commit to user
BAB IVHASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Letak, Batas dan Luas Wilayah a. Letak
Secara astronomis berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 25.000 tahun 2000 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Kabupaten Purworejo terletak antara 7°32’ - 7°54’ LS dan 109°47’28” - 110°08’20” BT.
b. Batas
Secara administrasi Kabupaten Purworejo berbatasan langsung dengan Kabupaten lain dan Samudera Hindia. Berikut ini adalah batas-batas administrasi Kabupaten Purworejo:
Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Magelang Sebelah selatan : Samudera Hindia
Sebelah barat : Kabupaten Kebumen Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Secara visual administrasi Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada peta 1. berikut:
c. Luas
Berdasarkan data dalam Kabupaten Purworejo Dalam Angka tahun 2011, Kabupaten Purworejo memiliki luas daerah 1.034,81752 Km². Kabupaten Purworejo terbagi menjadi 16 Kecamatan. Berdasarkan data statistik dari BPS Kabupaten Purworejo, Kecamatan terluas adalah Kecamatan Bruno dengan luas 108,43 Km² atau 10,48 % dari luas Kabupaten. Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Kutoarjo dengan luas 37,59 Km² atau 3,63 % dari luas Kabupaten. Luas masing-masing kecamatan disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Luas Kecamatan di Kabupaten Purworejo
No. Kecamatan Luas
Km² % 1. Grabag 64,92 6,27 2. Ngombol 55,27 5,34 3. Purwodadi 53,96 5,21 4. Bagelen 63,76 6,16 5. Kaligesing 74,73 7,22 6. Purworejo 52,72 5,09 7. Banyuurip 45,09 4,36 8. Bayan 43,21 4,18 9. Kutoarjo 37,59 3,63 10. Butuh 46,08 4,45 11. Pituruh 77,42 7,48 12. Kemiri 92,05 8,90 13. Bruno 108,43 10,48 14. Gebang 71,86 6,94 15. Loano 53,65 5,18 16. Bener 94,08 9,09 Jumlah 1034,82 100,00
2. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data Kabupaten Purworejo Dalam Angka tahun 2011, Penggunaan Lahan di Kabupaten Purworejo dibagi menjadi 3 yaitu penggunaan lahan sebagai lahan sawah, bukan lahan sawah dan bukan lahan pertanian. Penggunan lahan di Kabupaten Purworejo tercatat 30.061 Ha atau 29,05% sebagai lahan sawah, 56.509 Ha atau 54,61% sebagai bukan lahan sawah, dan 16.912 Ha atau 16,34% sebagai bukan lahan pertanian. Secara rinci penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Penggunaan Lahan Kabupaten Purworejo Tahun 2011 No. Kecamatan Luas (ha) Jumlah Prosentase Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah Bukan Lahan Pertanian 1. Grabag 2.651 3.202 639 6.492 6,27 2. Ngombol 3.419 1.415 693 5.527 5,34 3. Purwodadi 2.713 2.015 668 5.396 5,21 4. Bagelen 509 5.305 562 6.376 6,16 5. Kaligesing 149 4.573 2.751 7.473 7,22 6. Purworejo 1.546 3.483 243 5.272 5,09 7. Banyuurip 2.780 1.380 349 4.509 4,36 8. Bayan 1.823 1.985 513 4.321 4,18 9. Kutoarjo 1.976 516 1.267 3.759 3,63 10. Butuh 2.683 1.177 748 4.608 4,45 11. Pituruh 2.472 4.002 1.268 7.742 7,48 12. Kemiri 1.595 6.634 976 9.205 8,90 13. Bruno 1.599 5.409 3.835 10.843 10,48 14. Gebang 1.667 4.440 1.079 7.186 6,94 15. Loano 1.027 3.833 505 5.365 5,18 16. Bener 1.452 7.140 816 9.408 9,09 Jumlah 30.061 56.509 16.912 103.482 100,00
3. Iklim
Secara umum keadaan iklim di Kabupaten Purworejo sama dengan daerah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis. Pada bulan Juni hingga September terjadi musim kemarau dan bulan Oktober hingga Maret terjadi musim penghujan. Masa peralihan berlangsung antara bulan April hingga September.
Iklim di setiap daerah dapat berbeda, tergantung dari unsur-unsur penyusun, diantaranya kecepatan angin, intensitas curah hujan, kelembapan udara, temperatur, letak, jarak dari matahari dan tinggi suatu tempat. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mngetahui curah hujan pada daerah penelitian digunakan dasar klasifikasi dari Schmidt & Ferguson dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
Q = __________________________
Keterangan:
Q = Quontient
Bulan basah = bulan yang rata-rata curah hujannya > 100 mm
Bulan lembab = bulan yang rata-rata curah hujannya antara 60-100 mm Bulan kering = bulan yang rata-rata curah hujannya < 60 mm
Berdasarkan nilai Q yang diperoleh, menurut Schmidt & Ferguson tipe curah hujan digolongkan menjadi 8 tipe seperti dapat dilihat dibawah ini.
Rata – rata jumlah bulan kering
Rata – rata jumlah bulan basah
Tabel 4.3. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt & Ferguson
No. Tipe Nilai Sifat
1. A 0,0 % ≤ Q < 14,3% Sangat basah 2. B 14,3% ≤ Q < 33,3% Basah 3. C 33,3% ≤ Q < 60,0% Agak basah 4. D 60,0% ≤ Q < 100% Sedang 5. E 100% ≤ Q < 167% Agak Kering 6. F 167% ≤ Q < 300% Kering 7. G 300% ≤ Q < 700% Sangat kering
8. H 700% ≤ Q ~ Luar biasa kering
Sumber: Handoko (1995: 169) dalam skripsi Novika Pradanesti (2010: 6)
Klasifikasi iklim di Kabupaten Purworejo dihitung berdasarkan metode perhitungan menurut Schmidt & Ferguson. Berikut ini adalah data curah hujan di Kabupaten Purworejo untuk 10 tahun terakhir:
67
Tabel 4.4. Curah Hujan Kabupaten Purworejo Tahun 2003 ‒ 2012
Sumber: Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo
No. Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah (mm) Rata-rata
(mm) 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Januari 458,2 369,7 255,2 366,5 57,5 236 460,6 446,1 415,5 402 3467,3 346,73 2. Februari 392,5 254,6 323,5 274,4 320,6 183 343,8 356,3 455,3 325,7 3229,7 322,97 3. Maret 269,3 364,3 160,9 240,1 288,3 388,6 152,5 372,3 383,6 338,8 2958,7 295,87 4. April 20,8 40,9 162 330,9 281 157,6 237,7 186,9 272,9 170,3 1861 186,1 5. Mei 23,5 152,1 0 119,6 53,1 10,9 118,8 394,8 266,7 218 1357,5 135,75 6. Juni 0 8,1 49 0 18,6 0 20,4 166,3 2,3 8,1 272,8 27,28 7. Juli 0 30,8 16,4 0 0 0.5 0 167,5 4,3 1 220,5 22,05 8. Agustus 0 0 0 0 0 0 0 81,2 0 0,4 81,6 8,16 9. September 0,2 0 0 0 0 0 0 402,3 0 0,6 403,1 40,31 10. Oktober 125,6 0 76,7 0 10,6 209,8 33,3 499,9 32,6 88,3 1076,8 107,68 11. November 257,2 339,8 206,2 0 183,6 687 236,7 373,4 440,4 448,9 3173,2 317,32 12. Desember 479,2 468,5 471,1 312 633,1 301 212,2 472,2 544,3 529,7 4423,3 442,33 Jumlah 2026,5 2028,8 1721 1643,5 1846,4 2174,4 1816 3919,2 2817,9 2531,8 22525,5 2252,55
Jumlah Bulan Basah 6 6 6 6 5 7 7 11 7 7 68 6,8
Jumlah Bulan Lembab 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3 0,3
Jumlah Bulan Kering 6 6 5 6 7 5 5 0 5 4 49 4,9
6
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas diketahui bahwa rata-rata bulan basah daerah penelitian adalah 6,8 dan rata-rata bulan kering 4,9. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai Q sebagai berikut:
%
06
,
72
%
100
8
,
6
9
,
4
Q
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai Q sebesar 72,06 %. Berdasarkan Klasifikasi Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson, diketahui bahwa tipe curah hujan daerah penelitian adalah D yaitu sedang.
Gambar 4.1. Tipe Curah Hujan Kabupaten Purworejo Tahun 2003 ‒ 2012 Menurut Schmidt dan Ferguson
Gam C 6 5 4 3 2 1 0 (6,8:4,9) 11 10 9 8 7 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 12 Re ra ta Bu la n Keri ng H G F E D B A 700 % 300 % 167 % 100 % 14,3 % 33,3 % 60 % Nilai Q
4. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk membahas gambaran penduduk di Kabupaten Purworejo di antaranya adalah jumlah dan persebaran penduduk serta kepadatan penduduk.
