• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

V. GAMBARAN UMUM

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI

5.1 Lokasi

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak di Jl. Mochamad Kahfi II Setu Babakan Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan satu kawasan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan dengan Budaya Betawi meliputi hasil gagasan dan karya baik fisik maupun nonfisik yaitu kesenian, adat istiadat, foklor, kesasteraan, bahasa, tanaman dan bangunan yang bercirikan keBetawian. Selain itu PBB juga dilengkapi dengan dua buah setu alam yakni Setu Babakan, dan Setu Mangga Bolong yang memiliki potensi lingkungan alam dengan panorama yang asri dan indah, dimana disepanjang pinggiran setu tersebut ditanami tanaman yang bercirikan Betawi seperti kecapi, rambutan rapiah, sawo, melinjo, boni, secang, namnam, jamblang, jeruk purut, dan lain-lain.

PBB yang memiliki luas seluruhnya ± 289 ha terletak di empat Rukun Warga (RW). yaitu RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pusat kegiatan Perkampungan Budaya Betawi berada di RW. 08, dimana disana terdapat pusat kegiatan wisata budaya betawi, kantor pengelola Perkampungan Budaya Betawi, museum/galeri mini, wisma, rumah adat, dan tempat penjualan souvenir. Lokasi Perkampungan Budaya Betawi yang berada dipinggiran kota Jakarta, jauh dari kesibukan dan kebisingan kota, serta dengan adanya perpaduan wisata Budaya, wisata agro, dan wisata air menjadikan Kawasan Wisata PBB sebagai objek wisata yang unik dan sangat menarik untuk dikunjungi. Walaupun PBB terletak di pinggiran kota jakarta, jarak PBB tidak jauh dari pusat kota Jakarta yaitu sekitar ± 42,5 km dari Bandara Internasional Seokarno-Hatta sehingga PBB dapat ditempuh ± 45-60 menit dengan menggunakan kendaraan, dan sekitar ± 30-45 menit jika ditempuh dari hotel-hotel berbintang di Jakarta. Untuk lebih jelasnya peta PBB dapat dilihat pada Lampiran 3.

(2)

PBB menjadi objek wisata satu-satunya di DKI Jakarta yang bercirikan Budaya Betawi oleh karena itu PBB menjadi andalan wisata Budaya di DKI Jakarta. PBB memberikan suatu nilai yang baru dalam dunia pariwisata khususnya Provinsi DKI Jakarta yaitu berwisata tidak hanya bergembira, tetapi dapat bernilai untuk pengembangan pengetahuan, pendidikan, dan pelestarian kebudayaan Betawi, yang didukung dengan wisata agro dan wisata air, seperti yang dimaksudkan oleh pak Arie Budiman (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwsata DKI Jakarta). Kawasan Wisata PBB dalam pembangunannya terbagi dalam lima zona wilayah yaitu zona pemukiman, zona seni Budaya, zona wisata air, zona wisata agro, dan zona industri.

1) Zona Permukiman adalah bagian dari Kawasan Pekampungan Budaya Betawi yang menjadi permukiman penduduk, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Rumah berarsitektur Betawi.

b. Luas areal tertutup bangunan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Zona seni Budaya adalah bagian dari Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang dijadikan pusat seni dan Budaya, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Bangunan berarsitektur Betawi.

b. Dilengkapi fasilitas, sarana dan perlengkapan kesenian

c. Pusat/tempat pagelaran, pameran, lomba, pelatihan, dan pendidikan kesenian Betawi.

d. Museum/galeri Budaya Betawi

3) Zona Wisata Agro adalah bagian dari kawasan perkampungan Budaya Betawi yang dapat dilihat/dijumpai kegiatan dan kenyataan tata kehidupan agraris masyarakat Betawi, dengan bercirikan :

a. Pohon dan tanaman khas Jakarta b. Buah dan sayuran khas Jakarta

4) Zona Wisata Air adalah Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong yang terpelihara, bersih, dan indah, dengan bercirikan :

(3)

a. Kehidupan unggas, b. Kehidupan ikan

5) Zona Wisata Industri adalah bagian dan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang menjadi pusat industri Betawi, dengan bercirikan :

a. makanan dan minuman olahan khas Betawi b. Hasil karya kerajinan khas Betawi

c. Cideramata khas Betawi

5.2 Latar Belakang dan Sejarah

Pada Era Tahun 1980an, Pemerintah DKI Jakarta membuat suatu paguyuban atau cagar Budaya yang bernuansa Betawi, yang didirikan di daerah Condet, Jakarta Timur. Namun Pemda DKI mendapat kendala, sebagian besar penduduk condet sudah bukan keturunan Betawi asli dan lebih banyak keturunan asli Arab dan Cina. Maka dari itu, Pemerintah memindahkan cagar Budaya Betawi dan memilih lokasi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan tepatnya di Setu Babakan Kelurahan Serengseng Sawah yang diberi nama “Perkampungan Budaya Betawi”dengan alasan masyarakat sekitar adalah masyarakat yang masih keturunan Betawi dan berBudaya Betawi.

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) ini lebih dikenal dengan sebutan “Perkampungan Setu Babakan”. Hal ini memiliki sejarah tersendiri yaitu pada tahun 1940-an zaman VOC Belanda perkampungan ini dikenal dengan sawahnya yang luas ± 400 ha sehingga dikenal sebagai daerah Serengseng Sawah tetapi saat musim kemarau perkampungan ini selalu kekeringan dikarenakan pengairan hanya bersumber dari satu mata air alami yaitu empang Babakan yang terletak di Kampung Babakan oleh karena itu pemerintah Belanda memperluas pengairan empang Babakan dan menjadikannya sebagai danau/setu untuk menampung air hujan dan mata air babakan untuk mengairi sawah.

Dalam Perkembangannya tahun 1980-1990an Kelurahan Serengseng Sawah mengalami dampak pembangunan yang pesat oleh pemerintahan daerah DKI Jakarta sehingga luas sawahnya jauh berkurang dan terciptanya dua buah setu yaitu setu babakan dan setu mangga bolong. Perkembangan pembangunan Budaya Betawi ini diawali dengan ‘Festival Sehari Setu Babakan’ yang

(4)

dilaksanakan tanggal 13 Desember 1997 oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan, kemudian melalui kebijakan yang berasal dari aspirasi masyarakat kepada pemerintah (bottom up) diwujudkanlah penataan lingkungan Kawasan Wisata PBB berdasarkan SK Gubernur No.92 tahun 2000 sebagai tempat pelestarian seni budaya tradisional Betawi, pengembangan daerah resapan air dan kawasan hijau, serta pemanfaatan wisata budaya, wisata agro, dan wisata air yang dilengkapi dengan dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong dengan luas seluruhnya ± 80 hektar. Selama perkembangannya PBB dikukuhkan keberadaannya dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2005 dengan penambahan luas menjadi ± 289 hektar meliputi kawasan pemukiman milik masyarakat ± 189 hektar, dan sisanya ± 100 hektar adalah milik pemerintah.

5.3 Visi, Misi, dan Tujuan Kawasan Wisata PBB

Kawasan Wisata PBB dalam perkembangannya belum memiliki visi dan misi secara tertulis, namun Kawasan Wisata PBB sudah memiliki tujuan, sasaran dan fungsi secara tertulis yang tercantum dalam Sk.Gubernur No. 92 tahun 2000 dan dikukuhkan dengan Perda No. 3 tahun 2005. Adapun tujuan, sasaran, dan fungsi PBB sebagai berikut :

1. Tujuan Perkampungan Budaya Betawi :

a. Membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi.

b. Menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya.

c. Menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi.

d. Mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan nonfisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi.

2. Sasaran Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut :

a. Tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat khususnya penduduk setempat akan pentingnya lingkungan kehidupan komunitas berbudaya Betawi sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian keberadaan Perkampungan Budaya Betawi.

