• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Sekolah Dasar"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

251 | P a g e

Artikel Penelitian

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan pada Siswa Sekolah Dasar Irzal Anderson, Riana Sari

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Article Information Reviewed : Agust 19, 16 Revised : Nov 27, 16 Available Online : Des 22, 16 ABSTRACT

The purpose of this study is to describe the implementation of character education in civic education subjects in class VI SDN 20/1 Jembatan Mas, Pemayung sub-district. This research is descriptive qualitative, namely research that can reveal facts comprehensively about the implementation of character education in civic education subjects in Class VI Students of SD Negeri 20/1 Jembatan Mas, Pemayung District. The subjects of this study were 2 grade VI teachers SDN 20/1 Mas bridge Pemayung sub-district with data collection techniques through interviews, observation, distributing questionnaires and documentation of supporting data. The results of this study show a description of the Implementation of Character Education in Citizenship Education Subjects in Class VI Students of SD Negeri 20 / I Jembatan Mas, Pemayung Subdistrict which has been well implemented through the stages of planning and implementing learning, and solutions to obstacles in the implementation of character education in PKn subjects.

Key Word

Karakter, PKN,

Siswa Sekolah Dasar

Corespondence e-mail :

irzal.anderson@unja.ac.id

PENDAHULUAN

Pada zaman di era globalisasi seperti sekarang ini, harus banyak diperlukan kekuatan sikap dan mental yang tangguh untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Dampak dari perubahan zaman yang semakin maju mengakibatkan masyarakat melupakan pendidikan karakter bangsa, padahal pendidikan karakter merupakan pondasi dasar yang sangat penting dan harus ditanamkan sejak dini.

Masalah-masalah seputar karakter bangsa yang terjadi sekarang ini, jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan masalah-masalah karakter atau moral yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. Persoalan karakter menjadi bahan pemikiran sekaligus keprihatinan bersama dikarenakan negara ini bisa dianggap sedang menderita krisis karakter. Krisis ini antara lain ditandai dengan meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi,

(2)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

252 | P a g e perkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum bisa diatasi secara tuntas.

Krisis karakter yang terjadi ini diberitakan ke semua media, baik melalui televisi, radio, koran, dan lain sebagainya, bahkan tersebar di internet yang beritanya lebih lengkap dan lebih mudah diakses oleh siapa pun, tidak terkecuali oleh anak-anak. Hal ini berdampak pada karakter peserta didik yang sedang dalam proses pembentukan karakter bangsa yang diharapkan. Penerapan pendidikan karakter sejak usia dini diharapkan dapat mengikis bahkan menghapus masalah krisis karakter yang telah terjadi.

Peserta didik merupakan individu yang sangat penting untuk ditanamkan karakter-karakter bangsa. Sebagai individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, peserta didik sering kali menirukan dan mencontoh hal-hal yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Jika di lingkungan sekitarnya sering diterapkan nilai-nilai karakter yang baik maka peserta didik dapat mencontoh hal-hal yang baik itu pula. Sebaliknya jika dilingkungan sekitarnya tidak ditemukan penerapan pendidikan karakter maka bisa jadi peserta didik tersebut menirukan hal-hal yang tidak baik.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang memiliki tujuan dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik semaksimal mungkin. Pendidikan juga adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa yang disengaja dalam rangka mempersiapkan generasi muda bagi eksistensi kehidupan yang lebih bermartabat di masa yang akan datang. Pendidikan itu sejatinya tidak terlepas dari lingkungan peserta didik, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik merupakan bagian yang sangat erat dari lingkungan disekitarnya.

Pendidikan merupakan sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Nilai-nilai pendidikan itu sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidik itu sendiri, diantara nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang terdiri dari beberapa unsur.

Menurut Soemanto (2006: 175) mengatakan bahwa salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknya akan mengembangkan kemampuannya. Pemerintah pun berharap agar sekolah akan

(3)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

253 | P a g e mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap, baik intelegensinya maupun karakteristiknya sebagai warga negara Indonesia. Hal ini menandakan bahwa pendidikan di sekolah dasar sangat diharapkan oleh semua pihak khususnya penerapan karakter yang menjadi dasar untuk pendidikan di jenjang selanjutnya.

Pendidikan karakter di sekolah dasar sangat diperlukan. Ketika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik pada tahap selanjutnya. Pendidikan sekolah dasar (sekitar umur 6-12 tahun) merupakan tahap penting bagi pelaksanaan pendidikan karakter, bahkan hal yang foundamental bagi kesuksesan perkembangan karakter peserta didik. Pada tahapan sekolah dasar peserta didik masih tergolong usia dini dan sangat pesat mengalami perkembangan pada pola pikirnya untuk mencontoh dan menirukan yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, pada usia ini sangat perlu dilakukannya pembentukan karakter. Karena jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini maka tidak akan mudah untuk merubah karakter seseorang dan diharapkan pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa.

Pendidikan karakter tidak terjadi secara instan saja, tetapi memerlukan peneladanan dan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, tolong menolong, toleransi, malu berbuat curang, malu bersikap malas, kebiasaan bersikap mandiri dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan semua kebiasaan-kebiasaan tersebut haruslah di mulai sejak usia dini terutama pada sekolah dasar.

