burhani, 2009)

Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang diderita perempuan Indonesia. Menurut WHO, di negara berkembang setiap 2 menit wanita meninggal dunia karena kanker serviks dan menurut data yang diperoleh sedikitnya terjadi 500.000 kasus baru di seluruh Dunia. Pada tahun 2000, kejadian kanker seviks di Afrika sekitar 69.000 kasus, di Amerika Latin sekitar 77.000 kasus, 80% kejadian kanker serviks terjadi pada negara berkembang, dengan

angka kejadian 510.000 orang wanita di diagnosis kanker seviks, 280.000 diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, kasus baru kanker serviks ditemukan 40-45 kasus per hari. Diperkirakan setiap satu jam, seorang perempuan meninggal karena kanker serviks (Nurwijaya dkk, 2010).

Selain usia, menurut penelitian Astia dan Wawang tahun 2011 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Hasan Sadikin Bandung, usia pertama kali menikah kurang dari 20 tahun meningkatkan risiko lebih besar daripada pasien dengan usia pertama kali menikah 20-35 tahun yakni dari 46 responden didapatkan usia yang menikah kurang dari 20 tahun sebanyak 32 orang ( 69,6% ), 20-35 tahun sebanyak 14 orang (30,4 %). (Astia dan Wawang, 2011)

Angka kesakitan kanker serviks di Indonesia terjadi dari 90 sampai 100 kasus per 100.000 penduduk. Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2013 di Kota Cimahi, penderita kanker serviks pada tahun 2011 ada 211 orang, 2012 meningkat 242 orang, dan tahun 2013 mencapai 296 orang. Karakteristik penderita kanker serviks berbeda-beda dan salah satunya dilihat dari karakteristik usia. Menurut hasil penelitian Novita tahun 2013 penderita kanker serviks di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Hasan Sadikin Bandung dari 30 responden penderita kanker serviks didapatkan usia 40 – 45 sebanyak 13 orang (43 %), 46 – 50 sebanyak 10 orang (33 %), 51 – 55 sebanyak 5 orang (17 %), 56 – 60 tahun sebanyak 2 orang (7 %). (Novita, 2013).

Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rasio pernikahan dini di perkotaan pada tahun 2012 adalah 26 dari 1000 pernikahan. Pada tahun 2013 rasionya naik menjadi 32 dari 1000 pernikahan. Sedangkan di pedesaan rasio pernikahan usia dini turun dari 72 per 1000 pernikahan pada 2012 menjadi 67 per 1000 penikahan, hal ini

(7)

4 Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

kemungkinan disebabkan adanya peningkatan perilaku seksual remaja yang terjadi diperkotaan.

Berdasarkan data Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Bandung, usia pernikahan dini paling tinggi terjadi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pacet, Kertasari, dan Paseh. Di Kecamatan Pacet mencapai 417 kasus, Kecamatan Kertasari tercatat 245 kasus dan di Kecamatan Paseh 224 kasus.

Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus) onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7 %. Di negara berkembang, secara luas penggunaan program deteksi dini mengurangi insiden kanker serviks yang infasif sebesar 50% atau lebih (Tilong, 2012). Skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan cara pap smear, kolposkopi, gineskopi, tes IVA, servikografi, konisasi, tes HPV-DNA. Pengobatan kanker serviks pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun. Dengan masalah yang begitu kompleks, timbul gagasan untuk melakukan skrining kanker serviks dengan metode yang lebih sederhana, antara lain yaitu dengan tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa tes IVA dapat mendeteksi lesi pra kanker (high-Grade Prekankernceraus Lesions) dengan sensitifitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Di Indonesia tes IVA sedang dikembangkan dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk bidan.