(5)

b. Terbina dan terlindunginya lingkungan perkampungan yang memiliki sistem nilai, sistem norma dan sistem kegiatan budaya Betawi.

c. Dimanfaatkannya potensi lingkungan baik fisik maupun nonfisik guna kepentingan peningkatan kesejahteraan sosial.

d. Terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Fungsi penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai berikut : a. Sarana pemukiman.

b. Sarana ibadah. c. Sarana informasi. d. Sarna seni budaya.

e. Sarana pendidikan, penelitian, pelestarian dan pengembangan. f. Sarana pariwisata.

5.4 Kondisi Fisik dan Iklim

Secara topografi Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak 26-54 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 2000-2500 mm/tahun, dan memiliki suhu 24-320C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Data Iklim Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Iklim Tahun

2005 2009

Curah hujan 2000 mm/tahun 2163,6 mm/ tahun

Hari Hujan 159 hari 164 hari

Temperatur Minimum 24, 30C (Rata-rata) 26,70C (Rata-rata) Temperatur Maksimum 32, 00C (Rata-rata) 32,90C (Rata-rata)

Sumber : Data Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa PBB merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi dan hari hujan yang banyak sehingga memiliki ketersediaan air yang banyak, dan didukung dengan kemampuan daya tampung salah satu setu yang dimiliki PBB yaitu Setu Babakan memiliki volume

(6)

1.755.000 m3 dan musim hujan mencapai ± 2.425.000 m3. Secara fisik PBB terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yang terdiri dari 4 RW yaitu RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 dan terdiri atas 50 RT, dengan pusat kegiatan wisata di RW 08. Kelurahan Serengseng Sawah seluas 674,70 hektar terdiri dari perumahan, pertanian, setu, pemakaman, fasilitas umum, jalan raya serta irigasi, dengan penggunaan lahan terbesar pada pemukiman dan setu sedangkan lahan terkecil pada irigasi. Penggunaan lahan yang mengalami peningkatan adalah setu yaitu Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, dan Setu Salam UI, hal ini sesuai dengan adanya Perda No. 3 tahun 2005 untuk perluasan PBB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penggunaan Lahan Kelurahan Serengseng Sawah

Peruntukan Lahan Luas (Ha)

2004 2005 2006 2007 2008 Perumahan 501,05 366,10 366,10 366,10 366,10 Industri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Fasilitas Umum 37,00 17,00 17,00 17,00 17,00 Pemakaman 20,00 4,76 4,76 4,76 4,76 Jalan Raya 28,00 28,00 28,00 28,00 28,00 Pertanian 20,00 61,00 61,00 61,00 61,00

Setu Babakan, Mangga Bolong, Salam UI

54,00 196,21 196,21 196,21 196,21

Irigasi 2,05 1,63 1,63 1,63 1,63

Total 662,79 674,70 674,70 674,70 674,70

Sumber : Data Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) memiliki batas fisik sebagai berikut :  Sebelah utara : Jl. Moch. Kahfi II–Jl. H. Pangkat

 Sebelah Timur : Jl. Desa Putra, Jl. Pratama, Jl. Lapangan Merah, dan Jl. Mangga Bolong Timur

 Sebelah Selatan : Batas Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Kota Depok

(7)

5.5 Kondisi Sosial dan Kependudukan

Perkampungan Budaya Betawi ini terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kelurahan yang memiliki 19 RW dengan jumlah penduduk yang terus meningkat yaitu jumlah penduduknya 52.134 jiwa, jumlah kepala keluarga 12.938 KK, dan semua penduduknya berkewarganegaraan Indonesia, sehingga dapat dikatakan penduduk di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang berjumlah 21.108 jiwa dan 5000 KK dari 4 RW secara langsung adalah warga Negara Indonesia, dan tidak ada keturunan asing (Cina, Arab dan lain-lain). Seperti ciri khas Betawi pada umumnya, masyarakat di PBB sebagian besar memeluk agama Islam.

Kawasan Wisata PBB yang terletak di RW 06, RW 07, RW 08, dan RW 09 memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Serengseng Sawah, hal ini dikarenakan adanya daya tarik wisata PBB sejak tahun 2000 sehingga banyaknya masyarakat luar PBB yang pindah ke PBB dengan tujuan untuk berdagang ataupun melakukan kegiatan usaha oleh karena itu sebagian besar mata pencaharian masyarakat PBB adalah karyawan swasta dan pedagang. Dimana pedagang tersebut biasanya membuka warung, industri rumah tangga, rumah makan, dan lain-lain, seperti halnya disebutkan dalam Conference on International Travel and Tourism tahun 1963 bahwa pariwisata seharusnya menimbulkan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.

(8)

Tabel 17. Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian (tahun 2009) Penduduk Kelurahan Serengseng Sawah

Jumlah Penduduk

RW Tahun Mata Pencaharian

(Th 2009) 2006 2007 2008 2009 Pekerjaan Orang 1 3.204 3.339 3.412 3.450 Tani 1.986 2 4.087 4.186 4.218 4.265 Nelayan 0 3 3.781 3.848 3.912 3.956 Buruh 1.692 4 1.443 1.459 1.478 1.495 Pedagang 4.317 5 3.751 3.808 3.879 3.922 Karyawan Swasta 7.826 6 4.105 4.184 4.258 4.306 PNS 1.605 7 4.920 5.019 5.059 5.116 ABRI 2.919 8 5.185 5.279 5.344 5.404 Pensiunan 922 9 6.105 6.185 6.259 6.329 Pertukangan 458 10 862 915 931 941 Pemulung 175 11 1.103 1.105 1.113 1.125 Jasa 458 12 1.158 1.190 1.212 1.226 Pengangguran 284

13 1.589 1.621 1.718 1.737 Ibu Rumah Tangga 13.215

14 1.508 1.565 1.584 1.602 Pelajar 14.479 15 1.817 1.834 1.831 1.852 Balita 2.682 16 2.679 2.559 2.702 2.732 17 906 923 936 946 18 919 938 931 941 19 708 754 778 787 Total 49.830 50.711 51.595 52.134 Jumlah 52.134

Sumber : Kecamatan Jagakarsa (2010)

5.6 Fasilitas

Suatu objek wisata haruslah didukung oleh fasilitas dan sarana prasarana pelengkap pariwisata agar menjadi suatu objek pariwisata yang diminati wisatawan. Oleh karena itu objek pariwisata harus dilengkapi oleh unsur-unsur pariwisata yang terdiri atas fasilitas dan sarana prasarana pendukung seperti tour operator atau guide, angkutan/transportasi, akomodasi penginapan, tempat makan/restoran, travel agent, souvenirshop, atraksi wisata dan tempat yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan seperti tempat menjual dan mencetak film, kamera, kartu pos, dan lain-lain (Pendit 2006).

PBB merupakan tempat pariwisata yang didukung oleh unsur-unsur pariwisata yang cukup lengkap untuk menarik minat wisatawan. Fasilitas dan sarana prasarana di PBB ditumbuhkembangkan dengan konsep budaya Betawi, karena program wisata yang ditawarkan PBB haruslah bernilai edukatif yaitu

(9)

tujuan utamanya adalah pengunjung mendapatkan pengetahuan mengenai ciri khas kebudayaan Betawi dan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat PBB. Fasilitas dan sarana prasarana pendukung kegiatan wisata yang saat ini terdapat di Kawasan Wisata PBB Setu Babakan, yaitu :

a. Wisma penginapan

Kawasan Wisata PBB memiliki 1 wisma Betawi yang memiliki 3 ruangan dan teras yang cukup luas serta dikondisikan baik, wisma terletak diantara panggung dan wisata air Setu Babakan. Saat ini wisma tidak dapat difungsikan secara khusus dan sebagai mana mestinya dikarenakan sangat jarangnya pengunjung yang menginap/bermalam di wisma PBB. Untuk itu, pengelola menyewakan tempat tersebut kepada pengunjung untuk acara yang mereka inginkan, seperti acara keluarga/arisan, perpisahan sekolah, maupun acara rapat untuk pengelola ataupun pengunjung. Wisma ini disewakan pada hari biasa, dengan tarif Rp 150.000,00 / hari, sedangkan untuk hari libur dan Sabtu, Minggu Rp 200.000,00 / hari dan mampu menampung ± 100 orang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota pengelola, untuk harga sewa pada hari Sabtu dan Minggu, lebih besar daripada hari biasa. Hal ini disebabkan karena pada hari Sabtu dan Minggu, kawasan PBB mengadakan acara pagelaran seni Betawi yang ditampilkan di panggung. Sehingga dengan adanya pagelaran seni tersebut, diharapkan pengunjung dapat terhibur dan dapat ikut berinteraksi dengan cara mengikuti latihan kesenian Betawi tanpa harus membayar (gratis) mulai dari menari, bermain musik, berpantun, berlenong, hingga belajar pencak silat Betawi (Beksi) pada pukul 10.00-12.00 WIB. Lain halnya dengan hari biasa, dimana hiburan di panggung tidak nampak atau sepi, hanya ada latihan rutin kesenian Betawi setiap hari Rabu dan Kamis dan pengunjung tidak dapat ikut beriteraksi untuk mengikuti latihannya.