Keberhasilan pendidikan karakter dan terwujudnya generasi yang memiliki karakter-karakter bangsa yang baik tidak hanya menjadi tanggung jawab seorang guru disekolah saja, melainkan menjadi tanggung jawab untuk semua pihak, yaitu keluarga, kepala sekolah, pegawai sekolah, pelayan sekolah, tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat negara, pemerintah, dan lain sebagainya, sehingga semua pihak bekerja sama dan dapat menjadi contoh bagi peserta didik untuk membentuk karakter bangsa yang diharapkan.

Tidak hanya itu, secara kurikuler pun telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih bermakna bagi individu yang tidak sekedar memberi pengetahuan pada tataran kognitif, tetapi juga menyentuh tataran afektif dan kognitif melalui semua mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini diharapkan agar penerapan pendidikan karakter terintegrasi secara langsung pada setiap mata pelajaran sehingga dapat dipelajari oleh peserta didik setiap harinya.

(4)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

254 | P a g e Sesuai dengan nama mata pelajarannya Pendidikan Kewarganegaraan, mengajarkan pada peserta didik untuk menjadi warga negara Indonesia yang memiliki karakter bangsa. Untuk itu tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi, diantaranya yaitu mampu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mampu berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Dapat berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Fathurrohman dan Wuryandani, 2011:7-8).

Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar tidak hanya sekedar membekali peserta didik ke jenjang selanjutnya tetapi penanaman moral yang diharapkan dapat membentuk warga negara yang baik. Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk peserta didik sebagai warga negara yang mempunyai karakter. Hal ini tergambar di dalam setiap perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan kewarganegaraan.

Kesembilan karakter dasar tersebut telah termuat dan dipelajari di dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, yang dijabarkan untuk setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Hal ini berarti, pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting sebagai salah satu media untuk mengimplementasikan pendidikan karakter pada peserta didik.

Banyaknya tindakan amoral yang dilakukan peserta didik seperti mencontek, tawuran, membolos dan tindakan lainnya mengindikasikan bahwa pendidikan formal gagal dalam membentuk karakter peserta didik. Perilaku dan tindakan amoral disebabkan oleh moralitas yang rendah. Moralitas yang rendah antara lain disebabkan oleh pendidikan moral disekolah yang kurang efektif. Hal ini merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari pengimplementasian pendidikan karakter yang kurang efektif juga. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satu diantaranya yaitu ada anggapan dari beberapa guru yang menyatakan pendidikan karakter merupakan sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri.

(5)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

255 | P a g e Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, diperoleh keterangan bahwa guru di SDN 20/1 Jembatan Mas, sudah melaksanakan pendidikan karakter pada semua mata pelajaran dan salah satunya yaitu pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Di dalam pelaksanaan pelajaran pendidikan kewarganegaraan, Guru telah membiasakan siswa untuk berdo’a sebelum dan sesudah belajar, berprilaku jujur, berbicara sopan, bekerjasama dalam kelompok, peduli terhadap lingkungan dan sesama, tidak mengganggu teman-temannya pada saat belajar, mengingatkan hari-hari besar agama dan nasional, memberikan contoh dan motivasi dengan cara menceritakan perjuangan para pahlawan yang berani dan pantang menyerah, menjelaskan tokoh-tokoh di Indonesia yang saling bekerjasama dengan baik dengan negara-negara lain tanpa membeda-bedakan, menceritakan kepedulian tokoh-tokoh Indonesia yang peduli terhadap sesama dan peduli dengan lingkungan dan lain sebagainya.

Namun pada kenyataannya, apa yang dilakukan siswa tidak seperti apa yang diinginkan dan diharapkan oleh guru. Diantaranya seperti pada saat berdo’a siswa masih banyak yang tidak fokus, bahkan terlihat masih main-main. Dalam mengerjakan soal masih banyak siswa yang mencontek, dalam pengoreksian silang jawaban temannya masih tidak berani jujur, terkadang masih ada yang curang. Berbicara dan berprilaku kurang sopan pada saat dalam kelas. Kurang bisa bekerjasama dalam kelompok, masih memilih-milih teman dalam berkelompok. Dengan sengaja membuang sampah sembarangan pada saat di kelas dan mencoret-coret fasilitas sekolah. Sering mengganggu teman-temannya pada saat belajar, mengajak ngobrol temannya, bahkan berkelahi dengan temannya. Kurang peduli dengan sesama temannya, terkadang sengaja tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas atau masuk ke kelas dan lain sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk menganalisis dan mengkaji mengenai penerapan pendidikan karakter siswa yang harus dilakukan dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang mengarahkan pada terwujudnya karakter yang diharapkan pada siswa sekolah dasar. Maka dalam skripsi ini peneliti mengangkat judul mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung”.

(6)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

256 | P a g e Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung secara apa adanya.

Di dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya. Seperti yang ditegaskan Santana K. (2007:74) bahwa dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada suatu variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen maupun variabel berjalan sebagaimana adanya.

Moleong (2009:6) juga menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan (Moleong, 2009:6). Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan menginterprestasikan fenomena yang terjadi dengan kata-kata dan bahasa secara holistik dan alamiah.

Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu. Berdasarkan pendekatan dan metode tersebut penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, artinya penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan fakta-fakta secara komprehensif tentang Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 20/1 Jembatan Mas, kecamatan Pemayung.

(7)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

257 | P a g e Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian 100% hadir. Peran peneliti sebagai pengamat partisipatif (participant observer) yang ikut berperan serta dan mengamati langsung objek yang diteliti. Kehadiran peneliti diketahui langsung oleh informan yang berada di lokasi penelitian.

Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 20/1 Jembatan mas, kecamatan Pemayung. Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka mempertanggung jawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu, lokasi penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah SD Negeri 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, dimana SD tersebut sudah melaksanakan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 2 orang Guru kelas VI dan siswa yang ada di kelas VI SD Negeri 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung serta rangkaian aktivitas yang dikerjakan. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

Wawancara

Wawancara seperti yang ditegaskan oleh Moleong (2009:186) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang berguna dalam penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam sebab peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan dan melalui teknik wawancara peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang

(8)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

258 | P a g e meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hambatan. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan guru untuk mendukung pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada informan.

Pertanyaan tersebut disusun berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan jawaban valid dari informan sehingga peneliti harus bertatap muka menjalin partnership dan bertanya langsung dengan informan. Dalam hal ini yang memungkinkan menjadi orang yang mempunyai informasi adalah guru PKn (guru kelas) kelas VI SD N 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung.

Observasi

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, dimana peneliti dalam pengamatan ikut melakukan kegiatan yang dilakukan narasumber dan aktivitas objek (siswa). Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di kelas tinggi yang diwakili kelas VI.

Dokumentasi

Arikunto (2010:274) menyatakan dibanding dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Dengan studi dokumentasi ini peneliti mendapat suatu penjelasan yang akurat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan, fungsi dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa RPP, silabus, hasil lembar wawancara, observasi, angket dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter melalui PKn.

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan mengadakan observasi dan wawancara mendalam dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden.

(9)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

259 | P a g e Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga lebih banyak uraian mengenai Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD Negeri 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung melalui logika induktif deskriptif, yakni logika yang bertolak khusus ke umum.

Analisis data penelitian kualitatif menggunakan analisis model Miles dan Huberman, yang mana analisis model ini dapat dilakukan melalui langkah-langkah tertentu yaitu “(1) reduksi data; (2) display/ penyajian data; dan, (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi” (Iskandar, 130:2009).

Keabsahan Data

Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Moleong (2009:324), ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu: “1) derajat kepercayaan (credibility); 2) keteralihan (transferability); 3) kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability)”.

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan (credibility/kredibilitas). Kriteria ini dipergunakan untuk membuktikan bahwa data atau informasi yang diperoleh benar-benar mengandung nilai kebenaran (truth value). Adapun teknik yang dilakukan antara lain :

1. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di SD Negeri 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung.

2. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dilakukan sehingga informasi yang didapatkan memperoleh kebenaran.

(10)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

260 | P a g e

Membercheck dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data. Membercheck dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara. Dalam hal ini, peneliti berusaha mengulang kembali garis besar hasil wawancara berdasarkan catatan yang dilakukan peneliti agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Deskripsi Data Penelitian Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap 2 orang nara sumber yaitu guru kelas VI.A dan VI.B, yang mana masing-masing wawancara dilaksanakan pada hari yang berbeda yaitu untuk wawancara pada guru kelas VI.A pada hari Jumat, 31 September 2014 dan wawancara pada guru kelas VI.B pada hari Sabtu, 01 November 2014. Adapun hasil wawancara terhadap nara sumber dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah dalam merencanakan pembuatan silabus, RPP dan perangkat pembelajaran PKn di SDN 20/I Jembatan Mas telah mencantumkan nilai-nilai karakter yang akan dicapai ? Untuk jawaban dari guru VI.A, ia mengatakan “iya tentu, saya sudah mencantumkan nilai-nilai karakter. Agar lebih memfokuskan saya pada saat saya akan menyampaikan dan melaksanakan pembelajaran yang mengandung karakter”.

Sedangkan untuk jawaban dari guru kelas VI.B, ia menyatakan bahwa: “tentu saya cantumkan mulai dari perencanaan, sehingga pada saat pelaksanaan nilai-nilai karakter tersebut, kita telah mempunyai acuan agar tidak ngambang. Bisa kita lihat di RPP dan silabus saya”.

2. Bagaimana cara memilih nilai karakter yang akan diterapkan pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Jawaban guru kelas VI.A mengatakan “cara memilihnya ya dengan menyesuaikan dengan SK dan KD pada pelajaran PKn itu sendiri”.

Sejalan dengan itu, jawaban guru kelas VI.B juga mengatakan “saya memilihnya dari setiap materi yang akan disampaikan dan mengembangkan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari”.

(11)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

261 | P a g e 3. Bagaimana langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penerapan pendidikan karakter

pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Jawaban guru kelas VI.A menyatakan “salah satu langkah yang dapat saya laksanakan yaitu dengan menerapkannya pada kebiasaan siswa, tetapi hal ini saya kembangkan dalam RPP ataupun silabus dahulu”.

Sedangkan jawaban guru kelas VI.B mengatakan “langkah-langkahnya ya dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang sikap-sikap karakter yang baik yang harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari siswa”.

4. Bagaimana metode dalam pengimplementasian pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Jawaban guru kelas VI.A mengatakan bahwa “metode yang sering saya terapkan dengan tanya jawab dan melatih siswa untuk tampil ke depan kelas, misalnya untuk memperagakan sikap yang berkarakter agar siswa lebih memahami”

Sedangkan guru kelas VI.B mengatakan “kalau saya dalam penerapan karakter untuk pelajaran PKn ini, saya lebih sering menggunakan kelompok-kelompok belajar. Agar siswa terbiasa dengan tanggung jawab dan bekerjasama dengan teman-temannya”.

