Sesunggulinya aa£ampenciptaan fangit dim 6umi dim silift 6a;gantimja ma1am dim siaJ'!] urdiJpat tandiz-tandiz 6agi orang-orm,!] ljlU'!] 6eral(q!, (ljaitu) orang-arang ljlU'!] mengingatJlffali sambi! 6erdlri atau tfutfu{atau tfafmn f(eadaan 6er6aring dim merek;g rnetnik!:rf(an tentong penciptaan fangit dim 6umi (seraya 6erf@ta) : ''Ya%fah, 'Ya 'Tulian
kmni,
ti111fafah 'Eng!@umenciptaiCan ini tfengan sill-sin. 'MahaSuci 'Engf(au, ma!;g pefiftaraWi kqmi £art sif(Sfl nerafi:g".(QS. 5I!i 1mran : 190-191)
'lCllllja ini !i!Jpersemhahkan 6uat : ::4yafiantfa dim 16wufa/i:ll ljlU'!] urcinia
'lCaf(aI(dim ~ YlU'!] ~'ill1jlU'!]i YlU'!] .<efafu maufoal(glIK/f al(all ke.6erfUlSi!mU(u
:Hanya k<pada.q[[afI dim 'R!Llld afi:g serumtitlsa 6ersemli diri
SKRIPSI
TEKNDLDGI PENYIMPANAN REBUNG BEIUNG
(Dendro calamus asper)
SEGAR
DEIIGAN PENGEIiDALlAN AIMDSFER TERIIDDIFIKASI
Oleh
WAHYU SETIAWAN,
F 28. 1705
1 9 9 5
FAKUL T AS TEKNOLOGI PERT ANIAN INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
WAHYU SETIAvIAN. F 28.17 05. Teknologi Penyimpanan Rebung Betung (Dendro calamus asper) Segar Dengan Pengendalian Atmos-fer Termodifikasi. Dibawah bimbingan Tien R. Muchtadi.
RINGKASAN
Kebutuhan akan sayuran terus meningkat setiap tahun. Sejalan dengan peningkatan tersebut, maka dibutuhkan suatu teknologi penanganan pasca panen yang dapat mempertahankan mutu sayuran. Salah satu teknologi penyimpanan yang telah ada, yaitu penylmpanan dengan udara termodifikasi yang dikom-binasikan dengan suhu rendah.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penyimpanan rebung segar dengan udara termodifikasi, menentukan laju respi-raSl rebung betung segar, menentukan konsentrasi 0 dan CO
optimum untuk penyimpanan dan menentukan jenis film kemasan. Penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari rebung be tung segar. Penelitian utama terdiri dari 3 tahap, yaitu (1) pengukuran laju respirasi, (2) penentuan kadar 0: dan CO op-timum dan (3) pemilihan jenis film kemasan.
Hasil pengukuran laju respirasi memperlihatkan semakin tinggi sUhu, maka laju respirasi makin tinggi. Laju konsumsi
o
rebung betung segar pada suhu kamar, 5C dan 10C masing-masing 30.43 ml/kg.jam, 5.25 ml/kg.jam, dan 5.94 ml/kg.Jam. Sedangkan laju produksi CO rebung be tung segar pada suhu kamar,5'C dan 10'C masing-masing 43.70 ml/kg.jam, 3.38 ml/kg. jam, dan
6.02 ml/kg. jam.
Akibat penyimpanan, mutu rebung akan menurun. Uj=- mutu yang dilakukan adalah uj i susut boboL UJ 1 kekerasan, uJ 1
warna, UJl eotal gula, uji vitamin C dan uj: organoleptll:. Untuk mengetahui konsentrasi gas optimum dilakukan 4 perlakuan konsentccasi gas 0 dan CO, yaicu 1-3 0 5-7 CO, 3-5 0 8-1J
rebung segar semakin lama disimpan mav.in turun. Penurunan kekerasan terkecil hingga hari v.e-21, tC'qadi pada perlakuan gas 0 3-5 dan CO 8-10 yaitu dari 1578.8 kg/m menJadi 11)91.3 kg/m pada suhu penYImpanan 5
c.
Susut bobot terkecil terjadi pada per lakuan gas 0 3-5 dan CO 8-10 pada suhu 5 C yai tu sebesar 0.48,. Hasil uji total gula dan vitamin C, perubahan terkecil juga terjadi pada perlakuan gas 0 3-5 dan CO 8-10' yai tu masing-masing sebesar 1.3 gr dan 0.29 mg. Sedangkan hasll uj i organoleptik, panelis masih menyukai rebung betung segar yang disimpan pada perlakuan gas 0 3-5. dan CO 8-10i untuk suhu SC dan memperoleh nilai tertinggi sampai hari ke-21. Berdasarkan hasil pengamatan mutu, maka rebung betung segar disarankan disimpan pada konsentrasi gas 0 3-5i dan CO 8-l0? pada suhu S"C.Setelah diplotkan kemasan diperoleh jenis sebagai bahan pengemas.
ke dalam grafik penentuan jenis film film Low Density Polyetilen (LOPE)
Berdasarkan uji kekerasan, uji susut bobot, uji warna dan organoleptik, rebung betung segar yang dikemas dengan kemasan LDPE dengan ketebalan 5 ).lm mampu mempertahankan mutu hingga hari ke-16.
TEKNOLOGI PENYIMPANAN REBUNG BETUNG
(Dendro calamus asper) SEGAR
DENGAN PENGENDALIAN ATMOSFER TERMODIFIKASI
01eh : WAHYU SETIAWAN
F 28.1705
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1995
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
TEKNOLOGI PENYIMPANAN REBUNG BETUNG
(Dendro calamus asper) SEGAR
DENGAN PENGENDALIAN ATMOSFER TERMODIFIKASI
Oleh : WAHYU SETIAWAN
F 28.1705
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Dilahirkan Tanggal 20 Juli 1972 di Cirebon
Tanggal Lulus: 15 Desember 1995
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufik
dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof.Dr.lr. Tien R. Muchtadi, MS., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
me-nyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Dede R. Adawiyah dan Ir. Rokhani Hasbullah, selaku
dosen penguji yang telah memberikan penilaian, bimbingan
dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ayahanda, Ibunda dan Saudara-saudaraku yang tercinta, yang
telah memberikan dorongan semangat dan doa.
4. Rekan-rekan di WALISONGO dan semua pihak yang telah
mem-bantu namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, karenanya kritik dan saran sangat penulis
harap-kan untuk perbaiharap-kan yang aharap-kan datang.
Bogor, Desember 1995
HalaJl'aIl KATA PEl%ANI'AR l DAFI'AR lSI ••...•••.••...••..•...••....••... ii DAFI'AR GI\MBAR •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• v DAFI'AR 'ITlBEL ••...••••••••••••....••.•••••...••••..••••••••••.... vi DAFI'AR IAMPlRAN •..•..••••••••••...••••••••...•••••••••••••••. V l l I. PENDAHUlllAN A. IATAR BE:I.AKAN:; 1 B • 'IUJUAN ••••••••••••••••••••..••••••••••••••••..••.•••.••••••• 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM REBUN::: •••••.•••••••••••••••••••••••••••••••••• 3
1. Botani Rebung ...•... 3
2. Komposisi Kimia 4
3. Kegunaan Rebung 5
B. RESPlRASI ...•••••....•...••...•.•..•... 6
C. PENYIMPANAN DEN;AN A'IMJSFER TERMJDIFlKASI . . . 8
1. Pengaruh Komposisi Gas Dalam Penyinpanan
Atrrosfer Terrrodifikasi ... 9 2. Pendinginan ... 10
D. PENTIMPANAN DALAM KEMASAN PLASTIK •...••••••..•••.••••••••••• 11
I I I. BAHAN DAN ME'IODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN AIAT •••••••..••••.•••.•...•..•••••••.••••••• 13
1. Bahan ....•...•...•... 13
2. Alat . . . 13
B. WAK'IU DAN 'IEMPAT PENELITIAN .••.•••.•..•...••••..•••••••••••• 15
C. ME:IODE PENELITIAN ... 15
1. Penelitian Pendahuluan ... 15
2. Penelitian UtarrB ... 16
2.1 Penentuan pola respirasi ... 16
2.2 Penentuan konsentrasi gas 0 dan ffi_ optimum ... 17
2.3 Penentuan jenis film karasan ... . 18
D. PERIAKUAN 20 E. RANCANGAN PERCOBAAN ... 21 F. PEN:;AMATAN •••••••••••••••••••.••.•...••.•••••.•••••••••••• 22 1. Kadar Air 22 2. Kadar Abu 22 3 . Kadar Protein ...•... 23 4 . Kadar Latak . . . 24 5. Total Gula ... 25 6. Kekerasan ... 25 7. Susut Borot ... 25 8. Kadar Vitamin C ... 26 9. Uji Warna ..••...•...•...•...•... 26 10.Uji organoleptik 27 IV. HASIL DAN PEMEIAHASAN A. PENELITIAN PENIlAHULUAN 28 B. PENELITIAN UTAMA 1. PENENTUAN POLA RESPlRASI ... 28
a. Uji
b. Uji
e. Uji Warna ... 41
f. Uji Organoleptik ... 43
c.