Adapun fasilitas yang terdapat pada wisma Betawi, seperti 3 tempat tidur kecil, 8 kursi lenong, 2 meja marmer, 2 lemari pakaian, 2 meja belajar, dan kursi santai. Dengan rencana awal, pembangunan wisma ini dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan para tamu yang berkunjung dan

(10)

ingin bermalam di PBB Setu Babakan. Namun karena tidak adanya permintaan untuk menggunakan wisma oleh pengunjung sebagai tempat peristirahatan, maka wisma ini difungsikan sebagai balai pertemuan yang disewakan untuk umum.

b. Galeri (museum mini)

Galeri Betawi yang terletak di belakang kantor pengelola, merupakan bangunan yang memiliki ruangan paling besar dan luas yang dikondisikan baik. Bangunan galeri Betawi ini berfungsi sebagai gedung untuk memamerkan hasil industri rumah tangga, prototype alat musik dan pakaian adat. Namun belum banyaknya koleksi seni galeri menyebabkan ruangan ini masih berupa ruangan yang kosong atau aula oleh karena itu ruangan ini digunakan atau disewakan sebagai tempat perkumpulan keluarga atau arisan dan acara-acara tertentu oleh pengunjung. Ruangan yang dapat digunakan yaitu seluruhnya, baik dalam maupun luar ruangan atau teras mampu menampung ± 100-120 orang sehingga pengunjung pun menjadi lebih leluasa dalam melakukan kegiatan.

Dalam penyewaan galeri, tarif yang berlaku pada hari Minggu Rp 200.000,00 sedangkan untuk hari biasa (Senin-Sabtu) Rp 150.000,00. Galeri ini juga dilengkapi halaman dengan hamparan rumputnya yang luas dan taman bersantai di halaman depannya yang sejuk dilengkapi dengan beberapa tanaman bunga yang indah, sehingga pengunjung yang membawa keluarganya dapat menikmati keindahan taman yang tertata dan tumbuh subur.

c. Rumah adat

Seluruh perumahan masyarakat di PBB diharuskan memiliki rumah yang berarsitektur kebudayaan Betawi karena agar tercerminnya edukasi arsitektur bangunan/rumah Betawi kepada para pengunjung. Hal ini juga diatur dalam Perda No. 3 pasal 8 tahun 2005 tentang pembangunan di Kawasan Wisata PBB yang diarahkan untuk menjaga kelestarian budaya Betawi, keserasian bangunan, dan lingkungan yang mencerminkan ciri khas budaya Betawi. Dalam proses pembangunannya rumah masyarakat di PBB

(11)

direnovasi dengan dana Pemda melalui Dinas Pekerjaan Umum yang berkoordinasi dengan pengelola dan RT/RW setempat. Rumah adat Betawi juga disediakan khusus untuk para pengunjung wisata yang berlokasi di kawasan wisata budaya, lebih tepatnya di samping kantor pengelola.

Rumah adat ini biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan rapat pengelola atau disewakan kepada pengunjung untuk mengadakan acara tertentu yang sesuai izin pengelola seperti arisan, perpisahan sekolah, acara foto pernikahan, dan acara pernikahan berkonsep kebudayaan Betawi. Rumah adat ini disewakan dengan tarif pada hari biasa Rp 100.000,00/hari, sedangkan pada hari libur dan Hari Minggu dengan tarif Rp 150.000,00/hari. Menurut hasil wawancara dengan pengelola, harga sewa rumah adat Betawi lebih murah dibandingkan dengan wisma dan galeri dikarenakan bagian rumah yang dapat disewakan hanya bagian luar/teras rumah saja yang berkapasitas ± 50 orang. Rumah adat ini berkondisikan baik, karena selain dipelihara oleh pengelola, bangunan ini pun merupakan tempat tinggal penduduk yang direnovasi oleh Pemda DKI Jakarta sebagai rumah adat. Selain itu, pemerintah pun menambah dan membuat fasilitas yang merupakan ciri khas dari budaya Betawi, seperti bale-bale dan kursi lenong yang merupakan tempat beristirahat sejenak dan biasanya digunakan oleh para tamu untuk melepas lelah dengan menikmati keindahan dan kenyamanan kawasan Setu Babakan.

d. Teater terbuka/panggung kesenian

Teater terbuka adalah sebuah panggung kesenian yang berlokasi di zona seni dan budaya PBB dan biasa digunakan untuk menampilkan suatu atraksi budaya Betawi. Atraksi yang biasa ditampilkan antara lain seni tari, seni musik, dan seni drama. Panggung teater terbuka ini memiliki luas 60 m2 dengan beberapa komponen yang terdapat di dalam panggung , seperti 4 buah microphone, 1 tape recorder, 2 speaker, 2 lemari kaca hias, 2 buah toilet, 1 audio mix, dan 8 buah kursi. Panggung teater terbuka memiliki peranan yang besar dalam kegiatan seni budaya baik musik, tari maupun teater serta biasa digunakan juga sebagai acara pertemuan atau perpisahan sekolah. Dalam hal

(12)

kegiatan kesenian, masyarakat sekitar yang mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan kesenian Betawi, biasanya melakukan latihan rutin setiap hari Rabu dan Kamis di panggung teater ini. Selain itu panggung ini juga digunakan untuk pagelaran kesenian rutin pada hari Sabtu dan Minggu. Bagi wisatawan, dengan tersedianya panggung ini, dapat memberikan hiburan dan kesenangan tersendiri dan memberikan pengetahuan kebudayaan Betawi dari atraksi kesenian yang ditampilkan.

e. Kantor Pengelola

Kantor pengelola yang terletak di zona seni budaya merupakan bangunan untuk para pengurus Lembaga Perkampungan Budaya Betawi melaksanakan tugas, fungsi, dan kegiatan pengelolaan PBB sehari-harinya. Fungsi utama dari kantor pengelola yaitu sebagai tempat pengelolaan PBB, ruang rapat para Komite PBB dan pusat informasi serta pelayanan umum bagi para wisatawan, peneliti, mahasiswa, dan pelajar untuk melakukan wawancara, kegiatan admisnistrasi, dan penelitian. Dalam menjalankan fungsi utamanya pengelola bekerjasama dengan Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PBB) dan Badan Musyawarah (Bamus) Betawi untuk menjaga keamanan dan melakukan kegiatan rutinnya sehari-hari di Kawasan Wisata PBB, baik kegiatan kesenian, atau adanya kegiatan tertentu seperti Pekan Desember dan Pagelaran Nuansa Islami ataupun adanya kegiatan insidental yang dapat meningkatkan jumlah pengunjung wisata.