Adapun kewenangan bidan dalam upaya pencegahan kanker meliputi memberikan promosi kesehatan tentang kanker serviks dan deteksi dini berupa IVA tes atau pap smear. Upaya promotif utama antara lain : pendidikan seks remaja untuk mengurangi kemungkinan infeksi virus HPV, menunda hubungan seks remaja untuk

mengurangi kemungkinan infeksi virus HPV, menunda hubungan seks remaja atau pendidikan seks yang bersih. (Ida Bagus Manuaba DKK, 2008)

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah satu petugas KUA, di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah dari bulan Januari 2014 sampai Januari 2015 terdapat kurang lebih 30 orang yang melakukan pernikahan dibawah usia 20 tahun. Tidak hanya melakukan wawancara dengan petugas KUA tetapi peneliti wawancarai 8 orang wanita usia subur (WUS) kurang dari 20 tahun, didapatkan hasil wawancara 5 dari 8 Wanita Usia Subur tersebut belum mengetahui tentang tanda & gejala, pencegahan dan pengobatan kanker serviks.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Kurang dari 20 tahun Tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung ?“

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur Kurang dari 20 tahun Tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, meliputi Pengertian, penyebab, Tanda dan gejala, deteksi dini, pencegahan, dan pengobatan Kanker Serviks.

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena penelitian ini tidak digunakan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya ingin mengetahui gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur kurung dari 20 tahun tentang kanker serviks dengan pendekatan crosssectional dimana pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada satu periode.

(8)

Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

5

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita Usia Subur kurang dari 20 tahun di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang. Karena jumlah yang terbatas, maka sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi, sehingga teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel total (total sampling), dengan kriteria sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia subur kurang dari 20 tahun, tinggal di Desa Bojongmalaka. Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 – 7 April 2015.

Teknik Pengambilan Data dan Pengolahan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner atau angket dan data yang digunakan adalah data primer serta data sekunder. Data primer yaitu melihat sejauhmana pengetahuan responden tentang kanker serviks melalui angket yang disebarkan sedangkan data sekunder adalah data mengenai pasangan yang menikah dini, diperoleh dari KUA setempat. Setelah pengambilan data, maka data diolah melalui tahapan editing, coding, tabulating dan cleaning.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur kurang dari 20 tahun tentang risiko kanker serviks sebanyak 40, yang terdiri dari pertanyaan dan pernyataan tertutup dengan pilihan jawaban Benar dan Salah mengacu pada teori skala Guttman. Pada pernyataan positif, jika responden menjawab benar, maka skor nya 1 dan jika menjawab salah maka skor nya 0, sedangkan pada pernyataan negative, jika jawaban benar maka skor nya adalah 0 sedangkan jika jawaban salah maka skor nya 0. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria positif.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis sederhana yaitu deskriptif prosentase (%) pengetahuan responden tentang kanker serviks yang dsajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 responden mengenai Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Kurang dari 20 tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kabupaten Bandung tahun 2015 dapat dilihat sebagai berikut :

1. Gambaran Pengetahuan WUS < 20 tahun tentang Risiko Kanker Serviks

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan WUS < 20 tahun tentang Risiko Kanker Seviks di Desa

Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015 Pengetahuan F % Baik 7 23,3 Cukup 15 50 Kurang 8 26,7 Total 30 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 30 responden setengahnya berpengetahuan cukup tentang risiko kanker serviks (50 %),dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik yaitu hanya 7 responden (23,3 %).

2. Gambaran Pengetahuan WUS < 20 tahun tentang Kanker Serviks berdasarkan Sub

(9)

6 Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 Variabel

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan WUS < 20 tahun Tentang Kanker Serviks Berdasarkan Sub variabel di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015

Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

Pengertian Kanker Serviks 0 0 20 66,7 10 33,3 30 100

Penyebab Kanker Serviks 17 56,7 6 20 7 23,3 30 100

Tanda & gejala kanker serviks 4 13,3 11 36,7 15 50 30 100

Deteksi Dini Kanker Serviks 5 16,7 8 26,7 17 56,7 30 100

Pencegahan Kanker Serviks 4 13,3 8 26,7 18 60 30 100

Pengobatan Kanker Serviks 22 73,3 0 0 8 26,7 30 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan hasil pengolahan data, pengetahuan tentang pengertian kanker serviks sebagian besar WUS < 20 tahun memiliki pengetahuan cukup(66,7 %), sebagian kecil berpengetahuan kurang (33,3 %). Sedangkan Pengetahuan tentang penyebab kanker serviks sebagian besar memiliki pengetahuan baik (56,7%), dan sangat sedikit pula yang berpengetahuan cukup (20%). Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala kanker serviks setengah dari responden memiliki pengetahuan (50 %), dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik (13,3 %). Sedangkan pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks sebagian besar berada pada tahap pengetahuan kurang (56,6 %), dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik (16,7%).