5. Apakah metode yang digunakan hanya berupa penjelasan saja atau teori? Ataukah menggunakan metode lain misalnya mencontohkan dengan tokoh-tokoh pahlawan nasional ditanah air?

Untuk point pertanyaan ini baik guru kelas VI.A maupun guru kelas VI.B menjawab “biasanya memang lebih banyak teori tetapi dalam setiap pembelajaran juga diselingi dengan menerapkan langsung ataupun mencontohkan sikap-sikap para pejuang dan tokoh-tokoh yang berkarakter baik”

6. Pernahkah siswa diajarkan langsung tentang nilai-nilai karakter yang baik melalui kegiatan sehari-hari?

Jawaban guru kelas VI.A menguraikan “tentu saja pernah dan hal itu yang harus diterapkan dalam keseharian siswa sehingga menjadi kebiasaan berkelakuan baik atau berkarakter baik. Contohnya saja, siswa harus menjaga kebersihan lingkungan kelas. Di dalam kegiatan belajar siswa dibiasakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan untuk melatih sikap berani dan percaya diri”

(12)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

262 | P a g e Jawaban guru kelas VI.B mengatakan “bisa dibilang hampir setiap hari guru mengajarkan nilai karakter yang baik, bukan hanya dalam pelajaran PKn saja. Yang jelas kalau dalam kegiatan sehari-hari ya berdo’a sebelum pelajaran dimulai, tidak mengganggu teman, tidak mencontek dan lain-lain”.

7. Apakah siswa telah dibiasakan hadir tepat waktu, baik ke sekolah maupun masuk ke lokal untuk mengikuti setiap pelajaran?

Untuk pertanyaan ke-7 ini semua guru baik kelas VI.A dan VI.B menyatakan siswa sudah dibiasakan hadir tepat waktu dan tidak boleh bermain-main diluar lingkungan sekolah agar tidak terlambat masuk ke kelas.

8. Pernahkah siswa diajak ke musium atau ke tempat-tempat bersejarah yang berhubungan dengan materi pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Jawaban guru kelas VI.A menyatakan “tidak pernah karena terlalu banyak resiko, dan yang utama ya karena biaya”

Sedangkan guru kelas VI.B juga menyatakan “belum pernah, karena sulit terjangkau dan biaya untuk perjalanan tidak memadai. Belum lagi resikonya, tetapi kalau kelingkungan sekitar siswa tinggal ya ada. Misalnya dengan memberikan tugas rumah yang langsung kelingkungan nyata”.

9. Adakah kegiatan rutin atau terprogram yang membiasakan siswa agar memiliki karakter yang baik?

Untuk pertanyaan ke-9 jawaban dari nara sumber menyatakan “ada, diantaranya hari senin upacara bendera, hari selasa, rabu dan kamis senam pagi, hari jumat yasinan, hari sabtu kepramukaan”.

10. Apakah saat hari-hari besar nasional siswa diajak untuk berdiskusi dalam melaksanakannya secara bersama di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Untuk pertanyaan ke-10 jawaban dari nara sumber menyatakan “sebagian kecil ada siswa-siswa tertentu yang diajak berdiskusi, tetapi dalam pelaksanaannya tetap secara bersama-sama seperti hari kemerdekaan pada tanggal 17 agustus, hari pahlawan dan lain-lain”.

11. Bagaimana saat proses pembelajaran. Apakah siswa telah dibiasakan dengan bekerja sama dalam kelompok yang berbeda-beda?

(13)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

263 | P a g e Jawaban guru kelas VI.A menyebutkan bahwa “dalam setiap proses pembelajaran tentu saja siswa sering dibiasakan untuk bekerja sama baik dalam kelompok maupun tidak. Tetapi untuk pembagian kelompok memang sudah dibiasakan berbeda-beda atau ditukar-tukar anggotanya”.

Sedangkan untuk jawaban guru kelas VI.B menyatakan bahwa “hampir setiap proses pembelajaran saya selalu membiasakan siswa berkelompok-kelompok dengan anggota yang berbeda-beda. Hal ini untuk membiasakan siswa bekerjasama dengan semua temannya, tidak pilah-pilah. Saya juga mengganti pemimpin kelompok secara bergantian, agar siswa terbiasa untuk berani menjadi pemimpin, percaya diri dan terbiasa bertanggung jawab terhadap teman-temannya”.

12. Bagaimana dalam pemilihan media. Apa saja media yang dapat digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Untuk pertanyaan ke-12 jawaban dari nara sumber menyatakan sama bahwa “dalam pemilihan media masih sangat terbatas, hanya mengandalkan buku seadanya dan sesekali kelingkungan sekitar siswa”.

13. Adakah media yang tepat dan efisien yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Untuk pertanyaan ke-13 jawaban dari nara sumber menyatakan bahwa “media yang tepat untuk pelajaran PKn itu sendiri ya hanya dengan membiasakan nilai-nilai karakter setiap hari kepada siswa”.

14. Bagaimana cara menilai atau mengevaluasi nilai-nilai karakter yang akan dicapai dalam mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan “untuk cara penilaian nilai karakter yang akan dikembangkan itu dilihat dari tingkah laku siswa dalam kegiatan dikelas pada saat kegiatan belajar mengajar”

15. Apakah ada format khusus dalam melakukan penilaian pendidikan karakter yang telah direncanakan atau hanya dilihat dari sikap dan prilaku siswa dalam kegiatan dikelas ? Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan bahwa “untuk format dalam penilaian karakter itu sudah ada, dapat dilihat pada RPP. Tetapi masing-masing guru juga dapat menilai dengan catatan-catatan kecil”.