Fungsi lain dari kantor pengelola adalah sebagai taman bacaan/ perpustakaan mini yang berkoleksikan buku-buku bercirikan budaya Betawi dan sebagai tempat penjualan souvenir Betawi yang menjual beberapa barang hasil karya kerajinan masyarakat PBB, seperti baju, makanan, minuman, hiasan dinding, jam, gantungan kunci, dan lain-lain. Dengan adanya kantor pengelola, pengunjung yang datang atau ingin mengetahui lebih lanjut tentang kawasan PBB, dapat bertanya atau wawancara kepada pihak pengelola. Biasanya pengeunjung yang datang ke kantor pengelola memiliki tujuan, seperti : menyewa tempat, wawancara penelitian, membaca buku, dan

(13)

membeli aksesoris yang berada di kantor pengelola. Dalam keadaan tertentu kantor pengelola juga dapat disewakan kepada pengunjung dengan tarif yang belum ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan pihak pengelola, tetapi bagian yang dapat disewakan hanyalah ruang tengah dan teras depan serta halaman kantor. Kantor pengelola yang berkondisikan baik dan cukup aman ini dilengkapi dengan bebrapa komponen, seperti 8 kursi lenong, 2 meja besar, 3 lemari besar, 2 kursi tunggu,1 meja baca, 3 show case, 8 meja kantor, 11 kursi kantor, 2 set komputer, 1 buah mesin faks, toilet, dan dapur.

f. Tempat peribadatan

Dengan adanya kebutuhan dari pengunjung, maka pemerintah DKI membangun sebuah masjid yang berjarak ± 1 km yang terletak di RW 07 dalam PBB, dan masjid ini merupakan sarana pendukung dari PBB. Masjid Raya Baitul Makmur ini, merupakan tempat beribadah yang cukup luas yaitu sekitar ± 1900 m2 dengan daya tampung ± 1000 orang. Masyarakat memandang bangunan masjid ini sebagai bangunan yang menarik, dimana masjid ini menampilkan ciri khas dari budaya Betawi itu sendiri, contohnya seperti lisplang yang berbentuk runcing-runcing atau disebut dengan belalang. Selain Masjid Raya Baitul Makmur, PBB masih terdapat dua tempat peribadatan lainnya yaitu Masjid At-Taubah dan mushola Al-Falaah. Masjid At-Taubah yang terletak di RW 08 ± 200 m dari zona seni budaya PBB memiliki ciri arsitektur yang sama dengan Masjid Raya Baitul Makmur yaitu bercirikan ciri khas budaya Betawi.

Pengunjung wisata juga dimudahkan dengan keberadaan mushola Al-Falaah yang terletak di pusat kegiatan wisata yaitu zona seni budaya sehingga pengunjung tidak perlu berjalan jauh untuk ke tempat peribadatan. Untuk saat ini pengelola hanya membangun masjid dan mushola, tetapi tidak tempat ibadah untuk agama lain. Hal ini disebabkan, mayoritas penduduk kawasan PBB menganut agama Islam.

g. Toilet/Wc umum

Kawasan Wisata PBB Setu Babakan, memiliki 1 buah toilet yang terpisah antara pria dan wanita yang terletak di zona wisata seni budaya

(14)

berdekatan dengan mushola dan dikondisikan dengan baik dan terawat (menurut para pengunjung wisata).

h. Warung-warung Betawi

Hal yang mendukung suatu kawasan wisata yaitu dengan adanya tempat makan, souvenir shop, dan tempat berbelanja bagi wisatawan. Kawasan PBB Setu Babakan, memiliki warung-warung Betawi ± 80-90 warung yang difungsikan sebagai tempat makan, penjualan souvenir, dan tempat berbelanja. Warung Betawi ini menjual makanan dan minuman Betawi seperti, kue irian, rengginang, soto Betawi, gado-gado, sayur asem, bir pletok, dan lain-lain. Dalam hal ini banyak warung - warung dengan jumlah ± 50-60 kedai yang berdiri secara illegal dan tidak menjual makanan dan minuman serta souvenir Betawi. Warung-warung ilegal ini juga tidak tertata dengan rapi dan tidak terkoordinir sehingga membuat kawasan PBB terkesan kumuh dan tidak tertata dengan baik. Selain itu juga dengan banyaknya pedagang keliling yang berjualan di pinggir Setu Babakan membuat wisatawan yang sedang berjalan-jalan merasa kurang nyaman, sehingga perlu adanya perbaikan, penataan, pengkoordinasian pedagang-pedagang di PBB sesuai dengan perda No.3 tahun 2005 yaitu kawasan PBB sebagai kawasan yang ditumbuhkembangkan dengan bercirikan khas Budaya Betawi.

5.7 Potensi Wisata

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) merupakan pilihan utama para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, karena memiliki beragam potensi dan daya tarik yang luar biasa. Selain itu para wisatawan juga dapat menikmati tiga objek wisata sekaligus di PBB yakni : wisata budaya Betawi, wisata Air, dan wisata agro. Untuk memasuki zona wisata para wisatawan tidak dikenakan biaya masuk per orang (gratis), tetapi jikalau wisatawan menggunakan kendaraan maka dikenakan biaya parkir, hanya sebesar Rp. 2.000 untuk motor dan Rp. 3.000,00 untuk mobil, dan tiket masuk ini hanya dikenakan pada hari Sabtu-Minggu dan hari Libur. Ketiga potensi objek wisata ini sangat berperan pula dalam pengambangan kawasan wisata PBB, berikut potensi obyek wisata yang terdapat di kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB), antara lain :

(15)

5.7.1. Wisata Budaya

Dilihat dari segi arsitektur bangunan khas Betawi, Kawasan Wisata PBB memiliki kekhasan yang dapat menarik perhatian minat wisatawan. sebagai contoh, PBB memilki nuansa kampung Betawi yang kental, salah satunya rumah masyarakat yang berarsitektur atau bernuansakan Betawi. Rumah yang berornamen Betawi ini, biasanya dikenal dengan gigi belalang. Menurut sejarah orang – orang Betawi tempo dulu, mempercayai mitos pada serangga yaitu belalang. Hal ini disebabkan, karena belalang mempunyai sifat peka terhadap tempat tinggal dan memiliki gigi yang sangat kuat. Untuk itu, ciri dari bangunan rumah Betawi adalah gigi belalang. Nilai arsitektur gigi belalang diterapkan pada bangunan-bangunan di PBB, seperti pada masjid, mushola, warung, rumah masyarakat, panggung kesenian, kantor pengelola, wisma, galeri/museum mini PBB, dan bangunan pintu masuk gerbang Bang Pitung PBB. Pintu masuk gerbang Bang Pitung, merupakan pintu masuk menuju kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang berkondisikan baik. Dinamakan gerbang Bang Pitung, karena Bang Pitung merupakan salah satu contoh pahlawan yang biasa lebih dikenal oleh wisatawan.

Dari segi arsitektur bangunan khas Betawi, terdapat sedikit perbedaan pada arsitektur Betawi tempo dulu dan sekarang. Pada Betawi tempo dulu, bagian lantai masih terbuat dari kayu atau bambu dan berbentuk rumah panggng serta menggunakan papan berlapiskan anyaman kulit bambu yang berfungsi sebagai alas rumahnya. Selanjutnya pada bagian dindingnya, menggunakan bambu yang berfungsi sebagai pengisi dinding. Lain halnya dengan bangunan Betawi zaman sekarang, pada bagian lantai sudah menggunakan semen, serta dindingnya terbuat dari tembok.

Persamaan bangunan Betawi tempo dulu dan sekarang dapat dilihat dari teras rumahnya dimana bagian lisplang masih berarsitektur gigi belalang, dan rumah Betawi ciri khasnya memiliki teras atau serambi depan yang sangat luas. Dengan adanya serambi depan yang terbuka, dan luas serta hanya dibatasi dengan halaman depan, hal ini mencirikan bahwa orang Betawi dalam menerima tamu

(16)

tidak pilih – pilih serta merupakan sifat keterbukaan dari masyarakat Betawi terhadap orang lain dan sekitarnya.