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data jumlah penduduk dalam Kabupaten Purworejo Dalam Angka 2011, jumlah penduduk Kabupaten Purworejo tercatat sebanyak 696.600 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Jumlah dan Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2011
No. Kecamatan Penduduk (jiwa) Jumlah (jiwa) Prosentase (%) L P 1. Grabag 21.183 21.511 42.694 6,13 2. Ngombol 15.351 15.471 30.822 4,43 3. Purwodadi 18.136 18.350 36.486 5,24 4. Bagelen 14.180 14.568 28.748 4,13 5. Kaligesing 14.489 14.659 29.148 4,19 6. Purworejo 40.672 42.348 83.020 11,92 7. Banyuurip 19.628 20.411 40.039 5,75 8. Bayan 22.349 23.351 45.700 6,56 9. Kutoarjo 28.966 29.291 58.257 8,37 10. Butuh 19.043 19.798 38.841 5,58 11. Pituruh 22.518 23.213 45.731 6,57 12. Kemiri 25.143 25.539 50.682 7,28 13. Bruno 21.602 21.732 43.334 6,22 14. Gebang 19.685 20.200 39.885 5,73 15. Loano 17.230 17.363 34.593 4,97 16. Bener 23.950 24.470 48.420 6,95 Jumlah 344.125 352.275 696.400 100,00
Berdasarkan tabel 4.5. di atas, jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Purworejo yaitu 83.020 jiwa (11,92 %) dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 40.672 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 42.348. Jumlah penduduk terkecil adalah di Kecamatan Bagelen yaitu 28.748 jiwa (4,13 %) dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 14.180 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 14.568 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk aritmatik suatu daerah merupakan perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan, kepadatan penduduk aritmatik tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kepadatan Penduduk =
Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu daerah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk
No. Kepadatan Penduduk (jiwa/Km²) Keterangan
1. ≤ 101 Sangat rendah 2. 101 – 500 Rendah 3. 501 – 1000 Sedang 4. 1001 – 2000 Tinggi 5. 2001 – 3000 Sangat Tinggi 6. ≥ 3000 Tinggi Sekali
Jumlah Penduduk (jiwa)
Berdasarkan rumus perhitungan di atas maka kepadatan penduduk di Kabupaten Purworejo untuk setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.7. di bawah ini:
Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2011
No. Kecamatan Jumlah
(jiwa) Luas (km²) Kepadatan (jiwa/km²) 1. Grabag 42.694 64,92 658 2. Ngombol 30.822 55,27 558 3. Purwodadi 36.486 53,96 676 4. Bagelen 28.748 63,76 451 5. Kaligesing 29.148 74,73 390 6. Purworejo 83.020 52,72 1575 7. Banyuurip 40.039 45,09 888 8. Bayan 45.700 43,21 1058 9. Kutoarjo 58.257 37,59 1550 10. Butuh 38.841 46,08 843 11. Pituruh 45.731 77,42 591 12. Kemiri 50.682 92,05 551 13. Bruno 43.334 108,43 400 14. Gebang 39.885 71,86 555 15. Loano 34.593 53,65 645 16. Bener 48.420 94,08 515 Jumlah 696.400 1034,82 673
Sumber: Kabupaten Purworejo Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat dihitung kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo sebagai berikut:
Kepadatan Penduduk = ___________
= 673 jiwa / Km² 696.400 jiwa 1034,82 Km²
Kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo berdasarkan klasifikasi Mantra termasuk dalam kelas sedang dengan kepadatan penduduk sebesar 673 jiwa / Km². Berdasarkan tabel 4.7. tersebut diketahui pula bahwa kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Purworejo dengan angka kepadatan penduduk sebesar 1575 jiwa/Km², hal tersebut dikarenakan Kecamatan Purworejo merupakan pusat kota dari Kabupaten Purworejo. Kecamatan Purworejo merupakan pertigaan jalur dari arah barat yaitu arah Kabupaten Kebumen, dari arah timur yaitu arah dari Kabupaten Kulon Progo (Daerah Istimewa Yogyakarta), dan dari arah utara yaitu arah dari Kabupaten Magelang. Kecamatan Purworejo menjadi pusat perekonomian di Kabupaten Purworejo, sehingga jumlah penduduk di kecamatan ini sangat tinggi sedangkan luas wilayahnya tidak begitu besar, hal inilah yang menjadikan Kecamatan Purworejo menjadi kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi. Kecamatan Kaligesing merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah dengan angka kepadatan penduduk sebesar 390 jiwa/Km². Rendahnya kepadatan penduduk di Kecamatan Kaligesing disebabkan karena kondisi topografi yang termasuk perbukitan curam sehingga menyebabkan tidak meratanya permukiman, penduduk cenderung memilih bertempat tinggal di daerah yang datar. Jumlah penduduk yang sedikit didukung dengan luasan yang cukup besar menjadikan alasan lain Kecamatan Kaligesing sebagai kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Purworejo. Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Purworejo ada 3 tingkat kepadatan penduduk yaitu sangat rendah, sedang, dan tinggi. Secara visual kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada peta 2. :
5. Kondisi Transportasi
Transportasi mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk memperlancar arus barang dan kegiatan yang lain, bahkan bagi suatu daerah sarana transportasi sangat penting untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya.
Transportasi merupakan bagian dari aksesibilitas, ada beberapa unsur yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas, misalnya kondisi jalan, jenis angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan, dan jarak. Data mengenai fasilitas angkutan umum di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada tabel 4.8. dan data mengenai kondisi jalan di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada tabel 4.9. :
Tabel 4.8. Fasilitas Angkutan Umum di Kabupaten Purworejo Tahun 2013
No. Trayek Kode Jarak
(Km)
Tarif (Rp)
1. Purworejo – Kutoarjo A 15 4.500
2. Purworejo ‒ Krendetan – Dadirejo B 20 7.000
3. Purworejo – Kaliboto C 12 3.500
4. Purworejo ‒ Boro ‒ Banyuurip ‒ Sendangsari 1 14 4.000 5. Purworejo ‒ Doplang ‒ SGO ‒ Tegal Miring ‒
Bencorejo 2 18 6.000
6. Kutoarjo ‒ Klepu – Pituruh 3 14 4.500
7. Kutoarjo ‒ Klepu ‒ Pituruh – Kaligintung 3A 30 9.000
8. Kutoarjo ‒ Kemiri – Pituruh 4A 13 4.500
9. Kutoarjo ‒ Kemiri ‒ Pituruh – Prapaglor 4B 18 8.000 10. Kutoarjo ‒ Butuh ‒ Kedungagung ‒ Wonorejo 5 20 6.000 11. Kutoarjo ‒ Gunung Tugel ‒ Winong 6 12 4.500 12. Purworejo ‒ Winong ‒ Mlaran ‒ Gebang 7 15 4.000
13. Purworejo – Banyuasin 8 16 7.000
14. Purworejo – Kaligesing 9 12 5.000
15. Purworejo ‒ Caok ‒ Sudimoro – Tlogorejo 10 14 7.000 16. Purworejo ‒ Cangkrep – Somongari 11 15 7.000 17. Purworejo ‒ Semawung ‒ Semagung 12 16 6.500
18. Kutoarjo ‒ Kemiri – Bruno 13 30 9.000
19. Kutoarjo ‒ Kemiri ‒ Bruno ‒ Cepedak 13A 35 12.000 20. Purworejo ‒ Keduren ‒ Ketangi 14 13 4.000
21. Purworejo – Pundensari 14A 15 4.500
22. Purworejo – Surorejo 14B 12 4.500
23. Kutoarjo ‒ Bayan ‒ Jono ‒ Sangubanyu ‒ Wingko 15 17 6.000 24. Kutoarjo ‒ Bayan ‒ Pekutan ‒ Sambeng ‒ Seren 16 12 4.500
25. Kutoarjo ‒ Gebang ‒ Brengkol 17 20 8.500
26. Purworejo – Ngasinan 18 20 8.500
27. Purworejo ‒ Purwodadi – Ngombol 19 20 6.000 28. Purworejo ‒ Purwodadi ‒ Ngombol – Wunut 19A 23 7.000 29. Purworejo ‒ Purwodadi ‒ Ngombol ‒ Wonoroto 19B 25 8.500 30. Purworejo ‒ Purwodadi ‒ Gesing – Nampurejo 20 25 7.000
31.