(14)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

264 | P a g e 16. Apakah ada batasan atau kriteria-kriteria ketuntasan khusus yang harus dicapai oleh siswa

dalam pengimplementasian pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas?

Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan bahwa “ada kriteria-kriteria ketuntasan khusus dalam penilaian yaitu dengan huruf-huruf. A: sangat baik; B: baik; C: cukup; D: kurang; E: sangat kurang”.

17. Jika ada. Bagaimana jika ada siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan dalam penilaian atau siswa belum menunjukkan sikap karakter baik yang diinginkan?

Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan bahwa “jika ada siswa yang belum tuntas mencapai kriteria ketuntasan dalam penilaian maka akan diadakan remedial, dengan memberikan tugas-tugas tambahan. Nilai yang harus diperoleh siswa minimal mencapai nilai C (cukup)”.

18. Adakah kendala atau hambatan-hambatan yang menjadi masalah dan sering terjadi dalam implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas? Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan bahwa “kendala dan hambatan itu pasti ada. Diantaranya dalam pelaksanaan pembelajaran PKn itu kesulitan dalam pengembangan bahan ajar karena materinya masih banyak yang sifatnya hafalan. Terkadang siswa juga sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh guru”. 19. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala dan hambatan yang menjadi masalah dalam

implementasi pendidikan karakter pada mata pelajaran PKn di SDN 20/1 Jembatan Mas? Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan bahwa “salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala atau hambatan yang menjadi masalah dalam penerapan pendidikan karakter yaitu lebih banyak berlatih untuk mengembangkan bahan ajar dan harus bisa membuat materi pelajaran lebih menarik sehingga siswa lebih terfokus dan siswa dapat memahami materi dengan cepat”.

20. Bagaimana jika siswa melanggar peraturan, baik disekolah maupun dikelas yang berkenaan dengan karakter siswa? Apakah ada hukuman atau sanksi yang diperoleh siswa tersebut?

Berdasarkan rangkuman wawancara dari ke-2 nara sumber menyatakan bahwa “jika terdapat siswa yang melanggar peraturan tidak diberi hukuman tetapi hanya diberikan

(15)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

265 | P a g e sanksi berupa tugas-tugas tambahan dan nasehat serta pengarahan khusus kepada siswa tersebut”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas VI.A dan VI.B di SDN 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, mengenai Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Kewarganegaraan bahwa pada SDN 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung telah melaksanakan implementasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas melalui pembiasaan-pembiasaan berkarakter baik. Untuk hal pertama dimulai dari proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, menurut jawaban responden kelas VIA dan VIB yang telah dirangkum oleh peneliti, untuk pertanyaan mengenai perencanaan pembuatan silabus, RPP dan perangkat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, mereka sudah mencantumkan nilai-nilai pendidikan karakter yang harus diterapkan dan dikembangkan pada diri siswa. Dalam proses perencanaan ini mereka merencanakan nilai karakter yang menjadi target yang akan dikembangkan siswa yang sesuai dengan materi dan SK dan KD pendidikan kewarganegaraan. Sedangkan cara memilih nilai-nilai karakter yang akan diterapkan tersebut merujuk pada SK dan KD serta materi dan akan disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungan belajar.

Untuk poin mengenai langkah-langkah yang dapat dilaksanakan untuk implementasi pendidikan karakter pada proses pendidikan kewarganegaraan baik guru kelas VI.A maupun kelas VI.B secara umum sudah dicantumkan dalam langkah-langkah perencanaan silabus, RPP maupun media pembelajaran. Seperti halnya akan menerapkan sikap kerjasama kepada siswa, salah satunya dapat ditempuh dengan langkah berdiskusi dalam kelompok belajar. Selain sikap kerjasama juga akan membiasakan siswa untuk bekerja keras, mandiri, saling menghargai, dan bertanggung jawab.

Metode dalam pengimplementasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dari kelas VI.A banyak menggunakan ceramah/ penjelasan yang diselingi tanya jawab dan mencontohkan langsung, hal ini lebih menerapkan sikap kreatif, cerdas dan percaya diri dalam menjawab pertanyaan, mandiri dan berfikir kritis dalam menerima informasi yang dijelaskan. Berbeda dengan kelas VI.B lebih sering menggunakan metode diskusi yang diselingi dengan penjelasan/ pengarahan, menurutnya hal ini lebih banyak menerapkan nilai karakter yang diharapkan seperti bekerja sama, kerja keras, mandiri,

(16)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

266 | P a g e saling menghargai, tanggung jawab, kreatif, cerdas, berani, dan memahami akan hak dan kewajibannya.

Implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan juga telah diterapkan melalui kebiasaan sehari-hari di sekolah. Baik kelas VI.A maupun kelas VI.B sudah membiasakan siswa hadir tepat waktu baik ke sekolah maupun masuk kelas. Seperti jam 07.00 wib sudah harus ada di lingkungan sekolah dan memulai kegiatan disekolah untuk membiasakan disiplin dan memahami hak dan kewajibannya; Siswa juga sudah dibiasakan belajar dilingkungan sekitarnya untuk menerapkan sikap peduli lingkungan; siswa mengikuti kegiatan rutin/terprogram seperti upacara bendera, senam pagi, yasinan, pramuka dan lain-lainnya untuk membiasakan sikap disiplin terhadap peraturan, kerjasama, santun, mandiri, religius, jujur, dan percaya diri. Pada saat hari besar nasional dan agama, siswa diajak untuk merayakan dan memperingatinya. Semua hal tersebut menjadi media yang sangat baik untuk implementasi pendidikan karakter dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

Dalam hal menilai atau mengevaluasi nilai-nilai karakter yang akan dicapai dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VI.A dan VI.B dilaksanakan selama proses belajar mengajar berlangsung dan kegiatan sehari-hari siswa di sekolah. Penilaian karakter ini menggunakan format khusus yang disimbolkan menggunakan huruf dengan beberapa kriteria A: amat baik; B: baik; C: cukup; D: kurang baik; E: amat kurang, kriteria ketuntasan yang digunakan yaitu pada point C (cukup baik). Dibawah kriteria ketuntasan nilai tersebut siswa dinyatakan belum tuntas dan harus diberikan bimbingan dan pengarahan khusus kepada siswa. Guru juga dapat berkordinasi dengan orang tua siswa agar siswa tersebut juga mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

Implementasi pendidikan karakter dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan tentunya memiliki kendala atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Dalam implementasinya di SDN 20/I Jembatan Mas, salah satunya siswa susah memahami apa yang dijelaskan oleh guru sehingga apa yang diharapkan kurang terealisasi dengan baik, jika ada siswa yang melanggar peraturan baik di sekolah maupun di kelas yang berkenaan dengan karakter siswa hanya diberikan sanksi berupa nasehat dan atau pengarahan ataupun diberikan tugas-tugas khusus, sehingga siswa masih menganggap hal tersebut masih ringan dan siswa masih sering melanggar peraturan tertentu. Kendala-kendala lain yang juga dihadapi berupa

(17)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

267 | P a g e kurangnya sarana dan prasarana, siswa yang belum mencapai KKM, kesulitan pengembangan bahan ajar dan hasil pembelajaran masih lebih mementingkan pengetahuan kognitif.

Dengan adanya hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, hal ini dapat menjadi masalah untuk pelaksanaan pendidikan karakter yang lebih baik. Namun setiap guru harus bisa menemukan solusi dalam menghadapi berbagai kendala tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, solusi tersebut seperti memberikan bimbingan atau pengarahan khusus kepada siswa, melakukan kordinasi dengan orang tua siswa agar siswa mendapat perhatian penuh dari orang tuanya, melakukan tukar pendapat dalam pertemuan-pertemuan khusus guru-guru dalam menyiapkan bahan ajar yang lebih banyak memuat penerapan karakter, mencari metode dan strategis yang tepat untuk mengatasi sarana dan prasarana yang kurang memadai, mengembangkan bahan ajar sebaik mungkin dan dalam proses penilaian harus dilihat dari semua aspek tidak hanya pengetahuan kognitif saja, serta lebih tegas dalam meningkatkan kedisiplinan agar siswa terbiasa mematuhi aturan yang ada.

Observasi

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada hari Senin, 03 November 2014 di kelas VI.B dan pada hari Jumat, 07 November 2014 di kelas VI.A SDN 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan oleh guru kelas VI.A dan VI.B diperoleh data-data yaitu untuk implementasi pendidikan karakter selama proses pembelajaran dari awal hingga akhir pelajaran telah diterapkan dengan baik. Pada awal pembelajaran setiap guru telah melakukan hal-hal seperti mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas untuk mencontohkan sikap santun pada peserta didik; berdoa sebelum membuka pelajaran untuk menanamkan nilai religius kepada siswa; dengan merujuk pada silabus, RPP dan bahan ajar yang ada, guru juga telah menyampaikan butir karakter yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh siswa. Seperti pada materi proses pemilu dan pilkada, siswa harus mengembangkan karakter-karakter yang diharapkan yaitu dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, berani, integritas, peduli, jujur dan nasionalisme. Guru memberi pemahaman kepada siswa tentang karakter-karakter tersebut dengan mencontohkan kehidupan nyata melalui proses pemilu dan pilkada yang pernah diadakan dilingkungan sekitar tempat tinggal siswa.

(18)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

268 | P a g e Implementasi pendidikan karakter pada tahap kegiatan inti diterapkan melalui tiga tahapan. Seperti pada tahapan eksplorasi, guru telah melakukan melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik yang akan dipelajari sehingga menumbuhkan sikap mandiri, gemar membaca, berfikir logis, kreatif, dan bekerjasama; guru menggunakan beragam pendekatan, media pembelajaran, dan sumber belajar lain supaya siswa mempunyai sikap kreatif, kerja keras dan rasa ingin tahu yang tinggi; guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lain hal ini untuk menanamkan sikap kerjasama, saling menghargai dan peduli lingkungan; guru juga telah melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga mereka mempunyai sikap percaya diri dan mandiri.

Implementasi pendidikan karakter pada tahapan elaborasi juga telah dilakukan seperti memfasilitasi siswa untuk memperdalam materi melalui pemberian tugas dan diskusi sehingga siswa memiliki sikap kerja keras, kreatif, percaya diri, kritis dan saling menghargai serta tanggung jawab; memberi kesempatan berfikir dan menyelesaikan masalah untuk menumbuhkan sikap kreatif dan kritis; memfasilitasi siswa dengan pembelajaran kooperatif supaya siswa dapat menerapkan sikap bekerjasama, saling menghargai dan bertanggung jawab; memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat sehingga menumbuhkan sikap kerja keras, menghargai orang lain dan jujur; memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individu/kelompok untuk menanamkan sikap bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai dan mandiri; memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individu maupun kelompok supaya siswa mempunyai sikap percaya diri, mandiri dan saling menghargai.

Pada tahapan konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik untuk menanamkan sikap saling menghargai, santun dan kritis; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber untuk menanamkan sikap berfikir logis; memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang dilakukan sehingga dapat menerapkan sikap memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

Implementasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran juga telah dilakukan pada tahap penutup atau kegiatan akhir seperti guru membimbing siswa untuk membuat

(19)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

269 | P a g e kesimpulan/rangkuman pembelajaran supaya siswa mempunyai sikap mandiri, kritis dan logis; melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan untuk menerapkan kebiasaan jujur, memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; memberi umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran untuk menanamkan sikap saling menghargai, kritis dan logis serta santun; memberi informasi materi pembelajaran untuk pertemuan berikutnya sehingga siswa dapat mempersiapkan diri untuk menerapkan sikap kemandirian siswa.

Pembahasan

1. Tahap perencanaan Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung.

Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diperoleh gambaran bahwa perencanaan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKn adalah mempersiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang isinya harus memuat nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan.

Dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah, RPP berfungsi untuk mendorong setiap guru agar siap dalam melakukan kegiatan pembelajaran, membentuk kompetensi dan karakter peserta didik. hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2011:83) menyatakan “RPP berkarakter berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan apa yang direncanakan”.

Tahap perencanaan pembelajaran untuk implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, juga menyiapkan dan mengembangkan bahan ajar yang berwawasan karakter. Menyiapkan bahan ajar dalam implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn merupakan bagian yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam tahap perencanaan implementasi pendidikan karakter meliputi mempersiapkan silabus, RPP dan bahan ajar. Dalam membuat silabus dan RPP harus memuat nilai-nilai sikap dan perilaku agar mengefektifkan proses pembelajaran dan pembentukan karakter siswa sesuai dengan apa yang direncanakan. Sedangkan bahan ajar perlu mendapat pertimbangan yang cermat karena juga merupakan

(20)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

270 | P a g e bagian penting dalam proses belajar mengajar berkaitan dengan tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Tahap pelaksanaan Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung.

Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi pada tahap pelaksanaan, langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran terdiri dari 3 tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada tahap-tahap tersebut proses pembelajaran dapat merangsang siswa agar pelaksanaan pembelajaran di kelas siswa menjadi aktif dan timbul adanya interaksi. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Muslich (2007:72) bahwa “sub komponen pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada tiga aspek kegiatan yaitu kegiatan prapembelajaran, kegiatan inti dan kegiatan penutup”.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran mencakup kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran harus adanya stimulus atau rangsangan agar terjadi interaksi, sehingga potensi diri siswa selama proses pembelajaran menjadi terbentuk dan pembelajaran lebih bermakna.

Dalam tahapan pelaksanaan untuk menyampaikan suatu materi pembelajaran diperlukan metode agar pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Menurut Rumiyati (2008:56) menyatakan bahwa “Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya yaitu 1) ceramah, 2) demontrasi, 3) diskusi, 4) simulasi, 5) laboraturium, 6) pengalaman lapangan, 7) brainstorming, 8) debat dan sebagainya”. Metode pembelajaran yang digunakan di SDN 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan menyelesaikan masalah.

3. Penilaian dalam Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung.

Menurut Fathurrohman dan Wuri Wuryandani (2010:86) menyatakan penilaian dalam mata pelajaran PKn dilakukan dengan menggunakan tes dan non-tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kerja, pengukuran sikap dan penilaian hasil karya. Penilaian PKn yang dilakukan oleh guru di SDN 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung untuk nilai sikap dengan mengamati prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam

(21)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

271 | P a g e pengamatan ini siswa tidak perlu diberitahu bahwa mereka sedang diamati. Untuk penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes seperti siswa dapat menjawab soal-soal berbentuk pilihan ganda, isian singkat dan uraian/essay.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran PKn dalam tahap penilaian ada dua macam yaitu penilaian dalam proses pembelajaran dan untuk hasil pembelajaran. Pada tahap proses pembelajaran dilakukan saat siswa sedang mengikuti proses pembelajaran tanpa diketahui oleh siswa. Sedangkan untuk penilaian hasil dilakukan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi.

4. Hambatan dan solusi dalam Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 20/1 Jembatan Mas Kecamatan Pemayung.

Dalam pelaksanaan implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan guru juga mempunyai hambatan atau kendala terutama dalam mengembangkan bahan ajar. Selain itu ada juga yang mengungkapkan dalam proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan. Tidak hanya itu, permasalahan lain yang juga dihadapi yaitu kurangnya sarana dan prasarana. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik (2002:17) menyatakan bahwa “permasalahan mengajar adalah pada instruksional dan institusional”. Faktor institusional misalnya pada ruang kelas, pada ruang praktikum dan sebagainya. Sedangkan masalah instruksional misalnya terbatasnya alat peraga sehingga siswa terkadang kurang memperhatikan atau kurang terfokus dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan juga memiliki kendala-kendala seperti kendala yang bersifat manusiawi, instruksional dan instusional.

Adanya kendala atau hambatan tersebut guru harus berupaya mencari solusinya. Berdasarkan data yang diperoleh, kelompok kerja guru (KKG) merupakan bagian yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini sependapat dengan Mulyasa (2011:110) yaitu “musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan kelompok kerja guru (KKG) merupakan dua organisasi atau wadah yang dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru”.