Hal yang menarik lainnya, yaitu pada atraksi wisata seni Budaya. Dengan adanya atraksi wisata tersebut, masyarakat khususnya orang Betawi dari berbagai daerah di Jakarta dapat ikut serta menampilkan kegiatan atau kesenian Betawi. Sehingga dapat dikatakan, bahwa atraksi wisata Budaya, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas sehingga layak tampil, layak tonton, dan layak jual. Atraksi wisata Budaya di PBB mulai aktif dari tahun 2001 sejak tanggal 20 Januari 2001, dimana diresmikannya PBB oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Selama perkembangannya atraksi seni Budaya sangat berkembang pesat, hal ini dikarenakan adanya dukungan Pemerintah daerah, masyarakat PBB dan masyarakat Betawi di seluruh wilayah Jakarta untuk mengadakan pagelaran seni Budaya Betawi di PBB.

Pagelaran seni budaya Betawi di PBB terlaksana dengan adanya kerjasama antara lembaga pengelola dengan Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan beberapa organisasi/sanggar seni budaya Betawi di Jakarta. Pagelaran seni budaya Betawi dilaksanakan di panggung pagelaran PBB di zona seni budaya yang biasanya ditampilkan setiap akhir pekan, Hari Sabtu dan Minggu dari pukul 10.00-16.30 WIB yang biasanya mempertunjukan kesenian Betawi, seperti topeng Betawi, Lenong, Jipeng, Gambang Keromong, dan lain-lain. Adapun, atraksi wisata budaya yang dapat dinikmati secara langsung, antara lain :

a. Pagelaran Seni Tari

Pagelaran Seni Tari Betawi ini biasanya, ditampilkan setiap hari Sabtu dan Minggu mulai dari pukul 13.30- 16.00 WIB. Selain pagelaran seni tari Betawi, ada juga latihan seni Budaya Betawi bersama-sama dengan pengunjung wisata yang diadakan setiap hari Minggu pukul 10.00-12.00 WIB, dimana pengunjung dapat ikut berinteraksi dalam mempelajari seni Budaya Betawi tanpa harus dipungut bayaran sedikitpun (gratis). Selain itu latihan rutin kesenian Betawi ini diadakan setiap hari Rabu dan Kamis pukul !4.30-16.00 WIB. Adapun jenis tari-tarian yang terdapat di PBB, seperti Tari

(17)

Sim – Sim, yang merupakan tarian yang diambil dari gerak dan permainan anak – anak dari daerah Betawi. Selain itu terdapat pula tari Ondel – Ondel, yang diiringi dengan lagu Ondel–Ondel dan biasanya tarian ini diperagakan oleh anak–anak TK dan SD.

b. Pagelaran Seni Musik

Selain terdapat pagelaran seni tari Betawi, biasanya tarian tersebut diiringi pula dengan musik khas Betawi. Musik yang biasanya dimainkan yaitu Gambus dan Gambang Kromong. Musik Gambus ini beraliran timur tengah dan lagu-lagunya biasanya bernuansa Arab. Biasanya musik gambus hanya ditampilkan 2 atau 3 minggu sekali pada akhir pekan. Selain itu, salah satu musik khas Betawi, yaitu Gambang Kromong selalu muncul baik pada hari-hari perayaan maupun acara pagelaran seni.

c. Pagelaran Seni Teater atau Drama

Atraksi lainnya yang dapat ditampilkan, yaitu seni drama/teater Betawi. Seni drama ini biasa ditampilkan setiap akhir pekan maupun perayaan hari besar seperti HUT DKI Jakarta. Biasanya, seni drama ini ditampilkan atau dimainkan pula oleh masyarakat PBB pada waktu malam hari yang tujuannya untuk menghibur masyarakat PBB dan sekitar PBB. Seni drama Betawi di PBB terkadang menampilkan tokoh-tokoh Betawi, untuk menarik minat jumlah pengunjung wisata dan untuk menghibur para wisatawan. Adapun seni drama yang ditampilkan di PBB, seperti Wayang Wong Betawi yang biasa dijumpai pada acara-acara perkawinan dan sunatan yang dimainkan oleh 8-10 orang. Selain itu ada juga drama khas Betawi yaitu Lenong Betawi yang bercerita tentang banyak hal contohnya seperti cerita Si Pitung dan Bang Jampang, yang menceritakan tentang kepahlawanan mayarakat Betawi dan mempunyai misi agar masyarakat Betawi dapat mencontoh keberanian para pahlawannya untuk bersifat sederhana dan berani membela kebenaran. Seni drama lenong Betawi biasanya dimainkan oleh 10-12 orang, yang didiringi dengan Tari Lenong, musik tanjidor, terompet, dan gendang.

(18)

5.7.2 Wisata Air

Kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yang bercirikan wisata seni Budaya, memiliki panorama alam yang indah dan sejuk. Hal ini karena didukung dengan adanya objek wisata air. Wisata air di PBB ini dibina oleh Dinas Perikanan, dan Kelautan, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tapi dalam pengelolaannya sepenuhnya diberikan kepada Lembaga Pengelola untuk mengembangkannya. Obyek wisata air yang terdapat di kawasan PBB, yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Kawasan wisata Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, memiliki perbedaan. Adapun perbedaan yang dimiliki oleh kawasan wisata air Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, Antara lain :

a. Wisata Air Setu Babakan

Wisata Air Setu Babakan memiliki panorama alam yang indah, sejuk, dan asri, dengan ditumbuhi banyak pepohonan yang menjulang tinggi dan rindang. Sehingga para wisatawan dapat berteduh dibawah pepohonan sambil melihat pemandangan setu serta aktivitas masyarakat PBB yang mencari ikan di setu dengan menggunakan jala dan getek. Setu Babakan pada awalnya memiliki luas ± 40 ha dan digunakan sebagai usaha keramba jaring apung oleh masyarakat sekitar PBB. Namun sejak dikeluarkannya Sk.Gub No.92 tahun 2000 keramba jaring apung mulai dilarang keberadaanya, dikarenakan terkesan kotor dan kumuh sehingga mengotori danau Setu Babakan, serta adanya perbedaan tujuan pengembangan dari pihak Dinas Perikanan dan Kelautan dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Edie (Kabid. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta) Setu Babakan kini mengalami perluasan menjadi ± 50 ha yang bisa menjadikan Setu babakan sebagai Setu terluas di Jakarta yang mampu menampung air sekitar 3.000.000-3.500.000 m3 air, dan tanggung jawab perluasan dan pengerukan setu dibebankan kepada Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Lembaga Pengelola berdasarkan kebijakan top down dari pemerintah daerah. Dengan adanya perluasan pada Setu Babakan, maka diharapkan wisatawan dapat melakukan banyak aktivitas baik wisata, olahraga, ataupun hanya untuk

(19)

melepas lelah dan menikmati panorama setu. Setu Babakan ini, paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, karena selain memiliki panorama alam yang indah, wisatawan juga dapat melakukan aktivitas rekreasi. Saat ini kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan wisatawan, antara lain sepeda bebek air, memancing, dan bahkan ada beberapa mahasiswa, masyarakat, ataupun Tentara Nasional Indonesia yang melakukan kegiatan olahraga di Setu Babakan atau di sekitar Setu Babakan, seperti kano, dayung, berenang, arung jeram, bulu tangkis, bersepeda, lari pagi, flying fox, dan lain-lain.

Untuk rekreasi dengan menggunakan sepeda bebek air, wisatawan cukup membayar dengan tarif yang telah disesuaikan yaitu sebesar Rp 5.000,00/orang. Dengan menggunakan sepeda bebek air, wisatawan dapat mengelilingi kawasan wisata air Setu Babakan dan tentunya dengan batas-batas yang sudah ditentukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan para wisatawan. Wisata bebek air ini ada sejak awal tahun 2007 atas bantuan hibah dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, untuk sementara pengelolaan wisata bebek air dilakukan oleh koperasi Pasir Mukti pimpinan bang Elie di PBB, hal ini dikarenakan dalam pengelolaan wisata bebek air, pihak pengelolanya harus memiliki badan hukum, dan Lembaga Pengelola sebagai organisasi pengelola PBB belum memiliki badan hukum oleh karena itu dikelola kepada koperasi Pasir mukti.

b. Wisata Air Setu Mangga Bolong

Wisata Air Setu Mangga Bolong memiliki luas ± 17 ha, dan berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Edie (Kabid. Sarana dan Prasarana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta) dan Pak Syarifudin (Dinas Pekerjaan Umum) wisata Setu Mangga Bolong akan mengalami perluasan menjadi ± 20 ha. Kawasan Setu Mangga Bolong jarang ditumbuhi pepohonan sehingga menimbulkan suasana yang cukup panas. Selain itu belum adanya pengelolaan yang fokus terhadap pengembangan Setu Mangga Bolong menjadi kawasan ini terbengkalai dan terkesan kurang terawat. Hal ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menjadikan Setu Mangga

(20)

Bolong sebagai areal peternakan perikanan, keramba jaring apung, atau pun memancing.

