Terbit online pada laman web jurnal :http://jurnaldampak.ft.unand.ac.id/
Jurnal Dampak
| ISSN (Print) 1829-6084 |ISSN (Online) 2597-5129|Artikel Perancangan
Analisis Sistem Distribusi Air Bersih di Komplek Perumahan Cemara Hijau
Medan
Ikhwan Fauzi Nasution
1, Ivan Indrawan
2, Muhammad Faisal
2 1Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Sumatera Utara2Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
INFORMASI ARTIKEL A B S T R A C T
Sejarah Artikel:
Diterima Redaksi: 23 Desember 2017 Revisi Akhir: 1 Mei 2018
Diterbitkan Online: 31 Juli 2018
Cemara Hijau Housing Complex is an elite housing complex located on the outskirts of Medan which each year has an increasing number of consumers not followed by increased network capacity and clean water supply. This study aims to analyze the pattern of water consumption of customers in the Green Pine complex, analyzing the availability of PDAM Tirtanadi water of Cemara branches with water needs of Cemara Hijau customers and analyzing the clean water distribution system in Cemara Hijau housing using Hardy Cross method with Hazen William and Epanet 2.0 equations. The research method used is to first conduct literature studies related to clean water distribution system and Epanet 2.0 application. Then collect the required data that is primary data and secondary data. Then the data data is analyzed by manual calculation of Hardy Cross with Hazen William equation and using computer software that is Epanet 2.0. The result of research is the pattern of clean water consumption in the green pine complex with the highest factor is 1.69 while the lowest is 0.21, then the water loss at the Cemara Hijau Housing Complex is 52.93%, then the clean water distribution network system in the Cemara Hijau Housing Complex does not meet in terms of flow and pressure, so that the solution given is the addition of 50 mm diameter made in parallel, the last of the total difference obtained from Epanet 2.0 with a large enough field for the hourly of 0.0766 m3/sec and for 24 hours of 4.3878 m3/sec, and the total difference between Epanet 2.0 with Hardy Cross method with Hazen William equation is not too large with a total difference of 0.00048 m3/sec or 0.48 liter/sec.
KATA KUNCI
Cemara Hijau Housing Complex Water Distribution System Analysis Hardy Cross Epanet 2.0 KORESPONDENSI Telepon: - E-mail: ikhwan.fauzima@gmail.com PENDAHULUAN
Sistem distribusi air bersih merupakan suatu jaringan
perpipaan yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir
dan pendistribusian yang ada. Sistem penyediaan air bersih sering mengalami masalah dalam hal debit maupun tekanan yang berkaitan dengan kriteria hidrolis yang harus dipenuhi dalam sistem pengaliran air bersih (Purba, dkk. 2014). Konstruksi jaringan perpipaan merupakan bagian yang paling mahal dari sistem distribusi air. Oleh karena itu, perencanaan, perancangan dan pengelolaannya harus dilakukan dengan baik dan efisien terutama pada sistem jaringan pipa yang kompleks (Amin, 2011).
Komplek Perumahan Cemara Hijau merupakan komplek perumahan elit yang berada di pinggir kota Medan dengan
tersebut diambil dari IPA Limau Manis yang berasal dari sungai Belumai.yang jaringan perpipaannya dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Cabang Cemara Medan. Di perumahan tersebut kehilangan air (Losses) di bulan april 2017 yang cukup besar yaitu 52,93 %. Melihat permasalahan yang terjadi,diperlukan penelitian di daerah tersebut dengan suatu model sistem jaringan pipa
distribusi air yang melibatkan pengetahuan yang
menyangkut persamaaan persamaan dalam hidrolika saluran
tertutup baik secara manual dalam hal ini metode Hardy
Cross dengan persamaan Hazen William maupun
menggunakan program komputer dengan Epanet 2.0.
METODOLOGI
https://doi.org/10.25077/dampak.15.2.93-99.2018
94
menganalisis sistem distribusi air bersih dengan
menggunakan Hardy Cross dengan persamaan Hazen
William dan analisis komputer dengan program Epanet 2.0.
Batasan analisis yaitu menghitung Flow, Pressure dan
Headloss.
Penelitian yang dilakukan adalah melihat meter air pelanggan per jam selama 24 jam pada waktu harian maksimum untuk mendapatkan pola pemakaian air.