Menurut tabel 2 juga diperlihatkan bahwa pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks sebagian besar responden berpengetahuan kurang (60 %), dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik yaitu 4 responden (13,3 %), dan untuk pengetahuan tentang pengobatan kanker serviks sebagian besar responden berpengetahuan baik (73,3%), sebagian kecil berpengetahuan kurang (26,7 %) dan tidak seorangpun

responden memiliki pengetahuan cukup.

Pembahasan

Hasil analisa peneliti dari 30 WUS < 20 tahun di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah tahun 2015 menunjukan bahwa setengah dari responden berpengetahuan cukup (50%), sebagian kecil mempunyai pengetahuan kurang yaitu 8 responden (26,7%), dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik (23,3 %).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup karena rata-rata responden berpendidikan SMP sebanyak 16 orang (53,3 %). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana pendidikan mempengaruhi cara pandang seseorang, dan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau penyuluhan yang diberikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan dan pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pendapat ini dikuatkan oleh teori menurut Nursalam (2003) yang menyebutkan bahwa pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin

(10)

Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

7

mudah menerima informasi.

Kondisi pengetahuan yang cukup juga bisa dilihat dari sudut peranan media. Berbagai informasi yang diperoleh tentunya tidak terlepas dari peranan media, baik media massa maupun media elektronik, dan juga peran petugas kesehatan dalam menyampaikan penyuluhan/ promosi kesehatan. Sedikitnya akses pada kedua media tersebut, dan kurangnya frekuensi maupun ketrampilan petugas dalam memungkinkan beberapa orang dari responden memperoleh sedikit informasi.

Pada penelitian ini masih ada responden yang pendidikannya tamat SD meskipun hanya 4 responden. Menurut Fiatin dkk, (2011) menyatakan bahwa pendidikan dasar memiliki pengaruh besar terhadap pengetahuan di usia muda karena semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya. Selain itu pendidikan memang mempengaruhi seseorang dalam berpendapat, berfikir, sehingga pengetahuannya meningkat. Seseorang yang berpendidikan rendah juga dapat baik pengetahuannya bila mendapat informasi dari majalah, buku, televise atau lainnya.

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prastyawati (2012) kepada wanita usia subur di Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang menunjukkan bahwa (79,2 %) memiliki pengetahuan yang cukup tentang kanker serviks, 15 responden (15,6 %) memiliki pengetahuan baik, dan 5 responden (5,2 %) berpengetahuan kurang, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yakni faktor pendidikan dan pendapatan wanita

PUS. Sesuai dengan hasil penelitian diatas bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan.

Hasil analisa peneliti dari 30 WUS < 20 tahun di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan cukup mengenai pengertian kanker serviks yakni sebanyak 20 responden (66,7 %). Sebagian besar WUS < 20 tahun sudah mengetahui pengertian kanker serviks. Pengetahuan responden tentang pengertian kanker sebagian besar cukup disebabkan ibu telah memperoleh informasi tentang pengertian kanker serviks dari media massa maupun elektronik, pengetahuan cukup saja belum dapat dikatakan bahwa meraka tahu lebih banyak tentang kanker serviks.

Merujuk hasil analisa penelitian juga menunjukkan tingkat pengetahuan tentang penyebab kanker serviks adalah baik yakni sebanyak 17 responden (56,7 %), hal ini sesuai teori yang ditulis oleh Yaitim (2010) bahwa penyebab kanker serviks meliputi memiliki terlalu banyak anak (lebih dari 5 anak), keputihan yang berlangsung terus menerus dan tidak normal, berganti-ganti partner seks, dan menikah atau sudah melakukan hubungan seks dibawah usia 20 tahun. Selain itu, menikah dibawah usia 20 tahun atau sudah melakukan hubungan seks dibawah usia 20 tahun risiko terkena kanker serviks lebih tinggi, dan menurut Melva, 2007 menyatakan bahwa wanita menikah di bawah usia 20 tahun biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadi kanker leher rahim dibandingkan dengan mereka yang menikah diatas usia 20 tahun. Namun masih ada yang belum mengetahui penyebab kanker serviks,hanya ada 7 responden (23,3 %) yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, padahal penyebab kanker serviks harus diketahui agar kita dapat menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kanker serviks.

