• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kultur Meristem Mahkota Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) dengan Penambahan EkstrakTauge dan Benzyl Amino Purin (BAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kultur Meristem Mahkota Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) dengan Penambahan EkstrakTauge dan Benzyl Amino Purin (BAP)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

31

Kultur Meristem Mahkota Nanas (

Ananas comosus

(L.) Merr) dengan

Penambahan EkstrakTauge dan Benzyl Amino Purin (BAP)

Patrisia Rupina

1

, Mukarlina

1

, Riza Linda

1

1

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura, Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

.

Email korespondensi: patrisiarupina@gmail.com

Abstract

The pineapple (Ananas comosus (L.) Merr) is one of the horticultural commodities with high economic and nutritional values. An alternative of the pineapple propagation is through in-vitro meristem culture. This research aimed to find out the effect of adding the bean sprout extract and Benzyl Amino Purine (BAP) on the growth of buds in the culture of crown tip meristem of pineapple as well as to find out the concentration of the bean sprout extract and BAP wich could produce the best growth in the culture of crown tip meristem of pineapple. This research was conducted for five months from January to May 2015. The research used a completely randomized design (CRD) with a factorial pattern which consisted of two factors, i.e. bean sprout extract (A) with a concertration of 0%(A0), 5%(A1), 10%(A2) and BAP (B) with a concentration of 0 M (B0),

10-5 M (B

1), 10-6 M (B2) each factor was combined and each combination was repeated three times. The

research findings showed that the treatment A0B1 had a significant effect on the number of buds and leaves.

The average of buds produced was 5,44 and the average number of leaves was 25,78.

Keywords: Meristem culture, Ananas comosus, bean sprout extract, BAP

PENDAHULUAN

Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang memiliki nilai ekonomis serta nilai gizi yang tinggi. Budidaya nanas di Kalimantan Barat masih dilakukan secara konvensional sehingga belum mampu menyediakan bibit yang cukup dan seragam. Alternatif perbanyakan nanas yang dapat dilakukan yaitu melalui kultur meristem secara in vitro.

Kultur meristem adalah kultur jaringan tanaman menggunakan eksplan dari jaringan meristem (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Tunas apikal mahkota nanas merupakan salah satu jaringan meristem yang dapat digunakan sebagai eksplan untuk kultur jaringan. Menurut Krauss (1949) dalam Nakanose dan Paull (1998) pada setiap buku batang dan mahkota nanas terdapat tunas-tunas dorman yang akan tumbuh membentuk tunas buah (slip) dan tunas batang (sucker).

Keberhasilan kultur meristem mahkota nanas sangat tergantung pada keseimbangan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan pada media kultur.Zat pengatur tumbuh auksin dapat bersumber dari bahan organik seperti ekstrak tauge (kecambah

kacang hijau), sedangkan untuk sitokinin dapat menggunakan sitokinin sintetik yaitu Benzil Amino Purin (BAP) (Wattimena, 1998).

Ekstrak tauge dapat digunakan sebagai media kultur jaringan karena mengandung berbagai hara, vitamin, karbohidrat dan zat pengatur tumbuh yaitu auksin. Menurut Widiastoety dan Nurmalinda (2010), tauge mengandung zat pengatur tumbuh auksin yang berfungsi sebagai stimulan dalam memperlancar proses metabolisme sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil penelitian Corina et al. (2014) pada kultur biji jeruk siam (Citrus nobilis) menggunakan konsentrasi ekstrak tauge 5%, 10% dan 15% berpengaruh nyata terhadap jumlah planlet.Hasil penelitian Khan et al. (2004) konsentrasi BAP0,50 mg/L+NAA 0,001 mg/L merupakan perlakuan terbaik dalam memacu pertumbuhan tunas eksplan nanas dengan jumlah tunas yang dihasilkan yaitu 3,85/eksplan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tauge dan BAP terhadap pertumbuhan tunas pada kultur meristem mahkota nanas serta mengetahui konsentrasi ekstrak tauge dan BAP yang dapat menghasilkan pertumbuhan terbaik pada kultur meristem

(2)