Kawasan Setu Mangga Bolong merupakan kawasan yang paling jarang dikunjungi oleh wisatawan, dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari zona wisata seni Budaya PBB yatiu sekitar ± 1 km, namun ada beberapa masyarakat sekitar PBB yang berekreasi kesana. Hal ini disebabkan, karena rumah mereka yang sangat berdekatan dengan lokasi Setu Mangga Bolong, sehingga masyarakat melakukan rekreasi wisata. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan, yaitu memancing yang merupakan suatu kegemaran atau hobi saja, dan olahraga lain seperti bulu tangkis, bersepeda, atau pun flying fox yang dilakukan oleh para mahasiswa MAPALA UI.

5.7.3 Wisata Agro

Zona Wisata Agro yang memiliki luas ± 600 m2, merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata, yang memanfaatkan usaha-usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Adapun tujuan disediakannya wisata agro ini, yaitu untuk memperkenalkan tanaman/buah-buahan yang bercirikan khas Betawi kepada para pengunjung wisata. Selain itu tujuan lain dari wisata agro ini adalah untuk rekreasi wisata, keperluan ilmu pengetahuan/penelitian, dan dapat memberikan peluang usaha dibidang pertanian pada masyarakat PBB. Biasanya zona wisata agro dikunjungi oleh mahasiswa dan pelajar yang ingin melakukan penelitian atau pengamatan, bahkan wisatawan asing dan nusantara pun ingin mengetahui tumbuhan yang dimiliki oleh kawasan PBB sebagai ciri khas Betawi. Zona wisata Agro di PBB sepenuhnya dikelola oleh Lembaga Pengelola PBB dan dibina melalui Dinas Periwisata dan Kebudayaan DKI.

Daya tarik dan keunikan yang terdapat pada wisata agro di PBB yaitu bahwa lokasi wisata agro yang tidak hanya berada dilokasi zona wisata agro, tetapi juga berada dihalaman/pelataran rumah-rumah penduduk PBB dan disekeliling Setu Babakan yang ditumbuhi dengan berbagai macam tanaman obat dan buah-buahan yang bercirikan Khas Betawi. Dengan demikian, bila

(21)

musim buah datang, maka pengunjung wisata dapat mengunjungi rumah-rumah penduduk untuk mencoba memetik buah dari pelataran rumah-rumah penduduk, ataupun wisatawan dapat juga memetiknya di areal zona wisata agro dan di sekeliling Setu Babakan. Pada awalnya tahun 2003 sebelum terbentuknya Lembaga Pengelola, perkembangan wisata agro ini dilakukan atas kerjasama Sudin Kebudayaan Jakarta Selatan Selaku pengelola sementara PBB yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI serta Pemerintah daerah Jakarta Selatan melalui program wajib tanam tanaman obat dan buah bercirikan khas Betawi kepada masyarakat PBB, dan untuk bibit tanamannya dibagikan secara gratis melalui kantor pengelola, oleh karena itu wisata agro juga terdapat di rumah-rumah penduduk. Adapun beberapa tanaman obat/ buah yang berada di PBB, sebagai berikut :

1) Belimbing

Tanaman belimbing yang cukup banyak ditemui rumah-rumah masyarakat di PBB,yaitu belimbing besi, belimbing pasar minggu, dan belimbing Dewi. Dari ketiga belmbing tersebut, belimbing Dewi yang paling dicari-cari oleh pengunjung, karena belimbing ini burbuah 3-4 kali setahun, dan pengunjung pun dapat membelinya dalam jumlah banyak dengan membayar kepada pemilik rumah sesuai dengan kesepakatan, karena belum adanya harga baku yang ditetapkan pengelola ataupun pemilik rumah. Tanaman belimbing ini memiliki keistimewaan yaitu berbuah tidak mengenal musim, selain itu belimbing juga banyak mengandung vitamin C yang juga bermanfaat untuk menurunkan darah tinggi. Maka selain untuk menarik minat wisatawan belimbing juga menjadi tanaman yang dapat bermanfaat untuk masyarakat PBB baik untuk obat, bumbu dapur, melepas dahaga ataupun meningkatkan penghasilan masyarakat.

2) Rambutan

Pada musim rambutan, hampir seluruh halaman rumah dan kebun masyarakat PBB dihiasi warna hijau, kuning, dan merahnya buah rambutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat PBB, musim rambutan biasanya terjadi antara bulan September hingga bulan Januari atau tergantung

(22)

dari suhu dan cuaca. Pohon rambutan yang banyak ditemui di PBB adalah rambutan Cilebak dan rambutan Rapiah atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Betawi dengan sebutan rambutan Cipelat.

Para pengunjung pun dapat juga membeli rambutan Cipelat dengan membayar seiklasnya kepada pemilik rumah sesuai dengan kemampuan pengunjung, karena belum ada harga baku yang ditetapkan oleh Lembaga Pengelola ataupun pemilik rumah. Biasanya pengunjung paling banyak ditemui mengunjungi wisata agro saat terjadinya musim rambutan, hal ini juga dikarenakan adanya Pekan Desember, dimana adanya ‘Festival Sehari Setu Babakan’ yang dilaksanakan setiap tanggal 13 Desember untuk mengenang tanggal 13 Desember 1997, pertama kalinya Setu Babakan dikenal dan didukung oleh masyarakat sebagai Perkampungan Setu Babakan yang bercirikan kebudayaan Betawi.

3) Tanaman lainnya

Bibit tanaman buah, tanaman obat, dan tanaman hias/bunga yang langka juga menjadi objek yang tidak kalah menariknya, seperti : Buah Boni, Jambu Bol, Dukuh Condet, Menteng, Mengkudu, Kweni, Sawo Duren, Durian Sitokong, Sirih Merah, Kumis Kucing, Jamblang, dan Durian Cipaku.

Disamping wisata Budaya, wisata air, dan wisata agro, Lembaga Pengelola juga mengadakan beberapa kegiatan menarik untuk meningkatkan daya tarik wisata dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat PBB, diantaranya Pasar malam Betawi yang dilaksanakan setiap hari kamis malam Jum’at mulai Pukul 19.00-22.00 WIB di areal pintu gerbang Bang Pitung hingga wisata air Setu Babakan ± sepanjang 1 km. Pasar malam Betawi ini menjual berbagai jajanan, makanan, minuman, pakaian, pernak-pernik souvenir Betawi, dan juga barang-barang dagangan lainnya baik yang bercirikan Betawi atau pun hasil karya sendiri. Pedagang yang berdagang di Pasar malam Betawi ini ada yang berasal dari masyarakat PBB atau pun sekitar PBB.