PENENTUAN JENIS FILM KEMASAN ... 44v.
KESIMPUIAN DAN SARANA. KESIMPUIAN ..••••.•••••••••.•••...•.•.••••••••••••••..•••• 50
B. SARAN ...••.•••••••••...•...•••.•••••••••••••••••..•..•• 50
DAFTAR PUSTAKA IAMPlRAN
HalaJraIl
Gambar 1. Rebung betung 14
Gambar 2. KoSJTOtektor tipe XP-314 dan tipe XPO-318 ... 14
Gambar 3. Mesill Inston lS Gambar 4. Diagram alir pengukuran konsentrasi gas ... 16
Gambar S. Diagram alir penentuan konsentrasigas 0 dan m optimum .. 18
Gambar 6. Diagram alir penentuan jenis film kerrasan dan pendugaan unur sinp9n dalam kerrasan ... 20
Gambar 7. Kurva perubahan konsentrasi gas 0 dan
m
yang disinp9n pada suhu 29.SC ... 29Gambar 8. Kurva perubahan konsentrasi gas 0 dan
m
yang disinp9n pada suhu S"C ... 30Gambar 9. Kurva perubahan konsentrasi gas O. dan
m.
yang disinp9n pada suhu lOcC ... 31Gambar 10. Kurva perubahan susut bobot pada suhu SC
...
32Gambar 1l. Kurva perubahan susut OOOOt pada suhu 10C
...
33Gambar 12. Kurva perubahan kekerasan pada suhu SC
...
34Gambar 13. Kurva perubahan kekerasan pada suhu 10C
...
3S Gambar 14. Kurva perubahan vitamin C pada suhu SC...
36Gambar lS. Kurva perubahan vitamin C pada suhu 10C
...
37Gambar 16. Kurva perubahan total gula suhu SC
...
38Gambar 17. Kurva perubahan total gula suhu 10 C
...
39Gambar 18. Kurva perubahan warna suhu SC
...
42Gambar 19. Kurva perubahan warna suhu 10C
...
42Gambar 20. M:del kerrasan WPE
...
4S Gambar 2l. Kurva perubahan susut OOOOt rebung dalam kerrasan...
47Gambar 22. Kurva perubahan kekerasam rebung dalam kerrasan
...
48Gambar 23. Kurva perubahan warna rebung dalam kerrasan
...
49Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Halam3.I1 Karp:>sisi rebung mentah per 100 gram
bagian yang dapat di makan . . . 6 Karp:>sisi kimia beberapa sayuran dan
rebung mentah per 100 gram bagian yang
dapat di makan ...•...•••.•.•.•...•.•••.... 6 Koefisian permeabilitas film plastik
yang ada dipasaran ... 12 Karp:>sisi rebung petung segar hasil
pengarratan per 100 gram bagian yang
dapat dimakan ... 28
DAF1'AR IlIMPIRAN
Halarran Larrpiran lao D3.ta hasil pengukuran konsentrasi gas 0 dan
m
pacIa suhu 5C (%)
...
54 Larrpiran lb. D3.ta hasil pengukuran konsentrasi gas 0 dan co.pada suhu 5C (ee/kg)
...
54Larrpiran Ie. D3.ta hasil pengukuran konsentrasi gas 0 dan CO
pacIa suhu 10 C (%)
...
55 Larrpiran ld. D3.ta hasil pengukuran konsentrasi gas 0 dan COpada suhu 10C (cc/kg)
...
55Lanpiran Ie. D3.ta hasil pengukuran konsentrasi gas 0 dan CO
pada suhu 29.5C (%)
...
56Lanpiran
1£.
D3.ta hasil pengukuran konsentrasi gas 0 danm
pada suhu 29.5e
C (cc/kg)
...
56 Lanpiran 2a. D3.ta hasil pengujian susut bolx>t (%)...
57 Larrpiran 2b. Analisa keragarran dari karposisi udara, larmpenyinpanan dan suhu terhadap nilai susut bobot rebung... 57 Larrpiran 3a. D3.ta hasil pengujian kekerasan (kg/m) ... 58 Larrpiran 3b. Analisa keragarran dari karposisi udara, larm
penyinpanan dan suhu terhadap nilai kekerasan rebung... 58 Larrpiran 4a. D3.ta hasil pengujian vitamin C ... 59 Lanpiran 4b. Analisa keragarran dari karposisi udara, larm
penyinpanan dan suhu terhadap nilai vitamin C rebung... 59 Larrpiran Sa. D3.ta hasil pengujian total gula (gram) ... 60
Lanpiran sb. Analisa keragarran dari karposisi udara, larm
penyinpanan dan suhu terhadap nilai total gula rebung.... 60 Larrpiran 6a. D3.ta hasil pengujian wama rebung ... 61 Larrpiran 6b. Analisa keragarran dari karposisi udara, larm
penyinpanan dan suhu terhadap nilai perubahan
wama rebung... 62 Larrpiran 7. D3.ta hasil pengujian organoleptik rebung ... 62 Larrpiran 8. Kurva penentuan jenis kerr6san ... 63
kekerasan (kg/m) rebung dalam kEffi3.san
...
64Larrpiran 9b.
Datahasil pengujian
warnarebung dalam kEffi3.san
...
64Larrpiran 9c.
Datahasil pengujian organoleptik rebung dalam kEffi3.san
..
64I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sayur-sayuran merupakan bahan makanan yang mempunyai
peranan yang penting sebagai sumber vitamin, mineral dan
serat kasar. Diantara berbagai Jenis sayuran terdapat satu
jenis sayuran yang dikenal dengan nama rebung, yaitu tunas
akar rimpang tanaman bambu. Rebung merupakan jenis sayuran
yang mempunyal tekstur yang khas dan sangat digemari
penduduk Asia.
Rebung sebagai sayuran segar tidak jauh berbeda dengan
sayur-sayuran lain, yaitu mempunyai sifat mudah rusak.
Kerusakan yang terjadi terutama akibat dari penanganan yang
kurang baik setelah dipanen.
Usaha untuk mempertahankan mutu rebung dapat dilakukan
dengan cara penyimpanan pada suhu rendah, dikeringkan,
fermentasi dan dengan cara atmosfer termodifikasi.
Prinsip CAS (Controled Atmosphere Storage) dan MAS
(Modified Atmosphere Storage) adalah adanya pengaturan
komposisi atmosfer di sekitar produk yang disimpan, dimana
konsentrasi CO dinaikkan dan konsentrasi 0 di turunkan,
dibandingkan dengan komposisi pada atmosfer Eormal.
Perbedaan diantara keduanya hanyalah bahwa pada sistem CAS
pengaturan komposisi atmosfer di sekitar produk dilakukan
secara menerus selarna penylmpal:u.[1 dengc~;l s·Jatu perala tan
khusus, sedangkan pada s is tern MAS penga turan hanya di la kukan
Penelitlan ini bertujuan untu~ mempelajari penYlmpanarl rebung segar dengan udara termodifikasi, menentu~an laju
respirasi, menentu~an ~cnsentrasi gas 0 dan CO opti~um darl menentukan jenis film ~emasan.
,~"'-"
-'~-'.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM REBUNG
1. Botani Rebung
Tanarnan barnbu terrnasuk dalarn rurnpun Gra:ninae
(rurnput-rurnputan) bersama-sama dengan tanaman tebu, gandum, rumput, sorgum, padi dan sebagainya. T2nama~ ini turnbuh harnpir di seluruh benua di dunia, kecual: sedikit at au harnpir tidak ada di benua Eropa dan kutub. Barnbu dapat tumbuh di dataran rendah maupun
pegunungan (Ferrelly, 1984)
d~ daerah
Taksonomi bambu memperlihatkan bahwa tana:",an bambu mempunyai 76 marga yang terdiri dari 1200-1500 ]enlS (Ferrelly, 1984). Menurut Widjaja (1986), neg-ara Cina
merupakan negara dengan luas hutan bambu terbesar di dunia, disana terdapat 300 jenis bambu dari 26 marga. Negara Jepang yang juga mendapat julukan negara bambu,
mempunyal 669 Jenls bambu dari 13 marga. Daerah di semenanjung Malaya termasuk Indonesia terdapat 46 ]enis
bambu dari 7 marga.