Purworejo ‒ Karangduwur ‒ Kemiri ‒ Kutoarjo ‒ Andong ‒ Tamansari ‒ Sembaon ‒ Grabag ‒ Wunut ‒ Purwodadi – Pendowo ‒ Bagelen – Cangkrep ‒ Purworejo
21 95 29.500
32. Kutoarjo – Ketawang 22 15 5.000
34. Kutoarjo ‒ Grabag ‒ Wunut – Wonoroto 24 21 7.000 35. Purworejo ‒ Jalingkut ‒ Terminal Bus Purworejo 25 11 3.000
36. Purworejo – Bulus 26 8 3.000
37. Purworejo ‒ Maron ‒ Redin 27 16 4.500
38. Kutoarjo ‒ Kemiri ‒ Kedungpomahan 28 16 8.000 39. Purworejo ‒ Kaligesing ‒ Goa Seplawan ‒ Pandanrejo 29 29 9.500 40. Purworejo ‒ Krendetan ‒ Tlogo Kotes ‒ Somorejo 30 20 6.000 41. Purworejo ‒ Krendetan – Bugel 31 17 6.000 42. Purworejo ‒ Bagelen – Hargorojo 32 18 6.000 43. Purworejo ‒ Demi ‒ Tanjung Anom 33 15 5.000 44. Purworejo ‒ Perum Boro ‒ Pakisrejo ‒ Bajangrejo ‒ 34 14 4.000 45. Purworejo ‒ Jenar – Wingkoharjo 35 20 6.000 46. Purworejo ‒ Winong – Sawangan 36 15 6.000 47. Purworejo ‒ Gebang ‒ Tlogo Sono – Redin 37 19 5.000
48. Purworejo ‒ Bayan – Seren 38 15 4.500
49. Purworejo ‒ Angkrukketip – Ngombol 39 23 6.000 50. Purworejo ‒ Sikemplong – Borowetan 40 12 3.000 51. Kutoarjo ‒ Kemiri ‒ Pituruh – Kaliglagah 41 18 8.500 52. Kutoarjo ‒ Kaliwatubumi (Eks Dlangu ‒ Lugu ‒
Sruwoh) 42 8 3.000
53. Kutoarjo ‒ Loning – Girijoyo 43 15 8.500
54. Purworejo – Ngaran 44 21 8.500
55. Purworejo ‒ Cacaban ‒ Kali Tapas 45 27 8.500 56. Purworejo ‒ Ketosari – Sidomukti 46 23 8.500 57. Purworejo ‒ Kaliboto ‒ Kaliwader ‒ Kali Tapas 47 19 7.000 58. Purworejo ‒ Purwodadi – Jogoboyo 48 26 7.000 59. Purworejo ‒ Brenggong – Kedunggubah 49 11 4.500
60. Purworejo – Sokoagung 50 15 7.000
61. Kutoarjo ‒ Kedungpomahan Wetan 51 15 7.000 62. Purworejo ‒ Perum Tambak – Sidorejo 52 8 3.000
63. Purworejo – Kalinongko 53 8 3.000
64. Purworejo ‒ Kalikalong ‒ Rimun 54 15 7.000 65. Wonorejo ‒ Ngombol ‒ Banyuurip ‒ Lengkong ‒
Purworejo 55 25 8.000
66. Pogungrejo ‒ Tangkisan ‒ Bandungkidul ‒ Kutoarjo 56 15 3.500 Sumber: Dishubkominpar Kabupaten Purworejo
Tabel 4.9. Kondisi Jalan di Kabupaten Purworejo Tahun 2010 ‒ 2011
No. Kondisi Panjang Jalan (Km)
2010 2011 1. Jenis Permukaan a. Diaspal 680.79 680.79 b. Kerikil 51.80 51.80 c. Tanah 10.00 10.00 d. Tidak Terperinci 8.80 8.80 Jumlah 751.39 751.39 2. Kondisi Jalan a. Baik 320.25 280.92 b. Sedang 170.82 162.35 c. Rusak 126.23 196.24 d.Rusak Berat 133.99 111.88 Jumlah 751.29 751.39
3. Tingkat Kekerasan Jalan
a. Kelas I - - b. Kelas II 42.80 42.80 c. Kelas III - - d. Kelas III A 83.09 83.09 e. Kelas III B - - f. Kelas III C 671.93 671.93 g. Kelas Tidak Terperinci 92.30 92.30
Jumlah 890.12 890.12
Keterangan :
Jalan Kabupaten 764.29 Km
Jalan Nasional 44.20 Km
Jalan Propinsi 895.58 Km
Sumber: Kabupaten Purworejo Dalam Angka Tahun 2011
Secara visual jaringan jalan di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada peta 3. Berikut:
6. Geologi
Batuan yang menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratifigafi yang ada di Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Menoreh (Van Bemmelen, 1949).
Susunan stratifigafi di wilayah bagian utara mulai dari yang paling tua sebagai berikut:
1. Formasi Halang (Tmph)
Formasi ini perselingan batu pasir, batu gamping, napal tuff dengan sisipan breksi. Umur formasi ini adalah Pliosen hingga Miosen Tengah (± 3 – 25 juta th).
2. Formasi Peniron (Tpp)
Formasi ini terdiri dari breksi aneka bahan dengan komponen andesit, batu lempung, batu gamping, masa dasar batu pasir tufan, sisipan tuff. Formasi Peniron berumur Pliosen (± 3 – 12 juta th).
3. Aluvium (Qa)
Aluvium terdiri dari pasir, kerikil, kerakal, lanau dan lempung. Endapan ini berumur Holosen (< 10 ribu th).
4. Endapan Pantai atau Endapan Aluvium (Qac)
Endapan Aluvium terdiri dari pasir, kerakal, tanah, dan lempung. Endapan ini berumur Holosen (< 10 ribu th)
Susunan stratifigafi di wilayah Kabupaten Purworejo bagian timur mulai dari yang paling tua sebagai berikut:
1. Formasi Jonggrangan (Tmj)
Termasuk formasi Kulon Progo yang berada di wilayah Kabupaten Purworejo. Formasi ini terdiri dari konglomerat yang ditumpangi oleh napal tufan dan batu pasir gampingan dengan sisipan lignit, jika semakin ke atas berubah menjadi batu gamping koral. Formasi Jonggrangan terletak tidak selaras di atas formasi andesit tua. Ketebalan formasi ini mencapai ± 250 meter yang diperkirakan berumur Miosen Tengah.
2. Formasi Andesit Tua atau Formasi Kaligesing (Tmoa)
Formasi ini disusun oleh batuan breksi andesit tuff, tuff lapili, aglomerat. Formasi Andesit Tua mempunyai tebal 660 meter dan diperkirakan mempunyai umur Oligosen Atas hingga Miosen Bawah (± 25 - 30 juta th).
Struktur geologi yang dijumpai di wilayah Kabupaten Purworejo adalah sesar ke arah barat-timur dan sesar yang berarah utara-selatan yang membelah sepanjang Kali Rebug. Kedua sesar berada pada Pegunungan Serayu Selatan di bagian utara melewati Kecamatan Bruno. Selain sesar, struktur geologi lain yang dominan terdapat batuan vulkanik, baik yang berada di utara maupun di timur Kabupaten Purworejo adalah kekar. Secara visual geologi Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada peta 4. :
7. Bentuklahan
Bentuklahan adalah bagaian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografi khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologi tertentu (Tim Fakultas Geografi UGM, 1996: 3). Aspek bentuklahan merupakan studi yang mempelajari relief secara umum yang meliputi morfologi dan morfometri. Penjelasan mengenai bentuklahan atau morfologi suatu daerah meliputi bentuklahan yang dicirikan oleh relief (topografi), proses geomorfologi dan struktur geologi (litologi). Menurut Pannekoek (1989: 2) secara umum Pulau Jawa terbagi atas tiga zone yaitu:
a. Zone Selatan : Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) kearah selatan menuju Laut Hindia dan di sebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zone ini telah ditempati oleh dataran aluvial.
b. Zona Tengah : Merupakan zone depresi. Di tempat-tempat tersebut muncul kelompok gunungapi besar. Proses geomorfologi yang terjadi adalah vulkanisme.
c. Zona Utara : Zona Utara terdiri dari rangkaian pegunungan lipatan berupa perbukitan rendah atau pegunungan dan diselingi oleh gunungapi-gunungapi dan biasa berbatasan dengan dataran aluvial.
Kabupaten Purworejo termasuk pada zona Selatan, yaitu berupa plato yang miring ke arah selatan menuju samudera Hindia. Sebelah utara Kabupaten Purworejo berupa patahan, bagian tengah berupa dataran aluvial dan bagian selatan merupakan wilayah marin. Bentuklahan Kabupaten Purworejo yang dapat diidentifikasi ada 3 bentuklahan, yaitu:
1) Bentuklahan Asal Struktural
Bentuklahan asal struktural merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah merupakan contoh-
contoh bentuklahan asal struktural. Di pulau jawa sebagian besar dari formasi geologis yang berumur miosen dan pliosen ternyata terlipat dengan intensitas yang berbeda. Lipatan yang kuat ada di sebelah utara dari zona tengah, semakin ke arah selatan menuju zone selatan lipatan bersifat lemah dan secara regional poros-poros dari lipatan (fold axes) utama berarah barat-timur. Banyak lipatan teranjak (over thrust fold) dan sesar anjak (low-angle thrust faults) dapat ditemukan di utara zone tengah dan di sebelah selatan zone utara. Sedimen berumur miosen sampai pliosen hanya dipengaruhi oleh gerakan tektonik sampai lipatan, tidak ada anjakan. Batuan mengkristal yang terlipat kuat, berasal dari alas pulau jawa dapat dilihat di dalam dua singkapan di Jawa Tengah, yaitu di Karangsambung Kebumen dan Pegunungan Jiwo di Bayat.
Bentuklahan Struktural di Kabupaten Purworejo terletak di wilayah sebelah utara. Satuan bentuklahan asal struktural membentuk rangkaian perbukitan yang memanjang dari barat ke timur searah dengan struktur geologi dengan bentuk yang teratur. Batuan pada satuan morfologi ini merupakan batuan berumur tersier dan mengalami perlipatan. Tersebar memanjang di bagian utara dari barat ke timur dari Kecamatan Bruno, sebagian Kecamatan Pituruh, sebagian Kecamatan Kemiri, Sebagian Kecamatan Gebang, Kecamatan Bener, Kecamatan Loano, Kecamatan Kaligesing dan Kecamatan Bagelen.