Penentuan sampel dilakukan dengan metode Random Stratified Sampling (Sampling Stratifikasi Bebas). Penentuan sampel mencakup pengambilan pemakaian air dan tekanan air. Dalam penentuan jumlah pemakaian air diambil titik sampel sebanyak 12 sampel yang terdiri dari 6 dari sampel non niaga (rumah), 5 golongan niaga dengan rincian 2 golongan niaga kecil. 1 golongan niaga menengah dan 2 golongan niaga besar serta 1 golongan sosial umum. Sampel ini diambil berdasarkan dengan pertimbangan yaitu bahwa untuk golongan non niaga bahwa jumlah 6 sampel rumah tersebut yang hanya diperbolehkan oleh pihak kepala satpam Komplek Cemara Hijau. Kemudian pertimbangan selanjutnya yaitu sampel ini juga disesuaikan dengan jumlah rata rata 1 rumah dengan penghuni 5 orang dan dari kategori dari tabel 3.2 tentang pembagian pelanggan berdasarkan blok yang diambil dari 2 blok dengan jumlah pelanggan terendah yaitu blok b dan i, 2 blok dengan jumlah rata rata pelanggan yaitu blok t dan u serta 2 blok dengan jumlah pelanggan tertinggi yaitu blok dd dan ee. Untuk golongan niaga diambil 5 sampel karena jenis usaha tersebut yang paling banyak. Untuk pengukuran tekanan air hanya diambil 6 sampel rumah dengan pertimbangan bahwa untuk golongan niaga tidak dimungkinkan untuk mengambil tekanan air yang ada karena dapat mengganggu pelanggan dari golongan niaga tersebut. Adapun peta sampel dapat dilihat di gambar 1.
Gambar 1. Peta Sampling
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Cabang Cemara berada di jalan Perkebunan kota Medan. Pada penelitian ini penulis mengambil lokasi di Komplek Perumahan Cemara Hijau yang berada di jalan Komplek
Cemara Hijau Medan Estate kecamatan Percut Sei Tuan. Adapun peta Komplek Cemara Hijau terdapat pada gambar 3.3.
PDAM Tirtanadi Cabang Cemara mempunyai pelanggan sebanyak 7227 pelanggan dan memiliki 1 sumber air produksi yang berasal dari sungai Belumai.
Karakteristik pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Cemara di Komplek Cemara Hijau terdiri dari 3 golongan yaitu golongan niaga,non niaga dan sosial umum. Adapun masing masing pelanggan dari golongan tersebut terdapat pada tabel 1.Pembagian pelanggan dalam setiap bloknya dapat dilihat di tabel 2.
Tabel 1. Data Pelanggan PDAM Tirtnadi cabang Cemara
No Wil Wilayah Pelayanan Jumlah Pelanggan 1 1 Perjuangan 2539 2 2 Krakatau 2727 3 3 Tanjung Mulia 2801 4 4 Cemara Asri 3640 5 5 Mabar 1477 6 6 Yos Sudarso 2494 7 7 Cemara Hijau 1000 Jumlah 16678
Sumber PDAM Tirtanadi Cabang Cemara Data Bulan April 2017
Tabel 2. Pembagian Pelanggan Berdasarkan Blok
blokblokblok blok jumlah
pelanggan
blokblokblok blok jumlah
pelanggan A 17 Q 16 B 10 R 26 C 27 S 14 D 27 T 32 E 12 U 74 F 27 V 50 G 14 W 70 H 12 X 52 I 11 Y 26 J 38 Z 44 K 26 AA 60 L 26 BB 25 M 25 CC 21 N 30 DD 72 O 20 EE 35 P 15 FF 46 Jumlah Pelanggan 1000 Rata rata 32
Sumber: PDAM Tirtanadi cabang Cemara,2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data pemakaian air dari PDAM Tirtanadi Cabang Cemara didapat total pemakaian air di bulan april sebanyak 23.311,937 m3/bulan.