32 mahkota nanas.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 5 bulan mulai dari bulan Januari sampai Mei 2015. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahkota nanas, ekstrak tauge (ET), media Murashige Skoog (MS), akuades, Benzil Amino Purin (BAP), natrium hipoklorit (NaClO), NaOH 1N, HCl 1 N, alkohol 70%, tween 20, fungisida, bakterisida dan asam askorbat (C6H8O6).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiriatas 2 faktor perlakuan yaitu ekstrak tauge(A) dengan konsentrasi 0% (A0), 5% (A1), 10% (A2) dan

Benzil Amino Purin (BAP) (B) dengan konsentrasi 0 M (B0), 10-5 M (B1), 10-6 M (B2). Kedua faktor

dikombinasikan sehingga diperoleh 9 kombinasi. Setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 unit percobaan.

Pembuatan Ekstrak Tauge (ET)

Tauge (kecambah kacang hijau) yang digunakan adalah tauge yang berumur 2 sampai 3 hari. Tauge sebanyak 500g diblender tanpa air, kemudian disaring untuk memisahkan ampas dari ekstraknya sehingga diperoleh ekstrak tauge dengan konsentrasi 100% (Corina et al., 2014).

Sterilisasi Bahan

Daun mahkota nanas dibuang sampai diperoleh bagian meristem apikal dari mahkota nanas. Eksplan kemudian dicuci, lalu direndam dengan detergen selama 30 menit di bawah air mengalir, selanjutnya eksplan direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 1 jam sambil dishaker. Proses sterilisasi selanjutnya dilakukan di dalam LAFC. Eksplan dibilas dengan akuades steril lalu dimasukan dalam larutan NaClO 15% yang telah ditambahkan 2 tetes tween 20 dandirendam selama 15 menit. Eksplan kemudian dibilas dengan akuades steril 1 kali dan dilanjutkan dengan merendam eksplan dalam larutan NaClO

10% yg telah ditambahkan 2 tetes tween 20 selama 10 menit, kemudian eksplan dibilas dengan akuades steril sebanyak 3 kali (Khan et al., 2004).

Penanaman Eksplan

Penanaman eksplan dilakukan di dalam LAFC. Eksplan yang telah disterilisasi diletakkan pada cawan petri yang telah dialasi dengan kertas saring steril. Eksplan dipotong menggunakan skalpel dengan ukuran sekitar 2 cm, kemudian eksplan ditanam ke dalam botol kultur yang telah berisi media, setiap botol kultur berisi 2 eksplan. Eksplan dipelihara di dalam botol kultur selama 12 minggu.

Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan pada kultur meristem mahkota nanas yaitu waktu muncul tunas (hari), Jumlah tunas (tunas), Jumlah daun (helai).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis varian (Anava) dua jalur dengan program SPSS 17 dan jika terdapat perbedaan nyata akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan pada taraf 5% (Pramesti, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Waktu Muncul Tunas

Hasil analisis statistik untuk parameter waktu muncul tunas pada kultur meristem mahkota nanas menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak tauge (F8,18

=0,558, p = 0,582; Anava) dan perlakuan BAP (F8,18 =1,418, p = 0,268; Anava) serta perlakuan

interaksi ekstrak tauge dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas eksplan nanas (F8,18 =0,917, p = 0,475; Anava). Munculnya tunas

pada kultur meristem mahkota nanas ditandai dengan adanya penonjolan pada eksplan yang kemudian tumbuh membentuk tunas (Gambar 1).

Gambar 1. Awal muncul tunas (a) Bakal tunas, (b) tunas eksplan tunas.

b a

(3)

33 Jumlah Tunas

Hasil analisis statistik untuk parameter jumlah tunas pada kultur meristem mahkota nanas menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak tauge dan perlakuan interaksi ekstrak tauge dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas eksplan nanas, sedangkan perlakuan BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas eksplan nanas (F8,18=4,117, p = 0,034; Anava). Rerata jumlah

tunas eksplan nanas perlakuan A0B0 tidak berbeda

nyata dengan perlakuan A0B2 tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan A0B1. Rerata jumlah tunas

eksplan nanas tertinggi yaitu pada perlakuan A0B1

dengan rerata jumlah tunas yang dihasilkan yaitu sebanyak 5,44 tunas (Tabel 1).

