BAB II DASAR TEORI
Bangunan irigasi merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Bangunan irigasi harus disesuaikan dengan jumlah air yang ada di sungai , daerah yang akan diairi, jenis tanaman yang ditanam, dll. Air yang diambil harus bisa mengurangi kadar sedimentasi dan dapat mengalir secara gravitasi serta dapat diukur jumlah air yang masuk pada jaringan irigasi tersebut.
2.1 Peta Jaringan Irigasi
❖ Jaringan irigasi dituangkan dalam peta RBI (Rencana Bangunan Irigasi) 1:25.000
❖ Peta detail atau peta petak dalam skala 1:5000 atau 1:2.000
❖ Pada peta petak tergambar Petak Tersier, Petak Sekunder, dan Petak Primer.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
(1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis, dan (3) jringan irigasi teknis.
1. Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, (1) terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, (2) air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan (3) bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
Gambar 2.1 Skematis Contoh Jaringan Irigasi Sederhana (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01).
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis.
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.
Gambar 2.2 Skematis Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis
(Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01)
3. Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.
Gambar 2.3 Skematis Contoh Jaringan Irigasi Teknis (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01).
Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Berikut ini adalah penjelasan tentang petak – petak tersebut :
1. Petak tersier
Suatu unit atau petak tanah / sawah terkecil berukuran 50 – 100 Ha, mempunyai batas yang jelas seperti jalan, kampung, saluran, lembah, dll. Serta berbatasan langsung dengan saluran sekunder / primer.
Petak tersier dilayani oleh :
➢ Saluran tersier / kuarter
➢ Saluran pembuang
➢ Bangunan pembagi air (Box Tersier), bangunan silang, dll
➢ Tidak tersedia jalan petani (farm road) dan atau jalan inspeksi
Cara pemberian airnya :
❖ Cara petak ke petak (plot to plot system)
❖ Saluarn pemberi ialah saluran tersier dan kuarter
❖ Air diberikan pada petak sawah yang paling atas atau terdekat secara grafitasi
❖ Setelah petak sawah yang paling atas penuh lalu air dialirkan ke petak sawah yang lebih bawah
❖ Selanjutnya air diberikan ke petak paling bawah
❖ Air yang diberikan dipakai berulang-ulang dari petak ke petak
❖ Akhirnya air dibuang ke saluran pembuang secara alamiah / buatan
2. Petak Sekunder.
Gabungan dari petak tersier. Umumnya di desain di punggung medan, sehingga dapat mengairi kedua sisi saluran. Tetapi dapat didesain sebagai saluran garis tinggi (garis kontur), sehingga hanya dapat mengaliri lereng medan yang lebih rendah. Biasanya meneriman air dari bangunan bagi di saluran primer atau sekunder.
3. Petak primer.
Gabungan dari beberapa petak sekunder. Dilayani oleh saluran primer di salah satu sisi atau kedua sisi sumber air sungai. Bila melayani kedua sisi sumber air sungai maka terdapat dua petak primer. Keseluruhan penyusunan bidang tanah dalam bentuk petak tersier, sekunder, dan primer disebut satu Daerah Irigasi (DI).
Gambar 2.4 Peta Jaringan Irigasi
2.2 Metode Penman Monteith
Metode Penman-Monteith merupakan metode penduga evapotranspirasi terbaik yang direkomendasikan FAO sebagai metode standar sedangkan metode pendugaan lain baik digunakan dalam iklim tertentu (Lascanao dan Bavel 2007; Smith 1992).
Metode ini merupakan metode yang diadopsi dari metode Penman yang dikombinasikan dengan tahanan aerodinamik dan permukaan tajuk. Metode Penman mengalami berbagai perkembangan sehingga dapat digunakan untuk menduga evapotranspirasi pada permukaan yang ditanami dengan menambahkan faktor tahanan permukaan (rs) dan tahanan aerodinamik (ra). Persamaan ini terdapat parameter penentu pertukaran energi dan berhubungan dengan fluks bidang tanaman (Allen et al.
1998).
Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi luas dan memiliki data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan kesalahan mimimum untuk tanaman acuan. Metode Penman-Monteith memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan tersebut yaitu dapat diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter lain, selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama dalam metode ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian (Irmak et al. 2003).
Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan metode Penman- Monteith (Monteith, 1965) adalah :
) U , γ(
a) s e (e )U T
γ( Rn ,
ETo
34 2 0 1
273 2 408 900
0
+ +
+ − +
= ... (1).