(11)

8 Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

tahun menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mengenai tanda dan gejala kanker setengah dari responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 15 responden (50 %), dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 4 responden (13,3 %). Kurangnya pengetahuan karena tanda dan gejala tidak terlalu tampak, butuh waktu cukup lama dari infeksi menjadi kanker, sehingga seringkali seorang perempuan tidak mengindahkan tanda dan gejala yang terjadi.

Mengenai deteksi dini kanker serviks pada WUS < 20 tahun diperoleh data dari 30 responden terdapat 17 responden (56,7 %) yang mempunyai pengetahuan kurang, sebagian kecil berpengetahuan cukup sebanyak 8 responden (26,7%) dan sangat sedikit yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%). Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Chintami (2009) di Kelurahan Petisah Tengah di dapatkan hanya 5,5 % yang memiliki pengetahuan baik, berpengetahuan cukup 62,7% dan sebaliknya berpengetahuan kurang sebesar 31,8 %. Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini kaker serviks seperti pap smear banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan terhadap kanker serviks.

Selanjutnya, dari 30 WUS < 20 tahun di Desa Bojongmalaka mempunyai tingkat pengetahuan kurang mengenai pencegahan risiko kanker serviks yakni 18 responden (60 %). Wanita pasangan usia subur belum terlalu banyak mengetahui mengenai pencegahan kanker serviks, yaitu dengan cara tidak berganti-ganti partner seks, mengkonsumsi makanan yang bergizi, menjaga kebersihan, dan melakukan vaksin HPV (Human Papilloma Virus). Melihat dari gambaran pengetahuan diatas kurangnya pengetahuan

mengenai pencegahan kanker serviks ialah kurangnya informasi mengenai pencegahan kanker serviks dan adanya vaksin HPV (Human Papilloma Virus), Kurangnya promosi media baik berupa media elektronik maupun media cetak yang mempromosikan mengenai vaksinasi kanker serviks.

Hasil analisa peneliti dari 30 WUS < 20 tahun menunjukkan bahwa sebagian besar mempunyai pengetahuan baik 22 responden (73,3 %) mengenai pengobatan kanker serviks, WUS < 20 tahun mengetahui pengobatan kanker serviks yaitu dengan cara kemoterapi melalui media cetak maupun media elektronik, padahal kemoterapi adalah pengobatan untuk penderita kanker serviks stadium lanjut, untuk pengobatan stadium awal dapat dilakukan dengan cara operasi.

Pengetahuan responden tentang risiko kanker serviks masih ada yang hanya pada kategori kurang yakni 8 responden (26,7 %). Pengetahuan kurang dapat disebabkan kurangnya informasi yang didapat respondententang risiko kanker serviks. Pengetahuan kurang juga dapat disebabkan salahnya informasi yang didapat tentang kanker serviks dan masih kurangnya keinginan responden untuk mengetahui lebih dalam mengenai risiko kanker serviks khususnya tanda dan gejala kanker serviks, deteksi dini kanker serviks, pencegahan kanker serviks.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan pengetahuan WUS < 20 tahun tentang kanker serviks menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang cukup. Kondisi ini mempunyai dampak terhadap keharusan semua pihak, meliputi pemerintah setempat, dinas kesehatan setempat dan tenaga kesehatan setempat terutama bidan sebagai petugas yang sampai saat ini masih menjadi

(12)

Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015

JURNAL ASUHAN IBU

&

ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016

9

kepercayaan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah peningkatan pengetahuan masyarakat melalui pendidikan kesehatan dengan media yang variatif dan frekuensi yang lebih sering.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih luas lagi karena banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan pemahaman masyarakat tentang kanker servisk tidak sesuai harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, N & Ekawati, H. ( 2012 ). Hubungan Deteksi Dini Pap Smear dengan Kejadian Kanker Seriviks pada pasangan Usia Subur usia 20 tahun- 35 tahun di Poli Onkologi RSUD Dr. Soegiri Lamongan. (http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp- content/uploads/jurnalsurya/noXIII/8. pdf Diakses tanggal 18 Februari 2015) Andrijono. 2009 . Sinopsis Kanker Ginekologi.