Budidaya bambu Indonesia belum dilaku:':a~, sccara besar-besaran seperti halnya di India, Je::;~:~~, =ina,
Thailand dan Budidaya tanaman
mengikuti cara-cara tradisional yang biasa di~cf::.:kal' cleo: pendudu~: di p2desaan Indonesia (Sastr2pr2,j~_ c:. ,~< c'11. I
Rebung merupakan batang-batang mud a tanaman bambu
yang seluruhnya masih diselubungi oleh daun-daun kelc)pa~
(Sindoesoewarno, 1960). Sedangkan menurut Pringgod.igdc
(1973), rebung adalah bonggo1 akar bambu yang masih mud a
sekali.
Jenis-jenis tanaman bambu
diambil untuk dimakan, antara
yang rebungnya
lain adalah bambu
biasa
aur, bambu ater, bambu andong, bambu gombong, bambu jalur dan
bambu betung. Bambu betung
paling disukai (Sastrapradja,
Bambu betung merupakan
ditanam di daerah tropis Asia.
menghasilkan rebung yang
1980) .
jenis bambu yang banyak
Buluh bambu be tung Jarang
sekali dipotong secara besar-besaran, karena dapa t
merusak rumpun dan mengurangi hasil rebungnya
(Sastra-pradja, 1980)
Menurut klasifikasi botani, tanaman bambu betung
termasuk kelas Monocotyledineae, ordo Graminales, familia
Gramineae, sub familia Dendrocalameae, genera
Dendroca-lamus, spesies Dendrocalamus asper (Sastrapradja, 1980).
2. Komposisi Kimia
Senyawa utama di dalam rebung mentah adalah air,
yaitu sekitar 91 persen. Disamping itu rebung mengandung
protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin,
ribofla-vin dan asam askorbat serta unsur-unsur mineral yang lain
seperti kalsium, Fosfor, besi dan kalium dalam Jumla:'
kecil. Komposisi kimia rebung mentah secara umum dapat
Tabel 1. Komposisi rebung mentah per 100 gram bagian yang dapat
di
ma}:an Komponen Air, gr Protein, gr Lemak, gr Total karbohidrat, gr Serat, gr Abu, gr Kalsium, mg Fosfor, mg Besi, mg Kalium, mg Vi tamin A, S I Thiamin, mg Riboflavin, mg Niasin, mg Asam Askorbat, mg Energi, ka1.Watt dan Merrill, 1975
Kdndungan 91.00 2.60 0.30 5.20 0.70 0.90 13.00 59.00 0.50 533.00 20.00 0.15 0.07 0.60 4.00 27.00
Bila dibandingkan dengan sayur-sayuran secara umum, komponen rebung relatif hampir sarna kandungan protein, lemak dan karbohidratnya, seperti terlihat pada Tabel 2
(Yamaguchi dan Wu, 1975).
Tabel 2. Komposisi kimia beberapa sayuran dan rebung mentah setiap 100 gram bagian yang dapat di makan t:
Bahan Protein Lemak Karbohidrat Air
(e) ( ) ( ) ( ... ) - - - -- - -- ----Rebung 2.6 C.3 S.2 91. 0 Jamur kuping 3.8
o ,.
. Q 0.9 93.7 Tebu terubuk 4.6 0.4 3.0 91. 0 Bayam 3.5 0.5 6.5 86.9 Buncis 2.4 0.2 7. ,,
88.9 Kol kembang 2.4 0.2 4.9 91.7Beberapa ]enlS rebung mengandung senyawa ta~sil: sianida dalam bentuy. glukosidi~nya. Bila senyc>"d 1::1
bereaksl dengan air maka akan terbentuk senyawa siallidd. Asam s:anidd dapat diy.eluarkan dari rebung mentah denq~ll
merusak jaringan-jaringan rebung melalui proses pemaSdY.a~ (Yamag:Jchi dan Wu, 1975). Kadar asam sianida da: aT
rebung mencapai 800 rng tiap 100 gram (Wogan, 1976). Rasa
pahit pada rebung mungkin berhubungan dengan kand\lnga~ glukosida tersebut.
3. Kegunaan Rebung
D: Indonesia, rebung merupakan salah satu bar.a:> makana:> yang banyak disukai oleh masyarakat.
betung setelah dibuang kelopaknya, diiris-iris kemudia:> diolar dengan cara dikukus atau direbus. Rebung dap2.t dlmak2.~ sebagai sayuran tunggal atau digunakan sebag2.i
bahan pencampur sayuran dalam masakan lainnya. Selain
dimaka~ setelah direbus, rebung sering juga diolah dengan
cara pengasinan atau dibuat acar (Pringgodigdo, 1973).
B. RESPlRASI
Sebagian besar perubahan-perubahan fisikokimiawi ya:>; terjadi daiam sayuran yang sudah dipanen berhubungan denqa~ metabolis;:,.e oksidatif, termasuk didalamnya r-espir2:3~
(Pantasti::::J, 1986).
Yang dimaksud dengan respirasi atau pernafasan acta~a~
suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan 0 dala:r. pembakara:; senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protei~
7 dan lemak yang akan menghasilkan CO , air dan seJumlah besar elektron-elektron (Winarno dan Aman, 1981).
Respirasi normal terjadi
C H 0 + 6 0 --- 6 CO + 6 H 0 + energi
~nergi yang dihasilkan oleh resplrasl kira-kira sebesar 16 l1J/kg (Mannapperuma, et al., 1988).
Menurut Pantastico (1986), besar keeilnya resplraSl dapat diukur dengan menentukan Jumlah substrat yang hi lang,
o
yang diserap, CO yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan dan energi yang timbul. Tetapi pada kenyataannya, yang diukur hanya laju konsumsi 0 atau 1aju produksi CO.Dengan pengukuran laju konsumsi 0 dan laju produksi CO dim~ngkinkan mengevaluasi sifat proses respirasi. Perban-dingan laju produksi CO terhadap laju konsumsi 0 disebut
Respiration Quotion (RQ) RQ ini berguna untuk mendeduksi
sifat substrat yang digunakan dalam respirasi, sejauh mana reaksi telah berlangsung dan sejauh mana proses ini bersifat aerobik atau anaerobik (Pantastieo, 1989).
Pada umumnya, bila RQ sama dengan satu, gulalah yang dioksidasi. Suatu nilai RQ yang lebih besar dari satu menu~jukkan bahwa yang digunakan dalam respirasi itu suatu subs:rat yang mengandung oksigen, yaitu asam-asam erganik. 3ila RQ i-:ura~g dari satu, maka ada beberapa keml:ngkina~
',a) substra:~ya mempunyai perbandingan 0 terhadap l:arbon
yang lebih keeil daripada heksosa; Ib) oksidas~ belum :untas; dan ie) CO yang dikeluarkan digunakan dalam proses-proses sintesis (Pantastieo, 1989).
Laju respirasl merupakan petunjuk fang baik untuk daya
simpan sayuran sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran 1aju ja1annya metabalisme dan serIng dia~ggap sebagai petunjuk mengenal patensi daya slmpan sayuran. Laju respirasi yang hi lang biasanya disertai oleh umur simpan pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bah an makanan.
Selama proses pertumbuhan terj adi respirasi. Laju respirasi tinggi pada saal pembelahan sel dan menurun pada tahap pembesaran sel. Setelah itu laju respirasi dapat tiba-tiba naik kemudian turun, atau terus turun dengan perlahan-lahan sampai pada tahap pelayuan (Winarno dan Arnan, 1981). Setelah dipanen, sayuran masih tetap bernafas. Laju respirasinya tergantung pada suhu penyimpanan dan keter-sediaan 0_ untuk pernafasan.
Menurut mempengaruhi eksternal.
Pantastico (1986) terdapat dua faktor yang respirasi, yai tu faktor internal dan faktor Faktor internal terdiri dari tingkat perkem-bangan organ, pelapis alami dan jenis jaringan. Faktor
eksternal terdiri dari pengaruh suhu, pemberian etilen, 0 yang tersedia, konsentrasi CO" adanya zat pengatur pertum-buha~ dan kerusakan sayuran.
c.
PENYIMPANAN DENGAN ATMOSFER TERMODIFlKASIPenyimpanan dengan atmosfer termodifikasi adalah penyimpanan dimana t ingka t kandungan 0 di kurangi can t ingka t kandungan CO ditambah dibandingkan dengan udara biasa
melalui pengaturan pengemasan yanq menghasilkan kOlicJisi
konsentrasi-konsentrasi tertentu m~lalui interaksi
penyer2-pan dan pernafasan buah yang dic;lmpenyer2-pan ![lO dan SaJunkhe,
1975) .