Keterangan :
ETo = evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).
Rn = radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari).
T = suhu udara rata-rata, (o C).
U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah, (m/s).
es = tekanan uap air jenuh, (kPa).
ea = tekanan uap air aktual, (kPa).
= kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/o C).
= konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
Rn dihitung dengan rumus :
R nl R ns
R n = −
………. (2).Keterangan :
R ns
= radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari).R nl
= radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).Besarnya
R ns
adalah :
R ns = ( 1 − α) R s
……….(3).Keterangan :
α
= koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23 (nilai koefisien ini dipengaruhi oleh kondisi tanaman penutup lahannya, pada beberapa literature menggunakan kisaran nilai 0,23 – 0,25).R s
= radiasi matahari, (MJ/m2/hari) danR s
dihitung dengan :)Ra
N , n ,
s (
R = 025+05 ……….(4).
Keterangan :
n
= lama matahari bersinar dalam satu hari, (jam).N
= lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari, (jam).Ra = radiasi matahari ekstraterestrial, (MJ/m2/hari).
besarnya Raadalah :
s ) ω δ s δ
r (ω d a ,
R = 37 6 sin sin + cos cos sin
………….…….(5).Keterangan :
dr = jarak relatif antara bumi dan matahari.
δ = sudut deklinasi matahari, (rad).
= letak lintang, (rad). Jika berada pada lintang utara nilainya positif, pada lintang selatan nilainya negatif.ω s
= sudut saat matahari terbenam, (rad).dan
ω s
dihitung dengan :ωs=arccos ( −tan
tanδ) ………..(6).Keterangan :
δ = deklinasi matahari, (rad).
= letak lintang, (rad).dan dr dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini (Duffie &
Beckman, 1980) :
J) ,
( ,
π J) ( r ,
d 1 0033 cos 00172
365 cos 2
033 0
1+ = +
= …...(7).
besarnya δ dihitungdengan (Duffie& Beckman, 1980) : ) , J , ( ,
) , π J (
δ , 139 0409sin 00172 139 365
sin 2 409
0 − = −
= ...(8).
Keterangan :
J = nomor urut hari dalam setahun.
Nilai (0,0172 J ) pada persamaan (7) dan
( 0 , 0172 J − 1 , 39 )
pada persamaan (8) dalam satuan radian.Besarnya nilai J secara matematis dapat dihitung dengan : a. UntukJ Bulanan (Gommes, 1983):
J = Integer(30,42 M − 15,23) ………..(8a).
b. UntukJ Harian (Craig, 1984):
J = integer 30 ) 2 2759
( M− +D −
………..(8b).
Keterangan : M = bulan (1-12)
D = hari dalam bulan (1 - 31)
▪ Jika tahun normal dan M< 3, nilai J ditambah nilai 2
▪ Jika tahun kabisat dan M > 2, J ditambah nilai 1, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi dengan angka 4.
▪ Untuk melakukan penghitungan dengan periode 10 harian, maka nilai J diperoleh dari persamaan (8b) dengan D sama dengan 5, 15, dan 25 pada setiap bulannya.
BesarnyaN dihitung dengan rumus:
ωs
N=24π ...(9) danRnl dihitung dengan :
4 Tk σ vs) a ε (ε lu f
ld R nl R
R =− + = − ...(10).
Keterangan :
Rnl = radiasi gelombang panjang, (MJ /m2/hari).
lu
R = radiasi termal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfer, (MJ/m2/hari).
ld
R = radiasi gelombang Panjang termal yang dipancarkan dari atmosfer dan awan masuk ke permukaan bumi, (MJ/m2/hari).
f = faktor penutupan awan, tanpa dimensi.
εa = emisivitas efektif atmosfer.
εvs = nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah 0,98 (Jensen dkk., 1990).
σ = nilai konstanta Stefan-Boltzman = 4,90 x 10-9 MJ/m2/K4/hari.
Tk = suhu udara rata-rata, (K).
Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No. 24, 1977):
= +
3 237 27 exp 17
611
0 T ,
T , ,
es
...
09 0,1 N , n
f = + ...(11).
Emisivitas (ε,) dihitung dengan rumus (Jensen dkk. ,1990) :
ε,=(εa−εvs)=(ar +br ea)(0,34−0,14 ea ...(12).