2) Bentuklahan Asal Marin
Bentuklahan asal marin merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Contoh satuan bentuklahan asal marine antara lain: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Sungai bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi kedua proses itu disebut proses fluvio-marine. Contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio-marine adalah delta dan estuaria.
Bentuklahan asal marin di Kabupaten Purworejo berada di bagian selatan, bagian selatan Kabupaten Purworejo berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sehingga terbentuk bentuklahan asal marin. Daerah yang memliki bentuklahan asal marin di Kabupaten Purworejo meliputi: Kecamatan Purwodadi bagian selatan, Kecamatan Ngombol bagian selatan, dan Kecamatan Grabag bagian selatan.
3) Bentuklahan Asal Fluvial
Bentuklahan asal fluvial merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai dan tanggul alam merupakan contoh satuan bentuklahan asal fluvial. Proses fluvial adalah suatu proses baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan perubahan-perubahan bentuk permukaan bumi karena air permukaan (Endarto, 2007: 87).
Bentuklahan asal fluvial di Kabupaten Purworejo terdapat di bagian tengah, bentuklahan ini berada pada daerah di sekitar kawasan sungai. Bentuklahan fluvial memiliki topografi datar dengan dataan aluvialnya yang subur. Bentuklahan asal fluvial di Kabupaten Purworejo sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian yang subur dan dijadikan sebagai wilayah permukiman. Lahan pertanian yang dominan pada bentuklahan di Kabupaten Purworejo berupa lahan sawah irigasi. Bentuklahan yang dominan di Kabupaten Purworejo adalah bentuklahan asal fluvial, daerah yang memiliki bentuklahan fluvial antara lain: sebagian Kecamatan Pituruh, sebagian Kecamatan Kemiri, sebagian Kecamatan Gebang, sebagian Kecamatan Loano, sebagian Kecamatan Bener, Kecamatan Purworejo, Kecamatan Butuh, Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Bayan, Kecamtan Banyuurip, Kecamatan Grabag, Kecamatan Ngombol, dan Kecamatan Purwodadi.
Secara visual bentuklahan di Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada peta 5. :
B. Deskripsi Hasil
1. Potensi Objek Wisata Alam di Kabupaten Purworejo
a. Skoring Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas Objek Wisata Alam
Untuk mengetahui bagaimana atraksi/daya tarik, aksesibilitas, amenitas objek wisata alam dilakukan penilaian/skoring terhadap setiap objek wisata alam berdasarkan parameter yang telah ditentukan. Masing-masing objek wisata alam memiliki nilai parameter yang berbeda. Perbedaan nilai menunjukkan tingkat potensi yang berbeda dari setiap objek wisata. Hasil skoring untuk parameter atraksi, amenitas dan aksesibilitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.2. Berikut ini adalah deskripsi hasil skoring pada setiap objek wisata alam:
1.) Pantai Jatimalang a.) Atraksi/daya tarik
Dari hasil skoring parameter daya tarik, Pantai Jatimalang termasuk objek wisata dengan kelangkaan tingkat lokal. Sumberdaya rekreasi alam yang tersedia ada beberapa macam di antaranya flora, fauna, dan air. Objek wisata alam pantai ini memiliki nilai 6 yaitu sebagai rekreasi dan hiburan. Pantai ini memiliki ketersediaan lahan untuk rekreasi yang luas. Ada banyak variasi pandangan menuju objek wisata ini seperti pantai, aktifitas nelayan, deburan ombak dan pemancingan ikan. Untuk kebersihan di objek wisata pantai ini terdapat sumber polusi yaitu berasal dari sampah bekas pengunjung.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil penilaian parameter sarana dan prasarana objek wisata alam Pantai Jatimalang memiliki fasilitas sarana air bersih yang memadai. Sudah tersedia sarana ibadah tetapi belum memadai. Pantai ini juga sudah terjangkau listrik tetapi belum memadai. Tempat ini sudah terdapat 1-2 jaringan telekomunikasi. Tempat parkir di objek wisata ini tersedia luas. Memiliki 6 sarana MCK di dua lokasi berbeda. Warung
makan di pantai ini tersedia cukup banyak sedangkan akomodasi seperti hotel atau penginapan belum ada sama sekali.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian, Pantai Jatimalang berjarak ± 500 meter dari jalan kolektor deandles. Kondisi jalan menuju objek wisata ini sudah beraspal. Dengan kondisi jalan yang baik, objek wisata alam ini dapat di jangkau dengan kendaraan roda 4 atau mobil. 2.) Pantai Keburuhan
a.) Atraksi/daya tarik
Pantai Keburuhan memiliki tingkat kelangkaan lokal. Sumberdaya rekreasi ada 2 macam yaitu berupa fauna dan air. Mempunyai nilai objek wisata 3 yaitu hanya rekreasi. Objek wisata alam belum mempunyai lahan rekreasi. Pantai ini mempunyai 1 variasi pandangan yaitu pantai. Kebersihan di pantai ini memiliki nilai 3 yaitu ada 1 sumber polusi, polusi di pantai ini berasal dari sampah bekas pengunjung.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Pantai Keburuhan merupakan pantai yang lebih dimanfaatkan penduduk untuk tempat pelelangan ikan daripada untuk wisata sehingga sarana dan prasarana di pantai tersebut masih kurang dibandingkan dengan Pantai Jatimalang. Dari hasil penilaian sarana air bersih di pantai tersebut tersedia tetapi masih terbatas. Sarana ibadah di tempat ini belum tersedia sama sekali. Pantai Keburuhan sudah terjangkau listrik tetapi belum memadai. Tersedia 1-2 jaringan telekomunikasi di pantai tersebut. Di Pantai Keburuhan terdapat tempat parkir tetapi masih terbatas atau sempit. Sarana MCK sudah ada 2 unit dan akomodasi seperti penginapan belum ada.
d.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Jarak pantai ini dari jalan kolektor adalah ± 500 meter. Kondisi jalan menuju Pantai Keburuhan berupa jalan berbatu. Pantai ini hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda 2 (motor) karena jalan yang relatif sempit.
3.) Pantai Ketawang a.) Atraksi/daya tarik
Berdasarkan hasil penilaian objek wisata ini termasuk dalam tingkat kelangkaan lokal. Ada 1 macam sumberdaya rekreasi yang ada di objek wisata ini yaitu air. Nilai objek wisata ini adalah sebagai tempat rekreasi. Ketersediaan lahan rekreasi di pantai ini tersedia tapi masih terbatas. Hanya 1 variasi pandangan di objek ini yaitu pantai. Tingkat kebersihan di pantai ini mempunyai nilai 3 karena terdapat polusi yaitu dari sampah bekas pengunjung.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Sarana air bersih di Pantai Ketawang sudah tersedia tetapi masih terbatas. Sarana untuk ibadah di objek wisata ini belum. Jaringan listrik sudah terjangkau tetapi belum memadai atau masih terbatas. Jaringan telekomunikasi di lokasi ini sudah tersedia 1-2 jaringan. Sarana tempat parkir di objek ini sudah tersedia tetapi sempit. Fasilitas MCK seperti toilet dan kamar mandi sudah tersedia 2 unit. Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung, di lokasi objek wisata ini sudah tersedia 2 unit warung. Akomodasi berupa penginapan di pantai ini belum tersedia.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Hampir sama dengan Pantai Jatimalang dan Pantai Keburuhan, pantai ini juga berjarak sekitar 500-600 meter dari jalan kolektor deandles. Jalan menuju pantai ini sudah cukup baik berupa jalan paving yang bisa dilalui kendaraan roda 2.
4.) Goa Seplawan a.) Atraksi/daya tarik
Goa Seplawan memiliki tingkat kelangkaan lokal dengan 2 macam sumberdaya rekreasi yaitu geologi dan flora. Goa ini memiliki nilai rekreasi dan kebudayaan. Ketersediaan lahan di objek wisata ini tersedia luas. Ada 2 variasi pandangan yang diperoleh dari tempat ini yaitu goad an pemandangan melalui gardu pandang. Untuk kebersihan mempunyai nilai 3 karena terdapat polusi dari pengunjung seperti sampah bekas makanan.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil penilaian sarana prasarana, goa ini memiliki sarana air bersih yang sudah memadai. Sarana untuk ibadah seerti mushola sudah tersedia tetapi belum memadai. Jaringan listrik di lokasi ini sudah terjangkau tetapi belum memadai. Lokasi sekitar Goa Seplawan sudah terjangkau jaringan telekomunikasi, tersedia 1-2 jaringan telekomunikasi di lokasi ini. Tempat parkir di objek wisata ini tersedia cukup luas. Sarana toilet dan kamar mandi sudah tersedia 4 unit. Di lokasi goa ini juga sudah terdapat warung makan dan jajanan yang cukup banyak, terdapat 5-6 warung ada di komplek objek wisata ini. Untuk akomodasi seperti rumah penginapan belum tersedia sama sekali.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Goa ini berjarak hanya ± 100 meter dari jalan kolektor. Jalan menuju objek wisata ini berupa jalan aspal hingga pintu masuk. Dengan kondisi jalan yang baik sehingga dapat di jangkau dengan kendaraan roda 4.