Rata-rata pemakaian air (m3/pelanggan/bulan)
= total penggunaan air/jumlah pelanggan = 23.311,937 m3/bulan / 1000 pelanggan = 23,311 m3/bulan/pelanggan
Pemakaian air rata-rata (liter/hari/pelanggan) = 23,311 x 1000 / 3600 x 24 x 30
= 0,0089 liter/detik/pelanggan = 0,000089 m3/detik/pelanggan = 768,96 liter/hari/pelanggan. Tabel 3. Pola Pemakaian Air di Komplek Cemara Hijau No Jam Pemakaian Air (liter/jam) Pemakaian Air (m3/jam) Pemakaian
Air (m3/dtk) Debit Rata Rata Persentase Pemakaian
1 10.00 2 10.00-11.00 15233 15,233 0,00423 27,429 0,55 3 11.00-12.00 17333 17,333 0,00481 27,429 0,63 4 12.00-13.00 21301 21,301 0,0059 27,429 0,77 5 13.00-14.00 27287 27,827 0,0077 27,429 1,01 6 14.00-15.00 18264 18,264 0,00507 27,429 0,66 7 15.00-16.00 15921 15,921 0,00442 27,429 0,58 8 16.00-17.00 30129 30,129 0,00837 27,429 1,1 9 17.00-18.00 44300 44,300 0,0123 27,429 1,61 10 18.00-19.00 43605 43,605 0,0121 27,429 1,59 11 19.00-20.00 44573 44,573 0,01238 27,429 1,62 12 20.00-21.00 40494 40,494 0,01125 27,429 1,48 13 21.00-22.00 9859 9,859 0,00274 27,429 0,36 14 22.00-23.00 6300 6,300 0,00175 27,429 0,23 15 23.00-00.00 6034 6,034 0,00168 27,429 0,22 16 00.00-01.00 5633 5,633 0.00156 27,429 0,21 17 01.00-02.00 13814 13,814 0,00384 27,429 0,5 18 02.00-03.00 16251 17,251 0,00479 27,429 0,63 19 03.00-04.00 25356 26,356 0,00732 27,429 0,96 20 04.00-05.00 43245 43,245 0,012 27,429 1,58 21 05.00-06.00 43435 43,435 0,01238 27,429 1,58 22 06.00-07.00 46335 46,335 0,01287 27,429 1,69 23 07.00-08.00 44609 44,609 0,00124 27,429 1,63 24 08.00-09.00 39498 39,498 0,01098 27,429 1,44 25 09.00-10.00 39498 39,549 0,01098 27,429 1,44 Jumlah 658307 658,307 24,07
Jumlah pelanggan yang ada di wilayah 7 adalah 1000. Sehingga total pemakaian air untuk wilayah Cemara Hijau dalam sehari adalah:
Total pemakaian air (m3/hari)
= jumlah pelanggan x pemakaian air rata-rata =1000 x 768,96 liter/hari/pelanggan
= 768.960 liter/hari = 768,96 m3/hari.
Berdasarkan data pembacaan dari meter induk di wilayah 7, didapat bahwa air yang dikeluarkan pada tanggal 25 maret 2017 sebesar 3.866.917 m3/bulan dan pada tanggal 25 April 2017 sebesar 3.916.447 m3, maka produksi air yang
dikeluarkan adalah 3.916.447 m3 – 3.866.917 m3 = 49.530 m3/bulan. Besarnya kehilangan air dapat dihitung dengan mengurangkan produksi air/bulan dengan total pemakaian air/bulan, maka losses (m3) = 49.530 m3/bulan – 23.311,967 m3/bulan = 26.218,033 m3/bulan
Kehilangan air per pelanggan (m3/detik/pelanggan) = (26.218,033 m³/bulan)/(1000 pelanggan)
= (26.218,033 m³/bulan x1000)/(1000 pe langgan x 3600 detik x 24 jam x 30 hari)
= 0,0101 liter/detik/pelanggan = 0,0000101 m3/detik/pelanggan.
https://doi.org/10.25077/dampak.15.2.93-99.2018 96 Persentase kehilangan (%) = Losses/Produksi x 100% = 26.218,033/49.530 x 100 % = 52,93%.
Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubah ubah untuk setiap waktu menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami fluktuasi (Andy,2014). Maka rata rata air yang distribusikan (liter/hari/pelanggan) = Pemakaian air + Kehilangan air
= 0,0000101 m3/detik/pelanggan + 0,0000089
m3/detik/pelanggan
= 0,000019 m3/detik/pelanggan = 1641,6 liter/hari/pelanggan.
Jumlah pelanggan yang ada di wilayah 7 adalah 1000. Sehingga total air yang didistribusikan untuk wilayah Cemara Hijau dalam sehari adalah:
Total air yang didistribusikan
= jumlah pelanggan x pemakaian air rata-rata perhari = 1000 pelanggan x 1641,6 liter/hari/pelanggan = 1.641.600 liter/hari
= 1.641,6 m3/hari.
Pola pemakaian air di Komplek Perumahan Cemara Hijau yang dihitung dari 12 sampel yang tersebar secara proporsional yang terdiri dari 6 golongan non niaga dan 6 golongan niaga. Sampling pemakaian air di meter pelanggan dalam waktu 24 jam.
Perhitungan tekanan air menggunakan alat pressure gauge.
Pressure gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan air. alat ini dipasang di Taman Rumah Pelanggan Cemara Hijau pada saat harian maksimum yaitu hari jumat tanggal 21 juli 2017 setiap jam selama 12 jam dengan jumlah sampel sebanyak 6 sampel.
Berdasarkan pengamatan, tekanan hasil di lapangan berada pada kisaran 0,73 hingga 1,08 barometer (bar) = 1,08 kg/cm2. Menurut standar Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Cipta Karya tahun 2007 tentang sisa tekan air minimal adalah 10 meter kolom air (mka) = 1 atmosfer (atm) = 10 meter. Dari kisaran ini terlihat bahwa sisa tekan air masih ada di bawah standar. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan selisih elevasi reservoir yang kecil atau elevasi yang relatif datar, adanya hambatan yang terdapat dalam pipa yang menyebabkan berkurangnya tekanan hingga ke pelanggan dan standar yang ditetapkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi untuk standar tekanan minimal yang sampai ke meter pelanggan yaitu 0,3 atm berbeda dengan standar yang ditetapkan oleh DPU.
Berdasarkan keterangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Cabang Cemara, jaringan eksisting pipa di wilayah Cemara Hijau menggunakan pipa jenis Polyvinyl Chloride (PVC) dengan diameter 2 inchi = 50 mm, 3 inchi = 90 mm, 4 inchi = 110 mm, 6 inchi = 150 inchi dan pipa transmisi 8 inchi = 200 mm.
Nilai C (koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams untuk pipa PVC adalah 120).
Hasil simulasi untuk jam puncak pemakaian air terjadi pada pukul 06.00 - 07.00 WIB dimana dalam hasil simulasi epanet 2.0 dapat berjalan baik. Adapun nilai tekanan tertinggi untuk jam puncak pemakaian air sebesar 14,51 m pada junction 1. Berikut ini gambar grafik tekanan pada junction 1 selama simulasi berlansung (24 jam).
Gambar 2. Grafik Tekanan Pada Node 1 Hasil Simulasi Epanet 2.0
Tekanan yang tinggi pada junction ini disebabkan oleh letak junction yang berada pada jarak yang dekat dengan reservoir dalam hal ini meter induk dan elevasi yang rendah yaitu +11m. Sedangkan tekanan terendah terdapat pada junction 10 dengan tekanan sebesar 9,98 m. Pada node ini memiliki tekanan rendah karena mempunyai jarak yang jauh dari sumber meter induk dan memiliki elevasi yang tinggi yaitu +15 m serta headloss yang menuju ke node tersebut merupakan yang tertinggi untuk pipa distribusi. Menurut Standar dari Departemen Pekerjaan Umum (DPU), standar tekanan yang diperbolehkan untuk setiap pelanggan yaitu minimal sebesar 1 atmosfer (atm) = 10 meter, sehingga perlu dilakukannya perbaikan terhadap sistem distribusi yang ada sehingga sesuai dengan standar dari Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Berikut gambar tekanan terendah pada saat jam puncak.
Gambar 3. Tekanan Terendah Pada Saat Jam Puncak Wilayah Komplek Cemara Hijau
Simulasi untuk flow jam puncak pemakaian air (pukul 06.00 - 07.00) memperlihatkan bahwa simulasi berjalan dengan baik. Jumlah flow total jam puncak yang dialirkan sebesar 0,02567 m3/detik. Untuk flow tertinggi terdapat pada pipa 1 dengan jumlah aliran sebesar 0,01968 m3/detik dengan diameter pipa 8 inchi. flow ini tinggi karena pipa 1 merupakan pipa primer yang mendistribusikan air. Dari tabel 4.3 tentang pemakaian air didapat pemakaian air saat jam puncak sebesar 0,02175 m3/detik. Sedangkan hasil dari simulasi epanet 2.0 jam puncak didapat sebesar 0,02567 m3/detik. Adanya perbedaan jumlah suplai air sebesar 0,00392 m3/detik.
Gambar 4. Flow Pada Saat Jam Puncak Wilayah Cemara Hijau
Pada simulasi untuk jam puncak pemakaian air (pukul 7.00) memperlihatkan bahwa simulasi berjalan dengan baik
dimana semua parameter hidrolis pada node maupun link
berjalan dengan baik dengan jumlah headloss terbesar di
pipa distribusi yaitu 3,94 meter/km yang terdapat pada pipa
10. Lihat gambar 4.17. Headloss pada pipa ini tinggi karena
diameter pipa yang mengecil. Lihat gambar 4.18. Headloss
ini telah melewati kondisi optimum dari Departemen Pekerjaan umum (DPU) yaitu 1-3 m/km sehingga perlu adanya perbaikan.
Gambar 5. Headloss Tertinggi di Pipa
Gambar 4.5 Perubahan Dimensi Pipa
Pada gambar 4.5 terlihat adanya perubahan ukuran pipa 50 yang berukuran 110 mm dan mengalir ke pipa 55 yang berukuran 50 mm yang menyebabkan berkurangnya tekanan. Penulis memberikan beberapa saran untuk menurunkan headloss pada pipa 55 yaitu pertama dengan menambah pipa yang sama sehingga menjadi paralel seperti pada gambar 4.19.
Gambar 6. Penambahan Pipa
Pada gambar 6 dengan penambahan pipa dapat menurunkan headloss yang besar awalnya 3,94 m menjadi 2,41 m dan
https://doi.org/10.25077/dampak.15.2.93-99.2018
98
menaikan tekanan di ujung pipa yang awalnya hanya 9,98 m menjadi 10,07 m. Saran kedua yaitu dengan menganti dimensi pipa 55 yang awalnya berukuran 50 mm menjadi 90 mm. Lihat pada gambar 7.
Gambar 7. Pengantian Dimensi Pipa
Pada gambar 7 terlihat bahwa dengan pengantian dimensi
pipa dapat menurunkan headloss, yang awalnya ukuran
dimensi pipa 50 mm, dengan besar headloss 3,94 m dan
tekanan di ujung pipa sebesar 9,98 m. Dan dengan pengantian dimensi pipa menjadi 90 mm menghasilkan besar headloss 0,73 m dengan menaikan tekanan di ujung pipa menjadi 10,16 m.
Tabel 4. Perbandingan Saran
Saran Headloss 3,94 m Tekanan 9,98 m Dengan menambah pipa 2 inci 2,41m 10,07 m Dengan mengganti dimensi pipa menjadi 4 inci 0,73 m 10,16 m
Sumber: Analisis & Epanet 2.0
Berdasarakan saran yang telah diberikan yaitu dengan menambah pipa atau pun menganti dimensi pipa hasilnya sudah mencukupi persyaratan tekanan distribusi yaitu sebesar 1 atmosfer (atm) = 10 meter. Dari segi harga dan waktu pengerjaan penulis menyarankan agar menggunakan saran dengan menambah pipa ukuran 2 inci karena waktu pengerjaan lebih singkat dan harganya lebih murah.
Tabel 5. Perbandingan Segi Harga Dan Lama Pengerjaan
Ukuran Pipa Harga pipa Panjang Pipa Waktu Pengerjaan Total Menambah pipa ukuran 2 inci Rp.42.000/ m 63 m 1-2 Hari Rp.2.646.000 Menganti dimensi pipa menjadi 4 inci Rp.175.00 0/m 63 m 3-4 Hari Rp.11.025.000
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2009 & Olahan
Berikut merupakan hasil perbandingan debit antara kondisi lapangan yang terdiri dari 6 sampel rumah yaitu blok B/17,
I/30, T/29, U/26, DD/29 dan EE/12 dengan 6 node di epanet
2.0 yaitu node 2, 23, 51, 60, 80 dan 83 pada saat jam puncak
yaitu jam 06.00 - 07.00.
Gambar 8. Grafik Perbandingan Flow Antara Epanet 2.0 dengan Kondisi Lapangan Pada Saat Jam Puncak
Berikutnya akan disajikan hasil perbandingan epanet 2.0
yaitu di node 2 dengan kondisi lapangan yaitu blok B/17
selama 24 jam.
Gambar 9. Grafik Perbandingan Flow Antara Epanet 2.0 dengan Kondisi Lapangan Selama 24 Jam
Dari hasil gambar 7 dan gambar 9, terlihat bahwa perbedaan
antara permodelan epanet 2.0 dengan percobaan di lapangan
yang terlalu besar. Hal ini mungkin disebabkan oleh: Pada kondisi lapangan hanya diambil sampel 1 rumah sedangkan
pada Epanet 2.0 lebih dari 1 rumah, Asumsi perhitungan
Epanet 2.0 dalam menentukan besarnya tekanan air dalam pipa yaitu menggunakan tekanan penuh. Sedangkan kenyataan di lapangan,tekanan tidaklah penuh atau Perbedaan dapat juga disebabkan adanya kehilangan air atau kebocoran pipa serta pipa tua sehingga perlu dilakukan pergantian pipa.