(22)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

272 | P a g e Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Solusi yang dilakukan dapat melalui bimbingan atau pengarahan khusus bagi siswa yang bermasalah, selain itu dapat melalui organisasi seperti KKG dan MGMP yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan implementasi pendidikan karakter.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VI SD Negeri 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung, dapat disimpulkan bahwa sudah terlaksana.

Implementasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas VI SDN 20/I Jembatan Mas Kecamatan Pemayung melalui tahapan perencanaan dan pelaksanaan yaitu (1) perencanaan pembelajaran dilakukan dengan memasukan karakter yang akan dikembangkan dalam silabus dan RPP serta menyiapkan bahan ajar yang berwawasan pendidikan karakter, (2) pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang khusus dalam PKn yaitu religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demikratis, nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman dan sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, dalam kegiatan pendahuluan, inti dan penutup yang bertujuan mengembangkan karakter siswa.

Dalam tahap penilaian implementasi pendidikan karakter ada dua macam yaitu penilaian dalam proses pembelajaran dan untuk hasil pembelajaran. Pada tahap proses pembelajaran dilakukan saat siswa sedang mengikuti proses pembelajaran tanpa diketahui oleh siswa. Sedangkan untuk penilaian hasil dilakukan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi.

Beberapa kendala yang dihadapi seperti guru kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar, kurangnya waktu dalam merencanakan pembelajaran dan kurangnya sarana dan prasarana dapat diatasi melalui saling bertukar pikiran dalam kelompok kerja guru (KKG), melakukan pembuatan perencanaan pembelajaran untuk beberapa kali pertemuan dalam

(23)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

273 | P a g e sekaligus atau tiga hari sebelum pelaksanaan materi yang akan disampaikan dan lebih dalam mencari informasi ataupun pengetahuan melalui situs internet agar lebih mudah dalam mengembangkan bahan pengajaran.

Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka agar pembelajaran dapat berlangsung lebih maksimal lagi maka peneliti ingin memberikan saran kepada:

1. Guru, sebaiknya:

Menerapkan pembelajaran yang syarat akan nilai-nilai karakter yang baik dan dapat dengan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Lebih ditegaskan lagi dalam memberikan sanksi ketika siswa melanggar nilai karakter. Sanksi dapat berupa pemberian tugas atau kegiatan yang positif.

2. Siswa, sebaiknya:

Menaati peraturan yang berlaku di sekolah maupun di kelas dan berusaha berprilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter yang baik. Mengikuti pelajaran dengan baik dan membiasakan berprilaku sopan santun.

3. Peneliti Selanjutnya, sebaiknya:

Mengembangkan penelitian yang ada dengan cakupan variabel yang lebih luas dan lebih mendetail, untuk memberikan kontribusi positif terhadap pembelajaran di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anisah, Eni. 2013. Implementasi Nilai Karakter Pada Mata Pelajaran Sekolah Dasar. Tidak diterbitkan

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Peraturan Mendiknas tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 2006. Jakarta: Depdiknas

Bakry, Noor. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Liberty

Bungin, Burhan.2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo persada Fathurrohman dan Wuryandani, Wuri. 2010. Pembelajaran Pkn di Sekolah Dasar.

Yogyakarta: Nuha Litera

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta:

(24)

Copyright (c) 2016 Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License Some Rights Reserved

274 | P a g e Moleong, Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Munandar, Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia

Muslich, masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara

Rumiyati. 2008. Pengembangan pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar. Jakarta: Depdiknas

Samani, muclas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Santana, Septiawan. 2007. Menulis Ilmu Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sapriya. 2007. Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun Karakter Warga Negara. Tidak diterbitkan

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Rajawali Press

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi pendidikan: landasan kerja pemimpin pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharno, dkk. 2006. PKn di SD. Yogyakarta: UNY Press

Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas. 2010. Pembinaan pendidikan Karakter di sekolah menengah pertama. Tidak diterbitkan

Zainal dan Sujak. 2011. Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Irama Widya Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: konsep dan aplikasi dalam dunia pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Di masa nabi, Islam diajarkan langsung oleh Nabi melalui metode hafalan dan persaksian (pengamatan) langsung terhadap perilaku nabi yang belakangan berbentuk hadist dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Pola hubungan patron - klien antara punggawa dengan sawi pada masyarakat nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara

b. Prestasi; ketekunan, pencapaian/perolehan, ganjaran-ganjaran material mobilitas sosial. Pribadi; kejujuran, ketulusan, keadilan, dan kemurahan hati. Penyesuaian diri;

b) apabila semua harga penawaran atau harga penawaran terkoreksi di atas nilai total HPS, pelelangan dinyatakan gagal. 2) harga satuan yang nilainya lebih besar dari 110%

Rumusan masalah pada penelitian yaitu: (1) hasil analisis kelayakan perangkat pembelajaran instalasi listrik tenaga surya dengan model pembelajaran Project- Based

Hal ini menunjukkan bahwa proses peleburan yang dilakukan untuk penambahan unsur Ti dan Y sebagai bahan pemadu tambahan pada logam SS 316L berhasil dengan

Dari hasil penelitian dan pendapat para responden tentang ponsel Nokia, penulis mempunyai beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan dalam rangka

29 OKTOBER 2011 TAHUN AKADEMIK 2011/2012. FAKULTAS TEKNIK