• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi Dan Bangunan Air 15010071

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Tugas Besar SI-3131 Irigasi Dan Bangunan Air 15010071"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN DAERAH IRIGASI KALI BEDADUNG

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah

SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air

Dosen :

Joko Nugroho, ST, MT, Phd.

Asisten :

Idham Ahraf

15009114

Disusun Oleh :

Ressi Dyah Adriani

15010071

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

i

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Besar Irigasi dan Bangunan air ini telah diperiksa dan disetujui serta memenuhi ketentuan layak untuk dikumpulkan guna kelulusan mata kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air Semester Ganjil Tahun Akademik 2011/2012.

Asisten Tugas Besar SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air Bandung, Desember 2012

Idham Ahraf 15009114

(3)

i

Tugas Besar Irigasi dan Bangunan ini menggunakan Sungai Bedadung di Jawa Timur, untuk perencanaan pekerjaan pengairannya. Sungai Bedadung melewati beberapa kota, diantaranya Kota jember, Bondowoso, dan lainnya. Tepatnya berada pada koordinat 113° 20’ 00’’– 113° 50’ 00’’ Bujur Timur dan diantara 8° 00’ 00” – 9° 30’ 00” Lintang Selatan. Adapun DAS dari Sungai ini yang dihitung menggunakan metoda Polygon

Thiessen berdasarkan stasiun Tamanan, Jember dan Semboro, adalah 417.25 km2.

Dengan luas pengaruh dari masing-masing stasiun yaitu, 21.60 km2 untuk daerah

Semboro, 311.69 km2 untuk daerah Jember ,dan 83.96 km2 untuk daerah Tamanan.

Petak sawah rencana yang akan diairi oleh Sungai Bedadung memiliki luas total sekitar 2000 hektar. Dengan besar debit 1.87 l/dt/ha yang diperoleh dari curah hujan. Namun berdasarkan perhitungan, Sungai Bedadung ini dapat mengaliri petak-petak sawah dengan luas maksimum 15,491.12 hektar.

(4)
(5)

iv

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air ini. Pembuatan laporan tugas besar ini bertujuan untuk merancang suatu saluran pada jaringan irigasi, dan merencanaan petak sawah serta ketersediaan dan kebutuhan air jaringan sawah, serta memahami konsep perencanaan daerah irigasi pada umumnya. Laporan ini juga penulis buat sebagai syarat kelulusan mata kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air.

Proses penyelesaian Laporan Tugas Besar ini pun tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kendala. Kesulitan dalam pemahaman materi, kesulitan mencari data dan peta serta kesibukan lainnya dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik merupakan salah satu kendala yang terjadi. Namun, dengan selalu memberikan usaha yang terbaik dalam hambatan apapun, penulis dapat mengatasi berbagai hambatan dan kendala tersebut.

Pembuatan laporan ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu dengan bantuan, saran dan kritik yang membangun penulis. Sehingga, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.

2. Dosen Mata Kuliah SI-3131 Irigasi dan Bangunan Air, yaitu Bapak Joko Nugroho ST, MT, Phd.

3. Asisten Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air, Idham Ahraf. 4. Teman-teman yang selalu memberi bantuan dan semangat. 5. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna dan masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun demi hal yang lebih baik. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan praktikum ini bermanfaat.

Bandung, Desember 2012

(6)

v

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

PETA LOKASI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1. Latar Belakang... 1-1 1.2. Maksud dan Tujuan ... 1-1 1.3. Ruang Lingkup ... 1-2 1.4. Metodologi Penyusunan Tugas ... 1-2 1.5. Sistematika ... 1-3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN DAERAH IRIGASI SUNGAI BEDADUNG ... 2-1 2.1. Sistem Irigasi ... 2-1

2.2. Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air ... 2-3

2.1.1. Teori Perencanaan Petak ... 2-3 2.1.2. Teori Perencanaan Saluran ... 2-4

2.1.3. Teori Perencanaan Bangunan Air ... 2-6

2.3. Teori Perhitungan Ketersediaan Air ... 2-9 2.4. Teori Perhitungan Kebutuhan Air...2-10 2.5. Teori Keseimbangan Air ...2-18

(7)

vi

3.1. Lokasi dan Topografi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bedadung... 3-1

3.2. Luas DAS Kali Bedadung ... 3-1 3.3. Stasiun Pengukuran Curah Hujan ... 3-2

3.4. Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS Bedadung ... 3-3

BAB 4 SISTEM IRIGASI DAERAH SUNGAI BEDADUNG ... 4-1

4.1. Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air ... 4-1

4.1.1. Perencanaan Petak ... 4-1 4.1.2. Perencanaan Saluran ... 4-2

4.1.3. Perencanaan Bangunan Air ... 4-4

4.1.4. Skema Petak, Saluran Irigasi, dan Bangunan Air ... 4-5

4.2. Perhitungan Ketersediaan Air Daerah Irigasi Bedadung ... 4-6

4.2.1. Pengolahan Data Hujan Hilang ... 4-6

4.2.2. Pengolahan Data Hujan ... 4-8 4.2.3. Peluang Hujan ... 4-9 4.2.4. Curah Hujan Efektif ...4-10

4.3. Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Bedadung ...4-12

4.3.1. Perhitungan Evapotranspirasi ...4-12

4.3.2. Pola Tanam ...4-18 4.3.3. Field Requirement ...4-18

4.4 Evaluasi Keseimbangan Air Daerah Irigasi Bedadung ...4-22

4.4.1. Alternatif DR ...4-22

BAB 5 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN ... 5-1

5.1. Perencanaan Saluran ... 5-1 5.2. Pendimensian Saluran ... 5-1 5.3. Tinggi Muka Air ... 5-5 5.4. Contoh Perhitungan ... 5-7 5.4.1. Dimensi Saluran ... 5-7 5.4.2. Tinggi Muka Air ...5-11

(8)

vii

6.1. Bangunan Bagi-Sadap ... 6-1 6.2. Perhitungan Dimensi ... 6-2

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 7-1

7.1. Kesimpulan... 7-1 7.2. Saran ... 7-1

DAFTAR PUSTAKA ... xi LAMPIRAN ... xii

(9)

viii

Gambar 2.1 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter ...2-19 Gambar 3.1 Daerah Aliran Sungai Kali Bedadung ... 3-1 Gambar 4.1 Skema petak, saluran dan bangunan air ... 4-5

(10)

ix

Grafik 4.1 Grafik Q80 ...4-10 Grafik 4.2 Grafik Re50...4-12 Grafik 4.3 Grafik Re80...4-12 Grafik 4.4 T vs ea...4-14 Grafik 4.5 Hasil Perhitungan W vs T ...4-15 Grafik 4.6 Grafik f(T) ...4-16

(11)

x

Tabel 2.1 Koefisien Tanaman Untuk Padi dan Kedelai ...2-13 Tabel 2.2 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan ...2-16 Tabel 3.1 Data Curah Hujan Stasiun Tamanan ... 3-2 Tabel 3.2 Data Curah Hujan Stasiun Jember ... 3-2 Tabel 3.3 Data Curah Hujan Stasiun Semboro ... 3-2 Tabel 3.4 Data Suhu Rata-Rata ... 3-3 Tabel 3.5 Data Lama Penyinaran Sinar Matahari ... 3-3 Tabel 3.6 Data Kelembaban Udara ... 3-3 Tabel 3.7 Data Kecepatan Angin Rata-Rata ... 3-3 Tabel 4.1 Curah Hujan Stasiun Tamanan, Jember, dan Semboro Tahun 1956 ... 4-6 Tabel 4.2 Curah Hujan Lengkap Stasiun Tamanan, Jember, dan Semboro ... 4-7 Tabel 4.3 Luas Area Stasiun ... 4-8 Tabel 4.4 Probabilitas Hujan dan R80... 4-9 Tabel 4.5 R80 dan Q80 ... 4-9 Tabel 4.6 Kemungkinan Hujan Stasiun Tamansari ...4-10 Tabel 4.7 Curah Hujan R80 dan R50 ...4-11 Tabel 4.8 Curah Hujan Efeltif Re50 dan Re 80 ...4-11 Tabel 4.9 Tabel Interpolasi Harga ea ...4-13 Tabel 4.10 Tabel T vs W ...4-15 Tabel 4.11Hasil T vs f(T) ...4-16 Tabel 4.12 Evapotranspirasi ...4-18 Tabel 4.13 Skema Tanam Golongan A ...4-18 Tabel 4.14 WLR ...4-19 Tabel 4.15 Field Requirement Golongan A ...4-21

(12)

xi

Tabel 4.18 Luas Minimum Tiap Pola Tanam ...4-24 Tabel 4.19 Maksimum Area Irigasi Yang Dapat Diairi ...4-24 Tabel 5.1 b/h (n) dan Kemiringan Talud (m)... 5-2 Tabel 5.2 Koefisien Stikler (k) ... 5-3 Tabel 5.3 Tipe Pintu Romijn ... 5-6 Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Dimensi Saluran ...5-11 Tabel 5.5 Hasil Perhitungan TMA ...5-15 Tabel 6.1 Hasil Perhitungan Pendimensian Saluran ... 6-2 Tabel 6.2 Tabel nilai W (freeboard) ... 6-3 Tabel 6.3 Hasil perhitungan... 6-4

(13)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 1-1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Maka dari itu diperlukan suatu bentuk rekayasa yang baik sehingga seperti apapun lahan yang tersedia, produksi pangan tetap dapat dilakukan dengan kualitas yang tinggi.

Satu hal yang cukup krusial dalam merekayasa lahan adalah jaringan irigasi. Hal ini karena baik tanaman maupun padi (khususnya untuk bidang agraris), membutuhkan air yang mencukupi agar pertumbuhannya baik. Namun ketersediaan air yang ada untuk tanaman tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman tersebut untuk tumbuh dengan baik. Sehingga diperlukan jaringan yang menyediakan kebutuhan air bagi lahan tersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan saluran irigasi untuk menunjang ketersediaan air, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut jauh dari sumber air permukaan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari tugas besar ini yaitu :

1. Merencanakan sebuah saluran pekerjaan pengairan dari daerah irigasi yang telah ditentukan.

2. Merencanakan kebutuhan air di sawah tiap hektar (liter/detik/ha).

(14)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 1-2

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan laporan tugas besar ini yaitu perencanaan irigasi daerah Sungai Bedadung, Jember, Jawa Timur. Adapun Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi :

1. Perencanaan petak daerah irigasi 2. Perencanaan saluran irigasi

3. Perencanaan bangunan air untuk irigasi 4. Perhitungan kebutuhan air daerah irigasi

5. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air dalam saluran 6. Layout bangunan bagi pada saluran

1.4. Metodologi Penyusunan Tugas

Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang tertulis diatas adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Studi Literatur

2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi dan Data iklim ( klimatologi )

yang mencakup data temperatur rata-rata, data kelembaban rata-rata, data sinar matahari, dan data kecepatan angin rata-rata pada daerah tersebut.

3. Data-data lainnya (pemakaian persamaan, tabel, koefisien, dan lain

sebagainya)

Langkah pengerjaan dimulai dengan

1. Membuat DAS dan perencanaan daerah irigasi dari peta yang diberikan 2. Menyusun jaringan

3. Perhitungan dari data-data yang diperoleh melalui studi pustaka di laboratorium.

Adapun hasil akhir dari tugas besar ini adalah sebuah perencanaan jaringan irigasi pada daerah Sungai Bedadung, Jember, Jawa Timur yang meliputi data kebutuhan air, dimensi pada tiap saluran serta tinggi muka air pada saluran.

(15)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 1-3

1.5. Sistematika

Berikut ini adalah sistematika penulisan dari tugas besar Irigasi dan Bangunan Air :

BAB 1 Pendahuluan

Berisi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Metodologi Penyusunan serta Sistematika dari tugas besar ini.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan tentang penyajian studi pustaka, teori dasar dan dasar pemikiran tentang irigasi serta acuan yang dipakai dalam perencanaan saluran irigasi. Diantaranya yaitu menjelaskan mengenai sistem irigasi, tahap perencanaan irigasi, data pengukuran dan penyelidikan, saluran irigasi, sistem tata nama, jaringan irigasi, perencanaan dan penentuan kebutuhan air, perencanaan petak sawah, dan perencanaan saluran.

BAB 3 Data dan Kajian Wilayah

Bab ini mendeskripsikan daerah kajian yang direncanakan untuk perencanaan saluran irigasi, diantaranya lokasi dan topografi wilayah, serta data curah hujan dan klimatologi DAS.

BAB 4 Perhitungan Saluran Irigasi

Berisi tentang tahap-tahap pembuatan perencanaan sistem mulai dari perencanaan peta, perencanaan saluran, perencanaan bangunan air, dan juga skema. Terdapat juga perhitungan ketersediaan air, perhitungan kebutuhan air, dan evaluasi keseimbangan air.

BAB 5 Perhitungan Dimensi Saluran

Bab ini berisi perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air. BAB 6 Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang hasil analisis berupa kesimpulan dan saran dari perencanaan sistem irigasi di daerah Sungai Bedadung.

(16)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN DAERAH IRIGASI

SUNGAI BEDADUNG

2.1. Sistem Irigasi

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Sehingga irigasi dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian air dari suatu sumber air permukaan (sungai, danau, rawa, waduk) menuju ke tempat lahan budidaya tanaman sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna), secara teratur dan tepat waktu.

Irigasi bertujuan untuk memberi air pada tanaman untuk memenuhi kebuituhannya dan membuang air yang berlebihan dari lahan. Dengan adanya irigasi pemberian dan pembuangan air dapat dikendalikan dari segi jumlah dan waktu pemberiannya.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 3 jenis sistem irigasi yang biasa digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :

1. Irigasi Sistem Gravitasi

Merupakan sistem irigasi yang memanfaatkan gaya tarik bumi untuk pengaliran airnya. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah akibat pengaruh gravitasi.

2. Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai.

3. Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk

(17)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-2 daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan.

Adapun untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama, yaitu : 1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi

melalui permukaan tanah.

2. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, tanah dialiri melalui bawah permukaannya. Air dialirkan melalui saluran-saluran yang ada di sisi petak sawah. Akibat adanya air ini, muka air tanah pada petak-petak sawah akan naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah perakaran secara kapiler. Dengan demikian tanaman akan memperoleh air. Persyaratan :

a. Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi.Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1.5 sampai 3 meter.

b. Permukaan tanah sangat datar

c. Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah. d. Organisasi pengatur berjalan dengan baik.

3. Pemberian air dengan cara irigasi siraman. Pada sistem ini air akan disalurkan melalui jaringan pipa, kemudian disemprotkan ke permukaan tanah dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan cara gravitasi dan irigasi bawah tanah.

4. Pemberian air dengan cara tetesan, air irigasi disalurkan lewat jaringan pipa dan diteteskan tepat di daerah perakaran tanaman. Irigasi ini juga menggunakan mesin pompa air sebagai tenaga penggerak. Cara pemberian air irigasi semacam inipun belum lazim di Indonesia. Perbedaan dengan sistem irigasi siraman :

a. Pipa tersier jalurnya melalui pohon.

b. Tekanan yang dibutuhkan kecil, karena hanya diteteskan dengan tekanan lapangan 1 atm.

(18)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-3

2.2. Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

2.1.1. Teori Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis yaitu :

1. Petak Tersier

Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya minimum 50 ha, dan dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 150 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi. Petak tersier mendapat air dari satu bangunan sadap pada saluran sekunder. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak tersier adalah:

a. Petak mempunyai batas yang jelas pada setiap petak sehingga

terpisah dari petak tersier lainnya dan sebagai batas petak adalah saluran drainase.

b. Bentuk petak sedapat mungkin bujur sangkar, agar lebih efisien.

c. Tanah dalam petak tersier sedapat mungkin harus dapat dimiliki

oleh satu desa atau paling banyak 3 desa.

d. Desa, jalan, sungai diusahakan jadi batas petak.

e. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, gerakan air

dalam petak harus sama.

f. Luas petak diusahakan 50-150 ha. Petak yang terlalu kecil

membutuhkan air lebih banyak, petak yang terlalu besar menyebabkan sawah yang terletak dibawah menerima air terlalu banyak dimusim hujan dan terlalu sedikit di musim kemarau. Untuk daerah berbukit luas petaknya berkisar antara 50 ha, untuk dataran rendah luas petaknya berkisar 150 ha.

g. Dalam tiap bidang salah satu petak harus dapat mempergunakan air

(19)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-4

h. Bangunan pembagi ditempatkan di tempat tinggi.

i. Petak tersier harus diletakan sedekat mungkin dengan saluran

pembawa/bangunan pembawa.

2. Petak sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.

3. Petak primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.

2.1.2. Teori Perencanaan Saluran 1. Saluran Pembawa

Berfungsi membawa air dari sumber ke petak sawah. Dilihat dari tingkat percabangannya, dapat dibedakan menjadi:

a. Saluran Primer

Berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi didapat dari sungai, danau atau waduk. Pada umumnya pengairan yang didapat dari sungai jauh lebih baik dari yang lainnya. Air dari sungai mengandung banyak zat lumpur yang biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga gunanya terutama ialah menjaga agar tanaman tidak mati kekeringan dalam musim kering. Untuk saluran primer ini harus merupakan saluran trance (saluran garis tinggi) oleh

(20)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-5 karena itu banyak mengalami silangan-silangan karena juga mengikuti garis kontur, maka akan berkelok-kelok dan panjang.

b. Saluran Sekunder

Dari saluran primer air disadap oleh saluran-saluran sekunder untuk mengairi daerah-daerah yang sedapat mungkin dikelilingi oleh saluran-saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan dan air yang kelebihan. Untuk mengairi petak sekunder yang jauh dari bangunan penyadap, kita gunakan saluran muka supaya tidak perlu membuat bangunan penyadap, sehingga diperlukan saluran sekunder.

Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan membagikannya ke saluran tersier. Sedapat mungkin saluran pemberi merupakan saluran punggung sehingga dengan demikian kita bisa membagi air pada kedua belah sisi. Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa sehingga melalui daerah (titik tertinggi) dari daerah sekitarnya.

c. Saluran Tersier

Fungsi utamanya adalah membawa air dari saluran sekunder dan membagikannya ke petak-petak sawah. dengan luas petak maksimal adalah 150 Ha. Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang mengambil airnya dari bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi terakhir. Pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan, sedangkan pada tanah bergelombang atau datar, saluran mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat tinggi.

Boks tersier akan membagi air ke saluran tersier atau kuarter berikutnya. Boks kuarter akan memberikan airnya ke saluran-saluran kuarter. terjal saluran kuarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang tidak menentukan Saluran-saluran kuarter adalah saluran-saluran bagi, umumnya dimulai dari boks bagi sampai ke saluran-saluran pembuang. Panjang maksimum yang diizinkan adalah 500 m. Di daerah-daerah bangunan terjun. Di tanah yang bergelombang, saluran

(21)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-6 kuarter mengikuti kaki bukit atau berdampingan dengan saluran tersier.

2. Saluran pembuang

Saluran pembuang intern harus sesuai dengan kerangka kerja saluran

pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk:

mengeringkan sawah , membuang kelebihan air hujan, membuang kelebihan air irigasi.

Saluran pembuang kuarter biasanya berupa saluran buatan yang merupakan garis tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada medan bergelombang. Kelebihan air ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau dari saluran pembuang cacing di daerah bawah. Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter dan sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran pembuang tersier biasanya berupa saluran yang mengikuti kemiringan medan. Jarak antara saluran irigasi dan pembuang hendaknya cukup jauh agar kemiringan hidrolis tidak kurang dari 1 : 4.

2.1.3. Teori Perencanaan Bangunan Air

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :

1. Bendung

Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

(22)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-7 a. Pengambilan bebas

Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi, tanpa mengatur ketinggian muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

b. Pengambilan dari waduk

Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat manunggal dan multi guna. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk. c. Stasiun Pompa

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

2. Bangunan Bagi dan Sadap a. Bangunan Bagi

Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.

b. Bangunan sadap

Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang memberi air kepada saluran tersier.

(23)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-8 c. Bangunan bagi-sadap

Bangunan yang berupa bangunan bagi, dan bersama itu pula sebagai bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau saluran sekunder yang memberi air ke saluran tersier). d. Boks - boks disaluran tersier

Membagi untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier, dan/atau kuarter).

3. Bangunan Pengukur dan Pengatur

Bangunan/pintu pengukur berfungsi mengukur debit yang

melaluinya, pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier, agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif. Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini. Namun demikian, untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah irigasi.

4. Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.Aliran melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis. a) Bangunan pembawa dengan aliran superkritis. Diperlukan di

tempat-tempat dimana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran. Yang termasuk jenis bangunan ini: Bangunan Terjun, Got Miring.

b) Bangunan pembawa dengan aliran Subkritis. Contoh Gorong – gorong

(24)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-9

2.3. Teori Perhitungan Ketersediaan Air

Perhitungan ketersediaan air ditunjukkan untuk menghitung seberapa banyak air yang tersedia yang dapat dialirkan ke lahan. Perhitungan ketersediaan air ini menggunakan FJ Mock. Langkah-langkah perhitungan FJ mock adalah sebagai berikut:

1. Tentukan data-data yang diperlukan: a. Hujan bulanan rata-rata

b. Hari hujan bulan rata-rata c. Evapotranspirasi

2. Hitung nilai evapotranspirasi aktual (Ea)

3. Hitung nilai water surplus

Nilai water surplus dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

4. Hitung nilai run off water storage

5. Hitung nilai debit

Nilai debit dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Keterangan:

(25)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-10 Luas catchment area = luas DAS (ha)

Run off bulanan = (mm/bulan) WS = Water surplus

ln = infiltrasi

K = koefisien sebesar 0.6 Vn-1 = Vn periode sebelumnya

2.4. Teori Perhitungan Kebutuhan Air

Perhitungan kebutuhan air ditunjukkan untuk menghitung seberapa banyak air yang dibutuhkan untuk dialiri ke lahan. Unsur yang mempengaruhi penentuan kebutuhan air. Terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi penentuan kebutuhan air adalah sebagai berikut:

1. Evapotranspirasi potensial

Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk uap air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi terjadi pada permukaan badan-badan air, misalnya danau, sungai dan genangan air. Sedangkan transpirasi terjadi pada tumbuhan akibat proses asimilasi. Ada beberapa metoda dalam penentuan evapotranspirasi potensial diantaranya yaitu metoda Thornwaite, Blaney Criddle dan Penman modifikasi. Ketiga metoda tersebut berbeda dalam macam data yang digunakan untuk perhitungan.

a) Metoda Thornwaite: parameter yang diperlukan adalah temperatur dan letak geografis.

b) Metoda Blaney Criddle: parameter yang diperlukan adalah data temperatur dan data prosentase penyinaran matahari.

c) Metoda Penman modifikasi: parameter yang diperlukan adalah data temperatur, kelembaban udara,prosentase penyinaran matahari dan kecepatan angin.

Pemilihan metoda tergantung dari data yang tersedia. Di lapangan biasanya digunakan Lysimeter untuk mempercepat dan mempermudah perhitungan.

(26)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-11 Untuk perhitungan di atas kertas, lebih baik menggunakan metoda Penman modifikasi, sebab menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Selain itu, metoda Penman modifikasi ini mempunyai cakupan data meteorologi yang digunakan adalah yang paling lengkap di antara metoda-metoda yang lain. Rumus untuk Penman modifikasi sebagai berikut

ET = c.( w . Rn + ( 1 - w ) . f(u) . ( ea - ed ) )

ET : Evapotranspirasi dalam mm/hari

c : Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam

w : Faktor bobot tergamtung dari temperatur udara dan ketinggian tempat

Rn : Radiasi netto ekivalen dengan evaporasi mm/hari = Rns - Rnl

Rns : Gelombang pendek radiasi yang masuk

= ( 1 -  ) . Rs = ( 1 -  ) . ( 0.25 + n/N ) . Ra

Ra : Ekstra terestrial radiasi matahari

Rnl : f(t).f(ed).f(n/N)

: Gelombang panjang radiasi netto

N : Lama maksimum penyinaran matahari

1 - w : Faktor bobot tergantung pada temperatur udara

f(u) : Fungsi kecepatan angin = 0.27 . ( 1 + u/100 )

f(ed) : Efek tekanan uap uap pada radiasi gelombang panjang

f(n/N) : Efek lama penyinaran matahari paada radiasi gelombang panjang

f(t) : Efek temperatur pada radiasi gelombang panjang

ea : Tekanan uap jenuh tergantung pada temperatur

ed : ea . Rh/100

Rh : Curah hujan efektif

2. Curah hujan efektif

Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil 80% dari curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Curah

(27)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-12 hujan efektif ini didapat dari analisis curah hujan. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan:

a. Curah hujan efektif, dimana dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman.

b. Curah hujan lebih ( excess rainfall ) dipakai untuk menghitung kebutuhan pembuangan / drainase dan debit banjir.

Jadi yang dimaksud Re = Rh adalah curah hujan efektif yang harganya adalah 0.7*R80. Sedangkan R80 adalah curah hujan dengan kemungkinan 80% terjadi. Cara mencari R80 adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu “n” tahun dari beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah rencana pengembangan irigasi. Minimal diperlukan 3 stasiun curah hujan.

2. Merata-ratakan data curah hujan dari beberapa stasiun yang diperoleh. 3. Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut dari yang terkecil

hingga terbesar.

4. Mencari R80 dengan acuan R80 adalah data yang ke “M” . 5. Dimana M = (N/5) + 1

6. N : jumalah data curah hujan yang digunakan perbulan 7. Menghitung Re dimana Re = 0.7 * R80

3. Pola tanam

Pola tanam seperti yang diusulkan dalam tahap studi akan ditinjau dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survey. Kalau perlu diadakan penyesuaian-penyesuaian. Dalam membuat pola tanam ini yang sangat perlu diperhatikan adalah curah hujan yang terjadi. Baik curah hujan maksimum ataupun minimum. Dengan melihat kondisi curah hujan tersebut akan bisa direncanakan berbagai pola tanam dengan masing-masing keuntungan dan kekurangan.

(28)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-13 4. Koefisien tanaman

Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi (ETo)

dengan evapotranspirasi tanaman acuan (Etanaman ) dan dipakai dalam rumus penman.

Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang terus-menerus dari proyek irigasi di daerah tersebut.

Harga-harga koefisien tanaman padi dan kedelai diberikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 Koefisien Tanaman Untuk Padi dan Kedelai

5. Perkolasi dan Rembesan

Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana tanah dalam keadaan jenuh. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitiian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar antaara 1 sampai 3 mm/hari. Didaerah-daerah miring, perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan renbesan. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.

Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolaasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Pada tugas saya ini digunakan nilai perkolasi rata-rata yaitu 2 mm/hari Varietas Biasa Varietas Unggul Varietas Biasa Varietas Unggul 0,5 1,2 1,2 1,1 1,1 0.5 1 1,2 1,27 1,1 1,1 0.75 1,5 1,32 1,33 1,1 1,05 1 2 1,4 1,3 1,1 1,05 1,0 2,5 1,35 1,3 1,1 0,95 0,82 3 1,24 0 1,05 0 0.45 3,5 1,12 0,95 4 0 0 Bulan Nedeco/Prosida FAO Kedelai

(29)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-14 6. Penggantian lapisan air (WLR)

Penggantian lapisan air dilakukan setengah bulan sekali. Di Indonesia penggantian air ini sebesar 3.3 mm/hari selama sebulan.

7. Masa penyiapan lahan

Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1.5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu 1 bulan dapat dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 250 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah, pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan 50 mm lagi. Angka 250 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum ditanami selama 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil 300 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.

Dalam penentuan kebutuhan air, dibedakan antara kebutuhan air pada masa penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :

a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. Yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :

 Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah.

 Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu menanam padi sawah atau padi ladang kedua.

Kondisi sosial budaya yang ada di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperluka untuk penyiapan lahan. Untuk daerah-daaerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan

(30)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-15 berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daeah-daerah sekitaarnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai mesin secara luas maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil 1 bulan.

b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdaarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Untuk perhitungan kebutuhan air total selama penyiapan lahan digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air yang konstan l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut :

IR = M.ek / (ek - 1)

dimana :

LP : Kebutuhan air total dalam mm/hari

M : Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensari kehilangan

air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan .

M : Eo + P

Eo : 1.1 * Eto

P : perkolasi

k : M.T/S

T : Jangka waktu penyiapan lahan, hari

S : kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50

mm yakni 250 + 50 = 300 mm seperti yang sudah diterangkan diatas.

(31)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-16 Kebutuhan total tersebut bisa ditabelkan sebagai berikut

Tabel 2.2 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan

Penggunaan tabel tersebut mempercepat perhitungan di lapangan. Interpolasi selalu digunakan untuk perhitungan yang tidak ada di tabel.

Adapun kebutuhan air total untuk penyiapan lahan sawah dihitung dengan prosedur sebagai berikut :

I. Menghitung kebutuhan air total seperti yang sudah diterangkan diatas (LP). II. Menghitung curah hujan efektif ( Re)

III. Menghitung kebutuhan air selama penyiapan lahan dengan rumus : DR = ( LP - Re ) / ( 0.65 * 8.64 )

dengan :

0.65 adalah perkalian harga efisiensi saluran tersier, sekunder dan primer (0.8 x 0.9 x 0.9)

8.64 adalah konstanta untuk mengubah satuan dari mm/hari ke liter/detik/hektar.

Secara lebih detail diuraikan per langkah untuk mempermudah :

a) Menghitung curah hujan efektif ( Re) dengan cara seperti yang sudah diterangkan diatas.

b) Menghitung evapotranspirasi potensial dengan metoda penman modifikasi yang sudah diterangkan diatas.

c) Mencari data perkolasi (P) , jangka waktu penyiapan lahan (T). dan kebutuhan penjenuhan (S). S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm 5 11.1 12.7 8.4 9.5 5.5 11.4 13 8.8 9.8 6 11.7 13.3 9.1 10.1 6.5 12 13.6 9.4 10.4 7 12.3 13.9 9.8 10.8 7.5 12.6 14.2 10.1 11.1 8 13 14.5 10.5 11.4 8.5 13.3 14.8 10.8 11.8 9 13.6 15.2 11.2 12.1 9.5 14 15.5 11.6 12.5 10 14.3 15.8 12 12.9 10.5 14.7 16.2 12.4 13.2 11 15 16.5 12.8 13.6 Eo + P (mm/hr) T = 30 hr T = 45 hr

(32)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-17 d) Menghitung kebutuhan air total.

Eo = 1.1 * Eto

d) Menghitung M = Eo + P

e) Menghitung K = M * T/S

f) Menghitung LP = ( M * ek)/(ek - 1)

g) Menghitung kebutuhan bersi air di sawah untuk padi (NFR) NFR = LP – Re

h) Menghitung kebutuhan air irigasi untuk padi IR = NFR/0.65 i) Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR=a)

DR(a) = IR/8.64 (l/dt/ha)

2. Kebutuhan air pada masa tanam untuk padi sawah

Secara umum unsur-unsur yang mempengaruhi kebutuhan air pada masa tanam adalah sama dengan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan. Hanya ada tambahan yaitu :

 Penggantian lapisan air

Setelah pemupukan, diusahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air meurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu maka dilakukan penggantian air sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm ( atau 3.3 mm/hari selama 0.5 bulan ) selama sebulan dan 2 bulan setelah transplantasi.

Perhitungan kebutuhan pada masa tanam diuraikan secara mendetail secara berikut sehingga dapat dilihat perbedaannya pada perhitungan kebutuhan air pada masa penyiapan lahan, yaitu :

a. Menghitung curah hujan efektif ( Re) dengan cara seperti yang sudah diterangkan diatas.

b. Menghitung evapotranspirasi potensial dengan metoda penman modifikasi yang sudah diterangkan diatas.

c. Mencari data perkolasi (P) dan Penggantian lapisan air (WLR) d. Menghitung

(33)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-18 Etc = Eto * c

dimana c adalah koefisien tanaman

e. Menghitung kebutuhan air total (bersih) disawah untuk padi NFR = Etc + P + WLR – Re

f. Menghitung kebutuhan air irigasi untuk padi(IR) IR = NFR/0.64

g. Menghitung kebutuhan air untuk irigasi (DR) DR = IR/8.64

2.5. Teori Keseimbangan Air

Kebutuhan air dan ketersediaan air di lahan haruslah seimbang. Untuk mengetahui hal tersebut maka dapat di gunakan neraca air. Neraca air merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Rumus umum neraca air DAS

P = Ro + Eaa± ΔStt

Keterangan:Keterangan:

PP= presipitasi jatuh di DAS= (mm/th))

Ea = evapotranspirasi aktualEa = (mm/th))

QQ= runoff keluar DAS di outlet = Ro= (mm/th))

ΔStt= perubahan simpanan air = (mm/th))

2.6. Sistem Tata Nama (Nomenklatur)

Boks tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam, mulai dan boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2, dan seterusnya. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut jarum jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks nomor urut tertinggi K1, K2, dan seterusnya.

(34)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 2-19 Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di antara kedua boks, misalnya (T1 - T2), (T3 – K1). Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut arah jarum jam. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya al, a2, dan seterusnya. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dibuang airnya, diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya. Saluran pembuang tersier diberi kode dt1, dt2, juga menurut arah jarum

(35)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 3-1

BAB 3

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BEDADUNG

3.1. Lokasi dan Topografi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bedadung

Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Bedadung. Daerah irigasi bedadung merupakan hilir dari Sungai Bedadung, terletak di Kota Jember, Jawa Timur. Hulu sungai ini bermuara ke Samudera Hindia. DAS ini bermuara dari Gunung Malang, Gunung karangsela, Gunung Pinggang, Gunung Kukusan. Perbedaan kontur pada DAS Sungai Bedadung Cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi sampai rendah.

Gambar 3.1 Daerah Aliran Sungai Kali Bedadung

3.2. Luas DAS Kali Bedadung

Daerah Aliran sungai (DAS) merupakan daerah tempat mengalirnya air dari anak-anak sungai yang mengarah kepada sungai yang menjadi sungai perencanaan DAS Irigasi kita. DAS dibatasi pada kontur atau ketinggian daerah yang menjadi muara sungai kita. Adapun luas Daerah Aliran Sungai Kali Bedadung yang menjadi daerah

perencanaan irigasi adalah sebesar 417.25 km2. Luas DAS ini dihitung dengan

(36)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 3-2

3.3. Stasiun Pengukuran Curah Hujan

Pada perencanaan daerah irigasi di aliran sungai Bedadung ini, digunakan 3 stasiun pengukuran curah hujan. Ketiga stasiun hujan ini diharapkan bisa merepresentasikan DAS tersebut. Adapun data dari ketiga sasiun diatas adalah data curah hujan dari tahun 1955 hingga tahun 1964. Ketiga stasiun curah hujan tersebut adalah :

a) Stasiun curah hujan Tamanan dengan luas DAS 21.60 km2

b) Stasiun curah hujan Jember dengan luas DAS 311.69 km2

c) Stasiun curah hujan Semboro dengan luas DAS 83.96 km2

Tabel 3.1 Data Curah Hujan Stasiun Tamanan

Tabel 3.2 Data Curah Hujan Stasiun Jember

Tabel 3.3. Data Curah Hujan Stasiun Semboro

Curah Hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1955.00 257.00 316.00 221.00 50.00 122.00 104.00 257.00 73.00 97.00 44.00 543.00 153.00 1956.00 376.00 206.00 111.00 187.00 0.00 154.00 52.00 191.00 3.00 126.00 189.00 435.00 1957.00 405.00 400.00 263.00 138.00 62.00 0.00 178.00 25.00 25.00 39.00 42.00 203.00 1958.00 127.00 350.00 339.00 95.00 51.00 83.00 95.00 14.00 29.00 85.00 114.00 156.00 1959.00 424.00 274.00 188.00 117.00 150.00 49.00 18.00 0.00 5.00 47.00 82.00 273.00 1960.00 498.00 596.00 200.00 267.00 47.00 13.00 10.00 6.00 30.00 59.00 83.00 316.00 1961.00 434.00 206.00 188.00 88.00 83.00 0.00 24.00 0.00 4.00 47.00 80.00 226.00 1962.00 421.00 243.00 178.00 301.00 25.00 29.00 19.00 71.00 42.00 73.00 122.00 145.00 1963.00 344.00 213.00 626.00 256.00 40.00 9.00 0.00 0.00 2.00 16.00 58.00 289.00 1964.00 79.00 205.00 166.00 79.00 52.00 65.00 26.00 19.00 105.00 246.00 136.00 275.00 Bulan Curah Hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1955.00 480.00 277.00 222.00 168.00 99.00 154.00 330.00 147.00 173.00 167.00 455.00 267.00 1956.00 370.00 344.00 143.00 98.00 66.00 168.00 108.00 203.00 94.00 156.00 367.00 654.00 1957.00 339.00 375.00 273.00 178.00 122.00 0.00 165.00 47.00 42.00 16.00 120.00 411.00 1958.00 97.00 144.00 488.00 264.00 169.00 112.00 116.00 30.00 101.00 92.00 95.00 479.00 1959.00 480.00 375.00 307.00 48.00 248.00 30.00 42.00 60.00 37.00 58.00 122.00 355.00 1960.00 300.00 466.00 319.00 192.00 244.00 89.00 50.00 60.00 49.00 266.00 387.00 153.00 1961.00 393.00 267.00 95.00 73.00 369.00 14.00 26.00 0.00 27.00 70.00 257.00 170.00 1962.00 457.00 202.00 206.00 449.00 17.00 111.00 15.00 89.00 32.00 130.00 227.00 381.00 1963.00 688.00 202.00 418.00 128.00 1.00 0.00 0.00 23.00 0.00 66.00 177.00 332.00 1964.00 126.00 316.00 403.00 212.00 106.00 105.00 12.00 39.00 47.00 428.00 226.00 89.00 Bulan Curah Hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des 1955.00 249.00 301.00 214.00 96.00 159.00 85.00 276.00 74.00 67.00 84.00 345.00 276.00 1956.00 287.00 142.00 104.00 25.00 123.00 71.00 144.00 91.00 52.00 28.00 136.00 456.00 1957.00 206.00 319.00 216.00 103.00 25.00 9.00 227.00 51.00 0.00 2.00 201.00 287.00 1958.00 189.00 240.00 236.00 158.00 57.00 35.00 54.00 5.00 0.00 15.00 234.00 245.00 1959.00 328.00 154.00 372.00 235.00 78.00 103.00 13.00 0.00 13.00 2.00 98.00 345.00 1960.00 239.00 203.00 238.00 156.00 181.00 93.00 27.00 11.00 22.00 20.00 116.00 177.00 1961.00 397.00 179.00 332.00 132.00 116.00 2.00 2.00 0.00 0.00 1.00 80.00 178.00 1962.00 380.00 176.00 199.00 204.00 36.00 24.00 22.00 64.00 0.00 48.00 125.00 340.00 1963.00 416.00 130.00 207.00 85.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 86.00 369.00 1964.00 150.00 193.00 361.00 247.00 85.00 38.00 5.00 3.00 23.00 208.00 42.00 73.00 Bulan

(37)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 3-3

3.4. Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS Bedadung

Data-data hidrometerologi digunakan untuk menganalisis ketersedian air di suatu daerah. Adapun data-data yang diperlukan yaitu data curah hujan, data suhu rata-rata

(0C), data kecepatan angin (knot), data radiasi matahari rata-rata (%), data kelembaban

rata-rata (%), dan. Data-data ini digunakan untuk perhitungan Evaporasi/evapotranspirasi.

Tabel 3.4 Data Suhu Rata-Rata

Tabel 3.1 Data Lama Penyinaran Sinar Matahari

Tabel 3.6 Data Kelembaban Udara

Tabel 3.7 Data Kecepatan Angin Rata-Rata

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1973 24.8 24.8 24.6 24.7 24 24.6 23.7 24.3 24.2 25.3 24.4 24.5

1974 24.2 23.5 24 24.2 24.4 23.8 23 23.8 24.2 24.4 24.3 24.3

1975 23.7 24.2 24.1 24.7 23.6 23.1 23.3 23.1 23.9 23.8 23.6 23.6

1976 21.3 23.8 23.6 23.9 23.5 23 22.1 23 23.1 24.3 24.4 24.4

1977 23.9 23.6 23.7 24 24.1 23.3 21.7 21.5 22.6 24.2 24.9 24.1

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1973 44 59 50 65 60 84 76 83 68 82 55 55

1974 43 46 62 73 81 85 85 83 78 73 67 61

1975 48 45 42 55 67 91 88 78 70 51 55 48

1976 55 63 53 77 87 88 89 86 92 71 61 75

1977 57 80 56 73 77 73 90 87 77 87 82 52

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1973 84 82 84 82 83 76 78 75 79 74 81 79

1974 77 84 79 78 76 74 75 76 77 80 83 85

1975 78 79 87 87 88 83 84 83 87 90 88 86

1976 83 84 84 77 74 73 73 72 71 77 80 80

1977 84 84 85 80 78 82 77 76 74 72 75 83

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1973 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 4

1974 5 4 5 3 4 4 5 5 4 3 4 3

1975 3 4 2 3 4 4 4 4 4 2 3

1976 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4

(38)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-1

BAB 4

SISTEM IRIGASI DAERAH SUNGAI BEDADUNG

4.1. Perencanaan Petak, Saluran, dan Bangunan Air

4.1.1. Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis yaitu :

1. Petak primer

Yaitu petak atau gabungan petak-petak sekunder yang mendapat air langsung dari saluran induk. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.

2. Petak sekunder

Yaitu kumpulan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung dari saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda tergantung dari situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak di punggung medan, mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja.

3. Petak tersier

Yaitu petak-petak sawah yang mendapat air dari bangunan sadap. Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap tersier yang menjadi tanggung jawab dinas pengairan, Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.

(39)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-2 Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak adalah :

1. Petak mempunyai batas yang jelas pada tiap petak sehingga terpisah dari petak sekunder yang lain dan sebagai batas petak adalah saluran drainase.

2. Bentuk petak sedapatnya bujur sangkar, uasaha ini untuk meningkatkan efisiensi.

3. Tanah dalam suatu petak sekunder sedapat mungkin harus dapat dimiliki oleh satu desa atau paling banyak tiga desa.

4. Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak

5. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak pembagi ditempatkan di tempat tertinggi.

6. Petak sekunder harus diletakkan sedekat mungkin dengan saluran pembawa ataupun bangunan pembawa.

Petak sawah untuk daerah irigasi sungai Bedadung direncanakan seluas 3200.96 ha. Sebagian besar petak sawah dibuat bujur sangkar, karena petak terbaik adalah dengan bentuk bujur sangkar sehingga penggunaan airnya lebih efisien. Namun ada juga beberapa petak yang dibuat tidak berbentuk bujur sangkar, karena harus disesuiakan dengan medan lokasi.

4.1.2. Perencanaan Saluran

Saluran Pembawa

Saluran pembawa terdiri dari 3 macam : 1. Saluran Primer

Saluran ini berfungsi membawa air dari sumber dan mengalirkannya ke saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi diperoleh dari sungai, danau, atau waduk. Air dari sungai mengandung banyak zat lumpur yang biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga dapat menjaga tanaman tidak mati kekeringan di musim kemarau. Saluran primer ini mengalirkan air langsung dari bendung yang telah dibuat. Saluran ini dibuat memanjang mengikuti kontur yang ada.

(40)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-3 Saluran sekunder menyadap air dari saluran primer untuk mengairi daerah di sekitarnya. Saluran sekunder dibuat tegak lurus terhadap saluran primer dan mengikuti kontur yang ada

3. Saluran Tersier

Saluran ini berfungsi untuk membawa air dari saluran sekunder dan membagikannya ke petak-petak sawah dengan luas maksimum 150 hektar.

Saluran Pembuang

Saluran ini berfungsi untuk membuang air berlebihan dari petak-petak sawah ke sungai. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk: mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, membuang kelebihan air irigasi.

Setiap saluran memiliki efisiensi irigasi, yaitu : Jaringan tersier : 80%

Saluran sekunder : 90%

Saluran primer : 90%

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah: 1. Dimensi saluran didasarkan pada kapasitas terbesar, yaitu kapasitas pada

musim kemarau.

2. Letak saluran pembuangan sedemikian rupa sehingga seluruh areal dapat dialiri. Untuk itu sedapat mungkin saluran diletakkan di punggung bukit. 3. Saluran pembawa sedapat mungkin dipisah dari saluran pembuang.

Kecepatan saluran pembawa kecil, sedangkan pada saluran pembuang kecepatannya besar.

4. Saluran primer mempunyai syarat :

panjang maksimum 5 kilometer, kemiringannya kecil, lurus Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendimensian saluran : 1. Dalam penggunaan a (kebutuhan air) dihitung berdasarkan pada

perhitungan yang sudah dibahas pada bab sebelumnya.

2. Dalam merencanakan lebar saluran yang dipergunakan di lapangan, dari b’ (b perhitungan), dibulatkan ke 5 centimeter terdekat.

3. Perhitungan dimensi saluran dimaksudkan untuk memperoleh dimensi dari saluran yang akan dipergunakan dalam jaringan irigasi serta untuk

(41)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-4 menentukan tinggi muka air yang harus ada pada bendung agar

kebutuhan air untuk seluruh wilayah cakupan pengairan dapat terpenuhi. 4. Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap penentuan

dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahap perhitungan ketinggian muka air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut lebih efisien ditampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan sudah diurutkan per kolom.