Tabel 1. Rerata Jumlah Tunas Eksplan Mahkota Nanas

(A. comosus).

Perlakuan BAP (B) Jumlah Tunas (Tunas)

A0B0 (0% ET, 0 M BAP) 3,44 a

A0B1 (0% ET, 10-5 M BAP) 5,44 b

A0B2 (0% ET, 10-6 M BAP) 4,67ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%

Jumlah Daun

Hasil analisis statistik untuk parameter jumlah daun pada kultur meristem mahkota nanas menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak tauge dan perlakuan interaksi ekstrak tauge dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun eksplan nanas, sedangkan perlakuan BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah daun eksplan nanas (F8,18 =

3,627, p = 0,047; Anava). Perlakuan A0B0 tidak

berbeda nyata dengan perlakuan A0B2 tetapi

berbeda nyata dengan A0B1. Rerata jumlah daun

terbanyak pada kultur meristem mahkota nanas diperoleh dari perlakuan A0B1 dengan jumlah daun

yang dihasilkan yaitu 25,78 helai.

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Eksplan Mahkota Nanas

(A. comosus)

Perlakuan BAP (B) Jumlah Daun (Helai)

A0B0 (0% ET, 0 M BAP) 17,89 a

A0B1 (0% ET, 10-5 M BAP) 25,78 b

A0B2 (0% ET, 10-6 M BAP) 24,33ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%

a b c

Gambar 2. Tunas dan daun pada kultur meristem mahkota nanas. (a) Perlakuan A0B0;(b) Perlakuan A0B1; (c) Perlakuan A0B2. Pembahasan

Perlakuan ekstrak tauge, BAP serta interaksi ekstrak tauge dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap parameter waktu muncul tunas pada kultur meristem mahkota nanas. Munculnya tunas diduga dipacu oleh hormon endogen yang terdapat di dalam jaringan eksplan. Kandungan hormon endogen pada eksplan diduga sudah cukup untuk memacu munculnya tunas. Hal ini dapat dilihat pada kontrol bahwa tanpa penambahan ekstrak tauge dan BAP, kandungan hormon endogen pada eksplan dapat memacu munculnya tunas. Penambahan ekstrak tauge dan BAP belum mencapai titik keseimbangan sehingga tidak memberikan respon terhadap kecepatan munculnya tunas pada kultur meristem mahkota nanas.Menurut Gunawan (1992), keseimbangan zat pengatur tumbuh eksogen dan endogen harus pada titik yang menunjang pembelahan sel. Interaksi dan perimbangan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media kultur dan yang diproduksi oleh sel tanaman secara endogen menentukan kecepatan dan arah perkembangan suatu kultur.

Munculnya tunas pada kultur meristem mahkota nanas diawali dengan adanya penonjolan pada eksplan yang merupakan bakal tunas, bakal tunas yg awalnya berwana putih kemudian tumbuh membentuk tunas dan berubah menjadi berwarna kehijauan (Gambar 1). Hal ini sesuai dengan penelitian Sari et al. (2013) dimana pertumbuhan tunas pada kultur eksplan nanas diawali dengan adanya penonjolan pada eksplan yang kemudian berkembang membentuk tunas.

Jumlah tunas dan jumlah daun pada kultur meristem mahkota nanas dipengaruhi oleh perlakuan BAP secara tunggal (A0B1). Pemberian

BAP secara tunggal merupakan perlakuan yang dapat memacu pertumbuhan tunas maupun jumlah

(4)