Keterangan :
ε, = emisivitas atmosfer
e
a = tekanan uap air aktual (kPa).ar = 0,34 - 0,44.
br = negatif 0,25 - negatif 0,14.
Kecepatan angin pada ketinggian 2 m adalah:
= −
) , z , ( z , U
U ln 678 542
87 4
2 ... (13).
Keterangan :
U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m, (m/s).
Uz = kecepatan angin pada ketinggian z m, (m/s).
z
= ketinggian alat ukur kecepatan angin, (m).Tekanan uap jenuh ( es ) besarnya (Tetens, 1930):
...(14) Tekanan uap aktual ( ea ) dihitung dengan:
RH sx a e
e = ...(15).
Keterangan :
RH = kelembaban relatif rata-rata, (%).
λ , P ελ
pP
γ=c 10−3=000163
τgR Tko
o) z τ(z Tko Po
P
− −
=
Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan (Murray, 1967):
3 2 237 4098
) , (T
es
= +
………..(16).
Keterangan :
= kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/o C).
T = suhu udara rata-rata, (o C).
es = tekanan uap jenuh pada suhu T, (kPa).
Konstanta psikrometrik () dihitung dari (Brunt, 1952) :
λ , P ελ
pP
γ=c 10−3=000163
...(17) Keterangan :
= konstanta psikrometrik, (kPa/o C).
cp = nilai panas spesifik udara lembap sebesar 1,013 kJ/kg/o C.
P = tekanan atmosfer, (kPa).
= nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622.
= panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
Tekanan atmosfer (P) dihitung dari (Burman dkk.,1987):
τgR Tko
o) z τ(z Tko Po
P
− −
=
...(18) Keterangan :
P = tekanan atmosfer pada elevasi z, (kPa).
Po = tekanan atmosfer pada permukaan laut, (kPa).
z = elevasi, (m).
zo = elevasi acuan, (m).
g = gravitasi = 9,8 m/s2.
R = konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K.
Tko = suhu pada elevasi zo, (K).
= konstanta lapse rate udara jenuh = 0,006 5 K/m.
Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi Tko = 293 K untuk T = 20o C dan Po = 101,3 kPa pada zo = 0.
Panas laten untuk penguapan () dihitung dengan rumus (Harrison, 1963):
)T ,
(
λ=2,501− 2361x10−3 ...(19).
Keterangan :
= panas laten untuk penguapan, (MJ/kg).
T = suhu udara rata-rata, (o C).
2.3 Bangunan Pengelak
Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah (bottomrack weir). Bila bangunan tersebut juga akan dibangun untuk mengatur elevasi air di sungai maka ada dua tipe yang dapat digunakan yakni:
1.3.1 Bendung Pelimpah
Bendung pelimpah adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan tinggi muka air minimum kepada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan luas di daerah-daerah hulu bendung tersebut.
Gambar 2.5 Bendung Pelimpah
1.3.2 Bendung Gerak (barrage)
Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar;
masalah yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi. Bendung gerakmempunyaikesulitan-kesulitan eksploitasi karena pintunya harus tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.
Gambar 2.6 Gambar Bendung Gerak 1.3.3 Bendung Saringan Bawah
Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja (saringan) berfungsi untuk mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit.
Sebenarnya bongkah dan batu-batu dihanyutkan ke bagian hilir sungai. Bangunan ini digunakan di bagian/ruas atas sungai dimana sungai hanya mengangkut bahan- bahan yang berukuran sangat besar.
Gambar 2.7 Bendung Saringan Bawah 2.4 Bendung Tetap
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.
Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun).
Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya yang curam.
Gambar 2.8 Bangunan Pengambilan gorong-gorong
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
➢ Bendung harus stabil terhadap guling, geser maupun perlokasi
➢ Cukup lebar sehingga waktu banjir tidak membahayakan sekelilingnya
➢ Lebar pintu pembilas 1/5 sampai dengan 1/10 lebar bendung
➢ Untuk sungai yang membawa batu, sisi belakang dibuat tegak untuk menghindari gesekan batu.
➢ Pintu pengambilan dan pintu pembilas harus direncanakan transmisinya sehingga pengoperasiannya mudah.
Bendung jenis ini biasanya sangat sederhana, dan tidak tahan lama. Bendung ini dibuat dari bahan-bahan yang ada disekitar tempat tersebut, dan sering kali hanya bermanfaat pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan akan hancur.