Pada daerah irigasi sungai Bedadung, direncanakan dibuat 3 buah saluran, yaitu saluran primer untuk mengambil air dari intake, saluran sekunder untuk mendistribusikan air dari saluran primer ke saluran tersier, dan saluran tersier untuk mendistribusikan air dari saluran sekunder ke petak-petak sawah yang direncanakan.

4.1.3. Perencanaan Bangunan Air

Bangunan irigasi yang dipakai adalah bangunan utama, dalam hal ini bendung (untuk meninggikan tinggi muka air di sungai sampai ketinggian yang diperlukan sehingga air dapat dialirkan ke lahan di sekitarnya). Selain itu, dalam sistem irigasi daerah Sungai Cacaban ini juga digunakan :

- Bangunan bagi

Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.

- Bangunan sadap

Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang memberi air kepada saluran tersier.

- Bangunan bagi sadap

Bangunan yang berupa bangunan bagi dan bersama itu pula sebagai bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau sekunder yang memberi air ke saluran tersier).

(42)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-5 Perencanaan tata letak bangunan pembawa juga sangat terbatas karena kurangnya informasi detail mengenai keadaan topografi daerah irigasi yang bersangkutan. Bangunan-bangunan pembawa yang digunakan adalah:

- Gorong-gorong, dipasang di tempat-tempat dimana saluran lewat di

bawah bangunan (jalan, rel KA, dll) atau bila pembuang lewat di bawah saluran

- Talang, dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran

lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah

- Sipon, dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan

gravitasi di bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk melewatkan air di bawah jalan, rel, dan bangunan-bangunan yang lain. Merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan

4.1.4. Skema Petak, Saluran Irigasi, dan Bangunan Air

Gambar 4.1 Skema petak, saluran dan bangunan air

Kali Bedadung BDD PM 3 BDD PM 2 BDD PM 1 BDD SK B1 Bendung BDD SK C1 BDD SK A1 BDD TS B1 KA 100 0.220887 BDD TS C1 KA BDD TS C1 KI BDD TS A1 KA BDD TS A1 KI 100 0.220887 100 0.220887 BDD SK B2 100 0.220887 100 0.220887 BDD SK A2 BDD SK C2 BDD TS B2 KA BDD TS B2 KI BDD TS A2 KI 100 0.220887 100 0.220887 100 0.220887 Intake BDD SK A3 BDD TS C2 KA Bangunan bagi/sadap 100 0.220887 Saluran sekunder BDD SK C3 BDD TS A3 KA 100 0.220887 Saluran primer BDD SK A4 Saluran tersier BDD TS C3 KA Bendung 100 0.220887 BDD TS A4 KA BDD TS C5a KA BDD TS C4a KA BDD SK C4 100 0.220887 Arah aliran air 100 0.22089 100 0.220887 BDD SK A5 BDD Bedadung BDD SK C5a BDD SK C4a BDD SK C4b

BDD TS C5a KI BDD TS C4b KA BDD TS A5 KA BDD TS A5 KI PM Primer 100 0.22089 100 0.220887497 100 0.220887 100 0.220887 BDD SK A6 SK Sekunder TS Tersier BDD TS A6 KI 100 0.220887 A (hektar) Q (m3 /s) SUNGAI-SAL-POSISI

(43)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-6

4.2. Perhitungan Ketersediaan Air Daerah Irigasi Bedadung

4.2.1. Pengolahan Data Hujan Hilang

Pengolahan data hujan hilang dilakukan dengan metode rasional, dengan diketahui data hujan dari stasiun lain. Contoh perhitungan data hujan hilang bulan Mei tahun 1956 :

Tabel 4.1Curah Hujan Stasiun Tamanan, Jember dan Semboro Tahun 1956

Dengan persamaan sebagai berikut :

Dengan = rerata stasiun 1 = rerata stasiun 2 = rerata stasiun 3 = jumlah stasiun lainnya = Curah hujan yg dicari = Curah hujan stasiun 2 = Curah hujan stasiun 3

Curah Hujan (mm)

1956.00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Tamanan 376.00 206.00 111.00 187.00 - 154.00 52.00 191.00 3.00 126.00 189.00 435.00

Jember 370.00 344.00 143.00 98.00 66.00 168.00 108.00 203.00 94.00 156.00 367.00 654.00

Semboro 287.00 142.00 104.00 25.00 123.00 71.00 144.00 91.00 52.00 28.00 136.00 456.00

(44)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-7

Nomer 8.00

Nama Tamanan

Curah Hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1955.00 257.00 316.00 221.00 50.00 122.00 104.00 257.00 73.00 97.00 44.00 543.00 153.00 2237.00 186.42 1956.00 376.00 206.00 111.00 187.00 108.73 154.00 52.00 191.00 3.00 126.00 189.00 435.00 2138.73 178.23 1957.00 405.00 400.00 263.00 138.00 62.00 0.00 178.00 25.00 25.00 39.00 42.00 203.00 1780.00 148.33 1958.00 127.00 350.00 339.00 95.00 51.00 83.00 95.00 14.00 29.00 85.00 114.00 156.00 1538.00 128.17 1959.00 424.00 274.00 188.00 117.00 150.00 49.00 18.00 0.00 5.00 47.00 82.00 273.00 1627.00 135.58 1960.00 498.00 596.00 200.00 267.00 47.00 13.00 10.00 6.00 30.00 59.00 83.00 316.00 2125.00 177.08 1961.00 434.00 206.00 188.00 88.00 83.00 0.00 24.00 0.00 4.00 47.00 80.00 226.00 1380.00 115.00 1962.00 421.00 243.00 178.00 301.00 25.00 29.00 19.00 71.00 42.00 73.00 122.00 145.00 1669.00 139.08 1963.00 344.00 213.00 626.00 256.00 40.00 9.00 0.00 0.00 2.00 16.00 58.00 289.00 1853.00 154.42 1964.00 79.00 205.00 166.00 79.00 52.00 65.00 26.00 19.00 105.00 246.00 136.00 275.00 1453.00 121.08 Nomer 13.00 Nama Jember Curah Hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1955.00 480.00 277.00 222.00 168.00 99.00 154.00 330.00 147.00 173.00 167.00 455.00 267.00 2939.00 244.92 1956.00 370.00 344.00 143.00 98.00 66.00 168.00 108.00 203.00 94.00 156.00 367.00 654.00 2771.00 230.92 1957.00 339.00 375.00 273.00 178.00 122.00 6.23 165.00 47.00 42.00 16.00 120.00 411.00 2094.23 174.52 1958.00 97.00 144.00 488.00 264.00 169.00 112.00 116.00 30.00 101.00 92.00 95.00 479.00 2187.00 182.25 1959.00 480.00 375.00 307.00 48.00 248.00 30.00 42.00 60.00 37.00 58.00 122.00 355.00 2162.00 180.17 1960.00 300.00 466.00 319.00 192.00 244.00 89.00 50.00 60.00 49.00 266.00 387.00 153.00 2575.00 214.58 1961.00 393.00 267.00 95.00 73.00 369.00 14.00 26.00 0.00 27.00 70.00 257.00 170.00 1761.00 146.75 1962.00 457.00 202.00 206.00 449.00 17.00 111.00 15.00 89.00 32.00 130.00 227.00 381.00 2316.00 193.00 1963.00 688.00 202.00 418.00 128.00 1.00 6.59 0.00 23.00 1.46 66.00 177.00 332.00 2043.05 170.25 1964.00 126.00 316.00 403.00 212.00 106.00 105.00 12.00 39.00 47.00 428.00 226.00 89.00 2109.00 175.75 Nomer 20.00 Nama Semboro Curah Hujan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1955.00 249.00 301.00 214.00 96.00 159.00 85.00 276.00 74.00 67.00 84.00 345.00 276.00 2226.00 185.50 1956.00 287.00 142.00 104.00 25.00 123.00 71.00 144.00 91.00 52.00 28.00 136.00 456.00 1659.00 138.25 1957.00 206.00 319.00 216.00 103.00 25.00 9.00 227.00 51.00 0.00 2.00 201.00 287.00 1646.00 137.17 1958.00 189.00 240.00 236.00 158.00 57.00 35.00 54.00 5.00 0.00 15.00 234.00 245.00 1468.00 122.33 1959.00 328.00 154.00 372.00 235.00 78.00 103.00 13.00 0.00 13.00 2.00 98.00 345.00 1741.00 145.08 1960.00 239.00 203.00 238.00 156.00 181.00 93.00 27.00 11.00 22.00 20.00 116.00 177.00 1483.00 123.58 1961.00 397.00 179.00 332.00 132.00 116.00 2.00 2.00 0.00 0.00 1.00 80.00 178.00 1419.00 118.25 1962.00 380.00 176.00 199.00 204.00 36.00 24.00 22.00 64.00 0.00 48.00 125.00 340.00 1618.00 134.83 1963.00 416.00 130.00 207.00 85.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 86.00 369.00 1293.00 107.75 1964.00 150.00 193.00 361.00 247.00 85.00 38.00 5.00 3.00 23.00 208.00 42.00 73.00 1428.00 119.00 Bulan Total Rerata Bulan Total Rerata Bulan Total Rerata Perhitungan :