(23)

5.8. Tenaga Kerja

Tenaga kerja di PBB terdiri atas 10 orang Costumer service, 4 orang Satpam, 2 orang Staf administrasi, dan 12 orang anggota Komite Lembaga Pengelola PBB. Semua tenaga kerja di PBB adalah tenaga kerja kontrak atau honorer. Jam kerja yang diterapkan untuk karyawan Costumer service, Staf, dan Komite adalah tujuh jam dalam sehari dari pukul 08.00-16.00 WIB. pada hari biasa (selasa-jum’at) ditambah 1 jam istirahat dari pukul 12.00 - 13.00 WIB dan dari pukul 08.00-17.00 WIB pada akhir pekan(Sabtu dan Minggu) dan hari libur. Sedangkan untuk satpam diterapkan 12 jam kerja tanpa hari libur, dan adanya system shift yang disesuaikan dengan jadwal pengelola dan adanya jumlah pengunjung wisata. Karyawan di PBB memiliki keunikan tersendiri, dimana hari liburnya adalah hari senin tidak seperti karyawan biasanya. Hal ini dikarenakan hari senin adalah hari dimana para karyawan/pekerja memulai kesibukannya sehingga sangat jarang pengunjung datang ke PBB. Sedangkan pada hari libur atau akhir pekan (Sabtu dan Minggu) karyawan di PBB masuk, karena pengunjung wisata sangat banyak yang datang ke PBB dan adanya pagelaran seni Budaya diakhir pekan.

Sistem pemeriksaan kehadiran dilakukan setiap hari melalui absensi harian yang diisi pada saat masuk kerja. Sedangkan pengawasan terhadap karyawan dilakukan oleh anggota Komite sebagai pelaksana tugas harian yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kerja. Semua karyawan yang bekerja di PBB berasal dari orang Betawi asli atau keturunan Betawi, baik dari masyarakat PBB atau pun luar PBB sehingga dapat dikatakan masih memiliki hubungan kekerabatan/kekeluargaan walaupun hubungan /kekerabatan/kekeluargaan yang sudah cukup jauh. Tujuan Pemerintah dalam mengangkat seluruh tenaga kerja di PBB adalah orang betawi semua, agar dapat melestarikan Budaya Betawi dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Betawi itu sendiri. Hal ini berdasarkan pengalaman pengembangan Kampung Condet tahun 1970an yang dikelola oleh pemerintah dan akhirnya tidak mengalami kemajuan dan tidak dapat dikembangkan.

(24)

Para karyawan di PBB memiliki beberapa perbedaan dalam hal pengrekrutan, penggajian, latar belakang pendidikan, dan lokasi kependudukan. Para pekerja costumer service, satpam, dan staf pengelola biasanya berasal dari masyarakat PBB, sedangkan untuk Komite pengelola dapat berasal dari masyarakat PBB atau pun dari luar PBB. Sistem rekruitmen pekerja di PBB berbeda-beda caranya. Untuk satpam diseleksi oleh PT. Garda Indonesia, costumer service diseleksi oleh 3 dinas yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas pekerjaan umum, dan Dinas Pertamanan, sesuai dengan kebutuhan dan rekomendasi pengelola, sedangkan untuk staf diseleksi oleh para anggota komita Lembaga Pengelola sesuai dengan kebutuhan administarasi pelaksanaan kerja pengelola PBB. Pengrekrutan dan seleksi karyawan oleh lembaga pengelola dan dinas yang berdasarkan rekomendasi pengelola masih bersifat kekeluargaan dan sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk Komite Lembaga Pengelola PBB diseleksi melalui DPRD DKI Jakarta dan diputuskan melalui SK.Gub No. 754 tahun 2008.

Latar belakang pendidikan yang ada pada karyawan PBB dimulai dari lulusan SLTA hingga lulusan pasca sarjana, dimana untuk costumer service dengan lulusan SLTA, untuk Satpam dengan lulusan SLTA dan D3, dan untuk Staf dengan lulusan D3 dan Sarjana. Sedangkan untuk para Komite Lembaga Pengelola dengan lulusan Sarjana dan Pasca Sarcana, dikarenakan para Komite Lembaga Pengelola haruslah memiliki kemampuan dalam manajemen dan kepemimpinan, tujuannya untuk dapat mengembangkan dan mengelola PBB dengan baik. Sistem penggajian karyawan di PBB pun berbeda-beda berdasarkan pengrekrutan dan penseleksiannya. Para costumer service digaji oleh masing-masing dinas yang merekrutnya seperti 4 orang costumer service yang bertugas mengurus taman di PBB digaji oleh Dinas Pertamanan DKI, 4 orang costumer servis yang bertugas untuk menjaga kebersihan/pengairan Setu Babakan digaji oleh Dinas Pekerjaan Umum DKI, dan 2 orang costumer service yang bekerja untuk mengurus kebersihan kantor pengelola digaji oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwsata DKI. Para Satpam digaji per bulannya oleh PT.Garda Indonesia, dan para staf pengelola digaji oleh pengelola melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI, sedangkan untuk para Komite Lembaga Pengelola digaji per

(25)

bulannya oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Gaji yang didapatkan oleh para karyawan sudah termasuk uang transportasi, makan, dan tunjangan kesehatan.

Walaupun terdapat perbedaan dalam hal pengerekrutan, dan penggajian pada karyawan, tetapi pelaksanaan tugas seluruh karyawan sehari-hari di PBB dikoordinasikan dibawah wewenang para Komite Lembaga Pengelola sebagai badan yang bertanggungjawab untuk mengelola PBB. Dalam mengelola PBB, Lembaga Pengelola meminta bantuan dan bekerja sama dengan Satuan Gerakan Sosial (Satgas) PBB yang beranggotakan masyarakat PBB dalam hal menjaga keamanan dan kebersihan di wilayah PBB. Secara keseluruhan karyawan yang bekerja di PBB bisa dikatakan memiliki gaji dibawah UMR DKI Jakarta sehingga motivasi karyawan di PBB hanyalah untuk melestarikan Budaya Betawi agar tetap ada, dan berkelanjutan tidak seperti nasib kampung Condet.

5.9 Struktur Organisasi

Saat diresmikannya PBB tanggal 20 Januari 2001, belum ada struktur organisasi yang jelas untuk mengelola PBB sehingga PBB dikelola melalui Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan dan dibantu oleh para masyarakat PBB yang sudah lama tinggal di kampung Setu Babakan. Dalam perkembangan perluasan PBB dari luas 165 ha (tahun 2000) menjadi luas 289 ha (tahun 2005), terdapat banyak tanah masyarakat Betawi asli yang terkena perluasan dan dipersengketakan untuk dibeli oleh pemerintah menjadi areal wisata PBB.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota DPRD komisi B, mengingat bahwa adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2000 Tentang Lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa Lingkungan hidup di luar pengadilan, maka penyelesaian tanah sengketa di PBB dilakukan pemerintah dengan cara merangkul para sesepuh Betawi dari berbagai organisasi Betawi diantaranya Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Bamus Betawi untuk dapat menjelaskan tujuan dan maksud baik pemerintah terhadap kampung Setu Babakan yang akan dijadikan Kawasan Wisata PBB. Oleh karena itu para sesepuh Betawi ikut serta pula dalam pengelolaan di PBB, hingga pada tahun 2008 diputuskan secara resmi struktur Komite Lembaga Pengelola PBB yang

(26)

beranggotakan 13 orang yang berasal dari kalangan masyarakat Betawi di PBB dan para sesepuh Betawi yang merupakan orang-orang non Pemerintahan.

Sesuai dengan SK.Gub No.754 tahun 2008 (pada Lampiran 4) dan tugas, fungsi, kegiatan, tujuan serta kedudukannya secara jelas ditetapkan pada Pergub. No.129 tahun 2007. Pengurus Lembaga Pengelola PBB, seperti dimaksudkan yaitu orang Betawi yang non pemerintahan, hal ini dikarenakan pembelajaran pemerintah dari pengalaman kampung condet yang gagal dikembangkan oleh pemerintah sebagai kampung Betawi, sehingga adanya harapan pemerintah agar masyarakat Betawi itu sendiri yang dapat mengembangkan dan melestarikan PBB sebagaimana mestinya. Adapun alasan lain berdasarkan wawancara dengan anggota DPRD komisi B yaitu agar pengembangan PBB nantinya tidak menjadi proyek-prroyek pemerintah semata dan menghindari adanya indikasi penyelewangan dana pemerintah.

Keberadaan Lembaga Pengelola PBB ini sangat berperan dalam pengembangan kawasan PBB ke depannya, berikut adalah tujuan, struktur, dan tugas fungsi Lembaga Pengelola di PBB, antara lain :

1) Tujuan dibentuknya Lembaga Pengelola :

a) Memelihara dan melindungi tata kehidupan dan nilai Budaya Betawi, b) Menciptakan dan menumbuhkembangkan seni Budaya Betawi

c) Menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik, baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi.

d) Mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik atau non fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi.

2) Struktur Lembaga Pengelola, terdiri dari : a) Ketua

b) Komite tata kehidupan dan Budaya c) Komite kesenian dan pemasaran

d) Komite pengkajian, pelatihan dan pendidikan, dan e) Komite pengawasan dan pengendalian

3) Tugas Lembaga Pengelola, adalah melaksanaan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi.

(27)

4) Fungsi Lembaga Pengelola, sebagai berikut :

a) Penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi,

b) Penyusunan rencana strategi/pembangunan jangka menengah Perkampungan Budaya Betawi,

c) Penyusunan rencana kerja tahunan pengelola Perkampungan Budaya Betawi,

d) Penyediaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengakapan kesenian,

e) Penyelenggaraan kegiatan pelestarian dan pengembangan seni Budaya Betawi dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi,

f) Pengajuan kerja sama pelestarian dan pengembangan seni Budaya Betawi dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat,

g) Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi, dan

h) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas fungsi, kegiatan, dan pemanfaatan anggaran.

5) Lembaga Pengelola PBB yang dipimpin oleh seorang ketua lembaga dan terdiri atas empat Komite memiliki tugas, sebagai berikut :

 Ketua Lembaga mempunyai tugas :

a) Memimpin Pelaksanaan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola

b) Melaksanakan koordinasi dengan masyarakat dan pihak swasta dalam rangka mengoptimalkan pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi

c) Mengkoordinasikan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevalusi pelaksanaan tugas Komite-Komite, dan

d) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kegiatan Lembaga Pengelola.

 Komite Tata Kehidupan dan Budaya, mempunyai tugas :

a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan Budaya,

(28)

b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang tata kehidupan dan Budaya,

c) Menyusun rencana kerja Komite Tata keidupan dan Budaya

d) Melaksanakan pembinaan kehidupan keagamaan masyarakat dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi

e) Melaksanakan sosialisasi, dan internalisasi tata kehidupan dan Budaya Betawi,

f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.  Komite Kesenian dan Pemasaran, mempunyai tugas :

a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan Pemasaran,

b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Kesenian dan Pemasaran,

c) Menyusun rencana kerja Komite Kesenian dan Pemasaran d) Melaksanakan pergelaran, pameran, dan lomba Kesenian Betawi, e) Melaksanakan sosialisasi, publikasi, dan pemasaran Kesenian dan

Pemasaran

f) Melaksanakan penyadiaan, pemeliharaan, dan perawatan sarana dan perlengkapan kesenian,

g) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.  Komite Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, mempunyai tugas :

a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan

Budaya Betawi dalam bidang Pengkajian, Pelatihan,dan Pendidikan, c) Menyusun rencana kerja Komite Pengkajian, Pelatihan,dan

Pendidikan,

d) Melaksanakan Pengkajian,dan Pendokumentasian Budaya Betawi, e) Melaksanakan pelatihan dan pendidikan seni Budaya Betawi,

f) Memfasilitasi rencara kerja sama pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi, dan

(29)

g) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.  Komite Pengawasan dan Pengendalian, mempunyai tugas :

a) Mempersiapkan bahan penyusunan Master Plan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian,

b) Mempersiapkan rencana strategi/tahapan pembangunan Perkampungan Budaya Betawi dalam bidang Pengawasan dan Pengendalian,

c) Menyusun rencana kerja Komite Pengawasan dan Pengendalian, d) Melaksanakan pemantauan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan

pembangunan dan pemanfaatan dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi baik yang dilakukan oleh Pemerntah Daerah maupun oleh instansi Pemerintah Pusat, masyarakat, dan swasta.

e) Melaksanakan koordinasi dengan SKPD/UKPD yang bertanggung jawab dalam penegakan peraturan daerah dan/atau aparat penegakan hukum, dan

f) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas.

Untuk pengelolaan keuangan dan pelaksana tugas harian, Komite Lembaga Pengelola menugaskan kepada anggota Komite Indra Sutisna, S.Kom dan dibantu oleh 2 orang staf administrasinya yaitu Sarwanih, dan Irma, S.E. Hal ini dikarenakan para Komite Lembaga Pengelola memiliki pekerjaan lain, yaitu :

1. dr. H. Abdul Syukur, SKM sebagai mantan purnawirawan TNI kini sebagai dosen, dokter dan pengusaha

2. Drs. H. Rusdi Saleh * sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi, dan mantan pegawai TVRI

3. H. Irwan Syafiie sebagai pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi

4. Indra Sutisna, S.Kom sebagai mantan Dewan Kelurahan, kini sebagai pelaksana tugas harian di PBB

5. dr. H. Sibroh Malisi, MARS* sebagai pengurus Bamus Betawi, Ketua Satgas PBB, dan Dokter

6. Taufik Abdullah, S.Pd sebagai pengajar di Jakarta International School 7. Hj. Poppy Sri Suryani sebagai ketua Persatuan Wanita Betawi dan mantan

(30)

8. Drs. H. Amarullah Asbah * sebagai pengurus di Bamus Betawi 9. Drs. H. Yoyo Muchtar sebagai Direktur PD. Pasar Jaya

10. Abdul Azis Kafia, S.si, M,Si sebagai Pengurus Bamus Betawi dan mantan anggota DPRD DKI Jakarta

11. Ir. H. Agus A. Asenie, Dipl-Ing* sebagai konsultan publik

12. Ir. H. Rudi Saputra, MT sebagai Direktur Kemahasiswaan Institut Sains Teknik Nasional

13. H. Abdul Khalid, BA sebagai Dosen

Dikarenakan banyaknya Komite yang memiliki pekerjaan lain sehingga perhatian dan loyalitas Komite terhadap PBB kurang terlihat dengan baik. Semua Komite di Lembaga Pengelola diwajibkan membuat laporan pertanggungjawaban yang nantinya laporan pertanggungjawaban ini secara tertulis disampaikan kepada Gubernur melalui kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Lembaga Pengelola juga mendapatkan pembinaan dan motivator dari Sudin kebudayaan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta melalui bagian Pemberdayaan Masyarakat.

Gambar

Tabel 16. Penggunaan Lahan Kelurahan Serengseng Sawah
Tabel 17.  Jumlah  Penduduk  dan  Mata  Pencaharian  (tahun  2009)  Penduduk Kelurahan Serengseng Sawah

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari. bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama

Tujuan penelitian penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan kreasi baru motif batik yang sumber inspirasinya diambil dari seni budaya daerah setempat, sehingga

Metode ini belum dapat memprediksi kapan berakhirnya pandemi di Pulau Jawa disebabkan data aktual memiki pola eksponensial yang kenaikannya bertahap terus menerus secara

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dari penelitian yang berjudul Hubungan Peran Kelompok Teman Sebaya Dengan Sikap Agresif Pada Remaja Kelas XI di SMA

Untuk melaksanakan perubahan dalam bidang pendidikan ter sebut, Mulyasa (2013) “mengacu pendapat UNESCO ada dua basi s landasan pendidi kan: per tama; pendidikan

Hasil uji statistik menunjukkan tekanan darah responden pada pre test sebagian besar mengalami hipertensi grade 2 yaitu sebesar 76,7%, sedangkan setelah diberikan

Jumlah pengeluaran kegiatan program sarjana (rutin & Non Rutin) untuk masa Tahun Akademik 2014/2015 dan 2013/2014 (periode 1 September 2014 sampai dengan 31 Agustus 2015 dan

Dalam akhir kegiatan pembelajaran seorang guru menyampaikan tugas yang harus dikerjakan dirumah melalui LCD dan berusaha memastikan peserta didik paham dengan