34 daun. Rerata jumlah tunas dan jumlah daun

terbanyak diperoleh dari perlakuan A0B1 dengan

jumlah tunas yang dihasilkan yaitu sebanyak 5,44 tunas dan jumlah daun sebanyak 25,78 helai (Tabel 1, Gambar 1b). Penelitian yang dilakukan oleh Zuraida et al. (2011) pemberian 5 mg/l BAP secara tunggal merupakan perlakuan terbaik dalam memacu pertumbuhan tunas eksplan nanas dengan jumlah tunas yang dihasilkan yaitu 6,98 tunas. Menurut Wattimena (1998), BAP merupakan salah satu kelompok sitokinin yang aktif dalam proses pembelahan sel dan memacu pertumbuhan tunas lateral. sitokinin mendorong pembelahan sel dengan cara meningkatkan peralihan dari fase G2

(growth) ke fase M (mitosis). Pierik et al. (1984) menyatakan bahwa sitokinin berperan dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman khususnya dalam menginduksi tunas adventif. Pemberian BAP secara tunggal(A0B1) merupakan

perlakuan terbaik dalam memacu pertumbuhan daun pada kultur meristem mahkota nanas. Perlakuan A0B1 diduga sudah cukup untuk

menginduksi pembelahan sel-sel pada primordia daun sehingga dapat memacu terbentuknya daun. Menurut Indrianto (2002), sitokinin berperan dalam memacu pertumbuhan kuncup lateral, perkembangan daun dan perkembangan kloroplas. Pembentukan daun tidak hanya dipengaruhi oleh hormon sitokinin tetapi juga dipengaruhi oleh kandungan hormon auksin endogen yang ada dalam jaringan tanaman.

Zat pengatur tumbuh auksin yang terkandung di dalam eksplan pada kultur meristem mahkota nanas diduga sudah cukup untuk proses pembelahan dan pemanjangan sel sehingga dapat memacu pertumbuhan daun eksplan nanas. Indrianto (2002) menyatakan bahwa sitokinin hanya aktif jika ada auksin, pemberian sitokinin bersama auksin pada media kultur dapat memacu pembelahan sel dan morfogenesis.

Auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi perengangan dinding sel. Auksin menstimulasi pemompaan proton membran plasma di daerah pemanjangan tunas. Pemompaan proton akan menurunkan pH dinding sel, sehingga pH dinding sel menjadi lebih asam (Salisbury dan Ross, 1995). Pengasaman dinding sel akan mengaktifkan enzim ekspansin yang akan memecahkan ikatan hidrogen antara mikrofibril

selulosa dan melonggarkan serat-serat dinding sel. Longgarnya serat-serat dinding sel menyebabkan dinding sel menjadi lebih plastis sehingga sel lebih mudah mengambil air secara osmosis dan air akan masuk ke dalam vakuola sel, masuknya air ke dalam vakuola sel akan mempengaruhi ukuran vakuola sel sehingga sel bertambah panjang (Campbell et al., 2003).

Pemberian ekstrak tauge tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas maupun jumlah daun. Hal ini diduga karena eksplan yang digunakan adalah bagian meristem pucuk yang merupakan tempat sintesis auksin. Pemberian ekstrak tauge pada media dapat meningkatkan kadar hormon auksin di dalam eksplan. Tingginya kadar auksin di dalam eksplan akan memacu tanaman untuk mensintesis zat pengatur tumbuh lain yaitu etilen. Menurut Campbell et al. (2003), auksin pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pemanjangan sel. Hal ini terjadi karena tingginya kadar auksin akan memacu sintesis etilen. Etilen umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan.

Menurut Gunawan (1992), mekanisme dasar yang mengatur organogenesis adalah perimbangan zat pengatur tumbuh endogen dan zat pengatur tumbuh eksogen. Pemberian zat pengatur tumbuhdalam kosentrasi yang tinggi justru dapat menghambat pembelahan sel dan pertumbuhan tunas. Salisbury & Ross (1995) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh pada konsentrasi tertentu mampu menghambat kerja hormon endogen dan dapat menggangu pertumbuhan dan perkembangan sel. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak tauge dan BAP serta interaksi antara ekstrak tauge dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap waktu munculnya tunas pada kultur meristem mahkota nanas. PerlakuanA0B1merupakan perlakuan terbaik dalam

memacu pertumbuhan tunas dan daun pada kultur meristem mahkota nanas dengan rerata jumlah tunas yang dihasilkan yaitu 5,44 tunas dan jumlah daun sebanyak 25,78 helai.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, NA, Reece, JB & Mitchell, LG, 2003,