Berbeda dengan atmosfer terkendali (CAS) dimana pengaturan kandungan 0 dan CO pada konsentrasi-konsentrasi tertentu di1akukan dengan pengendalian terus-menerus me1alui peralatan penunjangnya, sedangkan pada atmosfer termodifi-kasi penurunan kandungan 0 dan peningkatan kandungan CO di1akukan pada tahap awa1, yaitu dengan pemilihan bahan pengemas yang menghasi1kan kondisi konsentrasi-konsentrasi tertentu (Pantastico, 1975)
1. Pengaruh Komposisi Termodifikasi
Gas Dalam Penyimpanan Atmosfer
Pengaruh rendahnya 0 dan tingginya CO da1am penyimpanan atmosfer termodifikasi ditandai dengan
ditekannya 1aju pernafasan dan tertundanya periode klimakter i k (Met 1 i ts ki i, et a1., 1972). Tidak lengkapnya atau tidak adanya salah satu gas dalam atmosfer penylm-panan akan menyebabkan kerusakan-kerusakan yang berat.
Atmosfer yang terdiri dari 0 murni atau CO, ~urni saja akan menyebabkan pengeriputan bertahap (Pantastico, 1986 )
A:=mosfer penyimpanan yang dimodifikasi dengan
menurunkan tingkat kandungan 0 dan menaikkan kandungan
CC selain memperlambat 1aju pernafasan Juga menekan perubahan-perubahan fisio1ogi sayuran (Pantastico, 1986).
Konsentrasi 0 yang rendah dapat mempunyal pengaruh:
laju respirasi dan oksidasi substrat menu run , pematangan
tectunda, perombakan klorofil tertunda, produksi etilen
rendah, laju pembentukan asam askorbat berkurang,
perbandingan asam-asam lemak tak jenuh berubah dan laju
degradasi senyawa pektin tidak secepat seperti dalam
udara (Ulrich, 1986).
Selanjutnya kandungan CO dalam sel yang tinggi
mengarah keperubahan fisio1ogi berikut penurunan
reaksi-reaksi sintesis pematangan, penghambatan beberapa
kegiatan enzimatis, penurunan produksi zat-zat atsiri dan
gangguan metabolisme asam organik (Ulrich, 1986).
2. Pendinginan
Menurut Pantastico (1986), penyimpanan pada udara
termodifikasi dalam iklim tropika tidak dapat dianjurkan
tanpa dikombinasikan dengan pendinginan karena kerusakan
akan berlangsung lebih cepat dengan adanya penimbunan
panas dan CO-.. Selain itu laju respirasi sayuran akan
meningkat 2 - 3 kali untuk setiap kenaikan suhu 10·C. Teknik penyimpanan dengan atmosfer termodifikasi
yang dikombinasikan dengan pendinginan merupakan cara
yang baik untuk mencegah kerusakan selama penyimpanan dan
memperpanjang masa simpan produk (Pantastico, 1986).
Suhu rendah dapat menekan secara drastis aktivitas
miL,,;:':; patogen, tetapi hanya menghambat
pertumhuh2""j'3-Oleh karena itu bahan pangan yang akan didinginkan harus
11
Menurut Ulrich (1986), untuk kebanyakan Jenls
buah-buahan dan sayuran kisaran optimum untuk penyimpanan
adalah suhu OC-4C, konsentarasi
°
seki tar 3 per sen dan konsentrasi CO~ sekitar 0-5 persen.D. PENYIMPANAN DALAM KEMASAN PLASTIK
Banyak faktor yang mempengaruhi usaha-usaha untuk
menggunakan kemasan film untuk pengembangan atmosfer
termodifikasi yang menguntungkan melalui pernafasan produk
yang dikemas. Suhu, kelembaban, waktu, jenis dan tebalnya
film merupakan faktor penyimpanan yang mempengaruhi
ling-kung an di dalam kemasan. Selain itu, jenis dan jumlah at au
berat produk juga mempengaruhi kandungan 0, dan CO. dalam kemasan (Deily dan Rizvy, 1981)
Kemasan plastik memberikan lingkungan yang berbeda pada
sayur yang disimpan, karena laju perembesan 0, ke dalam
kemasan dan CO, ke luar kemasan sebagai akibat kegiatan
pernafasan buah berbeda, tergantung pada sifat-sifat film
kemasan yang bersangkutan (Hall, et al., 1975).
Sifat kemasan film yang cocok untuk penyimpanan
buah-buahan dan sayuran terutama untuk pembentukan atmosfer di
dalam kemasan adalah film yang fermeabel terhadap 0, daripada
CO (Hall, et al., 1975).
Kemasan plastik film yang biasa digunakan dalam
penyimpanan sayuran dengan atmosfer termodifikasi antara
lain polietilen,
(Soedibyo, 1979).
Koefisien permeabilitas beberapa film plastik yang
biasa digunakan itu seperti pada Tabe1 3.
Tabel 3. Koefisien permeabilitas film plastik yang ada dipasaran' Jenis film Permeabilitas pada I CO Polyethylen low density Polyvinil chloride Polypropilen Polystirene Saran Polyester 7700-77000 4263- 8138 7700-21000 10000-26000 52- 150 180- 390 Zagory dan Kader (1988).
(cc/m' Imi I Ihar i) atm 25C
o
3900-13000 620- 2248 1300- 6400 2600- 7700 8- 26 52- 130 Rasio CO : 0 2.0 - 5.9 3.6 - 6.9 3.3 - 5.9 3.4 - 3.8 5.8 - 6.5 3.0 - 3.5III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah rebung betung
(Dendro calamus asoer) segar yang diperoleh dari daerah
Sukasari, Bogor (Gambar 1). Bahan lain yang digunakan
adalah kemasan plastik jenis LDPE dengan ketebalan 5 pm
yang diperoleh dari PT Avesta Bekasi, pipa plastik,
vaselin, malam dan lilin. Disamping itu dibutuhkan gas
CO dan N yang diperoleh dari PT. Aneka Gas, Jakarta.
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bah an untuk analisa kadar protein, kadar
kar-bohidrat, kadar lemak dan kandungan vitamin C.
2. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
stoples dengan volume rata-rata 3352 cm3
untuk wadah
komoditi pada pengukuran laju respirasi. Alat untuk
mengukur konsentrasi gas 0: digunakan cosmotector tipe
XPO-31B dan untuk gas CO: cosmotector tipe XP-314 (Gambar
2). Disamping itu diperlukan juga aerator untuk menambah
oksigen dalam stoples, timbangan.
Untuk pengujian kekerasan digunakan mesin instron
(Gambar 3), sedangkan pengujian warna digunakan alat
cromameter minolta type CR-200. Untuk menyimpan produk
Sedangkan untuk analisa kimia digunakan alat-alat gelas.
Gambar 1. Rebung betung
15
Gambar 3. Mesin Instron
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik
Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) Mekanisasi Pertanian,
Laboratorium Pengolahan TPG, Pilot Plant PAU IPB dan
Laboratorium Fisika FTDC.
Penelitian ini dilakukan mulai Bulan Juni 1995 sampai
Bulan Oktober 1995.
c.
METODE PENELITIAN1. Penelitian Pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan ini dilakukan analisa
proksimat terhadap rebung be tung segar, yang melipuh
analisa kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
2. Penelitian Utama
2.1. Penentuan pola respirasi
Rebung, setelah ditimbang dimasukkan dalam
stoples kaca. Kemudian ditutup rapat dan pada celah
antara tutup dan ulir stoples dilapisi dengan
vaselin, lilin dan malam untuk mencegah masuknya gas
o
dan CO ke dalam stoples.Untuk mengukur konsentrasi gas dalam stoles
dibuat 2 lubang yang dihubungkan dengan pipa plastik
untuk mempermudah pengukuran. Pengukuran
konsen-trasi gas dilakukan dengan kosmotektor setiap hari
selama 9 hari, dimana pada hari pertama pengukuran
dilakukan setiap 6 jam.
Stoples yang digunakan 3 buah dan disimpan pada
3 tingkat suhu yang berbeda, yaitu 5e, lOce dan suhu
ruang (29.5e) Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 2 kali. Diagram alir pengukuran
kon-sentrasi gas dapat dilihat pada Gambar 4.
Rebung Segar ~
Pembersihan dan Sortasi ~ Penimbangan y y
.-Penyimpanan Suhu 5e
Penyimpanan Suhu 10e
Penyimpanan Suhu Kamar v Pengamatan Konsentrasi Gas 0 dan COGambar 4. Diagram alir pengukuran konsentrasi 0 dan CO
17
2.2. Penentuan konsentrasi gas O2 dan CO2 optimum
Pada penentuan konsentrasi gas
°
dan CO optirnuC'c dicoba 4 taraf konsentrasi, yaitu 1-3 persen 0 dace5-7 per sen CO, 3-5 persen 0 dan 8-10 perse~ CO 6-8 persen 0 dan 11-13 persen CO_ serta 21 persen C dan 0.03 CO (sebagai kontrol) .pada suhu 5 C da" 10 C.