Jakarta: Pustaka Sprit

Bobak,dkk. 2004 . Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Maryunani,Anik. 2010 . Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

Notoatmodjo, Soedikjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed.Rev. Jakarta : Rineka Cipta

Novi, DY. ( 2013 ) . Gambaran Pengetahun Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks Di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetie Medan. (http:// balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/ gambar/file/Novi.pdf. Diakses tanggal : 18 Februari 2015)

Octavia, C ( 2009 ). Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. (http://www.sulutiptek.com/documents/ MBARANPENGETAHUANIBUMENGENAI. pdf. Diakses Tanggal : 10 April 2025) Prawirohardjo, Sarwono. 2006 . Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2010 . Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Ridwan & Nandang. Faktor – Faktor Yang

Berhubungan Dengan Usia Menikah Muda Pada Wanita Dewasa Muda di Kelurahan Mekarwangi Kota Bandung. (http:// stikesayani.ac.id/publikasi/ejournal/ files/2009/200908/200908-007.pdf. Diakses tanggal 18 Februari 2015) Subagja, Hamid. ( 2014 ). Waspada

Kanker-Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta : FlashBooks

Sugiyono. ( 2013 ). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sulistyaningsih. ( 2012 ). Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wulandari, DJ. ( 2014 ). Pengaruh Terapan Iklan BKKBN Terhadap Persepsi Mahasiswa Tentang Menikah Muda. (http://ejournal. ilkom.fisip unmul.ac.id/site/?p=1564. Diakses tanggal 22 Februari 2015) Yulianti, R. ( 2010 ). Dampak yang Timbul Akibat

Pernikahan Dini. (http://lppm.trunojoyo. ac.id/upload/penelitian/penerbitan_ jurnal/01_Pamator%20Vol%203%20 No%201%20April%202010.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2015

(13)

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Frekuensi Pengetahuan  WUS &lt; 20 tahun tentang  Risiko Kanker Seviks di Desa
Tabel 2.  Distribusi Frekuensi Pengetahuan WUS &lt; 20 tahun Tentang Kanker Serviks Berdasarkan Sub  variabel di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah  Kabupaten Bandung Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

ari perhitungan pada kasus genetika kualitatif dari hasil nomor satu bahwa 2kan mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal dorsal

www.bpkp.go.id Transparansi Akuntabilitas Keuangan Desa Sesuai dengan Regulasi yang Berlaku Memudahkan Tatakelola Keuangan Desa Kemudahan Penggunaan Aplikasi

Ruang lingkup dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah pada pelaksanaan dari teori- teori yang dipelajari pada perkuliahan Ilmu Ukur Tanah dan pengarahan dari instruktur

penerimaan dari Pendapatan Transfer yang mencapai 82,38 persen dari total Pendapatan Daerah di wilayah Provinsi NTB. Sedangkan realisasi Pendapatan Asli Daerah

Berangkat dari hal- hal tersebut diatas maka berkaitan dengan kebijakan, efektifitas dan efisiensi serta prospek dan tantangan kehumasan dalam Pemerintahan diwaktun waktu

Tugas Akhir ini akan membahas perhitungan perencanaan tebal konstruksi perkerasan lentur menggunakan metode Bina Marga (Analisis Komponen) dan konstruksi perkerasan kaku

Kemungkinan banyak dari unsur-unsur ini hadir di dalam dengan sempurna intergrown mineral di dalam kristal kalkopirit, sebagai contoh lamellae yang mewakili.. arsenopyrite,

Selanjutnya permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan ini yaitu menentukan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan  perlakuan akuntansi berikutnya atas aset