• Bendung permanent
Untuk bendung permanent yang lebih kokoh, banyak terdapat di pulau jawa, dan pada umumnya dibangun oleh pemerintah, karena bendung-bendung ini kanstruksinya sukar, dan memerlukan biaya yang mahal. Beberapa diantaranya adalah warisan dari pemerintah Belanda, ban berusia sangat tua.
• Bendung tumpah dengan loncatan
Bendung ini bermanfaat pada daerah kemiringan yang besar. Ciri-ciri bendung ini adalah, airnya mengalir melalui dinding miring dengan kecepatan yang tinggi dan kemudian (karena bidang tumpah membelok vertical kebawah dengan tiba-tiba) meloncat horizontal atau bahkan sedikit keatas untuk akhirnya jatuh ketanah agak jauh dari kaki bendung.
• Bendung dari beton bertulang
Keistimewaan dari bendung tipe ini adalah di belakang tubuh bendung dibuat lubang-lubang di antara sekat-sekat pelat beton, hal ini dibuat agar air dapat masuk kedalam tubuh bendung untuk menjaga stabilitas bendung
2.5 Bangunan Pengambilan
Bangunan Pengambilan berfungsi untuk mengelakkan air dari sungai dalam jumlah yang diinginkan. Tata letak Bangunan Pengambilan menurut KP-02 (hal.156) adalah :
• Pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as
bendung atau bendung gerak.
• Lebih disukai jika pengambilan ditempatkan di ujung tikungan luar sungai atau pada ruas luar guna memperkecil masuknya sedimen
• Bila dengan bendung pelimpah air harus diambil untuk irigasi di kedua sisi sungai, maka pengambilan untuk satu sisi (kalau tidak terlalu besar) bisa dibuat pada pilar pembilas, dan airnya dapat dialirkan melalui siphon dalam tubuh bendung ke sisi lainnya.
• Dalam kasus lain, bendung dapat dibuat dengan pengambilan dan pembilas di kedua sisi.
Bangunan pegambilan dibagi menjadi:
2.5.1 Pengambilan biasa
Pengambilan dengan pintu berlubang satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir, dan perlengkapan lainnya. Lebar satu pintu tidak lebih dari 2,5 m dan diletakkan di bagian udik. Pengaliran melalui pintu bawah. Besarnya debit diatur melalui tinggi bukaan pintu.
Gambar 2.9 Bangunan Pengambilan Biasa 2.5.2 Pengambilan gorong-gorong
Pengambilan dengan pintu berlubang lebih dari satu dengan lebar masing-masing kurang 2,5 m dan diletakkan di bagian hilir gorong-gorong.
Pengoperasian pintu pengambilan dilakukan secara mekanis.
2.5.3 Pengambilan frontal
Pengambilan diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan pembilas/bendung. Arah aliran sungai dari udik frontal terhadap mulut pengambilan sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran. Tetapi angkutan sedimen relatif banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi dengan sand ejector dan kantong sedimen.
Gambar 2.11 Bangunan Pengambilan Frontal
2.5.4 Dua Pengambilan di satu sisi bendung
Pintu pengambilan untuk sisi yang diletakkan di pilar pembilas bending. Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui gorong-gorong di dalam tubuh bending. Jumlah gorong-gorong dapat dua buah. (Alfabeta, Desain Hidraulik Bnedung Tetap untuk Irigasi 2002)
2.6 Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke Pengambilan. Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan volume angkutan muatan sedimen dasar
Gambar 2.10 Bangunan Pengambilan gorong-gorong
relatif besar, yang dikhawatirkan mengganggu pengaliran ke Pengambilan. Tinggi tekan yang cukup diperlukan untuk efektivitas pembilasan sehingga penentuan elevasi mercu bendung perlu mempertimbangkan hal ini. Selain itu perlu pula diusahakan pengaliran dengan sifat aliran sempurna melalui atas pintu bilas.
Selain itu harus mempertimbangkan apakah mengakibatkan penggerusan setempat hilir bangunan yang akan membahayakan bangunan.
Bangunan pembilas dibedakan menjadi :
1. Bangunan pembilas konvensional terdiri satu dan dua lubang pintu, umumnya dibangun pada bendung - bendung kecil dengan batang sekitar 20m
2. Bangunan pembilas dengan undersluice ditempatkan pada bentang di bagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung.
3. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung di sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat lainnya terhadap bendungan.
Gambar 2.12 Bangunan Pengambilan dan Pembilas
Gambar 2.13 Bangunan Pembilas Gambar 2.14 Pintu Saluran Pembilas dan Baya-Baya
Komponen bangunan pembilas terdiri dari pintu pembilas, pilar penempatan pintu, tembok baya-baya, jembatan pelayan, rumah pintu, sponeng pintu, sponeng cadangan, tembok pangkal, tangga. (Alfabeta, Desain Hidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis, 2002).
Pintu pembilas merupakan bagian dari bendung, pada umumnya dipilih jenis sorong dari kayu dengan rangka baja, atau plat besi dengan rangka baja. Dapat dibuat satu pintu atau dua pintu (pintu atas dan pintu bawah)
Fungsi pintu pembilas:
• Pintu bawah untuk pembilas sedimen yang terdapat di dalam, di udik, dan di sekitar underslice. Pengoperasian pintu dengan cara mengangkat pintu.
• Pintu atas untuk menghanyutkan benda-benda padat yang terapung di udik pintu. Pengoperasian pintu dengan cara menurunkan pintu.
Dalam mendesain pintu, faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah beban yang bekerja pada pintu, alat pengangkat (tenaga manusia atau mesin),sistem kedap air, bahan bangunan. Sedangkan untuk ukuran pintu adalah:
• Untuk satu lubang/ruang pintu sorong yang dioperasikan dengan tenaga manusia, lebar maksimum 2,50m. Sedangkan ukuran untuk satu balok kayu pintu harus dihitung; biasanya berukuran 0,2 × 2,5 m.
• Untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dapat dibuat lebih lebar 2,5m tapi tidak lebih dari 5m. ketinggian mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi yang terakhir ini umumnya yang digunakan dan ketentuan ini untuk pembilas tanpa dinding banjir.
Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan kasar didepan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat dibilas dengan jalanmembuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran terkonsentrasitepat di depan pengambilan. Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas :
a. Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 -1/10 dari lebar bersih bendung, untuk sungai-sungai yang lebarnya kuramg dari 100m b. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilar 2.7 Kantong Lumpur
Kantong Lumpur adalah bangunan yang berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi yang lebih beasr dan fraksi halus (0,06 – 0,07 mm) agar tidak masuk kejaringan irigasi biasanya ditempatkan dihilir bangunan pengambilan (intake).
Meskipun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan dan pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya sedimen ke dalam jaringan irigasi, namu masih ada partikel-partikel halus yang masuk jaringan
tersebut. Untuk mencegah agar sedimen ini idak mengendap disaluran irigasi, bagian awal dari saluran primer persis di sebelah belakangnya direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong Lumpur.
Bahan – bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong Lumpur biasa dan harus diangkat melalui jaringan saluran ke sawah – sawah. Bahan yang telah mengendap di kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan biasanya dilakukan dengan menggunakan aliran air yang deras untuk mengahanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan dilakukan dengan cara yang lain, yaitu dengan jalan mengeruk.
2.7.1 Penetapan Lokasi Kantong Lumpur
Keadaan topografi tepi sunagi maupun kemiringan sungai akan mempengaruhi perencanaan kantong Lumpur. Kemiringan sungai harus cukup curam untuk menciptakan kehilangan energi yang diperlukan untuk pembilasan di sepanjang kantong Lumpur. Kantong Lumpur dan bangunan–
bangunan pelengkap bendung memerlukan banyak ruang, oleh karena itu kemungkinan penempatannya harus ikut dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama. Apabila diperlukan dua bangunan pengambilan maka juga diperlukan dua buah kantong lumpur dalam keadaan penuh.
2.7.2 Data Perencanaan Kantong Lumpur
Beberapa data digunakan untuk perencanaan kantong Lumpur, antara lain data topografi untuk penempatan kantong Lumpur. Kemiringan yang memadai guna pekerjaan penggelontoran sedimen di kantong Lumpur.
Data sedimen meliputi diameter sedimen :
1. Volume sedimen (diasumsikan sebesar 0.5 ml dari volume air yang mengalir dari kantong Lumpur).
2. Kebutuhan irigasi di pintu pengambilan.
Gambar 2.15 Tipe Tata Letak Kantong Lumpur
Gambar 2.16 Tata Letak Kantong Lumpur Yang Dianjurkan