5.) Sumur Tegal Asih a.) Atraksi/daya tarik
Objek ini memiliki tingkat kelangkaan lokal dengan 1 macam sumberdaya objek rekreasi. Nilai objek wisata ini adalah 6 yaitu rekreasi dan kepercayaan. Ketersediaan lahan untuk rekreasi belum tersedia sama sekali. Variasi pandangan hanya 1 objek. Tempat ini masih asri jadi tidak ada sama sekali sumber polusi.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Berdasarkan pengamatan dan penilaian indikator amenitas/sarana dan prasarana antara lain sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, sarana MCK, warung makan dan akomodasi (penginapan) belum tersedia.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Sumur Tegal Asih berjarak cukup dekat dengan jalan kolektor yaitu hanya berjarak ± 50 meter dari jalan yang menghubungkan ke objek
wisata Goa Seplawan. Kondisi jalan menuju objek ini berupa jalan setapak berbatu. Objek ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2. 6.) Goa Sendangsari
a.) Atraksi/daya tarik
Goa Sendangsari memiliki tingkat kelangkaan dan keunikan lokal. Hanya ada 1 macam sumberdaya rekreasi yang dimiliki. Memiliki 1 nilai objek wisata rekreasi. Objek ini sama sekali belum mempunyai lahan untuk rekreasi. Untuk variasi pandangan hanya bernilai 1 yaitu hanya goa. Di lingkungan goa ini sama sekali tidak ditemukan sumber polusi.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil penilaian terhadap goa ini, semua indikator dari parameter amenitas/sarana dan prasarana antara lain berupa sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, sarana MCK, warung makan dan akomodasi (penginapan) masih belum tersedia.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Goa Sendangsari sama sekali belum dibangun infratrukturnya sehingga untuk menemukannya cukup sulit. Goa ini berjarak ± 3 km dari jalan kolektor yang menuju arah Goa Seplawan. Kondisi jalan dari jalan kolektor menuju goa ini berupa jalan setapak berbatu tetapi hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki.
7.) Curug Silangit a.) Atraksi/daya tarik
Air terjun Curug Silangit merupakan objek wisata dengan tingkat kelangkaan atau keunikan lokal. Objek ini memiliki 1 macam sumberdaya rekreasi yaitu air. Nilai objek wisata ini yaitu rekreasi. Ketersediaan lahan rekreasi di Curug Silangit sudah tersedia tetapi terbatas. Untuk variasi pandangan menuju objek ada mempunyai nilai 3. Kebersihan mempunyai nilai 3 yaitu ada sumber polusi dari sampah bekas pengunjung.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Sarana air bersih di Curug Silangit sudah tersedia tetapi masih terbatas. Sarana ibadah seperti mushola sudah tersedia tetapi belum memadai. Objek wisata alam ini juga sudah dijangkau listrik terbukti dengan adanya lampu penerangan tetapi belum memadai. Jaringan telekomunikasi di objek ini belum tersedia karena di wilayah ini sulit terjangkau oleh sinyal komunikasi. Objek wisata ini sudah memiliki tempat parkir yang luas. Fasilitas pokok seperti toilet sudah tersedia cukup banyak. Di sepanjang jalan menuju curug ini juga sudah banyak ditemukan warung dimana pengunjung bisa istirahat selama perjalanan menuju curug. Di komplek objek wisata ini belum menyediakan akomodasi penginapan karena pengunjungnya hanya bersifat lokal. c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Curug ini berjarak cukup jauh dari jalan kolektor menuju arah objek wisata Goa Seplawan. Jarak curug ini dengan jalan raya ± 2 km. Kondisi jalan menuju objek wisata air terjun ini berupa jalan setapak berbatu dari tempat parkir dapat dijangkau dengan berjalan kaki ± 500 m. 8.) Goa Semar
a.) Atraksi/daya tarik
Goa Semar merupakan objek wisata dengan tingkat kelangkaan lokal. Mempunyai 1 macam sumberdaya rekreasi. Nilai objek wisatanya adalah 3. Di tempat ini belum tersedia lahan untuk rekreasi. Hanya 1 variasi pandangan menuju objek. Goa ini bebas atau sama sekali tidak ada sumber polusi.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Berdasarkan pengamatan dan penilaian, di goa ini belum tersedia semua indikator parameter amenitas/sarana dan prasarananya.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Goa Semar berjarak cukup jauh dari jalan kolektor yaitu ± 3 km dari jalan yang merupakan percabangan dari jalan menuju Goa Seplawan.
Jalan menuju goa ini berupa jalan tanah dan untuk menemukan goa ini hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki.
9.) Goa Anjani
a.) Atraksi/daya tarik
Goa Anjani memiliki tingkat kelangkaan atau keunikan lokal. Goa ini memiliki 2 macam sumberdaya rekreasi yaitu geologi dan fauna. Nilai objek wisata yang dimiliki goa ini adalah rekreasi. Objek ini belum memiliki lahan rekreasi. Goa Anjani hanya memiliki 1 variasi pandangan menuju objek. Nilai kebersihan goa ini adalah 6 karena di objek ini tidak ditemukan adanya sumber polusi.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Sama seperti Goa Semar, semua indikator dari parameter amenitas/sarana dan prasarana antara lain berupa sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, sarana MCK, warung makan dan akomodasi (penginapan) masih belum tersedia.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Goa Anjani sebenarnya memiliki letak yang strategis hanya belum dikelola sebagai objek wisata. Goa ini terletak cukup dekat dengan jalan kolektor yang menghubungkan Kecamamatan Kaligesing dengan Kabupaten Kulon Progo. Goa Anjani berjarak sekitar ± 100 m dari jalan kolektor. Kondisi jalan menuju goa masih berupa jalan tanah yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
10.) Goa Gong
a.) Atraksi/daya tarik
Goa ini termasuk objek wisata dengan tingkat kelangkaan atau keunikan lokal. Ada 1 macam sumberdaya rekreasi di objek ini yaitu geologi. Goa Gong mempunyai nilai objek wisata ekreasi. Di tempat ini belum tersedia lahan rekreasi dan hanya memiliki 1 variasi pandangan menuju objek yaitu goa. Kebersihan di objek ini memiliki nilai 6 atau tidak ada sumber polusi.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian, semua indikator dari parameter amenitas/sarana dan prasarana antara lain berupa sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, sarana MCK, warung makan dan akomodasi (penginapan) masih belum tersedia.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Goa ini berjarak cukup dekat dengan jalan kolektor yang menghubungkan Kecamatan Pituruh dengan Kecamatan Bruno. Jarak Goa ini dengan jalan kolektor tersebut adalah ± 1 Km. Kondisi jalan menuju goa ini berupa jalan setapak berbatu yang dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2.
11.) Goa Silumbu
a.) Atraksi/daya tarik
Goa Silumbu merupakan objek wisata dengan tingkat kelangkaan lokal. Goa ini memiliki 1 macam sumberdaya rekreasi yaitu geologi. Nilai objek wisata yang dimiliki goa ini adalah rekreasi. Goa ini belum mempunyai lahan untuk rekreasi. Variasi pandangan goa ini bernilai 3. Kebersihan di tempat ini mempunyai nilai 6 karena tidak ditemukan sumber polusi.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Di objek ini semua indikator parameter amenitas/sarana dan prasarana sama sekali belum tersedia.
c.) Aksesibiltas/keterjangkauan
Goa Silumbu terletak cukup jauh dari jalan yang mengubungkan antara Kecamatan Pituruh dengan Kecamatan Bruno. Jarak Goa Silumbu dari jalan kolektor adalah ± 3 Km. Kondisi jalan menuju goa ini sangat sulit dilalui dan berupa jalan tanah yang hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
12.) Curug Pengilon a.) Atraksi/daya tarik
Curug ini termasuk objek wisata dengan tingkat kelangkaan lokal dan memiliki 1 macam sumberdaya rekreasi berupa air. Nilai objek wisata yang dimiliki adalah rekreasi. Tempat ini belum memiliki lahan untuk rekreasi. Variasi pandangan menuju objek bernilai 3. Di Curug Pengilon tidak ditemukan sumber polusi jadi nilai kebersihannya adalah 6.
b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Semua indikator dari parameter amenitas/sarana dan prasarana antara lain berupa sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, sarana MCK, warung makan dan akomodasi (penginapan) masih belum tersedia.