Sehingga diperoleh data hujan lengkap sebagai berikut :

(45)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-8

Area peta Area peta

cm2 km2 1.00 Semboro 3.46 21.60 2.00 Jember 49.87 311.69 3.00 Tamanan 13.43 83.96 66.76 417.25 No Stasiun TOTAL

4.2.2. Pengolahan Data Hujan

Selanjutnya, menentukan curah hujan rata-rata bulanan untuk tiga stasiun dengan menggunakan metode rata-rata poligon Thiesen.

Persamaan hujan rata-rata thiessen

Dengan = rerata stasiun

= Curah hujan stasiun 1 = Curah hujan stasiun 2 = Luas daerah 1

= Luas daerah 2

Tabel 4.3 Luas Area Stasiun

Hujan rata-rata thiessen Januari, 1964

(46)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-9

Rank Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des P

1.00 604.70 478.54 448.93 406.54 298.35 160.16 312.52 194.79 152.22 379.99 467.01 599.68 0.09 2.00 460.86 377.13 444.97 224.51 219.48 140.37 170.83 128.33 81.28 211.61 319.22 401.89 0.18 3.00 445.77 343.24 353.14 205.23 201.10 102.18 108.56 84.08 73.51 143.34 311.80 362.73 0.27 4.00 423.17 305.77 290.86 187.05 139.46 93.48 98.60 46.60 57.43 137.95 212.22 337.98 0.36 5.00 401.46 287.30 286.42 166.07 106.73 90.00 40.76 44.82 43.78 114.29 200.59 331.39 0.45 6.00 366.91 286.09 268.04 151.53 104.91 73.91 35.67 42.78 36.40 86.61 198.36 325.26 0.55 7.00 345.40 250.17 221.38 140.53 94.05 37.60 24.36 33.11 32.36 61.80 148.34 244.53 0.64 8.00 336.68 208.90 200.00 112.13 77.55 10.56 16.17 25.49 29.32 52.89 112.71 187.04 0.73 9.00 117.79 200.49 134.54 79.07 19.59 6.73 14.45 17.18 20.97 52.52 108.50 181.68 0.82 10.00 107.80 190.42 125.98 71.56 8.80 5.12 0.00 0.00 1.50 19.90 106.02 125.60 0.91 4.2.3. Peluang Hujan

Tabel 4.4 Probabilitas Hujan dan R80

Nilai R80 tersebut diperoleh dari interpolasi nilai-nilai curah hujan yang sudah diurutkan sesuai probabilitasnya.

Contoh perhitungan R80 dan Q80 bulan Januari : /bln Tabel 4.5 R80 dan Q80 Rainfall

(m/s) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

R80 0.0000000623 0.0000000780 0.0000000570 0.0000000331 0.0000000120 0.0000000029 0.0000000057 0.0000000073 0.0000000087 0.0000000203 0.0000000422 0.0000000705

Debit

m3/s Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Q80 18.21 22.78 16.64 9.66 3.51 0.84 1.67 2.12 2.55 5.93 12.32 20.59

Bulan

(47)

Reaai Dyah Adriani - 15010071 4-10 Grafik 4.1 Grafik Q80

4.2.4. Curah Hujan Efektif

Selanjutnya kita perlu menghitung berapa curah hujan efektif untuk setiap bulannya untuk menghitung kebutuhan air setiap bulannya. Curah hujan yang diambil adalah curah hujan pada stasiun terdekat dari bendung, dan untuk kasus ini dipilih Stasiun Tamansari yang merupakan stasiun terdekat dari bendung pada perencanaan. Curah hujan efektif ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Re50 dan Re80. Berikut rumusan untuk menghitung kedua curah hujan efektif diatas:

Keterangan:

R80 = curah hujan bulanan 80% (mm/hari) R50 = Curah hujan bulanan 50% (mm/hari)

Tabel 4.6 Kemungkinan Hujan Stasiun Tamansari

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 386 393 357 193 249 294 117 69 124 263 273 480 2 320 261 324 151 245 75 85 63 113 102 265 320 3 300 206 296 145 237 66 37 50.52 112 100 248 245 4 284 204 265 143 232 51 26 5 82 95 177 241 5 239 156 239 137 158 47 0 0 29 83 177 225 6 237 150 200 113 135 11 0 0 15 30 157 218 7 228 149 187 89 111 0 0 0 8 30 142 181 8 217 134 139 87 21 0 0 0 8 11 126 175 9 169 127 94 85 15 0 0 0 0 0 67 141 10 125 78 39 46 9 0 0 0.00 0 0 48 47 Rank Bulan

Gambar

Tabel 2.2 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Gambar 2.1 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter
Gambar 3.1 Daerah Aliran Sungai Kali Bedadung
Tabel 3.1 Data Curah Hujan Stasiun Tamanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI AIR SUNUR KABUPATEN OKU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN..

Adapun judul dari laporan akhir ini adalah Perencanaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Lebak Datuk Kabupaten Oku Timur Propinsi Sumatera Selatan selanjutnya pada kesempatan

Dalam Laporan Akhir ini penulis mengambil judul “ Perencanaan Jaringan Irigasi Air Kati Bangunan Kiri 1 s/d 5 Muara Beliti Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan ”. Laporan

Adapun judul dari laporan akhir ini adalah Perencanaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Lebak Datuk Kabupaten Oku Timur Propinsi Sumatera Selatan selanjutnya pada kesempatan

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI GONG GANG PADA PETAK TERSIER DI KECAMATAN PARANG KABUPATEN MAGETAN. TUGAS

Tugas akhir berjudul “Studi Efisiensi Distribusi Air Irigasi Pada Daerah Irigasi (DI) Pandanduri di Bendungan Pandanduri Kabupaten Lombok Timur – Nusa Tenggara

1&ke#aPeak Peak  &alura dan angunan ir 0I &inda-raja  &alura dan angunan ir 0I &inda-raja LAPORAN TUGAS BESAR SA - 3102 PERENCANAAN SISTEM IRIGASI LAPORAN TUGAS BESAR SA -

Tugas Besar Sistem dan Bangunan Irigasi membahas terkait perencanaan untuk konstruksi bendung dengan mempertimbangkan hal-hal