Rebung, setelah ditimbang dimasukkan ke da I a". stoples. Kelebihan gas 0_ dam CO diusir denga·,
menggunakan gas N" kekurangan gas 0_ ditambah dengan menggunakan aerator sedangkan kekurangan gas CO ditambah dengan gas CO, dari tabung gas.
Pengendalian konsentrasi gas 0, dan CO pada konsentrasi yang diinginkan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk mencegah adanya kelebihan at au keku-rangan gas 0, dan CO,. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali terhadap susut bobot, kekerasan, warna, kandungan karbohidrat dan vitamin C serta organoleptik.
Masing-masing perlakuan pada berbagai konsen-trasi dan suhu ini dilakukan 2 kali pengulangan. Diagram alir penentuan konsentrasi gas 0 dar, CO op~imum dapat dilihat pada Gambar 5.
v Penyimpanan l . 1-3- 0 dan 2. 3-5- 0 dan 3. 6-8~ 0 dan 4. 21- 0 dan 1_ . Rebung Segar
,
Pembersihan dan Sortasi
v Penimbangan v Suhu 5 C Penyimpanan 5- 7 _ CO l . 1-3' 0 8-10' CO 2. 3-5- 0 11-13- CO 3. 6-8, 0 0.03" CO 4. 2l. 0 v Pengontrolan Konsentrasi Gas 0_, CO dan N
•
Pengamatan - uji susut bobot - uj i kekerasan - uji warna - uji karbohidrat - uji Vitamin C - uji organoleptik dan dan dan dan"
Suhu 10 C 5- 7" CO 8-10' CO 11-13- CO 0.03' CO .Gambar 5. Diagram alir penentuan konsentrasi 0 dan CO, optimum
2.3. Penentuan jenis film kemasan
Penentuan jenis kemasan dilakukan dengan metode
grafik, yaitu dengan memplotkan konsentrasi gas
a.
dan CO optimum ke dalam grafik penentuan jeniskemasan. Garis yang melalui daerah MA menunjukkan
bahwa film tersebut sesuai sebagai pengemas bahan
(Gunadya, 1992).
Penentuan jenis kemasan juga dilakukan
berdasar-kan permeabilitas kemasan (Manapperuma, 1990) .
Permeabilitas kemasan dihitung berdasarkan
19 y y, - W R untuy. 0 dan SK. z
=
z + W R untuy. C:C SK Keterangan:K dan K permeabilitas plastik terhadap gas 0 dan CO, Icc/m'.jam)
w
= berat sayuran (kg)R dan R, fungsi penurunan O. dan peningkatan CO pada laju respirasl Icc/kg.jam)
s
Iuas kemasan Im-)konsentrasi 0 dan CO diluar kemasan y dan z konsentrasi 0 dan CO yang diharapkan
Jenis kemasan plastik terpilih adalah kemasan yang mempunyai permeabil i tas mendeka ti perrr.eabi 1 i tas hasil perhitungan. Sebagai pembanding digunakan komoditi tanpa dikemas.
Menghindari kebocoran pada kemasan, maka bagian atasnya ditutup. Besar kemasan disesuaikan dengan
bahan yang akan dikemas. Lubang untuk pengamatan dibuat pada salah satu sisi kemasan plastik dan dihubungkan dengan selang plastik, kemudian dijepit dan ditutup lilin.
Pengamatan mutu dilakukan terhadap susut bobot,
kekerasan, warna dan organolep:ik. Diagram alir penentuan jenis kemasan dapat di"ihat pada Gambar 6.
Rebung Segar
,
Pembersihan dan Sortasi
v
Penimbangan
•
"
Penentuan Laju Penentuan Konsentrasi
"
Respirasi Gas 0 dan CO opt imum
•
Penentuan jenis film
Pengemasan dalam plastik terpilih penyimpanan pada suhu 5'C dan lace
~
Pengamatan mutu
terhadap : - uji susut bobot - uji kekerasan - uji warna
- uji organoleptik
Gambar 6. Diagram alir penentuan jenis film kemasan
D. PERLAKUAN
Pada penelitian ini dikenakan 3 macam perlakuan, yaitu: 1. Suhu Penyimpanan
A1. Suhu 5°C A2. Suhu 10'C
A3. Suhu kamar (29.5 c)
2 . Komposisi Udara
Bl. 1-3': 0 dan 5- 7 CO B2. 3-5' 0 dan 8-10 CO
B3. 6-8i 0 dan 11-13* CO
21 3. Lama Penyimpanan Cl. Penyimpanan 7 hari C2. Penyimpanan 14 hari C3. Penyimpanan 21 han E. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan dua kali ulangan.
Model rancangannya adalah sebagai berikut:
Y. fl + A. + Be + C + lAB). + IAC).k + IBC).k + IABC) ,
Keterangan :
Y", Variabel respon karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor suhu, taraf ke-j faktor komposisi udara dan taraf ke-k faktor lama penyimpanan.
fl A.
B.
C (Pill) . lAC) ..Efek rata-rata yang sebenarnya
Efek sebenarnya dari taraf ke-i faktor suhu
Efek sebenarnya dari taraf ke-j faktor komposisi udara
Efek sebenarnya dari taraf ke-k faktor lama penyim-pan an
Efek sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-i faktor suhu dengan taraf ke-j faktor komposisi udara Efek sebenarnya dari interaksi antara taraf ke-i faktor suhu dengan taraf ke-k faktor lama penyim-panan
(BC) , Efek sebenarnya dari interay.Sl an tara taraf ke-] faktor komposisi udara dengan taraf ke-k faktor lama
penyimpnan
(ABC), =Efek sebenarnya dari interaksi antara taraf }:e-i faktor suhu dengan taraf ke-j faktor komposisi udara dengan taraf ke-k faktor lama penylmpnan
E Efek sebenarnya dari unit eksperimen ke-k disebabkan oleh kombinasi perlakuan.
i 1, 2, 3
J 1, 2, 3, 4
k 1, 2, 3
F. PENGAMATAN
1. Kadar Air, metode oven (AOAC, 1984)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan
metode oven. Sejumlah bahan ditimbang (3-5 gram), lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105'C, simpan mencapai berat yang konstan.
Kadar Air
Keterangan :
(a-b) (b-c)
x 100%
a berat wadah dan bahan mula-mula
b berat wadah dan bahan setelah dikeringkan c berat wadah
2. Kadar Abu (Rangana, 1977)
Sejumlah bahan ditimbang (3-~ gram) dalam cawan yang telah dibakar dalam tanur dan diketahui beratnya. Masukkan cawan yang telah berisi bahan ke dalam tanur,
21
bakar sampai diperoleh abu yang berwarna abu-abu atau
berat konstan. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap, tahap
pertama dilakukan dengan suhu 400 C dan tahap kedua dengan
550 C. Dlnginkan dalam desikator, lalu ditimbang.
berat abu (gram)
Kadar Abu x 100;,
berat bahan (gram)
3. Kadar Protein, metode Kjeldahl-Mikro (Fardiaz et al,
1989)
Sejumlah kecil bahan ditimbang (kira-kira akan
membutuhkan 3-10 ml HCl 0.02 N), lalu dipindahkan dalam
labu Kjeldahl 30 mi. Ke dalam labu dimasukkan 1.9+0.1 gr
K,SO.;, 40+ 1 0 mg HgO dan 2.0+ 0.1 ml H,SO,. Ji ka bahan lebih
dari 15 mg di tambahkan 0.1 ml H,SO.: peka t untuk setiap 10
mg bahan di atas 15 mg. Tambahkan batu didih dan secara
perlahan kemudian didinginkan lagi. Kemudian isi labu
dipindahkan ke dalam alat destilasi, cuci dan bilas labu
5-6 kali dengan 1-2 ml akuades. Air cucian dipindahkan
ke dalam alat destilasi.
Bahan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang
telah berisi 5 ml larutan H3BOJ dan 2-4 tetes indikator
(campuran 2 bagian metil merah dan 1 bag ian metilen biru
0.2
*
dalam alkohol) dibawah kondensor.Bagian ujung tabung kondensor harus terendam di
bawah larutan H,BO,. Tambahkan 8-10 ml larutan NaOH-NaS,O,
kemudian lakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15
ml destilat dalam erlemeyer. Si las tabung kondensor
sarna. Kemudian eneerkan isi eriemeyer sampai kira-kira
50 ml, lalu titrasi dengan HCI 0.02 N sampai terjadi
perubahan warna manjadi abu-abu. Lakukan Juga pada
blanko.
(mi HCl-ml blanko) x N HCl x 14.007 x 100
*_ N
mg bahan
~_ Protein ,N x 6.25
4. Kadar Lemak, metode ekstraksi Soxhiet (Fardiaz et aI,
1989)
Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat
ekstraksi soxhlet yang digunakan, dikeringkan dalam oven,
kemudian didinginklan dalam desikator dan ditimbang.