Biologi Jilid III, Erlangga, Jakarta

Corina, IP, Mukarlina, Linda, R, 2014, Respon Pertumbuhan Kultur Jeruk Siam (Citrus nobilis var. Microcarpa) dengan Penambahan Ekstrak

(5)

35 Tauge dan Benzilaminopurine (BAP),

Protobiont, vol.3, no. 2,

120-124,http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jprb Gunawan, LW, 1992, Teknik Kultur Jaringan,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Bogor. Hendaryono, DPS & Wijayanti, A, 1994, Teknik Kultur

Jaringan, Kanisius, Yogyakarta

Indrianto, A, 2002, Bahan Ajar Kultur Jaringan

Tumbuhan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Khan, S, Nasib, A & Saeed, BA, 2004, Employment of In Vitro Technology for Large Scale Multiplication of Pineapples (Ananas comosus),

Pak. J. Bot., vol. 36, no. 3, hal. 611-2004.

Nakanose, HY & Paull, RE, 1998, Tropical Fruit, CAB International, London

Pierik, RLM, Steoegmans, HHM, Van Der Mays, JAJ, 1984, Planlet Formation and Callus Tissue of

Anthurium andreanum Lind. Sci, Hort Journal,

vol. 2, hal. 193-198

Pramesti, G, 2011, SPSS 18,0 dalam Rancangan

Percobaan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Salisbury, FB & Ross, CW, 1995, Fisiologi Tumbuhan III edisi ke-4, Penerjemah Lukman, DR & Sumaryono, ITB, Bandung

Sari, RM, Lestari, W, Fatonah, S, 2013, Induksi Tunas

In Vitro dari Tunas Batang (sucker) Tanaman

Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Asal Kampar dengan Penambahan 6-Benzylaminopurine (BAP), Artikel Ilmiah, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bina Widya, Pekanbaru Wattimena, GA, 1998, Zat Pengatur Tumbuh Tanaman, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor

Widiastoety, D & Nurmalinda, 2010, Pengaruh Suplemen Nonsintetik terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek Vanda, Jurnal Hortikultura, vol.20, no.1, hal. 60-66. Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur.

Zuraida, AR, Nurul Shahnadz, AH, Harteeni, A, Roowi, S, Che Radziah, CMZ, Sreeramanan, S, 2011, A Novel Approach for Rapid Micropropagation of Maspine Pineapple (Ananas comosus L.) Shoots Using Liquid Shake Culture System. African

Journal of Biotechnology, vol. 10, no. 19, hal.

Gambar

Gambar  1. Awal muncul tunas (a) Bakal tunas,    (b) tunas eksplan tunas.
Gambar 2.  Tunas  dan  daun  pada  kultur  meristem   mahkota  nanas.  (a)  Perlakuan  A 0 B 0 ;(b)  Perlakuan A 0 B 1 ; (c) Perlakuan A 0 B 2

Referensi

Dokumen terkait

Informasi ketiga profil penyelengga- raan praktikum fisika sekolah tersebut, selanjutnya menjadi masukan untuk melatih calon guru fisika di LPTK; yang terkait dengan

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Pendekatan RME Dan Open Ended .... DAFTAR

Perlakuan perbedaan umur bibit yang akan di sambung bertujuan untuk mengetahui umur berapa yang paling efektif utuk dilakukan penyambungan agar sambungan dapat

penyebab terjadinya kesulitan belajar pada ketiga siswa tersebut adalah motivasi.. belajar yang sangat minim, hal itu disebabkan oleh beberapa hal,

Penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa pertama, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pada perusahaan sektor infrastruktur,

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui peningkatan partisipasi belajar siswa melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) menggunakan media

pihak pelaksana (pelayanan terpadu satu pintu) mendorong masyarakat mengikuti sosialisasi izin mendirikan bangunan sebesar 58%. 5) Kemampuan bekerjasama dari pihak

Akhlak kepada Rasulullah, disamping akhlak kepada Allah SWT, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak