• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Rawat Jalan di Care Support Treatment Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Rawat Jalan di Care Support Treatment Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS

yang Menjalani Rawat Jalan di Care Support Treatment Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong

Dendy Frannuzul Ramadhan1, Agus Fitriangga2, Abror Irsan2

1

Program Studi Kedokteran, FK UNTAN 2

Departemen Kesehatan Masyarakat, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak

Latar belakang. Pontianak merupakan kota di Kalimantan Barat yang menghadapi beban terbanyak orang dengan HIV/AIDS. Pasien HIV di klinik CST Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak tahun 2016 sebanyak 190 orang. Banyak pasien HIV yang melawan berbagai masalah sosial yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pasien HIV yaitu dukungan keluarga. Klinik CST Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak belum pernah melakukan penelitian mengenai dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS. Metode.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2017. Subjek pada penelitian ini adalah pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat jalan di Care Support Treatment (CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak. Total sampel sebanyak 41 responden. Analisis data dengan teknik chi square. Hasil. Sebanyak 26,8% responden mempunyai kualitas hidup baik dan 34,1% mendapat dukungan keluarga yang baik. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS (p= 0,012). Kesimpulan. Dukungan keluarga mempengaruhi kualitas hidup pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat jalan di Care Support Treatment (CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak.

Kata Kunci: HIV/AIDS, kualitas hidup, dukungan keluarga

Background. Pontianak is a capital city of West Kalimantan which has the most HIV/AIDS patients. In 2016 there are 190 total HIV/AIDS patients . A lot of patients are having social problem which affect their Quality of Life. One of the factors that can affect the patient’s Quality of Life is family support. Care Support Treatment (CST) at Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong were never having an experiment with family support affecting the HIV/AIDS patients Quality of Life. Method. This research was an observational analytical research with cross-sectional approach. This research was done in July 2017. The subjects in this research were HIV/AIDS patients that were having treatment in CST at Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong. The total samples in this research were 41 respondences. This research used chi square data analysis. Result. Twenty six point eight percent respondent are having good Quality of Life and 34.1% are having good family support. There are correlation between family support and HIV/AIDS patient Quality of Life (p=0.012). Conclusion. Family supports are affecting HIV/AIDS patients Quality of Life that had treatment in CST at Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong.

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 LATAR BELAKANG

Human Immunodefiency Virus (HIV)

adalah virus yang termasuk golongan retrovirus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh manusia sehingga menyebabkan manusia mudah terinfeksi.1 Acquired Immunodeficiency

Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

gejala penyakit yang disebabkan oleh terinfeksinya HIV.2

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini muncul pada akhir abad ke-20, hingga tahun 2011 didapatkan lebih dari 60 juta dewasa maupun anak-anak yang terinfeksi HIV dan mendekati angka 20 juta orang yang menderita AIDS.3 Jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS di dunia 36,7 juta orang. Penemuan kasus HIV di seluruh dunia mengalami penurunan sebanyak 6 %. Pada tahun 2010, jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 2,2 juta,

kemudian pada tahun 2015 turun menjadi 2,1 juta orang. Kematian yang disebabkan oleh AIDS pada tahun 2005 mencapai 2 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 45% pada tahun 2015 mnjadi 1,1 juta orang meninggal akibat AIDS.4

Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemiologi infeksi HIV yang berkembang paling cepat. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Maret 2016 sebanyak 191.073, sementara jumlah kumulatif AIDS sebanyak 77.940 orang. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan beban penyakit HIV/AIDS yang tinggi. Secara absolut jumlah kumulatif HIV di Kalimantan Barat sebanyak 5.377 menduduki posisi ke sepuluh dari 34 provinsi di Indonesia, sementara jumlah kumulatif AIDS di Kalimantan Barat sebanyak 2481 menduduki posisi ke delapan dari jumlah kumulatif AIDS terbanyak di Indonesia.5 Kota Pontianak yang merupakan ibu kota Kalimantan Barat dan salah satu dari 14

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat juga tidak terlepas dari permasalahan HIV/AIDS. Kota Pontianak juga menghadapi beban penyakit HIV/AIDS terbanyak di Kalimantan Barat sebanyak 2.576 jiwa positif HIV sedangkan sebanyak 1.363 jiwa yang positif AIDS dari jumlah yang dilaporkan sampai tahun 2015.6

Penyakit HIV/AIDS telah menimbulkan masalah yang cukup luas terhadap individu yang terinfeksi yakni meliputi masalah fisik , sosial, dan emosional.7 Masalah fisik terjadi akibat penurunan daya tahan tubuh progresif yang mengakibatkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) rentan terhadap berbagai penyakit terutama penyakit infeksi dan keganasan seperti TB paru, pneumonia, herpes simpleks, diare kronik. Banyak pasien HIV melawan berbagai masalah sosial seperti stigma masyarakat dan deskriminasi, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam hal kesehatan fisik, mental, dan

sosial mereka. Kondisi fisik yang buruk, ancaman kematian, serta adanya tekanan sosial menyebabkan penurunan kualitas hidup.7,8

Kualitas hidup merupakan indikator tidak hanya seberapa baik fungsi individu dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bagaimana persepsi individu dari status kesehatan mempengaruhi sikap hidup atau kualitas hidup.8 Kualitas hidup ODHA merupakan salah satu aspek penting dalam menilai keberhasilan program penanggulangan HIV/AIDS. Penilaian terhadap kualitas hidup dapat dilihat secara komprehensif, baik dari aspek fisik, psikologis, hubungan sosial dan keterlibatan individu terhadap lingkungan. Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pasien HIV yaitu infeksi, terapi antiretroviral, dukungan sosial, jumlah CD4, kepatuhan pengobatan, pekerjaan, gender, gejala, depresi dan dukungan keluarga.9

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.10 Pasien HIV/AIDS sangat membutuhkan dukungan keluarga sebagai sistem pendukung utama untuk beradaptasi dengan baik dalam kehidupannya demi meningkatkan kualitas hidup pasien.11 Dukungan keluarga, pendapatan dan pendidikan pada pasien dengan HIV menunjukan kualitas hidup yang lebih baik untuk individu yang menderita HIV.12

Kota Pontianak saat ini memiliki 3 klinik VCT/CST yaitu di Rumah Sakit Sudarso, Rumah Sakit Antonius dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong. Klinik VCT/CST di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong sudah ada sejak tahun 2005. Jumlah pasien positif HIV di klinik VCT Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak sampai Desember 2016 sebanyak 512 orang, dengan pasien yang minum obat anti retroviral (ARV) di klinik CST

sebanyak 190 orang. Kelompok usia terbanyak yaitu usia 25-49 tahun sebanyak 242 laki-laki dan 48 Perempuan.13

Faktor kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS salah satunya adalah dukungan keluarga. Berdasarkan studi pendahuluan belum pernah dilakukan penelitian mengenai dukungan keluarga pasien HIV/AIDS di Care Support Treatment

(CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat jalan di

Care Support Treatment (CST) Rumah

Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak pada tahun 2017.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Care Support

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

Daerah Sungai Bangkong Pontianak yang dilaksanakan pada bulan. Cara pengambilan sampel menggunakan

non-probability sampling jenis consecutive

sampling. Total responden pada penelitian

berjumlah 41 responden.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner identitas pasien, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner WHOQOL-HIV BREF yang sudah dimodifikasi untuk mengukur kualitas hidup. Data dianalisis secara univariat dan secara bivariat dengan uji chi-square.

HASIL

Karakteristik Responden Usia dan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak berada pada kategori 26-35 tahun yaitu sebanyak 19 orang (46,3 %). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin paling banyak responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (75,6 %).

Kualitas Hidup

Berdasarkan kualitas hidup pasien HIV/AIDS pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu kualitas hidup baik dan kualitas hidup buruk. Kategori yang paling banyak yaitu pada kualitas hidup yang buruk yaitu sebanyak 30 orang (73,2%).

Dukungan Keluarga

Berdasarkan dukungan keluarga pada pasien HIV/AIDS dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu dukungan keluarga baik dan dukungan keluarga buruk. Pada kategori ini yang paling banyak yaitu dukungan keluarga yang buruk sebanyak 27 orang (65,9%).

Hubungan antara Kualitas Hidup

dengan Dukungan Keluarga Pasien HIV/AIDS

Didapatkan nilai p dari uji chi square

adalah 0,012 (p < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan dukungan keluarga pada pasien HIV/AIDS.

(6)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik responden, usia dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Didapatkan responden dengan usia termuda yaitu 18 tahun dan usia tertua yaitu 57 tahun. Responden terbanyak penelitian ini terdapat pada kelompok usia produktif yaitu usia 26-35 tahun. Hasil tersebut dapat menjelaskan bahwa infeksi HIV/AIDS ternyata lebih banyak terjadi pada usia produktif, hal ini dapat disebabkan karena pada usia produktif dimungkinkan lebih banyak melakukan perilaku seks tidak aman yang berisiko terhadap penularan HIV/AIDS.14

Distribusi jenis kelamin responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah laki-laki yaitu 31 orang (75,6%) dan perempuan 10 orang (24,4%). Menurut data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2016 proporsi resiko kasus HIV/AIDS terbesar terjadi pada heteroseksual diikuti homoseksual dimana resiko kasus tersebut banyak dilakukan

oleh laki-laki, sedangkan perempuan lebih banyak karena beresiko tertular oleh suami yang mungkin bergonta-ganti pasangan.15

Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan untuk kesehatan mental maupun fisik orang dengan HIV/AIDS. Kualitas hidup dianggap sebagai suatu persepsi subjektif yang dibentuk oleh individu terhadap fisik, emosional dan kemampuan sosial termasuk kemampuan kognitif (kepuasan) dan komponen kebahagiaan. Adanya penyakit kronik seperti halnya HIV/AIDS akan menurunkan kualitas hidup penderita.16 Masalah pada pasien HIV/AIDS tidak hanya terbatas pada masalah fisik saja namun juga menyangkut masalah sosial, ekonomi dan psikologis, semua hal ini dapat memperburuk kualitas hidup dari pasien HIV/AIDS.17

Dari hasil penelitian, responden yang memiliki kualitas hidup buruk dikarenakan sebagian besar responden merasa cemas dengan kondisi sakit yang dialami dan

(7)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

menganggap mereka tidak akan bertahan hidup lama oleh karena itu mereka merasa tidak punya harapan untuk masa depan. Ada juga responden yang dikucilkan oleh orang-orang sekitarnya. Kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS sangat penting untuk ditingkatkan. Untuk meningkatkan kualitas hidup diperlukannya lima pilar yaitu memiliki kepercayaan diri, memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS, memiliki akses ketersediaan layanan dukungan keluarga maupun teman sebaya, pengobatan dan perawatan, tidak menularkan virus ke orang lain dan melakukan kegiatan positif.18

Dukungan Keluarga

Hasil ini menunjukkan pasien HIV/AIDS di Indonesia masih banyak yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal ini dikarenakan tingginya stigma negatif yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS sehingga anggota keluarga yang menderita penyakit ini seringkali dianggap telah memalukan

keluarga sehingga seringkali dikucilkan atau ditelantarkan bahkan diisolasi dari lingkungan sosial.17 Pada kasus HIV/AIDS, adanya anggota keluarga yang menderita HIV/AIDS akan memberikan dampak langsung pada keluarga antara lain beban psikologis, sosial, maupun ekonomi. Dampak psikologi pada keluarga berupa tidak dapat menerima kenyataan, marah dan sedih untuk pertama kalinya akan merasa menolak dan tidak percaya bahwa ada anggota keluarga yang terinfeksi virus HIV/AIDS tersebut. Beberapa keluarga ada yang berhasil melewati masa-masa krisis ini dan memasuki tahap penerimaan. Beberapa keluarga lainnya justru memilih menghindar dan isolasi keluarga karena merasa malu mempunyai anggota keluarga yang terinfeksi HIV.19

Adanya responden yang mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman atau pengetahuan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh stigma di sekitar

(8)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

lingkungan tempat tinggal mereka. Karena ketakutan terhadap reaksi masyarakat yang cenderung negatif, seperti terjadinya stigma dan diskriminasi yang ditimbulkan oleh lingkungan sekitarnya, pasien HIV/AIDS memilih untuk tidak mau membuka status HIV kepada keluarga, pasangan ataupun lingkungan.

Berbagai reaksi muncul ketika seseorang didiagnosa menderita HIV/AIDS seperti perasaan takut, menyesal, mencoba menyangkal, depresi, bingung serta tidak tahu yang harus dilakukan. Mengidap HIV/AIDS masih dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan di sekeliling penderita.20 Pemahaman yang berkembang di masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS membuat keluarga dengan orang sekitar cenderung bersikap mengucilkan orang dengan HIV/AIDS. Kondisi ini akan membuat orang dengan HIV/AIDS semakin menutup dirinya dari

kehidupan sosialnya sehingga semakin memperburuk kondisi orang dengan HIV/AIDS.

Dukungan keluarga memiliki 5 dimensi yaitu dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan intrumental, dukungan emosional dan dukungan jaringan sosial. Hasil penelitian menunjukkan dari ke-5 dimensi tersebut dukungan informasional memiliki nilai yang paling rendah, ke-4 dimensi yang lainnya tidak jauh berbeda. Dukungan informasional meliputi pengetahuan keluarga mengenai penyakit HIV/AIDS, sehingga keluarga dapat memberikan bantuan dalam bentuk saran, nasehat, dan memberikan informasi penting yang dibutuhkan pasien dalam upaya meningkatkan status kesehatannya serta keluarga lebih mengerti kondisi keluarga yang terkena HIV/AIDS.21

Hubungan antara Dukungan Keluarga

dengan Kualitas Hidup Pasien

(9)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

Nirmal (2008) menyatakan dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang secara signifikan berhubungan dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS, dimana pasien dengan dukungan keluarga yang baik atau mendukung lebih berpeluang untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.22 Hal ini juga sesuai dengan penelitian Lasserman & perkins (2001) tentang dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien HIV/AIDS sebagai sistem pendukung utama sehingga pasien dapat mengembangkan respon yang efektif untuk beradaptasi dengan baik dalam menangani stressor yang dihadapi terkait penyakitnya baik fisik, psikologis maupun sosial.23 Dukungan dan peranan keluarga sangat penting karena semakin besar dukungan keluarga maka akan meningkatkan kualitas hidup pasien HIV/AIDS karena keluarga membantu orang dengan HIV/AIDS dalam perawatan dan terapi.24

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien HIV/AIDS antara lain:

persepsi kesehatan, emosi, energi/kelelahan tidur, fungsi kognitif, kegiatan fisik dan kegiatan harian, teknik mengatasi masalah, masa depan, gejala, pengobatan dan dukungan sosial. Dukungan sosial diperoleh dari dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, dan dukungan masyarakat.25 Salah satu hal yang perlu diperhatikan pada pasien HIV/AIDS adalah dukungan keluarga. Masih banyak ditemui pasien HIV/AIDS yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya stigma yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS sehingga anggota keluarga yang menderita penyakit ini sering dianggap telah melanggar norma-norma dalam keluarga dan memalukan keluarga. Pada akhirnya mereka sering dikucilkan, ditelantarkan, bahkan diisolasi dari lingkungan.17 Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang berhubungan paling dekat dengan pasien. Keluarga menjadi unsur penting dalam kehidupan seseorang karena keluarga merupakan

(10)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018

sistem didalamnya terdapat anggota-anggota keluarga yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dalam memberikan dukungan, kasih sayang, rasa aman dan perhatian yang secara harmonis menjalankan perannya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.10.

KESIMPULAN

Dukungan keluarga mempengaruhi kualitas hidup pasien HIV/AIDS yang menjalani rawat jalan di CST Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak

DAFTAR PUSTAKA

1. Awoleye Olatunji J, Thron Chris. Determinant of human immunodeficiency virus (HIV) infection in Nigra: A synthesis of literature. Journal of AIDS and HIV Reseach. 2015;Vol 7 No 9.

2. Nasruddin, Clinical Management of HIV/AIDS dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Penyakit Dalam XVIII, Surabaya, Lab. SMF Penyakit Dalam FK-UNAIR; 2003: 194-203.

3. WHO. Annex 2 Country Progress Indikators and Data, 2005 to 2011; 2011.

4. UNAIDS. Global Report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2016. Geneva: Joint United Nations Programme on HIV/AIDS; 2016

5. Ditjen PP & PL, Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta; 2016.

6. Badan Pusat Statistik (BPS). Data HIV/AIDS Kota Pontianak 2015. Pontianak; 2016

7. Bare BG, & Smeltzer, S. C. Brunner & Suddarth's : Textbook Medical Surgical Nursing. . Philadelphia: Lippincolt; 2005:11.

8. Bello, S.I. & Bello, I.K. Quality of life of HIV/AIDS patients in a secondary health care facility, Ilorin, Nigeria. Proc (Bayl Univ Med Cent); 2013 26 (2). Pp 116 - 119. 9. Pohan, H.T. Opportunistic Infection of HIV

-infected/AIDS Patients in Indonesia: Problems and C hallenge. Acta Med Indones-Indones J Intern Med; 2006. Pp. 169-173

10. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori, dan praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid dkk. Jakarta: EGC; 2013.

11. Taylor, S.E. Health Psychology. 6th ed. Singapore: Mc. Grow Hill Book Company; 2006

12. Odili, V.U. Determinants of quality of life in hiv/aids patients. West African Journal of Pharmacy; 2011. 22 (1) 4

13. Medical Record Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong Pontianak 2016. Pontianak; 2016 14. Putri U.S & Bagus K.S. Karakteristik

Penderita AIDS dan Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode Juli 2013 sampai Juni 2014. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar; 2017

15. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta; 2017

16. Nazir KA. Penilaian Kualitas Hidup Pasien Pasca Bedah Pintas Koroner yang Menjalani Rehabilitasi Fase III dengan Menggunakan SF-36. Jakarta: UI; 2006.

17. Purnama, A., & Haryanti, E. Stigma & Diskriminasi terhadap ODHA; 2006. 18. Mardhiati, S. Perbandingan Mutu Hidup

ODHA dengan Sistem Dukungan Keluarga Berdasarkan Wilayah di Indonesia. Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka. 2009. 19. Stuart, G. W., & Laraia, M. T. Principles and

Practice of Phychiatry Nursing. (7th Ed). St. Louis Missiouri: Mosby-Year Book-Inc. 2001.

20. Nursalam. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

21. Sarafino, E.P. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction. (2nded). New York: John Wilky and Sons Inc; 2004 22. Nirmal, B., Divya, K. R., Dorairaj, V.S., &

Venkateswaran, K. Quality of Life in HIV/AIDS Pattients: A Cross-Sectional Study in South India. 2008.

23. Lasserman, J., & Perkins, D. O. Coping with The Threat of AIDS: The Role of Social Support. Journal Department of Psychiatry,

(11)

Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 3. Agustus 2018 University North Carolina School of

Medicine; 2001

24. Festus. Quality of life in people living with HIV/AIDS in Niger Delta Region, Nigeria. Journal of Mental Health, 19: 211–218; 2010.

25. Carter, M. Study Identifies Issues Affecting the Quality of Life of Patients Living with HIV. 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Isma il Muha mmad Yusanto dan Muhammad Wid jaja kusuma. Menggagas Bisnis Islami.. Ternak disembelih oleh kaumatau roisdan menghadap kiblat, sehingga kepala tenak di

Sehubungan dengan pelelangan pekerjaan paket tersebut diatas, maka Pokja memerlukan klarifikasi dan verifikasi terhadap Dokumen Penawaran dan Kualifikasi saudara

Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi konsumen dalam memilih dan melakukan pergantian operator selular yang mereka gunakan adalah

· Pembuatan tabel distribusi frekuensi dapat dimulai dengan menyusun data mentah ke dalam urutan yang sistematis ( dari nilai terkecil ke nilai yang lebih besar atau

PHP memberikan kemudahan bagi perancang situs web untuk dapat mengembangkan dan membuat tampilan halaman informasi yang baik

Perbup Pati No. 54 Tahun 2012 berisi antara lain kewajiban instansi pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan pemberian ASI. Tujuan penelitian untuk menggambarkan peranan

BPR Swadharma Bangun Artha dh/Swdhrm Bngntpn 489 PT. BPR

dalam keterampilan teknik permainan bola voli melalui modifikasi permainan pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Kampar pada siklus I rata-rata sebesar 67.2 termasuk