Timbang 5 gr bahan, lalu dibungkus dengan kertas
saring dan diletakkan dalam alat ekstraksi soxhlet,
kemudian pasang alat kondensor diatasnya.
Tuangkan pelarut dietil eter ke dalam labu lemak
seeu kupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan.
Lakukan refluks selama minimal 5 Jam sampai pelarut yang
turun kembali ke labu lemak berwarna jernih.
Destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak,
tampung pelarutnya selanjutnya labu lemak yang berisi
Iemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu
105 C. Setelah dikeringkan sampai berat konstan dan
didinginkan dalam desikator, timbang labu beserta lemaknya
tersebut.
berat lemak (gram)
" Lemak x 100'
5. Total Gula, metode Anthrone (Apriyantono et aI, 1989)
Se= Jmlah bahan I ' , 1 ml) dimasuy.y.an ~e da lam tatnlnq
reak.si, c;itambiJhy.an S ml pereay.si anthrcCle, ditutup d"l"
ditempat~"lCl dalam waterbath 100 C selama 12 menit.
Kemudian didinginkan, dipindahy.an ke dalam kuvet dan dibaea absorbansinya pada panjang gelombang 630 nm dengan spektrofccometer.
6. Kekerasan, dengan alat rnstron 1140
Ke~erasan bahan dilakukan dengan menggunakan alat Instron ~140 Table Model Food Tester (USA) dengan faktor konversi untuk skala penuh ditentukan sebesar 14. Sampel yang aka:--. diukur kekerasannya diletakka:o dan dilakukan penekana:-: sampai peeah. Besarnya tekanan dibaea pada kurva ya:-:g tergambar pada kertas grafik.
H/14
Kekerasa:-: (kg/em3)
B
keterangan
H tinggi puneak kurva (em) A Skala amplifier (50 kg) B Luas penekanan (em')
7. Susut Bobot
x
A
SUS'.lt bobot di tentukan dengan eara menimbang bahan setelah ::iilakukan penyimpanan dengan waktu simpan yang telah di=entukan.
Ke~ilangan bobot dihitung dengan menggunakan rumus
A - B
Susut bobot x 100
A
keterangan :A : Berat bahan awal
B : Berat bahan pada saat pengamtilan setelah waktu slmpan yang ditentukan
8. Kadar Vitamin C, metode Yodium (Jacobs, 1962)
Penentuan kadar vitamin C dilakkan dengan titrasi. Bahan ditimbang sebanyak 10 gr dan dihancurkan, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, ditepatkan sampai tanda tera dengan menambahkan akuades. Setelah itu disaring dengan kapas, filtrat yang diperoleh dipipet sebanyak 25 ml dan dititrasi dengan larutan iod 0.01 N dengan indikator 1 ml kanji 1 i hingga diperoleh warna
biru secara konstan selama 30 detik. Dimana setiap ml iod 0.01 N sebanding dengan 0.88 mg vitamin C.
menghitung kadar Vitamin C digunakan rumus : ml Iod 0.01 N x 0.88 x B x 100
A
y keterangan : A mg Vitamin C/100 gr bahan B faktor pengenceran Y Berat bahan (gr)9. Uji Warna, sistem Hunter dengan alat kromameter
Untuk
Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat
Chromameter Minolta Type CR-200.
Pengukuran ini dilakukandengan cara menempelkan alat sensor pada bahan dan men em-bakkan sinar pada bahan.
27 10. Uji Organoleptik, uji Hedonik (Soekarto, 1982)
Pengujian orgonoleptlk dilakukan terhadap tekstur dan warna. Skala yang digunakan memp~'lyai kisaran dari 1 (sangat tidak suka), 2 !L,dak suka), 3 (netral), 4 (suka), dam 5 (sangat suka) PerlgUJlan organoleptik jang dilakukan adalah berdasarkan uj 1 kesukaan dengan
mengguna-kan panelis sebanyak 20 orang.
Bahan disajikan berdasarkan lama penyimpanan pada masing-masing perlakuan.
I. PENELITIAN PENDAHULUAN
Hasil pengamata~ kandungarl proksimat rebung betung segar pada penelitian pe~dahuluan ini, sebagai berikut:
Tabel 4. Komposisi rebung be tung segar hasil pengamatan per 100 gr bag ian yang dapat di makan
Komposisi Air, gr Protein, gr Lemak, gr Karbohidrat, gr Abu, gr Vitamin C, rq
II. PENELITIAN UTAMA
A. PENENTUAN POLA RESPIRASI
Kandungan 91, 81 0, 33 0.49 4,97 0,56 4,00
Dengan adanya penurunan konsentrasi 0 dan pening-katan konsentrasi CO menunjukkan bahwa sayuran masih melanjutkan proses hidup diantaranya proses respirasi.
Pengukuran laju respirasi dilakukan karena laju respirasi merupakan salah satu parameter yang dibutuhkan untuk menduga konsentrasi gas 0 dan CO kesetimbangan.
Konsentrasi gas 0 dan CO dalam satuan ml/kg diperoleh dengan mengalikan data hasil pengukuran
konsentrasi dalam persen dengan volume bebas dalam staples dan dibagi dengan berat komoditi. Data hasil
29 pengu~uran konsentrasi gas 0 dan CO dapat dilihat pada ~3mpiran 1.
Berdasary.an hasil pengamatan, rata-rata y.ons(;! t_rdsi
(23S 0 dan CO berubah. Penyimpanan pada suhu kamar
'29.:' C), menghasilkan laJu penurunan gas 0
]').43 ml/kg.jam dan laju peningkatan gas CO seC(Esar
43.70 ml/kg.jam dengan persamaan regresi (0) (ml/~:g)
2253.2 30.43x dengan koefisien regresi 0,77 d2n (-CO) (ml/kg) = 1305.9 + 43.70x dengan koefisien re(]resi 0,85. Nilai RQ diperoleh sebesar 1.44, hal ini menun-j~kkan bahwa yang digunakan dalam respirasi ini adalah asam-asam organik. Gambar 7. menunjukkan kurva perub2-han konsentrasi gas 0 dan CO rebung betung segar pada
suhu 29.5C.
"
,
"""
-~-1
o • 1500 ---500 o 69Gambar 7. Kurva perubahan konsentrasi gas 0 dar. CO
yang disimpan pada suhu 29.5 C
Penyimpanan pada suhu 5 C, menghasilkan la=u
peningkatan gas CO sebesar 3.38 ml/kg.jam dengan persamaan regresi masing-masing (0) (mllkg) 1964.1
5.25x dengan koefisien regresi 0,98 dan (CO) (ml/kg) 364.2 + 3.38x dengan koefisien regresi 0,94. Nilai RQ diperoleh sebesar 0.64. Gambar 8. menunj ukkan kurva perubahan konsentrasi gas 0 dan CO rebung betung segar pada suhu 5"C. = 2~:I ;:-::0:
g
. T5-: - -s:': 0 . ~..,(,•
1
':'::'0 '''' •"'"
""
U 3 So 1'" 2' ~5 69 94 ':e'~~'<-~'~-:;~:,,,2iS~ L_ma panylmp.n.,., (",a,l)Gambar 8. Kurva perubahan konsentrasi gas 0 dan CO yang disimpan pada suhu 5'C
Penyimpanan pada suhu 10n
C, menghasilkan laju penurunan gas 0, sebesar 5.94 ml/kg.jam dan laju pening-ka tan gas CO, sebesar 6.02 ml / kg. jam dengan persamaan regresi masing-masing (0 ) (ml/kg) 2107.9 - 5. 94x dengan koefisien regresi 0,98 dan (CO,) (ml/kg) ~ 376.6 + 6.02x dengan koefisien regresi 0,98. Nilai RQ diperoleh
sebesar 1.01, hal ini menunjukkan bahwa yang digunakan dalam respirasi ini adalah gula. Gambar 9. menunjukkan
31
kurva perubahan konsentrasi gas
°
dan CO. rebung betung segar pada suhu 10e.
;~8r·~---?
1150 ~ '~ a..
,
'""
,
"00 I 6''''
< o 3 \I 15 ;>1 45 69 94 11~ H2 166 100 214 n~ ;'62 l ... ~nvl",p ... n Uam)Garnbar 9. Kurva perubahan konsentrasi gas
°
danco·
yang disimpan pada suhu 10ce
Laju penurunan gas 0, pada suhu 5'e lebih rendah dibandingkan dengan penurunan gas 0, pada suhu 10°C dan
Laju peningkatan gas
co
pada suhu 5'C Juga lebih rendah daripada pada suhu 10·C dan 29.5C.Perbedaan laju respirasi ini disebabkan karen a perubahan
aktivitas metabolisme dari rebung be tung segar. Dari
hasil pengukuran respirasi tersebut menunjukkan bahwa
penyimpanan rebung segar pada suhu 5°C dapat
memperlam-bat proses respirasi lebih lama.
. . ;,
,
- . " "" I , . \ : ' ''''', . -.. - ,j/ .' ~.B. PENENTUAN KONSENTRASI GAS O2 DAN CO2 OPTIMUM
1. UJI SUSUT BOBOT
Penentuan konsentrasi gas 0 dan CO optimum
rebung be tung segar dilakukan uji susut bobot. Uji
ini dilakukan setiap 7 hari pada suhu penyimpanan 5C
dan 10c
C. Hasil uji susut bobot rebung be tung segar
untuk setiap perlakuan konsentrasi gas 0, dan CO
selalu berubah. Hasil uji susut bobot ini disajikan
pada Lampiran 2, sedangkan kurva perubahan susut
bobot rebung be tung segar dapat dilihat pada Gambar
10 dan Gambar 11.
i---i I-J~~ 1)2 5· /"" cc<) i 3_5" . Ot' b-IO'·, (;Li2
~ ':3-'
"'
G~ " 1,
!-
... ~--- ---.---~,-'-----::;;--
, -lnr:~a Penyirnpanall (HARI)Gambar 10. Kurva perubahan susut bobot pada suhu 5 C
Selama penyimpanan bobot bah an yang disimpan
mengalami penurunan terus-menerus. Menurut Will et
al. (1981), pada proses respirasi buah dan sayuran
akan mengalami kehilangan bobot akibat terjadi
33
selama penyimpanan terjadi susut bobot yang sebagian
besar disebabkan karen a transpirasi dan sebagian
kecil oleh respirasi yang mengubah gula menjadi H20
dan CO. Transpirasi adalah keluarnya air dari
tanaman melalui mulut dan kutikula.
1,
r::-~--"'-I
11-';';002 5-7"0 co~ I ,3-Y,o u2 1;".'../"0 LU/i
I' ~I
I
II~: 02 11-1J~", c(,? I~~"" 02 0 U3~<, _C:~?~ _'U ;-'"
" 20 0"'
''',.lama Pcnyimp;lnan (.'-:.c.Rij
Grafik 11. Kurva perubahan susut bobot pada suhu 10 C
Pada suhu 5°C penyimpanan dengan konsentrasi gas
o
3-5% dan CO 8-10% tidak menyebabkan perubahansusut bobot yang terlalu besar terhadap rebung be tung
segar. Setelah penyimpanan selama 21 hari nilai
susut bobotnya adalah 1,37%. Untuk perlakuan konsen-trasi gas yang lain mempunyai nilai susut bobot yang
lebih besar pada masa penyimpanan yang sarna. Nilai
susut bobot untuk konsentrasi gas 0 1-3'; dan CO 5-7
sebesar 7,75~, untuk konsentrasi gas O. 6-8& dan CO
11-13- sebesar 4,76% dan untuk konsentrasi gas normal sebesar 19,35",.
Pada suhu 10C, susut bobot rebung be tung segar
terkecil sebesar 1,73 yang disimpan pada konsentrasi
gas 0 1-3'! dan CO 5-7 selama 21 hari. Sedangkan
untuk konsentrasi gas 0 3-5'. dan CO 8-10~ nilai
susut bobot sebesar 3,15~, untuk konsentrasi gas O.
6-8~ dan CO 11-13~ sebesar 2,19% dan untuk
kon-sentrasi gas normal sebesar 46,10%.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa
penyim-panan pada suhu 5°C dengan konsentrasi gas O. 3-5% dan
CO, 8-10% menghasilkan susut bobot yang paling rendah
bila dibandingkan dengan perlakuan gas yang lainnya.
Sedangkan berdasarkan hasil analisa statistik
ter-nyata komposisi gas berpengaruh ter-nyata terhadap susut
bobot rebung betung segar pada taraf 0.05, sedangkan
pengaruh suhu dan lama penyimpanan tidak berpengaruh
nyata. 2. UJI KEKERASAN Pengukuran menggunakan alat nilai kekerasan instron. Nilai dilakukan kekerasan dengan rebung
betung segar pada suhu penyimpanan 5'C dan 10"C untuk
masing-masing perlakuan gas ternyata berbeda-beda
besarnya. Hasil uj i kekerasan disaj ikan pada
Lam-plran 3. dan kurva perubahan kekerasan rebung betung
segar dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Kekerasan rebung selama penyimpanan mengalami
3S
gas normal. Menurut Pantastico (1989), penurunan
nilai kekerasan sayuran disebabkan oleh pembongkaran
protopektin yang tidak larut menjadi asam pektat,
yang mudah larut. Sedangkan peningkatan nilai
kekerasan disebabkan oleh penguapan air. Air sel
yang menguap menjadikan sel menciut, ruang antar sel
menjadi menyatu dan zat pektin yang berada pada ruang
antar sel akan saling berikatan.
1 c'~: ,
'
-13.5C~ 02 s·'a""cc;-~ 14COcc;-~11
X' c 1202-o " o ~ loe'JI--6vOl 40C~-.---~··-~, ---,---' o 7 ,.: 21Lama Penyimpnn8fl (HARI)
16-S~~
02 1H3':' co;: I~~.-o
02~ O.j~o
(,02 _:Gambar 12. Kurva perubahan kekerasan pada suhu SC
.----/ c ~ 2'JC"J-o <; ~ ~ l::)Ov": 500-- - -,--- ---,--- --- ---o ,~21 L.:lm:l Penyi;np1'1n~n (HARI) 8- :0
,
, I 16-5~"O? 71.13~,C02 I I 2'-,_.: OI}3~c,CtJ!Dari keempat konsentrasi gas 0 dan CO yang
diberi kan ternya ta penurunan terkecil terj adi pada
konsentrasi gas 0 3-5/ dan CO 8-10· pada suhu
penylmpanan 5 C, dimana nilai kekerasannya berubah
dari 1578,8 kg/cm menjadi 1091,3 kg/cm setelah
disimpan selama 21 hari. Sedangkan pada suhu 10 C
penurunan kekerasan terkecil terjadi pada rebung yang
disimpan pada konsentrasi gas 0 6-8 dan CO 11-13
dengan perubahan nilai kekerasan dari 1571,5 kg/cm
menjadi 959,7 kg/cm. Sehingga berdasarkan data
tersebut, maka penyimpanan rebung segar pada suhu 5 C
dengan konsentrasi gas 0, 3-5', dan CO 8-10\\
memberi-kan penurunan kekerasan terkecil.
Berdasarkan hasil analisa statistik ternyata
komposisi gas dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap kekerasan rebung segar pada taraf O. OS,
sedangkan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata.
3. UJI VITAMIN C
Uji vitamin C pada rebung dilakukan untuk
menen-tukan konsentrasi gas 0 dan CO optimum, dimana
pengujiannya dilakukan dengan menggunakan metode
titrasi. Hasil U " J - vitamin C dapat dilihat pada Lampiran 4 dan kurva perubahan kadar vitami~ C pada
rebung betung selama penyimanan pada suhu 5 C dan 10 C dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.
"". ---<t.. ' \' " ~~-J ',_ E;" 3 ~-_-:< "
.~--...
\, \ .N-'-
/ /. y .
.
/ ~~--... -~---',--- - - - - _ . v 1~2-Garr.bar 14. Kurva I'erubahan vi tamin C pada suhu 5 C
4 ':; I ,: ,)
,
I /
37
Ga".bar 15. Kurva perubahan vitamin C pada suhu 10 C
Dari data hasil uji vitamin C yang diperoleh. tecjadi pecubahan kadar vitamin C selama penyimpana~. ba>: yang dlsimpan pada suhu 5 C maupun 10 C. Hal lLC
disebabkan karena vitamin C peka terhadap panas da~ sir.ar ~atahari. Pengaruh sinar ~atahari tecjadi paja saa: dilakukan pengaturan konsentrasi gas 0 dan CC • karena staples yang berisi rebung dikeluarkan dar:'
ruang pendingin yang bersuhu 5 C dan 10C ke ruanq
yang bersuhu kamar. Hal ini tidak dilakukan pada
konsentrasi gas normal sehingga pengaruh panas dan
sinar matahari kecil.
Pada hari ke-O kadar vItamin C rebung be tung
segar adalah 4 mg/g bahan, setelah disimpan selama 21
hari pada suhu 5 C, untuk konsentrasi gas 0 1-3 dan
CO 5-7~ kadar vitamin C menurun menjadi 3,67 mg/g,
untuk konsentrasi gas 0 3-5 dan CO 8-10< menurun
menjadi 3,71 mg/g dan untuk konsentrasi gas 0 6-8
dan CO 11-13% menurun menjadi 3,71 mg/g, sedangkan
untuk perlakuan gas normal, kadar vitamin e-nya lebih
tinggi yaitu 3,78 mg/g.