Berikut adalah hasil evaluasi debit antara Epanet 2.0 yang
dengan Hardy Cross yang diambil pada blok U untuk debit
Gambar 10. Grafik Perbandingan Flow Antara Epanet 2.0
Dengan Hardy Cross
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa selisih
hasil analisis program epanet 2.0 dan metode hardy cross
tidak terlalu besar. Total perbedaan antara kedua analisis ini ialah 0.00048 m3/detik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa program epanet 2.0 dapat mewakili hasil hardy cross,
namun kedua analisis tersebut hanya merupakan alat bantu untuk mensimulasikan analisis jaringan air.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa pola pemakaian air di komplek cemara hijau bersifat fluktuasi dengan pemakaian jam puncak terjadi pada jam 07.00 dengan rasio pemakaian 1,69. Sedangkan pemakaian minmum terjadi pada jam 01.00 dengan rasio pemakaian 0,21.
Total pemakaian air per hari pelanggan di komplek Cemara Hijau yaitu 768,96 m3/hari dan total air yang didistribusikan per hari yaitu 1641,6 m3/hari. Adapun kehilangan air sebesar 52,93%. Untuk sampai bulan April 2017, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Cabang Cemara masih mampu memenuhi ketersediaan air tersebut, akan tetapi untuk kedepannya, kehilangan air akan mendatangkan masalah yang cukup serius.
Dari hasil epanet 2.0 dapat dikatakan bahwa sistem distribusi air bersih di Cemara Hijau segi headloss dan pressure tidak memenuhi standar yang ada yaitu untuk headloss dari standar Departemen Pekerjaan Umum (DPU) sebesar 3
m/km dan pressure yaitu 10 m. Adapun dari hasil Epanet 2.0
headloss pipa distribusi 3,94 m/km dan pressure 9,98 m.
Sehingga perlu dilakukan perbaikan yaitu dengan memasang pipa secara paralel dengan diameter 50 mm = 2 inchi karena
waktu yang singkat dan biaya yang murah. Flow yang
dialirkan pada saat jam puncak dari Epanet 2.0 sebesar
0,02567 m3/detik, sedangkan flow puncak pada perhitungan
pemakaian air 0,02175 m3/detik sehingga ada selisih sebesar 0,00392 m3/detik.
Perbandingan flow metode Epanet 2.0 dengan kondisi
lapangan cukup besar baik per jam maupun 24 jam. Hal ini disebabkan oleh jumlah pengamatan, kebocoran pipa dan pipa yang sudah tua. Selisih hasil analisis program epanet 2.0
dan metode Hardy Cross tidak terlalu besar. Total perbedaan
antara kedua analisis ini ialah 0,00048 m3/detik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program epanet 2.0 dapat mewakili hasil hardy cross, namun kedua analisis tersebut hanya merupakan alat bantu untuk mensimulasikan analisis jaringan air.
REFERENSI
Al Amin, M.B. 2011. Komputasi Analisis Hidraulika
Jaringan Pipa Air Minum.Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya. Palembang. http://www. ejournal.unsri.ac.id.
DPU. Ditjen Cipta Karya. 2007. Pedoman Kebijakan
Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
(P3KT). Jakarta: Departemen Pekerjaan
Umum,Direktoral Jenderal Cipta Karya.
Enri, Damanhuri.1989. Pendekatan Sistem Dalam
Pengendalian dan Pengoperasian Sistem Jaringan
Distribusi Air Minum. Bandung.Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP-ITB.
Giles, R.V. dan Soemitro, H.W. 1996. Mekanika Fluida &
Hidraulika.Edisi Kedua (Si-Metrik). Cirasas, Jakarta. Penerbit: Erlangga.
Larry,Wiley dan Sons.2004.Mechanical Fluid &
Hydraulic.Second Edition. . Edisi Kedua
(Sy-Metric).New York.USA:Mc Graw Hill Press.
Lewis, A.R. 2000. User Manual Epanet 2.0 Versi Bahasa
Indonesia. Ekamitra Engineering, penerjemah.Ohaio (US):Ekamitra Engineering.
Purba, Saur M.F. 2014. Skripsi Analisis Jaringan Sistem
Distribusi Air Bersih Pada Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. http://www.jurnal.usu.ac.id.