c.) Aksesibiltas/keterjangkauan
Curug Pengilon atau Curug Gunung Putri terletak sangat jauh dari jalan kolektor yang menghubungkan Kecamatan Bruno dengan Kabupaten Wonosobo. Curug ini berjarak ± 4 Km dari jalan tersebut. Kondisi jalan menuju curug ini masih berupa jalan berbatu dan hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
13.) Curug Muncar a.) Atraksi/daya tarik
Curug Muncar termasuk objek wisata dengan tingkat kelangkaan atau keunikan lokal. Objek ini memiliki 1 macam sumberdaya rekreasi yaitu air. Nilai objek wisata curug ini memiliki nilai 3 yaitu rekreasi. Tempat ini sudah memiliki lahan untuk rekreasi tetapi masih terbatas. Hanya ada 1 variasi pandangan menuju curug ini. Kebersihan di Curug Muncar terdapat sumber polusi yaitu dari sampah bekas pengunjung. b.) Amenitas/sarana dan prasarana
Curug Muncar memiliki sarana air bersih tetapi masih bersifat terbatas. Untuk sarana seperti sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, toilet, warung dan penginapan tersedia sedangakan
tempat parkir sudah tersedia tetapi sempit dan masih dikelola penduduk sekitar curug.
c.) Aksesibilitas/keterjangkauan
Curug ini juga terletak cukup jauh dari jalan kolektor yang menghubungkan Kecamatan Bruno dengan Kabupaten Wonosobo. Jarak curug dengan jalan kolektor tersebut adalah ± 3 Km. Kondisi jalan dari jalan kolektor menuju Curug Muncar berupa jalan berbatu dan hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
b. Potensi Objek Wisata Alam
Potensi Objek wisata alam di kabupaten Purworejo dianalisis berdasarkan tiga parameter potensi objek wisata yaitu parameter daya tarik objek wisata, parameter amenitas dan parameter aksesibilitas. Potensi objek wisata alam yang ada diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi yaitu potensial, cukup potensial dan kurang potensial.
Klasifikasi potensi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tertinggi dari setiap indikator dalam setiap parameter, dan menjumlahkan nilai terendah untuk setiap indikator dalam parameter. Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil jumlah nilai total tertinggi yang telah dibobot dari 3 parameter sebesar 46,57 dan jumlah total skor terendahnya adalah 14,83. Penentuan kelas dilakukan dengan menggunakan rumus nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah kemudian dibagi menjadi 3, dan dibuat menjadi 3 kelas klasifikasi yaitu potensial, cukup potensial dan kurang potensial. Potensi untuk setiap objek wisata dapan ditentukan dengan menjumlahkan hasil penjumlahan skor total dari 3 parameter kemudian dicocokan dengan klasifikasi yang telah dibuat sebelumnya. Rincian potensi wisata alam hasil skoring pada setiap objek wisata alam dapat dilihat pada tabel 4.10. :
Tabel 4.10. Potensi Objek Wisata Alam di Kabupaten Purworejo
No. Objek Wisata
Alam
Skor Parameter
Total Tingkat Potensi Atraksi (bobot 0,5) Amenitas (bobot 0,17) Aksesibilitas (bobot 0,33)
1. Pantai Jatimalang 12,5 5,78 8,91 36,19 Potensial 2. Pantai Keburuhan 14 3,4 6,93 24,33 Kurang Potensial 3. Pantai Ketawang 12,5 3,4 6,93 22,83 Kurang Potensial 4. Goa Seplawan 18,5 5,78 8,91 33,19 Cukup Potensial 5. Sumur Tegal Asih 14,5 1,36 4,95 20,81 Kurang Potensial 6. Goa Sendangsari 13 1,36 4,95 19,31 Kurang Potensial 7. Curug Silangit 12,5 4,93 4,95 22,38 Kurang Potensial 8. Goa Semar 13 1,36 3,3 17,66 Kurang Potensial 9. Goa Anjani 13 1,36 4,95 19,31 Kurang Potensial 10. Goa Gong 13 1,36 6,93 21,29 Kurang Potensial 11. Goa Silumbu 13 1,36 3,96 18,32 Kurang Potensial 12. Curug Pengilon 13 1,36 3,96 18,32 Kurang Potensial 13. Curug Muncar 12,5 2,04 4,95 22,38 Kurang Potensial Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan hasil penilaian potensi pada tabel 4.10. dapat diketahui bahwa sebagian besar objek wisata alam di Kabupaten Purworejo memiliki potensi yang kurang. Objek wisata di Kabupaten Purworejo alam yang termasuk dalam kelas potensial ada 1 objek yaitu Pantai Jatimalang. Objek wisata alam yang termasuk kategori cukup potensial ada 1 objek yaitu Goa Seplawan. Objek wisata alam kategori kurang potensial ada 11 objek yaitu Pantai Keburuhan, Pantai Ketawang, Curug Silangit, Curug Muncar, Goa Gong, Sumur Tegal Asih, Goa Sendangsari, Goa Anjani, Goa Silumbu, Air Terjun Curug Pengilon dan Goa Semar. Berikut merupakan deskripsi mengenai 13 objek wisata alam di Kabupaten Purworejo berdasarkan tingkat potensinya.
1.) Objek Wisata Alam Potensial a. Pantai Jatimalang
Pantai Jatimalang merupakan salah satu objek wisata alam dengan keindahan pantai selatan di Kabupaten Purworejo yang memiliki potensi yang tinggi. Objek wisata alam ini secara astronomis terletak pada koordinat 07°52'31,0" LS dan 109°59'06,4" BT, sedangkan secara adminitsratif terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi. Pantai Jatimalang berjarak ± 18 Km ke selatan dari pusat kota Purworejo. Objek Wisata Alam ini terletak pada bentuklahan marin. Pantai Jatimalang memiliki luas ± 20 Ha. Untuk dapat menikmati pantai ini pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp. 4.000.
Gambar 4.2. Kenampakan Objek Wisata Alam Pantai Jatimalang (a) Pintu masuk menuju Pantai Jatimalang, (b) Suasana pengunjung di Pantai Jatimalang, (c) Tempat pemancingan ikan di Pantai Jatimalang, (d) Kolam renang mini untuk anak-anak.
b
c d
Pantai Jatimalang memiliki daya tarik yang cukup besar. Daya tarik yang dimiliki objek wisata alam ini di antaranya adalah pantai ini memiliki bibir pantai yang luas, berpasir hitam dengan pemandangan gulungan ombak yang besar.
Dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana, Pantai Jatimalang termasuk memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap diantaranya: 1) Tempat parkir kendaraan roda 2 yang cukup banyak
2) Tempat parkir kendaraan roda 4 yang cukup luas
3) Memiliki cukup banyak gazebo sebagi tempat pengunjung istirahat 4) Banyak ditemukan warung makan & jajanan bagi pengunjung
5) Memiliki tempat bermain untuk anak-anak berupa kolam renang mini 6) Memiliki menara pengawas
7) Memiliki cukup banyak toilet/kamar mandi.
Akses menuju objek wisata alam Pantai Jatimalang termasuk baik karena pengunjung dapat sampai ke lokasi menggunakan kendaraan bermotor bahkan kendaraan roda 4. Dengan lokasi parkir yang cukup dekat dengan pantai, pengunjung akan cukup tenang meninggalkan kendaraannya. Jalan menuju pantai sudah beraspal dan cukup untuk dilewati kendaraan roda 4.
Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di objek wisata ini adalah pengunjung dapat menikmati pemandangan deburan ombak, aktivitas nelayan, menikmati suasana terbenamnya matahari. Untuk anak-anak dapat bermain di kolam renang mini yang disediakan di dekat pantai yang lebih aman. Selain itu pengunjung juga dapat memancing serta menikmati sajian kuliner dengan menu laut (seafood).
2.) Objek Wisata Alam Cukup Potensial a. Goa Seplawan
Goa Seplawan merupakan objek wisata alam di Kabupaten Purworejo yang berupa goa. Objek wisata alam ini secara atsronomis terletak pada 07°46'22,5" LS dan 110°06'36,6" BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing. Tempat ini memiliki jarak tempuh ± 20 Km ke arah timur dari pusat kota Purworejo dan mempunyai ketinggian 700 m dpl sehingga udaranya sejuk. Goa Seplawan memiliki panjang ± 700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150 - 300 m dan berdiameter 15 m. Goa ini terletak pada bentuklahan struktural. Di dalam goa ini terdapat ornamen-ornamen antara lain stalaktit, stalakmit, dan ornamen dinding-dinding goa seperti bentuk kerangka ikan. Goa Seplawan mulai dikenal setelah di dalamnya ditemukan arca emas berbentuk Dewa Syiwa dan Dewi Parwati dengan berat 1,5 Kg yang diperkirakan merupakan peninggalan zaman Hindu. Arca emas tersebut ditemukan pada tanggal 28 Agustus 1979. Untuk masuk objek wisata alam ini setiap kendaraan dikenakan biaya Rp. 10.000 sudah termasuk parkir.
Gambar 4.3. Kenampakan Objek Wisata Alam Goa Seplawan
(a) Pintu/gerbang masuk objek wisata alam Goa Seplawan, (b) Patung Dewa Syiwa dan Dewi Parwati,
(c) Mulut Goa Seplawan,
(d) Stalaktit-stalaktit di Goa Seplawan.
Objek wisata alam Goa Seplawan memiliki daya tarik yang cukup besar. Daya tarik yang ditawarkan dari objek wisata alam ini terutama adalah adanya ornamen - ornamen berupa stalaktit dan stalakmit yang merupakan bentukan topografi minor. Stalaktit dan stalakmit tersebut merupakan hasil dari endapan tetesan air yang menonjol. Selain memiliki daya tarik berupa hiasan stalaktit dan stalakmit pengunjung juga dapat menikmati pemandangan dari gardu pandang.
a b
d c
Sarana dan prasarana yang disediakan oleh objek wisata alam Goa Seplawan sudah cukup lengkap karena sudah memiliki sarana pokok bagi pengunjung yang merupakan syarat kelayakan suatu objek wisata. Sarana dan prasarana yang terdapat di objek wisata alam Goa Seplawan antara lain:
1) Tempat parkir yang cukup luas 2) Kamar mandi dan toilet
3) Tempat bermain yang cukup luas 4) Terdapat mushola
5) Terdapat banyak tempat istirahat/gazebo 6) Terdapat banyak warung makan/jajanan
Aksesibilitas menuju objek wisata alam Goa Seplawan termasuk baik karena dari segi keterjangkauan objek wisata alam ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4 seperti mobil pribadi dan mini bus. Jalan menuju Goa Seplawan cukup baik karena berupa jalan aspal hingga masuk pintu gerbang.
Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di objek wisata alam ini antara lain pengunjung dapat menikmati suasana yang tenang, sejuk, dapat melakukan kegiatan menyusuri goa (caving), menikmati suasana di dalam goa yang dihiasi ornamen-ornamen berupa stalaktit dan stalakmit. Selain itu jika cuaca sedang dalam keadaan cerah pengunjung dapat menikmati pemandangan kota Jogja bahkan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui gardu pandang yang tersedia.
3.) Objek Wisata Alam Kurang Potensial a. Pantai Keburuhan
Pantai Keburuhan merupakan objek wisata alam berupa pantai yang secara astronomis terletak pada 07°51'14,0" LS dan 109°54'47,2"BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Keburuhan, Kecamatan Ngombol. Objek wisata alam ini terletak pada bentuklahan marin. Pantai ini berdekatan dengan muara Kali Jali. Pantai ini kurang begitu diminati oleh para pengunjung/wisatawan. Pengunjung yang ke tempat tersebut lebih memilih untuk mencari ikan seperti untuk memancing di sekitar muara. Banyak perahu nelayan di sepanjang bibir pantai ini.
Gambar 4.4. Kenampakan Objek Wisata Alam Pantai Keburuhan (a) Kondisi jalan menuju Pantai Keburuhan,
(b) Pemandangan muara kali Jali di dekat Pantai Keburuhan, (c) Lokasi tempat pengunjung memancing,
(d) Perahu nelayan di bibir Pantai Keburuhan.
b
c d
Daya tarik dari oyek wisata alam Pantai Keburuhan ini sama dengan Pantai Ketawang yaitu memiliki bibir pantai yang luas dan landai dengan pasir hitam yang halus. Selain itu di Pantai Keburuhan juga terdapat kegiatan menangkap ikan oleh para nelayan.
Kondisi sarana dan prasarana di Pantai Keburuhan masih termasuk dalam kategori kurang sebagai standar objek wisata. Fasilitas seperti toilet dan mushola sudah ada namun hanya terdapat 1 tempat saja. Warung hanya tersedia 1-2 saja. Fasilitas hanya sebatas tersedia untuk para nelayan. Pantai Keburuhan cenderung lebih dikenal dan difungsikan sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Akses menuju Pantai Keburuhan cukup mudah. Pengunjung dapat menemukan lokasinya tidak jauh dari Pantai Ketawang dan Pantai Jatimalang. Pantai Keburuhan terletak sekitar 5 Km ke arah barat dari Pantai Jatimalang. Dari jalan Deandles pengunjung dapat menemukan karena terdapat plang bertuliskan “Pantai Pasir Puncu Indah” selanjutnya ke arah selatan sejauh sekitar 1 Km. Melalui jalan cor blok pengunjung dapat langsung sampai di lokasi parkir yang dekat dengan bibir pantai.
Aktivitas pengunjung yang dapat dilalukan pengunjung di objek wisata alam ini yaitu pengunjung dapat memancing di muara sungai Jali yang tidak jauh dari pantai ini. Pengunjung dapat menikmati pemandangan deburan ombak dan aktivitas nelayan yang mencari ikan.
b. Pantai Ketawang
Pantai Ketawang merupakan objek wisata alam berupa pantai yang secara astronomis terletak pada 07°50'56,2" LS dan 109°53'40,0" BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag. Pantai ini terletak pada bentuklahan marin. Seperti halnya ciri khas pantai selatan, pantai ini juga memiliki ombak yang sangat besar, dapat mencapai 3 m. Pantai Ketawang memiliki bibir pantai yang sangat luas dengan hamparan pasir hitam yang lembut. Untuk dapat masuk objek
wisata alam ini pengunjung tidak dikenakan biaya sama sekali, pengunjung hanya membayar biaya parkir dengan tarif Rp. 2.000.
Gambar 4.5. Kenampakan Objek Wisata Alam Pantai Ketawang (a) Jalan menuju Pantai Ketawang,
(b) Kondisi tempat parkir di Pantai Ketawang, (c) Usaha penghijauan Pantai Ketawang, (d) Suasana pengunjung di Pantai Ketawang.
Daya tarik yang dimiliki objek wisata alam Pantai Ketawang adalah bibir pantainya yang luas dan landai. Pengunjung dapat dengan leluasa mencari tempat bersantai menikmati pemandangan deburan ombak laut selatan. Pada waktu liburan sekolah atau hari raya, pantai ini di penuhi pengunjung baik dari Kabupaten Purworejo maupun dari luar kabupaten.
Sarana dan prasarana di Pantai Ketawang termasuk masuk kurang. Tempat Parkir hanya terbatas. Di hari-hari biasa tempat parkir hanya ada 1 tempat. Warung makan dan jajanan pun hanya buka pada waktu liburan
a b
saja karena di hari biasa sangat jarang pengunjungnya. Fasilitas seperti toilet dan mushola pun belum ada, pengunjung hanya bisa menumpang di rumah penduduk terdekat yang sekaligus pengurus pantai tersebut.
Akses menuju Pantai Ketawang cukup mudah. Untuk ke pantai tersebut pengunjung dapat melalui jalan Deandles dari arah timur dan dapat melalui jalan Kutoarjo - Grabag dari arah utara. Jalan vaping sudah tersedia hingga lokasi parkir, sehingga memungkinkan kendaraan roda 4 untuk mencapai lokasi.
Aktivitas pengunjung di Pantai Ketawang belum ada secara regular, dikarenakan biasanya pantai ini hanya ramai dikunjungi pada waktu tertentu seperti hari libur sekolah atau libur hari raya.
c. Curug Silangit
Curug Silangit merupakan objek wisata alam berupa air terjun yang secara astronomis terletak pada 07°44'45,9" LS dan 110°05'47,7" BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing. Air terjun ini terletak pada bentuklahan struktural. Sebagian masyarakat juga ada yang menyebutnya dengan nama Curug Jeketro. Objek wisata alam Curug Silangit/Curug Jekerto ini masih dalam proses pengelolaan pemerintah Kabupaten Purworejo yang dibantu oleh pihak KKN UGM. Untuk masuk ke objek wisata alam ini pengunjung tidak dikenakan biaya, hanya dikenakan biaya parkir kendaraan sebesar Rp. 2.000.
Gambar 4.6. Kenampakan Objek Wisata Alam Curug Silangit (a) Area parkir yang tersedia di Curug Silangit, (b) Kondisi jalan setapak menuju Curug Silangit, (c) Fasilitas toilet di Curug Silangit,
(d) Suasana pengunjung di Curug Silangit.
Daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata alam ini adalah Air Terjun Curug Silangit memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah curug ini memiliki 3 tingkat, namun pengunjung hanya bisa mencapai tingkat 2.
Sarana dan prasarana yang dimiliki objek wisata alam Curug Silangit belum terlalu lengkap. Di dekat objek wisata alam ini telah disediakan tempat parkiran dengan tukang parkir yang berseragam. Selain itu di sepanjang jalan setapak menuju curug dapat ditemukan warung makan/jajanan serta tersedia toilet/kamar mandi.
a b
Curug Silangit letaknya cukup strategis, karena mudahnya akses ke curug ini sejalur dengan jalan menuju objek wisata alam Goa Seplawan yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Purworejo. Untuk menuju objek wisata alam ini pengunjung dapat menitipkan kendaraannya di tempat parkiran yang telah disediakan dan selanjutnya untuk menuju curug tersebut pengunjung hanya bisa berjalan kaki sejauh ± 1 Km. melalui jalan setapak yang tertata rapi pengunjung cukup mudah untuk menemukan objek wisata alam ini.
Aktivitas yang dilakukan pengunjung di objek wisata alam ini adalah pengunjung dapat menikmati kejernihan air yang mengalir dari curug ini atau sekedar bersantai berkumpul bersama rekan atau keluarga di tempat gardu yang disediakan untuk sejenak melupakan kesibukan perkotaan.
d. Curug Muncar
Curug Muncar merupakan objek wisata alam yang berupa air terjun yang secara astronomis terletak pada koordinat 07°32'04,1" LS dan 109°56'29,8" BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Kaliwungu, Kecamatan Bruno. Curug ini terletak pada bentuklahan struktural. Sampai saat ini Curug Muncar belum sepenuhnya di bangun oleh pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo. Menurut penduduk sekitar, dulu sebenarnya Curug Muncar sudah mulai dibangun namun terdapat sengketa antara Java Promo dengan Perhutani.