Pada suhu 10'e, perlakuan gas dengan konsentrasi
normal setelah disimpan selama 21 hari menghasilkan
kadar vitamin e yang tertingi. Pada hari ke-O, kadar
vitamin e-nya adalah 4 mg/g dan setelah penyimpanan
selama 21 hari kadar vitamin e menjadi 3,85 mg/g.
Dengan kadar vitamin e pada hari ke-O yang sama,
untuk konsentrasi gas 0 1-3 dan CO 5-7*· menurun
menjadi 3,60 mg/g, untuk konsentrasi gas 0 3-5 dan
CO 8-10% menjadi 3,76 mg/g dan untuk konsentrasi gas
o
6-8< dan CO 11-13 menurun menjadi 3,52 mg/g. Berdasarkan data-data tersebut, terlihat bahwapenyimpanan rebung be tung segar pada suhu 5 C de~gan
konsentrasi gas 0 3-5 dan CO 8-10' menghasi~kan
apabila dibandingkan dengan perlakuan gas yang lain.
Berdasarkan hasil analisa statistik ternyata
komposisi gas, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan
berpengaruh nyata terhadap kekerasan rebung segar
pada taraf 0,05.
4. UJI TOTAL GULA
Pada penentuan konsentrasi gas 0, dan CO optimum
dilakukan uji total gula dengan menggunakan uji
Anthrone. Data hasil pengukuran total gula pada suhu
5 C dan 10 C dapat dilihat pada Lampiran 5 dan kurva perubahan total gula dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. 7 I 1 -1'-3~,C;;: 5·7°,....;C) 1-3_~O,~2 5·1COo~C~
Gambar 16. Kurva perubahan total gula pada suhu 5 C
Dari data hasil uji total gula diperoleh bahwa
total gula mengalami pe:1Uru:1an selana penyimpanan
baik pada suhu :. C maupun 10 C. Hal ini dapat dise-babkan karena proses hidup dari rebung yang masih
rebung digunakan untuk melakukan respirasi dan
oksidasi (Ryall dan Pentzer, 1982).
"0: o f-. 3 i 2 : ; . 1 · _ _ -7 !~ ~---
i
~o 02 3· 7°Q CO? 13-5~Q 02 6_1(-°0 c·J~ ,G
-~900
02 11·~3~o
CO::. : 2i ~~ 02 003"" CO:2---~----Gambar 17. Kurva perubahan total gula pada suhu 10 C
Perubahan total gu1a terkecil untuk rebung
betung segar pada penyimpanan suhu 5C yaitu sebesar
1,30 9 terjadi pada konsenrasi gas 0 3-5; dan CO
8-10'; setelah penyimpanan selama 21 hari, sedangkan
untuk konsentrasi gas normal perubahan total gula
sebesar 2,07 g. Penyimpanan rebung segar pada 10C,
perubahan total gula terkecil terjadi pada
kon-sentrasi gas 0 6-8{ dan CO 11-13i yaitu 1,34 9 dan
untuk konsentrasi gas normal perubahan total gula
sebesar 2,13 g.
Berdasarkan data yang diperoleh di atas terlihat
bahwa penyimpanarl pada suhu 5 C dengan konsentrasc
gas 0 3-5 dan 2CO 8-10 menghas i 1 kan perubahan
41
perlakuan gas yang lain. Sedangkan berdasarkan hasil
analisa statistik ternyata komposisi gas, lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap kekerasan rebung segar pada taraf 0,05.
5. UJI WARNA
Pada penentuan konsentrasi gas optimum juga
dilakukan penguj ian terhadap warna dengan menggunakan
alat kromameter. Nilai pengukuran ditampilkan dengan
sistem notasi warna Hunter. Notasi L menyatakan
cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik
putih, abu-abu dan hitam. Notasi a menyatakan warna
kromatik campuran merah-hijau, sedangkan notasi b
menyatakan warna kroma ti k campuran biru- kuning
(Soekarto, 1990). Data hasil pengukuran warna rebung be tung segar setelah disimpan selama 21 hari pada
suhu 5'e dan 10'e dapat dilihat pada Lampiran 6. dan kurva perubahan warna dapat dilihat pada Gambar 18
dan Gambar 19.
Perubahan warna rebung be tung menunjukkan bahwa
tingkat kecerahan (notasi L) semakin meningkat. Hal
ini disebabkan karena rebung yang disimpan
berangsur-angsur berubah warnanya menjadi lebih putih. Secara
umum memperlihatkan bahwa penyimpanan rebung be tung
segar dengan konsentrasi gas 0: 3-5: dan
eo
8-10 pada suhu 5e diperoleh tingkat kecerahan seperti rebung baru di panen.c - - - ' , 1 _ _ -,: 1_3°;' 02 I • I~ I 3-5~o 02 ! -! 6·8% 02 I -I 210,,, 02 5· 1',0 CO? I 8·10% c02i U-13% C02
!
I 0.03% C02j
Garnbar 18. Kurva perubahan warna rebung pada suhu 5C
.---~
- - - - - - ---=-!
/
,
7 14
LOoma Penyimp.:mnn (I-iARI)
•
21 i I t ___ _ 1-·']::<:.OL 3·5"-~ 02 R-1(J';; C("i? 6-e.~vO? 1!·13';~(;02:Garnbar 19. Kurva perubahan warna rebung pada suhu laC
Berdasarkan hasil analisa statistik ternyata komposisi gas, lama penyimpanan dan suhu penyimpanan
berpengaruh nyata terhadap :':ekerasan rebung segar pada taraf 0,05.
43
6. UJI ORGANOLEPTIK
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui
peni laian panelis secara subyekt i f dalam memi 1 ill
perlakuan optimum. Uji organoleptik ini meliputi uji
tekstur dan UJl warna. Sedangkan nilai yang
diberi-kan panelis adalall 1 (sangat tidak suka) , 2 Itidak
suka) , 3 (netral), 4 (suka), dan 5 (sangat suka).
Data llasil UJl organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 7 dan hasil uji kesukaan terhadap tekstur
dan warna dapat dilihat pada Gambar 20 dan 21.
5~---F--~r---~ 4 --.-.--~--,-". 3.5 -'-~~ 3 ' " 2.5 0.5 ,:,-·1' F"'
r
-".= ...n '
::,
- , ' rl< il<,
LAMA PENYIMPANAN 21 ., ., - ....o
"",,02 S,1 .. CO'lo
)·5" 02 11-'0-.. C02 mJ ...~ 02 11·13' C02 21'110 02 0,03'" C02Gambar 20. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap warna rebung betung segar
Hasil UJl organoleptik rebung be tung segar menunjukkan bahwa panelis sampai hari ke-21 rata-rata
masih menyukai tekstur dan warna rebung. Penilai,an
yang diberikan terhadap tekstur pada hari ke-:1
dengan konsentrasi gas 0 3-5% dan CO 8-10% pada suhu
hila dibandinqkan dengan perlakuan yan'l lain. Sedangkan nilai terendah diberikan pada rehun'l yan'l
disimpan pada konsentrasi 'las normal yaitu 2,7. Demikian juqa dengan penilaian terhadap warna rehullg, dimana nilai rae.orata tertinggi diberikan pada rehun(] yang disimpan pada konsentrasi gas 0 3-5% dan CO
8-10% dan nilai terendah diberikan pada konsentrasi gas normal.
o
,.n. 02 5- 1 ... C02 4o
'·5'" 02 8-10'" C02 3.5 El 8· .... 021'-13'1oC02 :t • • • . . . 05 f . . . ... 14 21 LAMA PENYIMPANANGambar 21. Grafik tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur rebung betung segar
Sedangkan untuk penilaian panelis terhada[: tekstur rebung betung segar yang disimpan pada suhu 10 C selama 21 hari, penilaian tertinggi dibelikan pada konsentras~ gas 0 6-8% dan
co
11-13% yaitu 3,--; sedangkan nilai terendah diberikan pada konsentlasi gas normal yaitu 2,8. Penilaian tertinggi telhada~\varna diberikan pada konsentrasi gas 0 3-5% dan
eel
8-10%, sedan'lka~ terendah diberikan pada konsentrasl gas normal.
45
C. PENENTUAN JENIS FILM KEMASAN
Hasil penguJlan mutu pada tahap penentuan
kon-sentrasi gas optimum menunjukkan bahwa penYlmpanan
dengan konsentrasi gas 0 3-5% sdan CO 8-10% mampu mempertahankan mutu rebung betung segar sampal hari
ke-21. Dengan menggunakan metode grafik, yaitu dengan
memplotkan konsentrasi gas optimum ke dalam grafik
dipilih jenis film Low Density Polietilen (LDPE) sebagai film pengemas rebung segar (Lampiran 8). Sebagai
kontrol digunakan rebung segar yang disimpan di udara
bebas (tanpa film). Gambar model kemasan ditunjukkan
pada Gambar 22.