Untuk mengunjungi Curug Muncar wisatawan tidak dikenai biaya masuk, hanya cukup menyiapkan uang Rp. 2.000 untuk biaya parkir di tempat yang telah disediakan oleh warga.
Gambar 4.7. Kenampakan Objek Wisata Alam Curug Muncar (a) Jalan menuju objek wisata Curug Muncar (b) , (c) Kondisi objek wisata Curug Muncar, (c) Pengunjung objek wisata Curug Muncar.
Daya tarik yang dimiliki objek wisata sebenarnya cukup baik. Daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata alam Curug Muncar adalah panoramanya yang indah dan masih alami. Keindahan dan ketasrian sangat sesuai bagi wisatawan yang ingin sejenak menghilangkan kepenatan dari aktifitas perkotaan.
Sarana atau fasilitas yang dimiliki objek wisata alam ini masih sangat kurang. Di Curug Muncar belum tersedia toilet/MCK, tempat parkir. Untuk toilet dan tempat parkir pengunjung bisa menumpang di rumah warga terdekat dengan curug tersebut.
Akses menuju lokasi objek wisata alam Curug Muncar cukup sulit dan agak jauh dari permukiman. Untuk mencapai curug tersebut
a b
pengunjung harus berjalan kaki sekitar 2 Km dari tempat penitipan kendaraan. Pengunjung dapat menemukan curug ini dengan menyusuri jalan tanah melewati perkebunan warga. Namun agak sulit karena sepanjang jalan menuju curug tidak terdapat penunjuk arah jadi pengunjung harus bertanya kepada warga bila belum pernah mungunjungi Curug Muncar.
Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di objek wisata alam ini antara lain pengunjung dapat menikmati kesegaran dan kejernihan air yang mengalir dari atas bukit. Pengunjung dapat mandi di bawah di sungai yang aliran arusnya tidak terlalu deras.
e. Goa Gong
Goa Gong merupakan objek wisata alam yang secara astronomis terletak pada koordinat 07°39'15,0" LS dan 109°50'39,0" BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Kesawen, Kecamatan Pituruh. Goa ini terletak pada bentuklahan struktural. Objek wisata alam ini belum banyak dikenal oleh masayarakat Purworejo. Kondisinya yang kurang menarik membuat sangat jarangnya wisatawan berkunjung ke Goa Gong. Menurut penduduk setempat dulu Goa Gong biasanya sering digunakan seseorang untuk bertapa. Lokasinya yang jauh dari keramaian pusat kota membuat goa ini jarang dijamah seseorang. Sekarang ini Goa Gong justru disalah gunakan anak muda untuk pacaran. Padahal bila pemerintah mau menata dan melengkapi sarana dapat digunakan sebagai aset pendapatan daerah.
Gambar 4.8. Kenampakan Objek Wisata Alam Goa Gong (a) Jalan menuju objek wisata Goa Gong (b) Kondisi jalan menuju mulut Goa Gong, (c) Mulut Goa Gong,
(d) Goa Gong tampak dari depan.
Goa Gong merupakan objek wisata alam di Kabupaten Purworejo yang belum dimanfaatkan maksimal oleh pemerintah Kabupaten Purworejo sebagai layaknya tempat wisata. Berdasarkan penilaian objek wisata ini memiliki daya tarik yang rendah. Kondisinya yang tidak terawat dan kurang menarik membuat sepinya pengunjung untuk melihat objek wisata alam ini.
Untuk sarana dan prasarana, objek wisata alam ini sama sekali belum tersedia.
Untuk menuju Goa Gong sebernya para pengunjung dapat dengan mudah menemukannya karena lokasinya yang dekat dengan permukiman
c d
b a
desa dan letaknya yang berada di bukit batu tepi jalan. Pengunjung dapat menemukan Goa Gong dengan bertanya kepada penduduk sesampainya di Desa Kesawen, Kecamatan Pituruh.
Aktivitas pengunjung di objek wisata alam ini belum ada sama sekali karena sampai saat ini tempat ini belum dimanfaatkan dan dibangun sebagai layaknya objek wisata.
f. Sumur Tegal Asih
Sumur Tegal Asih merupakan objek wisata alam yang secara atronomis terletak pada koordinat 07°46'10,2" LS dan 110°06'17,3" BT, sedangkan secara administratif terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing. Sumur ini terletak pada bentuklahan struktural. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 4 Tahun 2009 tentang penetapan potensi wisata sebagai daya tarik wisata, Sumur Tegal Asih merupakan salah satu oyek wisata alam yang dimiliki Kabupaten Purworejo. Walaupun namanya telah tercantun dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 4 Tahun 2009 namun sampai saat ini objek wisata alam ini belum di kembangkan oleh pemerintah selayaknya objek wisata. Sumur Tegal Asih terletak tidak jauh dari Goa Seplawan dan menurut juru kunci Goa Seplawan, Sumur Tegal Asih masih ada kaitannya dengan Goa Seplawan. Dulu Sumur Tegal Asih sering dimanfaatkan mayarakat sebagai sumber air bersih sekaligus tempat mensucikan diri, namun sekarang dengan tidak terawatnya kondisi sumur tersebut digunakan masyarakat sebagai sumber air untuk mengirigasi budidaya pohon kopi.
Gambar 4.9. Kenampakan Objek Wisata Alam Sumur Tegal Asih (a) , (b) Kondisi Sumur Tegal Asih
(b) , (c) , (d) Budidaya bibit pohon kopi di sekitar Sumur Tegal Asih
Daya tarik yang sangat rendah membuat Sumur Tegal Asih termasuk dalam kategori objek wisata alam kurang potensial/berpotensi rendah. Kurangnya daya tarik di objek wisata alam ini membuat tidak adanya pengunjung yang datang.
Sarana dan prasarana yang dimiliki objek wisata alam ini belum ada sama sekali karena pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo khususnya belum mengembangun Sumur Tegal Asih sebagai selayaknya objek wisata. Pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo cenderung lebih mengembangkan Goa Seplawan.
b
c d
Untuk menuju lokasi objek wisata ini sebenarnya cukup mudah dijangkau. Lokasi Sumur Tegal Asih tidak jauh dengan Goa Seplawan hanya sekitar 500 m sebelum menuju ke arah Goa Seplawan. Lokasinya pun dekat dengan jalan beraspal ke arah Goa Seplawan. Dari jalan tersebut pengunjung dapat menemukannya dengan berjalan kaki sekitar 10 m.
Aktivitas pengunjung di Sumur Tegal Asih ini belum ada sama sekali karena memang sama sekali belum digunakan sebagai objek wisata alam.
g. Goa Anjani
Objek wisata alam Goa Anjani secara atronomis terletak pada koordinat 07°43'53,0" LS dan 110°06'55,0" BT, sedangkan secara adminitratif terletak di Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing. Goa ini terletak pada bentuklahan struktural. Goa Anjani merupakan salah satu objek wisata alam yang masih tersembunyi di Kabupaten Purworejo. Objek wisata alam ini belum banyak didengar oleh para wisatawan, bahkan wisatawan dari dalam Kabupaten Purworejo itu sendiri. Dahulu Goa Anjani merupakan goa yang digunakan sebagai sumber mata air bagi masyarakat setempat untuk mengaliri salah satu dusun yang berada di atas bukit menggunakan pompa, namun saat ini sudah tidak beroperasi lagi.
Pemberian nama Goa Anjani ini sebenarnya di dasarkan atas cerita pewayangan. Menurut cerita nama Anjani karena karena konon menurut cerita masyarakat setempat, Goa Anjani merupakan tempat bersemayam Dewi Anjani yang menurut cerita ramayana merupakan ibu dari Anoman (monyet putih) yang bersemayam di Goa Kiskendo, sehingga antara Goa Anjani dan Goa Kiskendo memiliki hubungan sejarah.
Sampai saat ini objek wisata alam ini belum mendapat perhatian lebih oleh Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo walaupun tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 4 Tahun 2009 tentang penetapan potensi wisata sebagai daya tarik wisata.
Gambar 4.10. Kenampakan Objek Wisata Alam Goa Anjani (a) Kondisi Goa Anjani tampak dari luar, (b) Kondisi lorong Goa Anjani,
(c) Mulut Goa Anjani,
(d) Ornamen pada dinding-dinding Goa Anjani.
Goa Anjani kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata Kabupaten Purworejo khususnya sehingga daya tarik serta fasilitas yang dimiliki objek wisata alam ini sangat kurang. Sebenarnya bila dikembangkan akan menarik wisatawan lokal untuk berkunjung di objek wisata alam ini, apalagi letaknya yang cukup mudah di jangkau dan dekat dengan permukiman. Daya tarik yang dimiliki Goa Anjani adalah pengunjung dapat menikmati pemandangan dari atas bukit karena lokasinya yang berada di atas tebing setinggi 200 m dari balai desa Tlogoguwo. Untuk
b a